Anda di halaman 1dari 7

“BELAJAR DARI 3 (TIGA) BINATANG

KECIL YANG DISEBUTKAN DALAM AL-


QUR’AN”

Khutbah I

‫ َو َو َع دَ ِل ْل ُم َت َم ِّس ِكي َْن‬،‫هلل الَّ ِذي َج َع َل ااْل ِسْ اَل َم َط ِر ْي ًق ا َس ِو ًّيا‬ ِ ‫اَ ْل َح ْم ُد‬
ُ‫ أَ ْش َه ُد أَنْ الَ ِا َل َه ِاالَّ هللاُ َوحْ َده‬.‫ِب ِه َو َي ْن َه ْو َن ْال َف َس ادَ َم َكا ًن ا َعلِ ًّي ا‬
َّ‫ َوأَ ْش َه ُد أَن‬.‫ َش َها َد َة َمنْ ه َُو َخ ْي ٌر َّم َقامًا َوأَحْ َسنُ َن ِد ًّيا‬،ُ‫ْك َله‬ َ ‫اَل َش ِري‬
.‫ص ِب ًّيا‬ َ ‫ار ِم ِك َب ارً ا َو‬ ِ ‫صفُ ِب ْال َم َك‬ ِ ‫َسيِّدَ َنا مح ّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُ ُه ْال ُم َّت‬
‫ان‬ َ ‫ص ا ِد َق ْال َوعْ ِد َو َك‬ َ ‫ان‬ َ ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َع َلى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َك‬ َ ‫اَللَّ ُه َّم َف‬
‫ص حْ ِب ِه الَّ ِذي َْن يُحْ ِس ُن ْو َن إِ ْس الَ َم ُه ْم َو َل ْم‬ َ ‫ َو َع َلى آلِ ِه َو‬،‫َرس ُْوالً َن ِب ًّيا‬
،ُ‫اض ر ُْو َن َر ِح َم ُك ُم هللا‬ ِ ‫ َف َي ا أَ ُّي َه ا ْال َح‬،‫ أَمَّا َبعْ ُد‬،‫َي ْف َعلُ ْوا َش ْي ًئا َف ِر ًّي ا‬
ُ‫ َق ا َل هللا‬.‫از ْال ُم َّتقُ ْو َن‬ َ ‫ َف َق ْد َف‬،‫هللا‬ِ ‫ص ْي ِنيْ َن ْف ِسىْ َوإِيَّا ُك ْم ِب َت ْق َوى‬ ِ ‫ا ُ ْو‬
َّ‫هللا َح َّق ُت َقا ِت ِه َوالَ َت ُم ْو ُتنَّ إِال‬ َ ‫ َيا اَ ُّي َها الَّ ِذي َْن آ َم ُن ْوا ا َّتقُ ْوا‬: ‫َت َعا َلى‬
.‫َواَ ْن ُت ْم مُسْ لِم ُْو َن‬
Hadirin sidang Jum’ah yang dirahmati Allah,

Segala puji dan rasa syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah
SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kita dapat kembali
berkumpul di masjid ini, dalam keadaan sehat wal ‘afiat baik jasmani
maupun ruhani. Dan berkumpulnya kita di masjid ini, semoga menjadi
pertanda masih adanya iman dan Islam yang terpatri di dalam hati. Ini
semua tentu tak lain merupakan hidayah dan ‘inayah-Nya yang juga
patut kita syukuri, dengan cara senantiasa bertaqwa kepada Allah
Rabbul ‘Izzati, yakni menunaikan segala perintah-Nya dan menjauhi
larangan-larangan-Nya. Sikap taqwa yang kita miliki itu sudah
seharusnya kita jaga dan pelihara dengan istiqamah sehidup semati,
seraya berharap semoga kelak pada saatnya kita semua mampu
menutup usia dan meninggalkan dunia fana’ ini dalam keadaan husnul
khatimah. Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah,

Ada 3 (tiga) macam serangga atau binatang kecil yang namanya disebut
dan diabadikan sebagai nama surat di dalam al-Qur’an, yaitu: semut
(an-Naml), laba-laba (al-'Ankabut), dan tawon atau lebah (an-Nahl). Bila
kita amati secara seksama, masing-masing binatang tersebut memiliki
sifat dasar dan karakter yang bisa menjelaskan berbagai prilaku
manusia.

Binatang kecil yang pertama adalah semut (an-naml). Semut memiliki


prilaku dan kebiasaan yang khas, yaitu gemar mengumpulkan makanan
tanpa henti sepanjang waktu. Binatang kecil ini bahkan dapat
mengumpulkan makanan untuk bekal hidup bertahun-tahun, padahal
rata-rata usianya tidak lebih dari satu tahun. Ketamakan semut yang
begitu besar mendorongnya untuk selalu memikul beban apa saja yang
bahkan lebih besar dari ukuran tubuhnya, meskipun sesuatu itu tidak
bermanfaat baginya.

Di dalam surah an-Naml (semut) ini, Allah SWT antara lain menceritakan
bagaimana sikap Fir'aun yang sangat kaya raya, juga Nabi Sulaiman
yang memiliki kekuasaan yang tidak tertandingi oleh manusia mana pun
baik sebelum maupun sesudahnya. Ada juga kisah seorang raja wanita
dari negeri Saba, Ratu Bilqis, yang karena kekayaannya ia berusaha
menyuap Nabi Sulaiman demi mempertahankan kekuasaan yang
dimilikinya.

Kemudian, binatang kecil lain yang disebut oleh al-Quran adalah laba-
laba (al-‘Ankabut). Laba-laba memiliki prilaku hidup yang unik. Ia hidup
dengan membuat jaring-jaring sebagai sarang atau rumahnya, dan
sarang laba-laba itu merupakan tempat yang paling rapuh di dunia.
Sebagaimana hal ini diungkapkan oleh Allah SWT:

ِ ‫ون هَّللا ِ أَ ْولِ َيا َء َك َم َث ِل ْال َع ْن َك ُب و‬


ْ ‫ت ا َّت َخ َذ‬
‫ت‬ ِ ‫ين ا َّت َخ ُذوا ِمنْ ُد‬ َ ‫َم َث ُل الَّ ِذ‬
َ ‫ت َل ْو َكا ُنوا َيعْ َلم‬
‫ُون‬ ِ ‫ْت ْال َع ْن َكبُو‬ ِ ‫َب ْي ًتا ۖ َوإِنَّ أَ ْو َه َن ْال ُبيُو‬
ُ ‫ت َل َبي‬
“Perumpamaan orang-orang yang mencari pelindung selain Allah itu
ibarat seekor laba-laba yang membuat rumah (sarang). Dan
sesungguhnya rumah yang paling rapuh adalah rumah (sarang) laba-
laba...”
(QS. Al-‘Ankabut: 41)

Rumah laba-laba bukanlah tempat yang aman, karena apapun yang


berlindung atau terjebak di dalamnya akan disergap dan binasa. Sejak
awal kehidupannya pun, telur laba-laba menetas saling berhimpitan dan
berdesakan satu sama lain sehingga antar sesama mereka dapat saling
menjatuhkan dan memusnahkan.

Sidang Jum’ah yang dirahmati Allah,

Lantas bagaimana dengan binatang kecil lain bernama tawon atau lebah
(an-nahl)?. Di dalam al-Qur’an digambarkan bahwa lebah memiliki
insting yang sangat tajam, yang digerakkan oleh bisikan “ilham” dari
Allah sehinga membuatnya mampu memilih gunung-gunung dan
pepohonan sebagai tempat tinggal. Sebagaimana hal ini dijelaskan
dalam firman Allah SWT:

ِ ‫ُّك إِ َلى ال َّنحْ ِل أَ ِن ا َّت ِخ ِذي ِم َن ْال ِج َب‬


‫ال ُبيُو ًتا َو ِم َن‬ َ ‫َوأَ ْو َح ٰى َرب‬
‫ون‬
َ ‫ش‬ ُ ‫ال َّش َج ِر َو ِممَّا َيعْ ِر‬
“Dan Tuhanmu telah memberi ilham kepada lebah: ‘Buatlah rumahmu di
bukit-bukit, di pepohonan, dan di tempat-tempat yang dibuat oleh
manusia’." (QS. an-Nahl: 68)

Jika direnungkan, sarang lebah memiliki bentuk segi enam, bukan segi
lima atau segi empat. Hal ini memiliki faidah tersendiri, yaitu agar tidak
terjadi pemborosan ruangan atau tempat. Yang dimakan oleh lebah
hanyalah sari-sari pati bunga dan segala sesuatu yang baik. Berbeda
dengan semut yang hanya menumpuk-numpuk makanannya meski
makanan itu tidak memberi manfaat baginya. Lebah mampu mengolah
makanannya, dan hasil olahannya itu di antaranya berupa lilin dan madu
yang sangat bermanfaat bagi kehidupan. Lilin bisa dimanfaatkan untuk
penerangan, dan madu dapat menjadi obat yang menyembuhkan.
Lebah adalah serangga yang sangat disiplin, mengenal pembagian atau
tata kerja, dan segala yang tidak bermanfaat akan disingkirkan dari
sarangnya. Lebah tidak mengganggu kecuali yang mengganggunya,
bahkan sengatannya pun dapat menjadi obat.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Jika kita renungkan, sikap hidup manusia sering kali tergambar dalam
prilaku ketiga binatang kecil di atas. Ada manusia yang berprilaku
seperti semut, yang suka menghimpun dan menumpuk-numpuk sesuatu
tanpa memikirkan aspek faidah atau manfaatnya. Ia lebih mementingkan
syahwat dan segala keinginannya, meski sebenarnya tidak benar-benar
ia butuhkan. Orientasi hidup semut adalah terus-menerus "menimbun
sesuatu" yang didorong oleh sikap "aji mumpung". Prilaku seperti ini
pada akhirnya akan berdampak pada sikap israf dan tabdzir, yakni
perbuatan berlebihan dan sia-sia. Sikap semacam ini tentu merupakan
sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT, sebagaimana ditegaskan dalam
firman-Nya:

‫وكلوا واشربوا وال تسرفوا إ ّنه ال يحبّ المسرفين‬


Makan dan minumlah kalian, dan janganlah kalian berlebih-lebihan, “
sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang berlebihan”. (QS.
Al-A’raf: 31)

Dalam firman-Nya yang lain, Allah SWT juga menyatakan:

ّ
ّ ‫المبذرين كانوا إخوان ال‬
‫شياطين وكان‬ ّ ‫وال‬
ّ‫إن‬ ,‫تبذر تبذيرا‬
 ‫شيطان لربّه كفورا‬ ّ ‫ال‬
“Dan janganlah kamu berbuat tabdzir, sesungguhnya orang-orang yang
berbuat mubadzir itu adalah saudara-saudaranya syaithan, dan syaithan
itu amat ingkar terhadap Tuhannya”. (QS. Al-Isra’: 26-27)

Terkait makna mubadzir ini, para ulama menjelaskan bahwa setiap


prilaku mempergunakan harta untuk tujuan kemaksiatan, adalah
termasuk dalam kategori tabdzir. Bahkan secara lebih luas, sikap tabdzir
juga mencakup segala tindakan yang dilakukan seseorang yang tanpa
mempertimbangkan nilai-nilai manfaat dan kebaikan di dalamnya.

Hadirin hadaniyallahu wa iyyaakum,

Demikian pula prilaku laba-laba, ia sering kali menjangkiti kehidupan


manusia. Prilaku saling menjatuhkan, menjerumuskan dan memangsa
satu sama lain, adalah contoh prilaku laba-laba yang terjadi dalam
prilaku manusia.

Laba-laba selalu menganggap hewan lain adalah musuh sekaligus


mangsa baginya. Setiap kali ada hewan lain yang mendekati sarangnya
dia akan terlihat pontang-panting dan panik bergerak ke segala arah.
Begitu pula orang yang selalu menganggap orang lain sebagai musuh
atau pesaing, dia akan selalu berada dalam posisi khawatir dan serba
curiga. Situasi orang yang semacam ini dalam bahasa kita sering
disebut dengan istilah “kalangkabut”, yang terambil dari bahasa Arab kal
‘ankabut, yang berarti “seperti laba-laba”.

Rasulullah SAW, dalam hal ini lebih mengibaratkan seorang Mukmin


yang sejati sebagai seekor lebah, seekor serangga yang tidak pernah
merusak; tidak makan kecuali dari makanan yang baik; dan tidak
menghasilkan apapun kecuali yang bermanfaat.

Lebah memiliki beberapa keistimewaan yang dapat menjadi tamtsil


(perumpamaan) tentang karakter ideal manusia. Pertama, lebah tak
pernah merusak atau mematahkan ranting yang ia hinggapi, sekecil
apapun ranting pohon tersebut. Hal ini memberi pelajaran bagi manusia
agar ia menghindari prilaku-prilaku yang dapat menimbulkan mudharat
atau kerugian bagi orang lain. Meskipun lebah datang untuk mencari
makanan, tapi ia tak pernah merusak demi memenuhi kepentingan
pribadinya. Bahkan lebah sering kali justru berjasa dalam proses
penyerbukan bunga-bunga yang ia hinggapi.

Kedua, lebah tidak makan kecuali dari sumber-sumber makanan yang


baik, sehingga yang dikeluarkannya pun semuanya baik, yaitu madu
yang sangat bermanfaat bagi kehidupan. Hal ini memberikan pesan
kepada manusia, agar dalam kehidupan dan segala usahanya selalu
mencari sesuatu yang halal dengan cara-cara yang juga halal. Karena
rezeki yang halal tentunya akan membuahkan prilaku-prilaku yang baik
dan positif, baik untuk dirinya sendiri, keluarganya maupun
masyarakatnya. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda:
‫طلب الحالل واجب على ك ّل مسلم‬
“Berusaha mencari sesuatu yang halal (dengan cara-cara yang juga
halal) adalah kewajiban bagi setiap Muslim”.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Demikian khutbah ini kami sampaikan. Semoga kita semua dapat


mengambil hikmah dan pelajaran berharga dari ketiga binatang kecil di
atas.

‫ َو َن َف َع ِنيْ َوإِيَّا ُك ْم ِب َم ا ِف ْي ِه‬,‫آن ْال َع ِظي ِْم‬ ِ ْ‫ك هللاُ ِليْ َو َل ُك ْم ِفي ْالقُ ر‬ َ ‫ار‬
َ ‫َب‬
‫ َو َت َق َّب َل ِم ِّنيْ َو ِم ْن ُك ْم ِتالَ َو َت ُه إِ َّن ُه ُه َو‬,‫ت َوال ِّذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‬
ِ ‫ِم َن اآل َي ا‬
‫هللا ْال َع ِظ ْي َم لِيْ َو َل ُك ْم‬ ‫ال َّس ِم ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم‪ .‬أَقُ ْو ُل َق ْولِيْ َه َذا َو ْ‬
‫اس َت ْغ ِف ُر َ‬
‫َفاسْ َت ْغ ِفر ُْوهُ‪ ،‬إِ َّن ُه ه َُو ْال َغفُ ْو ُر الرَّ ِح ْي ُم‪.‬‬

‫‪KHUTBAH II‬‬
‫فض َلنا ِبش ريعة‬ ‫كر َمنا ِب ِدين الح ّق الم بين‪ ،‬وأَ َ‬ ‫الحمد هلل الذي أَ َ‬
‫ك‬‫ال ّنبي الكريم‪ ،‬أشهد أن ال اله إالّ هللاُ وحده ال شريك له‪ ،‬الملِ ُ‬
‫الحق المبين‪ ،‬وأشهد أنّ س ّي َدنا ونبيَّنا محم دا عب ُده و رس ولُه‪،‬‬ ‫ُّ‬
‫س ّي ُداألنبياء والمرس لين‪ ،‬اللهم ص ّل وس لّم وب ارك على نبيِّن ا‬
‫محمد وعلى ال ه وص حبه والت ابعين ومن تبعهم بإحس ان إلى‬
‫يوم الدين‪ ،‬أما بعد‪ :‬فيأيّها الن اس ا ّتق وا هللا‪ ،‬وافعل وا الخ يرات‬
‫أمر ب دأ في ه‬ ‫واجتنبوا عن الس يئات‪ ،‬واعلم وا أنَّ هللا أ َم ركم ب ٍ‬
‫بنفسه وثـ ّنى بمآلئكت ه بقدس ه‪ ,‬وق ال تع الى‪ :‬إنَّ هللا ومآلئكت ه‬
‫يص لّون على الن بى يآأيه ا ال ذين آمن وا ص لّوا علي ه وس لّموا‬
‫ُس لِك‬ ‫تسليما‪ .‬الله ّم ص ّل على س يدنا محم د وعلى أنبيآئ ك ور ُ‬
‫وارض الله ّم عن الخلف اء الراش دين أبي‬ ‫َ‬ ‫ومآلئك ِتك المق رّ بين‪,‬‬
‫بك ر وعم ر وعثم ان وعليّ وعن بق ّي ة الص حابة والت ابعين‬
‫وتابعي التابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين‪ ,‬وارض ع ّنا معهم‬
‫برحمتك ياأرحم الراحمين‪.‬‬
‫ت‪،‬‬ ‫ت‪َ ،‬و ْالم ُْس لِ ِمي َْن َو ْالم ُْس لِ َما ِ‬ ‫اغ ِف رْ لِ ْل ُم ْؤ ِم ِني َْن َو ْالم ُْؤ ِم َن ا ِ‬
‫اللَّ ُه َّم ْ‬
‫ْب ُم ِجيْبُ ال ّد َعوات‪.‬‬ ‫ك َس ِم ْي ٌع َق ِري ٌ‬ ‫ت‪ ،‬إِ َّن َ‬ ‫األَحْ َيا ِء ِم ْن ُه ْم َواألَ ْم َوا ِ‬
‫اللَّ ُه َّم اجْ َع ْل َجمْ َع َنا َه َذا َجمْ عًا َمرْ ح ُْومًا‪َ ،‬واجْ َع ْل َت َفرُّ َق َنا ِمنْ َبعْ ِد ِه‬
‫ص ْومًا‪َ ،‬وال َت دَ عْ ِف ْي َن ا َوال َم َع َن ا َش ِق ًّيا َوال َمحْ ر ُْو ًم ا‪.‬‬ ‫َت َفرُّ ًق ا َمعْ ُ‬
‫ك‬ ‫اف َوال ِغ َنى‪ .‬اللَّ ُه َّم إِ َّنا َنسْ أَلُ َ‬
‫ك ْال ُه َدى َوال ُّت َقى َوال َع َف َ‬ ‫اللَّ ُه َّم إِ َّنا َنسْ أَلُ َ‬
‫ص ا ِد ًقا َذا ِك رً ا‪َ ،‬و َق ْل ًب ا َخ ِ‬
‫اش عًا ُم ِن ْي ًب ا‪،‬‬ ‫أَنْ َت رْ ُز َق ُكالًّ ِم َّنا لِ َس ا ًنا َ‬
‫اس ًخا َث ِاب ًتا‪،‬‬‫صالِحً ا َزا ِكيًا‪َ ،‬و ِع ْلمًا َنا ِفعًا َرا ِفعًا‪َ ،‬وإِ ْي َما ًنا َر ِ‬ ‫َو َع َمالً َ‬
‫اسعًا‪َ ،‬ي ا َذا ْال َجالَ ِل‬ ‫صا ِد ًقا َخالِصًا‪َ ،‬و ِر ْز ًقا َحالَالً َط ِّيبًا َو ِ‬ ‫َو َي ِق ْي ًنا َ‬
‫ان َوالَ‬ ‫إلي َم ِ‬‫ين َس َبقُو َنا ِباْ ِ‬‫إل ْخ َوا ِن َنا الَّ ِذ َ‬ ‫اغ ِفرْ َل َنا َو ِ‬‫اإل ْك َر ِام‪َ  .‬ر َّب َنا ْ‬
‫َو ِ‬
‫وف َر ِحي ٌم‪ .‬ربّن ا‬ ‫ك َرؤُ ٌ‬ ‫وب َنا ِغالًّ لِلَّ ِذ َ‬
‫ين آ َم ُنوا َر َّب َنا إِ َّن َ‬ ‫َتجْ َع ْل ِفي قُلُ ِ‬
‫آتن ا في ال ّدنيا حس نة وفي اآلخ رة حس نة وقن ا ع ذاب ال ّن ار‪.‬‬
‫والحم د هلل رب الع المين‪ .‬عبادهللا‪ ،‬إنّ هللا ي أمر بالع دل‬
‫واإلحس ان وإيت اء ذي الق ربى وينهى عن الفحش اء والمنك ر‬
‫والبغي يعظكم لعلّكم ت ذ ّكرون‪ .‬ف اذكروا هللا العظيم ي ذكركم‬
‫واشكروه على نعمه يزدكم ولذكرهللا اكبر‪.‬‬

Anda mungkin juga menyukai