Anda di halaman 1dari 11

EKSISTENSI DAN

MARTABAT MANUSIA,
TANGGUNGJAWAB
MANUSIA SEBAGAI
KHALIFAH DAN HAK
SEBAGAI HAMBA, DAN
IMAN DAN TAQWA
SERTA TANTANGAN
DALAM KEHIDUPAN
MODERN
Jihan Fadhila (35)
EKSISTENSI DAN Hakikat ibadah, menurut
MARTABAT MANUSIA Sayyid Quthb tersimpul dalam
Semoga semuanya dalam keadaan baik. dua prinsip, yakni:
(1) Tertanamnya makna
menundukkan dan
merendahkan diri kepada Allah
1. Tujuan Penciptaan Manusia
(ai- 'ubudiyah lillah) di dalam
Allah menegaskan tujuan penciptaan manusia jiwa. Dengan kata lain, manusia
dalam firman-Nya, yang artinya: Dan Aku tidak senantiasa menyadari bahwa
menciptakan jin dan manusia melainkan agar dalam alam ini hanya ada satu
mereka beribadah kepada-Ku, (Q.S. Adz-Dzariyat : Tuhan yang kepada-Nya
56) manusia beribadah.
(2) Berorientasi kepada Allah
dalam segala aktivitas
kehidupan. (Sayyid Quthb. 1975.
Jilid VI, Juz 27 : 378)
2. FUNGSI DAN PERANAN MANUSIA

Manusia mempunyai peran yang ideal yang harus


dijalankan, yakni memakmurkan bumi, mendiami
dan memelihara serta mengembangkannya demi
kemaslahatan hidup mereka sendiri, bukan
mengadakan pengrusakan di dalamnya.

Tugas atau fungsi manusia di dalam kehidupan ini


adalah menjalankan peranan itu dengan sempurna
dan senantiasa menambah kesempurnaan itu
sampai akhir hayat. Hal itu dilakukan agar
manusia benar-benar menjadi makhluk yang
paling mulia dan bertaqwa dengan sebenar benar
taqwa. (Q.S. Ali Imran: 102 dan Q.S. Al-Hujurat: 13)
TANGGUNG JAWAB MANUSIA
1. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah
Hamba Allah adalah orang yang taat dan patuh kepada perintah Allah.
Hakikat kehambaan kepada Allah adalah ketaatan, ketundukan dan
kepatuhan. Ketaatan, ketundukan dan kepatuhan manusia itu hanya
layak diberikan kepada Allah. Dalam hubungannya dengan Tuhan,
manusia menempati posisi sebagai ciptaan dan Tuhan sebagai
Pencipta. Posisi ini memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia
untuk taat dan patuh kepada Penciptanya. Hal ini sudah termaktub
dalam Al-Quran tentang tujuan Allah menciptakan manusia, yakni
untuk menyembah kepada-Nya Konsekuensi manusia sebagai hamba
Allah, dia harus senantiasa beribadah hanya kepada-Nya. Hanya
Allah-lah yang disembah dan hanya kepada Allah-lah manusia mohon
pertolongan (Q.S. AL-Fatihah : 5) Beribadah kepada Allah merupakan
prinsip hidup yang paling hakiki bagi orang Islam, sehingga
perilakunya sehari-hari senantiasa mencerminkan pengabdian itu di
atas segala-galanya.
2. TANGGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH ALLAH

Manusia adalah khalifah Allah di muka bumi. Dia yang bertugas


mengurus bumi dengan seluruh isinya, dan memakmurkannya sebagai
amanah dari Allah. Sebagai penguasa di bumi, manusia berkewajiban
membudayakan alam semesta ini guna menyiapkan kehidupan yang
bahagia dan sejahtera. Tugas dan kewajiban ini merupakan ujian dari
Allah kepada manusia, siapa di antaranya yang paling baik
menunaikan amanah itu.

Konsekuensi kekhalifahan manusia di muka bumi adalah membangun,


mengolah dan memakmurkan bumi ini dengan sebaik-baiknya.
Dengan demikian kehidupan seorang muslim akan dipenuhi dengan
amaliah dan kerja keras yang tiada henti. Kerja keras bagi seorang
muslim adalah salah satu dari bentuk ibadah kepada Allah.
M. Quraish Shihab mengemukakan beberapa potensi yang diberikan Allah kepada
manusia sehubungan dengan kedudukannya sebagai khalifah Allah di muka bumi,
yakni:
Kemampuan untuk mengetahui sifat, fungsi, dan kegunaan segala macam benda.
Melalui potensi ini manusia dapat menemukan hukum-hukum dasar alam
semesta, menyusun konsep, mencipta, mengembangkan, dan mengemukakan
gagasan untuk melaksanakannya serta memiliki pandangan menyeluruh
terhadapnya.
Pengalaman selama berada di surga, baik yang manis seperti kedamaian dan
kesejahteraan, maupun yang pahit seperti keluarnya Adam dan Hawa dari surga
akibat terbujuk oleh rayuan syaitan. Pengalaman ini amat berharga dalam
menghadapi rayuan syaitan di dunia, sekaligus peringatan bahwa jangankan yang
belum masuk surga, yang sudah masuk surga pun, bila mengikuti rayuan syaitan
akan diusir dari srga.
Tuhan telah menaklukkan dan memudahkan alam semesta ini untuk diolah oleh
manusia. Penaklukkan yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia sendiri. Perlu
digarisbawahi bahwa kemudahan dan penaklukan tersebut bersumber dari Allah.
Dengan demikian, manusia dan seluruh isi alam semesta itu mempunyai
kedudukan yang sama dari segi ketundukkan (penghambaan diri) kepada Allah.
Tuhan memberikan petunjuk kepada manusia selama berada di bumi.
IMAN DAN TAQWA MENJAWAB PROBLEM DAN
TANTANGAN KEHIDUPAN MODERN
Masyarakat modern tunduk atau berusaha ditundukkan oleh
keajaiban ilmu pengetahuan dan teknologi yan bertumpu pada
rasionalitas (Komaruddin Hidayat, dalam Nurcholish Madjid
et.al, 2000: 97)
Salah satu ciri kehidupan modern yang paling menonjol adalah
sikap masyarakat yang sangat agresif terhadap kemajuan.
Kemajuan tersebut didorong oleh berbagai prestasi yang dicapai
oleh iptek. Kehidupan modern juga ditandai dengan adanya:
Penggunaan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan
manusia.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai
wujud dari kemajuan intelektual manusia. ( Achmad
Mubarok, 2000: 3)
Kemajuan kehidupan modern tersebut menuntut adanya
peningkatan kualitas sumber daya manusia yang handal,
baik kualitas yang bersifat jasmani, lebih-lebih kualitas yang
bersifat rohani. Manusia lebih sering ditaklukkan oleh benda-
benda hasil kemajuan iptek daripada menguasainya di
bawah kendali manusia. Akibatnya manusia secara tidak
sadar menjadi budak dari kemajuan iptek tersebut. Banyak
produk-produk iptek yang semestinya mendatangkan
kemudahan, kebahagiaan dan ketenangan bagi pemiliknya,
justru menjadi penyebab ketidakharmonisan dalam
kehidupan.

Kecenderungan gaya hidup pada kehidupan modern semakin


materialistis. Materialistis sudah sedemikian mendominasi
dan menguasai kehidupan manusia. Keberhasilan dan
kegagalan ukuran tunggalnya adalah kegagalan dan
keberhasilan dalam materi.
Problematika-problematika kehidupan modern di tersebut
bukan berarti menimbulkan sikap pesimis dalam mengarungi
kehidupan modern. Justru hal itu menjadi tantangan bagi
seluruh umat manusia untuk dapat mengatasi semuanya

Orang beriman tidak akan merasa khawatir dengan keadaan


dunianya yang fana ini demi mencapai keberuntungan yang abadi
di akhirat kelak. Orang beriman tidak akan merasa rugi
beribadah kepada Allah dan memelihara diri dari perkara yang
harus dijauhi. Justru dia akan mendapatkan keberuntungan
berupa petunjuk, istiqamah di atas kebenaran dan kebaikan,
serta mampu menguasai hawa nafsu. Dia pun akan mendapatkan
bentuk keberuntungan yang lain, yakni jiwa yang tenang dan
kehidupan yang damai.
HIKMAH

Yusuf Qardhawi memberikan uraian tentang peran iman


dalam menjawab problem dan tantangan kehidupan
modern, ( Yusuf Qardhawi. 2000: 77) yaitu:
Mendatangkan kebahagiaan
Memberikan kedamaian jiwa
Melahirkan sikap berkecukupan
Melahirkan rasa aman
Keimanan menumbuhkan sikap optimis
Membuat jiwa tegar dalam menghadapi cobaan
TERIMA
KASIH!
Semoga bermanfaat yah!

Anda mungkin juga menyukai