Disusun Oleh:
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayahnya kepada kami sehingga dapat menyusun makalah ini hingga selesai.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Asuransi Syariah yang
berjudul “Lembaga Pengelola Wakaf ”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dosen Betty Eliya Rokhmah, SE.,M. Sc.
yang telah memberikan pengarahan, membimbing dan membantu kami dalam
penyusunan makalah ini, serta anggota kelompok yang selalu kompak konsisten
dalam penyelesaian tugas ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari jika makalah ini masih memiliki
banyak kekurangan. Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Maka dari itu,
kritik dan saran yang memiliki unsur mebangun kami butuhkan dari para pembaca
dan kami harapkan bisa berguna demi sempurnanya makalah ini nantinya.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia telah mengenal wakaf baik setelah Islam masuk maupun
sebelum Islam masuk. Di tanah jawa, lembaga-lembaga wakaf telah dikenal pada
masa Hindu- Buddha yaitu dengan istilah Sima dan Dharma. Akan tetapi lembaga
tersebut tidak persis sama dengan lembaga wakaf dalam hukum Islam. Dan
peruntukannya hanya pada bidang tanah hutan saja atau berupa tanah saja. Umumnya,
wakaf yang dikenal pada masa sebelum Islam atau oleh agama-agama lain diluar
Islam hampir sama dengan Islam, yaitu untuk peribadatan.
Dengan kata lain lambaga wakaf telah dikenal oleh masyarakat pada peradaban yang
cukup jauh dari masa sekarang. Namun tujuan utama dari wakafnya yang
berbeda-beda (untuk mendapat pahala, hanya untuk masyarakat umum, dll).
Sedangkan setelah masuknya Islam istilah wakaf mulai dikenal. Menurut
(Abdoerraoef) wakaf adalah menyediakan suatu harta benda yang dipergunakan
hasilnya untuk kemaslahatan umat. Sehingga ketika wakaf dikenal di Indonesia juga
mempengaruhi pengaturan perwakafan tanah di Indonesia yang peruntukannya
sebagai tempat-tempat peribadatan dan sosial yang dibuatnya peraturan-
peraturan yang lebih khusus mengenai wakaf di era setelah kemerdekaan.
Hal ini dapat dilihat dari UU No. 5 Tahun 1960 (UUPA) yang terdapat pada Pasal 49
tentang Hak-hak tanah untuk keperluan suci dan sosial.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari wakaf dan apa dasar hukum wakaf ?
2. Apa saja jenis-jenis wakaf ?
3. Apa saja lembaga pengelola wakaf ?
4. Bagaimana manajemen pengelolaan wakaf ?
C. Tujuan
1. Mengethui pengertian darri wakaf dan dasar hukum wakaf
2. Mengetahui jenis-jenis wakaf
3. Mengetahui tentang lembaga pengelolaan wakaf
4. Mengetahui tentang manajemen pengelolaan wakaf
BAB II
PEMBAHASAN
1. Perngertian wakaf
Wakaf merupakan istilah dari bahasa Arab ‘waqaf’. istilah wakaf secara bahasa
berarti penahanan atau larangan atau menyebabkan sesuatu berhenti. Istilah wakaf
secara istilah diartikan berbeda-beda menurut pandangan ahli fiqih. Menurut Abu
hanifah, wakaf adalah menahan suatu benda sesuai hukum yang ada, dan
menggunakan manfaatnya untuk hal-hal kebaikan, bahkan harta yang sudah
diwakafkan bisa ditarik kembali oleh si pemberi wakaf. Berdasarkan definisi Abu
hanifah, kepemilikan harta tidak lepas dari si wakif, pihak yang mewakafkan harta
benda nya.
Mazhab hanafi menyebutkan wakaf adalah tidak melakukan tindakan atas suatu harta
tersebut, yang berstatus tetap hak milik dengan memberikan manfaatnya kepada pihak
tertentu baik untuk saat ini ataupun waktu yang ditentukan. Sedangkan mazhab Malik
berpendapat wakaf tidak melepaskan harta yang dimiliki oleh pewakaf dan pewakaf
berkewajiban untuk memberikan manfaat dari harta yang diwakafkannya dan tidak
boleh menarik kembali harta yang diwakafkan.
Menurut Al-Quran
Secara umum tidak terdapat ayat al-Quran yang menerangkan konsep wakaf
secara jelas. Oleh karena wakaf termasuk infaq fi sabilillah, maka dasar yang
digunakan para ulama dalam menerangkan konsep wakaf ini didasarkan pada
keumuman ayat-ayat al-Quran yang menjelaskan tentang infaq fi sabilillah. Di antara
ayat-ayat tersebut antara lain:
“Hai orang-orang yang beriman! Nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil
usaha kamu yang baik-baik, dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi
untuk kamu.” (Q.S. al-Baqarah (2): 267)
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu
menafkahkan sebagian dari apa yang kamu cintai.” (Q.S. Ali Imran (3): 92)
Menurut Hadis
Di antara hadis yang menjadi dasar dan dalil wakaf adalah hadis yang
menceritakan tentang kisah Umar bin al-Khaththab ketika memperoleh tanah di
Khaibar. Setelah ia meminta petunjuk Nabi tentang tanah tersebut, Nabi
menganjurkan untuk menahan asal tanah dan menyedekahkan hasilnya.
Hadis tentang hal ini secara lengkap adalah; “Umar memperoleh tanah di Khaibar,
lalu dia bertanya kepada Nabi dengan berkata; Wahai Rasulullah, saya telah
memperoleh tanah di Khaibar yang nilainya tinggi dan tidak pernah saya peroleh yang
lebih tinggi nilainya dari padanya. Apa yang baginda perintahkan kepada saya untuk
melakukannya? Sabda Rasulullah: “Kalau kamu mau, tahan sumbernya dan
sedekahkan manfaat atau faedahnya.” Lalu Umar menyedekahkannya, ia tidak boleh
dijual, diberikan, atau dijadikan wariskan. Umar menyedekahkan kepada fakir miskin,
untuk keluarga, untuk memerdekakan budak, untuk orang yang berperang di jalan
Allah, orang musafir dan para tamu. Bagaimanapun ia boleh digunakan dengan cara
yang sesuai oleh pihak yang mengurusnya, seperti memakan atau memberi makan
kawan tanpa menjadikannya sebagai sumber pendapatan.”
Hadis lain yang menjelaskan wakaf adalah hadis yang diceritakan oleh imam Muslim
dari Abu Hurairah. Nas hadis tersebut adalah; “Apabila seorang manusia itu
meninggal dunia, maka terputuslah amal perbuatannya kecuali dari tiga sumber, yaitu
sedekah jariah (wakaf), ilmu pengetahuan yang bisa diambil manfaatnya, dan anak
soleh yang mendoakannya.”
Selain dasar dari al-Quran dan Hadis di atas, para ulama sepakat (ijma’) menerima
wakaf sebagai satu amal jariah yang disyariatkan dalam Islam. Tidak ada orang yang
dapat menafikan dan menolak amalan wakaf dalam Islam karena wakaf telah menjadi
amalan yang senantiasa dijalankan dan diamalkan oleh para sahabat Nabi dan kaum
Muslimim sejak masa awal Islam hingga sekarang.
Dalam konteks negara Indonesia, amalan wakaf sudah dilaksanakan oleh masyarakat
Muslim Indonesia sejak sebelum merdeka. Oleh karena itu pihak pemerintah telah
menetapkan Undang-undang khusus yang mengatur tentang perwakafan di Indonesia,
yaitu Undang-undang nomor 41 tahun 2004 tentang Wakaf. Untuk melengkapi
Undang-undang tersebut, pemerintah juga telah menetapkan Peraturan Pemerintah
nomor 42 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang-undang nomor 41 tahun 2004.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam Undang-undang nomor 41 tahun 2004, wakaf diartikan dengan
perbuatan hukum Wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta
benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu
sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum
menurut syariah. Prinsip-prinsip Pengelolaan Wakaf adalah Seluruh harta benda
wakaf harus diterima sebagai sumbangan dari wakif dengan status wakaf sesuai
dengan syariah, Wakaf dilakukan dengan tanpa batas waktu, Wakif mempunyai
kebebasan memilih tujuan-tujuan sebagaimana yang diperkenankan oleh Syariah,
Jumlah harta wakaf tetap utuh dan hanya keuntungannya saja yang akan dibelanjakan
untuk tujuan-tujuan yang telah ditentukan oleh Wakif, dan Wakif dapat
meminta keseluruhan keuntungannya untuk tujuan-tujuan yang telah ia tentukan.
Menurut pandangan dari DT wakaf sangat menarik untuk dikembangkan dan
disosialisasikan kepada masyarakt khususnya untuk wakaf yang dikelola
secara produktif dan hasilnya untuk kegiatan social. DPU Dt memandang wakaf boleh
dikata tidak memiliki kendala, namun tantangan selalu ada karena mereka berfikir
bagaiman wakaf ini bias berkembang dan terus mengalirakn manfaat bagi
ummat dan menghasilkan pahala bagi Muwakif. Strategi dan Rencana kedepan DPU
DT dalam mengelola Wakaf adalah Perbanyak sosialisasi dan promosi
tentang wakaf, Pembuatan akuntabilitas dalam kinerja lembaga, Buat
replikasi di Tanah wakaf tertentu yang telah ada atqau sedang dikembangkan
untuk dikloning ditempat lain.
DAFTAR PUSTAKA
Al – alabij, adijani. 2002. perwakafan tanah di indonesia. jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Antonio, Syafi’i. 2006. menuju era wakaf produktif. Jakarta selatan: mitra abadi
press.
Soemitra, andri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana.
Hafidhuddin, Didin. 2004. hukum wakaf. jakarta: iiman dan dompet duafa republika.