dan Contohnya
Sistem ini kemudian dianggap tidak relevan lagi ketika nilai pertukaran
tidak disetujui salah satu pihak. Belum lagi masalah komoditas yang
dinilai tidak sepadan.
Sistem barter kemudian tergantikan dengan commodity currency yang
mana sistem pertukaran dilakukan dengan menggunakan komoditas
yang sudah diterima secara umum semisal emas.
Kala itu emas bisa dijadikan sebagai alat transaksi sekaligus sebagai
koleksi atau pajangan atau hiasan. Namun, dengan meningkatnya
kebutuhan manusia, sistem ini juga dianggap kurang efektif dan efisien.
Lalu, muncullah alat transaksi baru berupa uang.
Kehadiran uang pun terus berkembang dari yang awalnya berupa uang
kartal (uang kertas dan koin) atau biasa disebut uang tunai dan kini
muncul uang elektronik untuk transaksi nontunai.
Alat transaksi tunai ini berupa uang tunai yang bisa berupa uang koin
ataupun uang kertas. Di Indonesia uang tunai yang berlaku adalah
Rupiah yang dikeluarkan Bank Indonesia.
Rp100
Rp200
Rp500
Rp1.000
Rp500
Rp1.000
Rp2.000
Rp5.000
Rp10.000
Rp20.000
Rp50.000
Rp75.000
Rp100.000
Lalu, apa saja jenis alat transaksi nontunai yang digunakan di Indonesia?
1. Cek
2. Giro
Giro memang hampir sama dengan cek. Namun, giro bukanlah perintah
untuk mencairkan dana, melainkan perintah untuk pemindahan dana dari
satu rekening ke rekening nasabah lain yang namanya telah ditunjuk di
dalam giro tersebut.
3. Kartu kredit
4. Kartu debit
Tiap-tiap kartu debit memiliki limit dan batas waktu yang berbeda,
tergantung pada jenis tabungan yang dipilih nasabah.
5. Nota debit
Nota debit adalah surat yang difungsikan untuk menagih nasabah dari
bank lain melalui kliring.
6. Nota kredit
7. Uang elektronik
Uang elektronik atau sering dikenal dengan e-money adalah jenis alat
transaksi yang terbilang baru dan memiliki beberapa unsur di dalamnya.
Bank Indonesia sendiri telah mengatur kriteria unsur untuk uang
elektronik, yaitu:
Lain hal mungkin jika kamu menggunakan alat transaksi nontunai yang
hanya tinggal gesek dan semua beres. Kemungkinan besar kamu akan
lebih boros dan sulit mengatur utang.
Kekurangan alat pembayaran tunai
1. Mudah hilang
2. Risiko kriminalitas
Membawa uang tunai dalam jumlah yang besar selain beresiko hilang
juga berisiko mengundang tindak kriminalitas, misalnya saja pencurian,
perampokan, pembegalan, dan lain sebagainya. Untuk itu, selalu berhati-
hati ketika kamu membawa uang tunai apalagi dalam jumlah yang besar.
Penggunaan uang tunai mungkin akan lebih mudah jika nominal yang
dibutuhkan sedikit. Tapi apa jadinya kalau uang yang dibutuhkan
jumlahnya cukup banyak?
Inilah juga salah satu alasan kenapa banyak orang lebih memilih alat
transaksi non tunai, khususnya untuk nominal transaksi yang cukup atau
sangat besar.
Kelebihan dan kekurangan alat pembayaran nontunai
Nah, kamu sudah tahu nih sisi kelebihan dan kekurangan dari alat
pembayaran tunai. Lalu, bagaimana dengan alat pembayaran nontunai?
Kamu sudah tidak perlu repot menghitung manual jumlah uang. Sebab
dengan pembayaran nontunai, kamu hanya perlu menuliskan besarnya
uang yang diperlukan hingga bilangan yang paling detail sekalipun.
3. Lebih aman
Kembali lagi pada kondisi Indonesia yang mana belum semua tempat
atau wilayah memiliki standar prasarana dan sarana yang merata.
Sudah bukan menjadi rahasia umum bahwa banyak orang yang akhirnya
terlilit utang akibat penggunaan pembayaran nontunai, entah itu melalui
kartu kredit maupun uang elektronik. Dari sini kamu harus waspada dan
berhati-hati, jangan sampai kemudahan justru menyesatkanmu.