Anda di halaman 1dari 17

MAQAMAT, HAL,

MAHABBAH dan MA’RIFAT

TEKNIK INFORMATIKA

Teori C Kelompok 10, Pertemuan 13 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

• Sabili Haq Rafli Suparyadi (1197050123) UNIVERSITAS ISLAM SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG
• Wirajati Pujo Raharjo (1197050131)
2021
?
Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian dari Maqamat, dan Hal?

2. Apa saja tingkatan dari Maqamat?

3. Apa Pengertian Mahabbah, dan Ma’rifat?

4. Apa Perbedaan Maqamat dan Hal?


Pendahuluan
Tasawuf adalah salah satu upaya yang dilakukan seorang pribadi untuk
menyucikan jiwa dengan cara menjauhi pengaruh kehidupan yang bersifat
kesenangan duniawi dan mendekatkan diri kepada Allah, sehingga Allah senantiasa
dirasakan secara sadar dalam kehidupan.

Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan tasawuf, sehingga dalam prakteknya


tasawuf mementingkan akhlak. Adapun raung lingkup ilmu tasawuf itu adalah hal-
hal yang berkenaan dengan upaya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan yang
bertujuan untuk memperoleh suatu hubungan khusus secara langsung dari Tuhan.
MAQAMAT
Maqamat (bentuk jamak dari maqam) adalah
tingkatan seorang hamba dihadapan Allah SWT
dalam hal ibadah dan latihan kerohanian yang
dilakukannya. Maqam merupakan hasil dari
kesungguhan dan perjuangan yang terus menerus,
berarti seorang salik baru dapat berpindah ke maqam
berikutnya setelah melalui latihan dan menanamkan
kebiasaan-kebiasaan yang lebih baik lagi dan
menyempurnakan syarat-syarat maqam dibawahnya.

Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumudin membuat


sistematika maqamat yaitu: taubat, sabar, faqir, zuhud,
tawakal, mahabbah, ma’rifat dan ridha
1. Taubat
Dalam bahasa arab taubat berarti “kembali”, sedangkan taubat bagi kalangan sufi adalah memohon ampunan
atas segala dosa yang disertai dengan pneyesalan dan berjanji dengan sungguh-sungguh untuk tidak
mengulangi perbuatan dosa tersebut dibarengi dengan melakukan kebajikan.

ٍ ‫اتِ ُك ْم َوي ُْد ِخ َل ُك ْم َج ٰ َّن‬4ََٔ‫وا ُتوب ُٓو ۟ا إِلَى ٱهَّلل ِ َت ْو َب ًة َّنصُوحً ا َع َس ٰى َر ُّب ُك ْم أَن ُي َك ِّف َر َعن ُك ْم َسئِّـ‬
‫ت‬ َ ‫ٰ َٓيأ َ ُّي َها ٱلَّذ‬
۟ ‫ِين َءا َم ُن‬

Yaa ayyuha ladziina aamanuu tuubuu ilaa laahi tawbatan nashuuhan ‘asaa rabbukum an yukaffira
‘ankum sayyi-aatikum wayudhilakum jannatin.

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuha (taubat yang semurni-
murninya). Mudah-mudahan tuhanmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam
jannah...” (QS. At Tahrim [66]: 8).
2. Wara’
Kata wara’ secara etimologi berarti menghindari atau menjauhkan diri.
Dalam perspektif tasawuf bermakna menahan diri hal-hal yang sia-sia, yang
haram dan hal-hal yang meragukan (syubhat).
 
Adapun 2 perkara yang wajib ditinggalkan dalam wara’ adalah :
a) Meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah dan terkait hati (kesehatan, bid’ah,
kefanatikan, dan berlebih-lebihan)
b) Meninggalkan segala sesuatu yang terkait dengan syubhat, yang dikhawatirkan akan
jatuh pada keharaman, dan meninggalkan kelebihan meskipun berupa bagian dari
kehalalan.
3. Faqr
Fakir adalah tidak meminta lebih dari apa yang telah ada pada diri kita.
Tidak meminta rezeki kecuali hanya untuk dapat menjalankan kewajiban-
kewajiban. Tidak meminta sungguhpun tak ada pada diri kita, kalau diberi
diterima. Tidak meminta tetapi tidak menolak.
4. Zuhud
Secara harfiah zuhud berarti tidak ingin kepada sesuatu yang bersifat
keduniawian. Secara istilah zuhud adalh suatu kehidupan yang
mengutamakan akhirat daripada dunia. Orang yang zuhud lebih
mengutamakan dan sangat merindukan kesenangan hidup di alam akhirat
yang kekal serta abadi.

5. Sabar
Secara etimologi shabr berarti tabah hati. Dalam kalangan sufi sabar
diartikan sebagai sabar dalam menjalankan perintah-perintah Allah, dan
menerima segala cobaan yang ditimpanya.
6. Syukur
Syukur berasal dari bahasa arab yaitu syakara yang berarti membuka
seagala nikmat, yakni gambaran dalam benak tentang nikmat an
menampakknya ke permukaan. Syukur berarti rasa terima kasih atas nikmat
yang telah diberikan.
 
Dalam pandangan Ibn ‘Ata’illah terbagi menjadi 3 macam;
a) Syukur dengan lisan
b) Syukur dengan tindakan
c) Syukur dengan hati
7. Tawakal
Tawakal berarti berserah diri. Dalam tasawuf dijadikan washilah untuk memalingkan dan menyucikan hati
agar manusia tidak terikat dan memikirkan keduniaan selain Allah SWT. Pada dasar makna atau konsep nya
tawakal dalam tasawuf berbeda dengan konsep agama. Tawakal menurut para sufi bersifat majbur, yakni
menggantungkan segala sesuatu pada takdir dan kehendak Allah SWT.
َ ‫ب ٱهَّلل ُ َل َنا ه َُو َم ْو َل ٰى َنا ۚ َو َع َلى ٱهَّلل ِ َف ْل َي َت َو َّك ِل ْٱلم ُْؤ ِم ُن‬
‫ون‬ َ ‫قُل لَّن يُصِ ي َب َنٓا إِاَّل َما َك َت‬
qul lan yushiibanaa illaa maa kataba laahu lanaa huwa mawlaanaa wa’aalaa laahi falyatawakkali
lmu’minuun.

“Katakanlah: Sekali-kali tidak akan menempa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami.
Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (QS. At-
Taubah [9]: 51).
8 Ridha

Ridha berarti
sebuah sikap menerima
dengan lapang dada dan
senang terhadap apapun
keputusan Allah kepada
seorang hamba,
meskipun hal tersebut
menyenangkan ataupun
tidak. Sikap ridha
merupakan buah dari
kesungguhan seseorang
dalam menahan hawa
nafsunya.
Hal

Secara bahasa, hal diartikan sebagai keadaan sesuatu (keadaan


rohani). Menurut Syeikh Abu Nashr as-Sarraj, hal adalah sesuatu yang
terjadi dengan mendadak yang bertempat pada hati dan tidak mampu
bertahan lama. Sedangkan menurut al-Ghazali, hal adalah suatu
kedudukan atau situasi kejiwaan yang dianugerahkan Allah kepada
seorang hamba pada suatu waktu, baik dari sebagai buah dari amal saleh
yang menyucikan jiwa atau sebagai pemberian semata.
Mahabbah

Mahabbah atau cinta adalah suatu perasaan agung dimana


orang yang mencintai memberikan seluruh jiwanya kepada
yang dicinta. Mahabbah mengandung makna ketaguhan dan
kemantapan sikap untuk konsisten kepada yang dicintainya,
dan selalu memikirkan yang dicinta. Bahkan rela
mengorbankan apapun yang ia miliki.
Dalam kalangan sufi, mahabbah dianggap demikian tinggi
nilainya, sehingga menetapkan mahabbah sebagian dari
maqamat.
Ma’rifat
• Dalam kitab Al-Mahabbah,
Dari segi bahasa ma’rifat berasal dari kata ‘arafa, ya’rifu,irfan, Imam Al-Ghazali mengatakan
ma’rifat,. Ma’rifat adalah pengetahuan yang objeknya bukan pada bahwa cinta kepada Allah
adalah puncak dari seluruh
hal-hal yang bersifat zahir, tetapi batin dan mengetahui rahasianya. maqam spiritual dengan
derajad/level yang tinggi.
Para sufi mengatakan perihal ma’rifat yaitu : "(Allah) mencintai mereka
dan merekapun mencintai-
1)Kalau mata dalam hati sanubari manusia terbuka, yang dilihatnya Nya”. Ma’rifat merupakan
karunia pemberian langsung
hanyalah Allah.
dari Allah, maka ia sekali-kali
2)Ma’rifat adalah cermin, yangmana dilihatnya hanyalah Allah. tidak bergantung pada banyak
atau sedikitnya amal
3)Yang dilihat orang arif saat tidur dan bangun hanyalah Allah. kebaikan. Ma’rifat adalah
anugerah Allah yang didasari
4)Sekiranya ma’rifat mengambil bentuk materi, semua orang yang
kasih Tuhan kepada hamba-
melihatnya akan mati karena tidak tahan melihat keindahannya. Nya.
Perbedaan
Maqamat dan Hal
Kesimpulan
Dalam tasawuf, maqamat artinya kedudukan seorang hamba dihadapan Allah
berdasarkan usaha yang telah dilakukannya dalam mendekati-Nya. Istilah ini
selanjutnya digunakan untuk arti sebagai jalan penting yang harus ditempuh oleh seorang
sufi untuk mendakatkan diri kepada Allah.

Maqamat terdiri dari 8 tingkatan yaitu : taubat, sabar, faqir, zuhud, tawakal,
mahabbah, ma’rifat dan ridha
Dalam mendekatkan diri kepada Allah dan mencapai mahabbah, ada tahap-tahap
(maqamat) yang harus dilalui oleh seorang hamba. Mahabbah adalah suatu keadan
diamana seorang hamba mencintai Allah dengan sepenuh hati, termasuk segala sifat
maupun tindakan-Nya.
Perbedaan maqamat dan hal yang paling nampak yaitu hal bersifat sementara,
karena hanya ‘pemberian’ dari Tuhan karena usahanya mendekati Tuhan.
Terimakasih....

Anda mungkin juga menyukai