Anda di halaman 1dari 24

LETTER OF CREDIT

(L/C)
Disusun Oleh :
1. Rafi Nur Febrianto (7101420050) 10. Dwi Putri Achliyanda(7101420301)
2. Nadya Damayanti Prihandini (7101420112) 11. Fazza Abiyyu (7101420305)
3. Dea Ananda (7101420158) 12. Annisa Nur Aidha (7101420314)
4. Lisa Apriyati (7101420166) 13. Muhammad Arif F(7101420328)
5. Vinasya Adella Ahyuni (7101420199) 14. Ana Rofiqoh
(7101420332)
6. Muhammad irvan alamsyah (7101420223) 15. Dea Niscye O (7101420343)
7. Atala Salma Jauza N. (7101420234) 16. Hikmah Dwi Afta. (7101420349)
8. Qur'aizin Salsabila Tasya A (7101420247) 17. Nafa Artina Dzikra S
(7101420368)
9. Oktafian Lubabunnajib Faqih (7101420260)
Sistem Pembayaran Dalam Transaksi Bisnis
1. Pembayaran Kartu Kredit/Visa
Ini adalah jenis yang paling umum dilakukan pada transaksi online. Penggunaan kartu kredit untuk
pembayaran merupakan salah satu yang paling populer dilakukan, karena kemudahan yang ditawarkan.
Pemegang kartu hanya diminta untuk memasukkan data kartu kredit, maka proses pembayaran secara
otomatis dilakukan.
2. Transfer Bank
Selain pembayaran menggunakan kartu kredit, ini adalah salah satu cara pembayaran yang paling
sering digunakan. Transfer dapat dilakukan melalui mesin ATM, internet banking maupun mobile
banking.Walau mungkin metode pembayaran ini memerlukan proses yang lebih panjang, karena harus
dilakukan secara manual, namun masih populer digunakan karena terhitung lebih aman. Apalagi tidak
semua orang punya kartu kredit atau debit visa.
Sistem Pembayaran Dalam Transaksi Bisnis
3. Debit Visa
Hampir serupa dengan cara pembayaran menggunakan kartu kredit, pada beberapa jenis kartu debit
dari bank tertentu juga bisa digunakan untuk transaksi online. Yang membedakan debit online dengan
kartu debit biasa adalah dengan tercantumnya logo visa di kartu debit online. Fungsinya bisa menjadi
kartu debit biasa dan bisa juga berubah menjadi alat pembayaran pada transaksi online. Contohnya
kartu dari Jenius.
4. Rekening Bersama
Jenis pembayaran yang kian berkembang ini punya tujuan untuk sama-sama melindungi penjual dan
pembeli. Rekening bersama ini melibatkan pihak ketiga yang bertujuan untuk menahan dana sampai
transaksi selesai dilakukan dan barang sampai dari tangan penjual ke pembeli secara utuh. Saat barang
sudah sampai, pembeli wajib melakukan konfirmasi agar dana segera dilepaskan kepada penjual.
Sistem Pembayaran Dalam Transaksi
5. Cash On Delivery (COD)
Walau transaksi pembelian mungkin dilakukan secara online, namun proses pembayaran pada sistem COD
dilakukan langsung secara offline antara penjual dan pembeli. Jadi bisa dibilang proses ini menghilangkan
unsur kemudahan yang menjadi poin utama dalam transaksi bisnis online. Namun sistem ini masih kerap
digunakan oleh mereka yang ingin bertransaksi dengan melihat produknya langsung sebelum memilih
untuk membayarkan.
6. E-Wallet
Satu yang cukup berkembang dewasa ini adalah penggunaan dompet elektronik atau yang kita kenal
dengan e-wallet. Walaupun masih ada keterbatasan layanan pembayaran hanya di merchant tertentu yang
bekerjasama, namun ke depannya prospek e-wallet dapat berkembang lebih jauh sebagai alat pembayaran
online. Beberapa e-wallet yang dikenal seperti Go-pay dari Gojek, T-Cash dari Telkomsel, dan Ovo.
Sistem Pembayaran Dalam Transaksi
7. Tunai
Bagi mereka yang tidak memiliki kartu kredit, atau sulit mengakses
mesin ATM dan tidak memiliki layanan internet banking, memilih
pembayaran lewat secara langsung. Hal ini mempermudah pembeli
karena dapat langsung melihat barang yang diperjualbelikan.
7 Diatas adalah pembayaran dalam transaksi yang dilakukan di
dalam negeri, dalam hal transaksi luar negeri pun berbeda, berikut
sistem pembayaran yang dilakukan dalam transaksi luar negeri.
Sistem Pembayaran dalam Transaksi Luar
Negeri
A. Barter
Barter adalah pertukaran barang dengan barang. Dalam hal ini barang yang dikirim ke luar negeri ditukarkan
langsung dengan barang yang dibutuhkan di dalam negeri. Pembayaran dengan barter tidak berupa devisa
(uang), melainkan berupa barang yang nantinya dapat dipakai sendiri atau di jual kembali. Barter ini dapat
dilakukan dengan berbagai cara seperti:
• Direct Barter (Barter langsung)
• Switch Barter (Barter alih)
• Counter Purchase (Imbal beli)
• Buy-back barter (Barter beli kembali)
Secara umum sistem perdagangan dengan cara barter ini jarang dilakukan oleh para pelaku bisnis
dibandingkan dengan cara lain, karena cara ini dianggap kurang fleksibel.
Sistem Pembayaran Dalam Transaksi Luar
Negeri
B. Advance Payment (Pembayaran diawal oleh importir)
Jika menggunakan sistem pembayaran ini maka importir harus melakukan pembayaran terlebih
dahulu sebelum barangnya dikirimkan oleh eksportir. Cara pembayaran diawal ini biasanya
dilakukan jika :
• Quantity barang dan nilainya relatif kecil.
• Importir sangat membutuhkan barang yang akan diimpor.
• Importir sudah tahu betul kredibilitas dari eksportir.
• Importir memiliki dan menguasai devisa (uang) yang berlebih.
Pembayaran diawal sangat berisiko bagi importir, dimana bisa terjadi importir mendapatkan barang
yang tidak sesuai dengan pesanan atau bahkan importir tidak mendapatkan barang yang dipesan jika
penjualnya ingkar.
Sistem Pembayaran Dalam Transaksi Luar
Negeri
C. Open Account (pembayaran diakhir/dibelakang, setelah barang dikirimkan)
Cara pembayaran Open account merupakan kebalikan dari cara pembayaran
advance payment. Dimana pembayaran akan dilakukan oleh importir setelah
barang dikirimkan oleh eksportir, baik setelah dokumen pengapalan telah
direlease, namun barang belum diterima oleh importir maupun setelah barang
diterima oleh pembeli.
Cara pembayaran dengan open account mengandung risiko yang besar bagi
eksportir. Risiko yang timbul adalah eksportir sangat mungkin tidak mendapatkan
pembayaran dari pembeli, karena tidak ada jaminan yang mengikat.
Sistem Pembayaran Dalam Transaksi Luar
Negeri
D. Down Payment (Uang Muka)
Metode pembayaran ekspor impor dengan uang muka yaitu importir membayar
sebagian uang terlebih dahulu sebagai uang muka pada awal kontrak jual beli
(sebelum barang dikirim oleh eksportir), dan kemudian sisanya akan dilunasi
setelah barang diterima. Besarnya uang muka bervariasi, bisa 30%, 50%, atau
jumlah lain sesuai kesepakatan antara eksportir dan importir.
Pada metode pembayaran menggunakan DP terdapat risiko bagi eksportir dan
importir. Bagi eksportir terdapat risiko tidak mendapatkan pembayaran ke dua
setelah barang dikirimkan dan bagi importir terdapat risiko barang tidak
dikirim oleh eksportir setelah melakukan pembayaran uang muka.
Sistem Pembayaran Dalam Transaksi Luar
Negeri
E. Wesel Inkaso/Documentary Collection (Documents against Payment (D/P) dan
Documents against Acceptance (D/A))
Dalam sistem pembayaran collection ini eksportir menggunakan jasa bank untuk
menyerahkan dokumen ekspor impor sekaligus “menagih” pembayarannya
kepada importir. Jika dilihat flownya, disini eksportir mengapalkan terlebih
dahulu barang untuk importirnya, kemudian dokumen – dokumen yang berkaitan
dengan pengiriman barang dikirimkan langsung ke Bank “koresponden” di negara
importir atau melalui bank eksportir terlebih dahulu kemudian baru dikirimkan
kepada bank importir. Kemudian Bank importir diluar negeri akan menyerahkan
satu set dokumen ekspor impor tersebut.
Sistem Pembayaran Dalam Transaksi Luar
Negeri
F. Letter Of Credit (L/C)
Letter of Credit atau biasa kita kenal dengan sebutan L/C. Sistem pembayaran
dengan LC bisa dikatakan sebagai sistem pembayaran dimana para pelaku bisnis
(eksportir dan importir) menggunakan jasa pihak ketiga yaitu Bank untuk
menjamin keamanan transaksi tersebut. Dalam sistem pembayaran ini Bank yang
telah ditunjuk importir akan menerbitkan surat (letter) jaminan pembayaran kepada
eksportir dengan syarat eksportir telah memenuhi syarat – syarat yang terdapat
dalam surat tersebut. Surat inilah yang disebut dengan Letter of Credit
(L/C).Metode pembayaran L/C kedua belah pihak (eksportir dan importir) relatif
lebih aman dan terjamin dalam melakukan transaksi ekspor impor.
Dasar Hukum Perdagangan Dalam Negeri
dan Luar Negeri
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan
adalah pengaman pembangunan nasional di bidang ekonomi yang disusun dan
dilaksanakan untuk memajukan kesejahteraan umum melalui pelaksanaan demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan
ekonomi nasional sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Kegiatan Perdagangan merupakan penggerak utama
pembangunan perekonomian nasional yang memberikan daya dukung dalam
meningkatkan produksi, menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan Ekspor dan
devisa, memeratakan pendapatan, serta memperkuat daya saing Produk Dalam Negeri
demi kepentingan nasional.
Dasar Hukum Perdagangan Dalam Negeri
dan Luar Negeri
Berikut beberapa isi dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2004 :
• Perdagangan adalah tatanan kegiatan yang terkait dengan transaksi Barang dan/atau Jasa
di dalam negeri dan melampaui batas wilayah negara dengan tujuan pengalihan hak atas
Barang dan/atau Jasa untuk memperoleh imbalan atau kompensasi.
• Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak termasuk Perdagangan Luar Negeri.
• Perdagangan Luar Negeri adalah Perdagangan yang mencakup kegiatan Ekspor dan/atau
Impor atas Barang dan/atau Perdagangan Jasa yang melampaui batas wilayah negara.
Dasar Hukum Perdagangan Dalam Negeri
dan Luar Negeri
• Perdagangan Perbatasan adalah Perdagangan yang dilakukan oleh warga
negara Indonesia yang bertempat tinggal di daerah perbatasan Indonesia
dengan penduduk negara tetangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
• Barang adalah setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, baik
bergerak maupun tidak bergerak, baik dapat dihabiskan maupun tidak dapat
dihabiskan, dan dapat diperdagangkan, dipakai, digunakan, atau
dimanfaatkan oleh konsumen atau Pelaku Usaha.
• Jasa adalah setiap layanan dan unjuk kerja berbentuk pekerjaan atau hasil
kerja yang dicapai, yang diperdagangkan oleh satu pihak ke pihak lain
dalam masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen atau Pelaku Usaha.
Letter Of Credit (L/C)
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, Sistem pembayaran dengan LC bisa dikatakan
sebagai sistem pembayaran dimana para pelaku bisnis (eksportir dan importir)
menggunakan jasa pihak ketiga yaitu Bank untuk menjamin keamanan transaksi tersebut.
Dalam sistem pembayaran ini Bank yang telah ditunjuk importir akan menerbitkan surat
(letter) jaminan pembayaran kepada eksportir dengan syarat eksportir telah memenuhi
syarat – syarat yang terdapat dalam surat tersebut. Surat inilah yang disebut dengan Letter
of Credit (L/C).
Eksportir pasti akan mendapatkan pembayaran selama memenuhi syarat – syarat yang
tercantum di dalam LC, begitu juga importir hanya akan melakukan pembayaran jika
eksportir atau bank telah mengkonfirmasi bahwa barang yang dikirimkan kepada importir
sudah sesuai dengan yang dipesan.
Letter Of Credit (L/C)
Pihak-pihak yang terkait dalam L/C diantaranya :
• Importir : Pihak yang mengajukan aplikasi pembukaan L/C ke Bank penerbit
L/C (Issuing Bank) di negara importir dengan mencantumkan ketentuan-
ketentuan
• Eksportir : Pihak yang mengirimkan barang sesuai ketentuan dalam L/C, dan
pada saat bersamaan eksportir juga harus melakukan proses kepabeanan
(Customs Clearance) ke Bea Cukai.
• Bank : Pihak yang membantu importir dalam menerbitkan L/C dan
meneruskan L/C kepada Bank koresponden (nominated bank) di negara
eksportir.
Letter Of Credit (L/C)
Jenis-Jenis L/C :
1. Revocable L/C
Jenis ini adalah L/C yang memberikan hak kepada opener atau issuing bank untuk dapat membatalkan atau membuat
perubahan sewaktu-waktu tanpa persetujuan dari beneficiary. Contohnya, pihak eksportir bisa menghadapi masalah
agar segera mendapatkan pembayaran dari pihak importir. Di sisi importir, L/C memberikan kemudahan karena bisa
diubah atau dibatalkan tanpa memberitahu beneficiary
2. Irrevocable L/C
Jika revocable bisa dibatalkan maka, irrevocable tidak bisa diubah dan dibatalkan. Wesel-wesel yang ditarik atas L/C
tetap dijamin Pembatalan tetap bisa dilakukan asalkan, kedua belah pihak setuju untuk melakukannya.
3. Irrevocable L/C and Confirmed L/C
Jenis ketiga L/C ini adalah yang paling aman. Pihak opening bank serta advising bank memberikan jaminan
sepenuhnya pembayaran atau pelunasan wesel yang ditarik L/C ini.
Letter Of Credit (L/C)
Jenis-Jenis L/C :
4. Clean letter of credit
Pengambilan uang dari kredit yang ada bisa dilakukan tanpa perlu mencantumkan syarat-syarat yang lain
untuk menarik wesel atau bisa dilakukan dengan menyerahkan kwitansi biasa.
5. Documentary letter of credit
Penarikan uang atau kredit yang ada dan pengambilannya dilengkapi dengan rangkaian dokumen lainnya
yang disebutkan dalam syarat-syarat L/C.
6. Documentary L/C dengan red clause
L/C ini memberikan hak kepada penerima L/C atau beneficiary untuk menarol sebagian dari L/C yang
tersedia dengan kwitansi biasa atau penarikan wesel tanpa dokumen lainnya. Sisanya dilakukan seperti
documentary L/C.
Letter Of Credit (L/C)
Jenis-Jenis L/C :
7. Revolving L/C
Revolving L/C merupakan L/C yang memperboleh kredit bisa dipakai
ulang tanpa perubahan khusus pada L/C itu.
8. Back to Back L/C
Penerima L/C ini bukan pemilik barang tapi hanya sebagai perantara.
Karena itu, penerima L/C harus meminta bantuan bank untuk membuka
L/C yang diterima dari luar negeri atau pemilik bank yang sebenarnya.
Letter Of Credit (L/C)
Penerbitan L/C Dalam Transaksi :
1. Eksportir dan importir membuat perjanjian perdagangan (Sales Contract).
2. Importir mengajukan aplikasi pembukaan L/C ke Bank penerbit L/C (Issuing Bank) di negara importir dengan
mencantumkan ketentuan-ketentuan (diaplikasikan dalam dokumen) yang harus dipenuhi oleh eksportir.
3. Setelah disetujui, issuing bank menerbitkan dan meneruskan L/C kepada Bank koresponden (nominated bank)
di negara eksportir.
4. Bank koresponden meneruskan L/C kepada eksportir / seller.
5. Setelah membaca L/C kemudian eksportir mengirimkan barang sesuai ketentuan dalam L/C, dan pada saat
bersamaan eksportir juga harus melakukan proses kepabeanan (Customs Clearance) ke Bea Cukai.
6. Eksportir menerima dokumen pengapalan dari carrier / transporter (shipping lines / airlines) dan kemudian
menyerahkannya ke bank, disertai dokumen ekspor lainnya (sesuai yang diminta dalam L/C).
Letter Of Credit (L/C)
Penerbitan L/C Dalam Transaksi :
7. Bank Eksportir (Nominating / Negotiating bank) melakukan pembayaran kepada eksportir dengan catatan si eksportir
memiliki fasilitas negosiasi wesel ekspor dari bank eksportir tersebut, jika tidak memiliki fasilitas ini maka si eksportir
akan menerima pembayaran setelah si importir atau issuing bank membayarnya.
8. Bank eksportir mengirimkan dokumen-dokumen ekspor ke Bank Importir (Issuing Bank).
9. Issuing Bank meminta importir untuk menebus dokumen impor dengan cara pembayaran yang disyaratkan, kemudian
importir meminta issuing bank mendebit rekeningnya untuk menebus dokumen-dokumen tersebut jika L/C nya berjenis
Sight atau melakukan akseptasi jika L/C nya berjenis Usance.
10. Issuing Bank menyerahkan dokumen-dokumen ekspor (pengapalan, dll) kepada importir.
11. Issuing Bank melakukan pembayaran kepada Nominating / Negotiating Bank.
12. Importir setelah menerima dokumen-dokumen dari Bank, kemudian mengurus pengeluaran barang dari kawasan
pabean / port (Customs Clearance) dan membawa barang yang diimpor tersebut ke tempat importir.
Letter Of Credit (L/C)
Dalam praktek transaksi menggunakan L/C para pelaku ekspor
impor berpedoman pada aturan internasional yang disebut dengan
UCPDC (Uniform Customs and Practice for Documentary Credit) atau
biasa disebut dengan UCP. Peraturan ini diterbitkan oleh International
Chamber of Commerce (ICC) dan pada saat ini versi UCP yang berlaku
adalah UCP 600. Penjabaran lebih luas dari isi UCP 600 ini terdapat
dalam International Standard Banking Practices (ISBP) dan pada saat
ini versi ISBP yang berlaku adalah ISBP 2013.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai