Sistem transfer dana: sistem ini memungkinkan adanya proses pemindahan dana dari satu bank
ke bank lainnya ataupun ke bank yang sama.
Alat pembayaran: alat pembayaran adalah alat yang di dalamnya terdiri dari alat pembayaran
tunai dan nontunai.
Saluran pembayaran: saluran di dalamnya mencakup teller input, mobile banking, mesin ATM,
internet banking, phone banking, sampai EDC atau electronic data capturing.
Regulator: mereka adalah pihak yang mempunyai wewenang dalam mengatur aturan main,
kebijakan, dan juga ketentuan lain yang sifatnya lebih mengikat untuk semua komponen yang
terlibat di dalam payment system itu sendiri.
Penyelenggara: suatu lembaga yang bertanggung jawab dalam memastikan bahwa semua
kegiatan transaksi dapat diselesaikan hingga akhir.
Lembaga yang berwenang: suatu lembaga yang melakukan proses payment system, yakni BI.
Sementara itu, kepentingan pasar modal lembaga berada di bawah PT Kustodian Sentral Efek
Indonesia dan juga Penyelenggara Kliring Alat Pembayaran Menggunakan Kartu atau APMK.
Instrumen: alat pembayaran yang dilakukan dengan baik secara tunai atau nontunai.
Infrastruktur: seluruh bentuk sarana fisik yang bertugas dalam mendukung proses kegiatan
operasional payment system.
Pengguna: mereka adalah pihak yang disebut dengan konsumen atau orang yang memanfaatkan
payment system.
Prinsip-prinsip Sistem Pembayaran
Baiknya suatu sistem pembayaran harus mampu memberikan tingkat kenyamanan dan juga keamanan
untuk seluruh penggunanya, baik itu dalam bentuk tunai ataupun nontunai.Sebagai lembaga yang
bertugas menjalankan payment system di Indonesia, Bank Indonesia sudah mengatur empat prinsip sistem
pembayaran, yakni:
1. Efisien
Prinsip ini lebih menekankan pada tingkat pelaksanaan payment system yang harus bisa dilakukan secara
lebih luas. Sehingga, biaya yang akan ditanggung oleh masyarakat sebagai pengguna akan lebih
terjangkau.
2. Aman
Setiap risiko yang terdapat di dalam payment system harus bisa dikelola dan juga dimitigasi lebih baik
dengan adanya payment system, baik itu risiko kredit, fraud, dan likuiditas.
3. Perlindungan Konsumen
Sistem pembayaran harus bisa dijaga dengan baik dalam hal menjaga jumlah uang tunai yang beredar
ataupun kondisinya yang memang masih layak edar. Hal tersebut sering disebut dengan clean money
policy.
4. Kesetaraan Akses
Bank Indonesia tidak menginginkan adanya kegiatan praktik monopoli dalam kegiatan sistem
pembayaran, karena hal ini nantinya akan menghambat pengguna lain untuk ikut serta.
Peranan BI Dalam Penyelenggaraan Sistem Pembayaran
Seperti yang sebelumnya sudah dijelaskan bersama bahwa lembaga yang memiliki wewenang untuk
menjaga dan juga mengatur kelancaran sistem pembayaran adalah Bank Indonesia selaku bank sentral.
Hal ini adalah salah satu bagian dari tujuan diciptakannya Bank Indonesia, yakni menjaga stabilitas nilai
mata uang Rupiah agar peningkatan perekonomian nasional bisa terwujud dengan baik.
Selain itu, Bank Indonesia juga mempunyai wewenang untuk menetapkan dan juga memberlakukan
kebijakan dalam sistem pembayaran yang sudah diatur pada UU No. 23 tahun 1999 dan sudah diubah
pada UU Nomor 6 tahun 2009
Hingga saat ini, BI mempunyai peran yang sangat banyak dalam menyelenggarakan sistem pembayaran,
yakni:
Bertugas dalam menentukan standar tertentu dalam setiap alat pembayaran dan juga menentukan
alat pembayaran apa saja yang bisa digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di Indonesia.
Memiliki wewenang dalam memberikan persetujuan dan juga izin pada penyedia jasa
pembayaran yang turut serta dalam menyediakan sistem pembayaran.
Menerapkan aturan dan mengawasi lembaga apa saja yang bisa dan diperbolehkan dalam
melakukan sistem pembayaran, baik itu lembaga bank ataupun lembaga non bank.
Memiliki wewenang untuk menjadi penyelenggara sistem kliring antar bank, terutama untuk
beberapa jenis alat pembayaran khusus. Hal tersebut sudah diatur di dalam Sistem Kliring
Nasional Bank Indonesia (SKNBI).
Memiliki wewenang untuk menjalankan sistem BI, yakni Real Time Gross Settlement. Sistem ini
bisa digunakan untuk melakukan kegiatan transaksi nontunai yang nilainya terbilang besar.
Mempunyai kebijakan dalam mengendalikan risiko, efisiensi, tata kelola, dan hal lainnya dalam
sistem pembayaran.
Di zaman yang sudah serba digital seperti saat ini, penggunaan uang kartal terbilang lebih sedikit
daripada uang giral. Hal tersebut dikarenakan alat pembayaran tunai diklaim kurang efektif dan kurang
efisien.
Terlebih lagi bila melakukan transaksi yang nilai pasarnya ternyata lebih besar dengan menggunakan
uang tunai, maka cenderung akan meningkatkan berbagai risiko, seperti perampokan, pencurian, dll.
Untuk kegiatan transaksi nontunai yang jumlahnya besar, pelaksanaannya bisa dilakukan oleh BI dengan
menggunakan sistem kliring dan sistem Real Time Gross Settlement atau BI-RTGS. Beberapa sistem
pembayaran nontunai yang bisa digunakan adalah:
Giro: Bukti permintaan pemindahan uang ataupun dana dari rekening yang satu ke rekening yang
lainnya dengan berdasarkan jumlah dan juga nama yang sudah tertulis.
Cek: Bukti permintaan dari pihak nasabah yang ditujukan untuk bank pengguna yang mencairkan
sejumlah dana atau uang sesuai dengan jumlah dan juga nama pihak penerima yang tertulis pada
cek.
Kartu kredit: adalah alat pembayaran non tunai yang berbentuk kartu. Kartu kredit tersebut
dikeluarkan oleh pihak bank, yang manan kemudian bank akan meminjamkan sejumlah uang
pada pihak nasabah terlebih dahulu untuk melakukan pembayaran.
Nota debit: suatu bukti transaksi yang berguna untuk meminimalisir utang usaha yang harus
dilunasi.
Uang elektronik: uang digital dari setoran tunai yang dilakukan oleh pihak nasabah agar bisa
dialihkan menjadi uang elektronik atau e-money.
Nah, untuk melakukan kegiatan transaksi internasional secara nontunai umumnya Anda harus
menukarkan uang yang sama dengan nilai kurs yang berlaku.
Beberapa contoh alat pembayaran nontunai bertaraf internasional adalah sebagai berikut:
Cek – sistem pembayaran yang dilakukan cek via bank penjual dari negara penjual.
Kartu kredit – Pembayaran dengan kartu kredit bisa dilakukan di berbagai negara, terutama bila
Anda memiliki kartu dengan jaringan Union Pay, MasterCard, Visa, dll.
Wesel pos – Pihak pembeli bisa melakukan kegiatan transaksi wesel pos untuk mengirim uang
dari dalam dan juga ke luar negeri. Penyelenggara wesel pos internasional adalah Wesel Union.
Online payment – sistem pembayaran di dalamnya hampir sama dengan uang elektronik yang
mana para pengguna harus melakukan setoran uang tunai ke suatu akun. Anda juga bisa
menghubungkan kartu kredit ke dalam akun online payment, seperti PayPal.
F.PENGERTIAN DAN SEJARAH ALAT PEMBAYARAN TUNAI.
1.PENGERTIAN UANG
Uang dalam ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang dapat diterima
secara umum. Alat tukar itu dapat berupa benda apapun yang dapat diterima oleh setiap orang
di masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa.[1] Dalam ilmu ekonomi modern, uang
didefinisikan sebagai sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat
pembayaran bagi pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya
serta untuk pembayaran utang.[2] Beberapa ahli juga menyebutkan fungsi uang sebagai alat
penunda pembayaran. Secara kesimpulan, uang adalah suatu benda yang diterima secara
umum oleh masyarakat untuk mengukur nilai, menukar, dan melakukan pembayaran atas
pembelian barang dan jasa, dan pada waktu yang bersamaan bertindak sebagai alat penimbun
kekayaan.
Keberadaan uang menyediakan alternatif transaksi yang lebih mudah daripada barter yang
lkebih kompleks, tidak efisien, dan kurang cocok digunakan dalam sistem ekonomi modern
karena membutuhkan orang yang memiliki keinginan yang sama untuk melakukan pertukaran
dan juga kesulitan dalam penentuan nilai.[3] Efisiensi yang didapatkan dengan menggunakan
uang pada akhirnya akan mendorong perdagangan dan pembagian tenaga kerja yang
kemudian akan meningkatkan produktivitas dan kemakmuran.
2.SEJARAH UANG
Sejarah uang tak lepas dari cara manusia bertransaksi untuk memenuhi kebutuhannya.
Sebelum mengenal uang, transaksi barang dilakukan dengan cara barter atau tukar-menukar
barang. Uang memiliki peranan penting dalam sejarah peradaban umat manusia dari masa ke
masa. Setelah uang dikenal, alat tukar dalam transaksi pun berganti. Kini bahkan telah dikenal
mata uang digital semisal bitcoin. Berawal dari Barter Dilansir dari Telegraph.co.uk, uang telah
menjadi bagian dari sejarah manusia selama hampir 3.000 tahun. Sebelum manusia mengenal
uang, transaksi dilakukan dengan cara barter. Misalnya, si A menawarkan beras kepada si B
yang memiliki ikan untuk ditukar. Namun, tidak semua barang yang kita inginkan bisa didapat
dengan cara barter, melainkan harus ada kesepakatan dengan orang lain mengenai barang
yang akan ditukar. Berbeda dengan saat ini, seseorang bisa membeli apa saja jika punya uang.
Barter juga menjadikan manusia lebih selektif dalam mendapatkan barang sehingga kualitas
barang bisa terjaga dengan baik. Sistem barter dapat pula menipiskan kesenjangan sosial
antara si kaya dan si miskin dalam kehidupan. Baca juga: Sejarah Rupiah Berawal dari Oeang
Republik Indonesia Kemunculan Uang Kemunculan uang pertama di peradaban manusia masih
diperdebatkan lantaran ada beberapa versi. Jack Weatherford dalam buku History of Money
(1997), misalnya, mendukung pendapat yang mengatakan bahwa uang pertamakali diciptakan
dan digunakan oleh bangsa atau orang-orang dari Kerajaan Lydia. Bangsa Lydia diperkirakan
pernah hidup di kawasan yang kini menjadi wilayah Turki. Uang pada masa ini konon berwujud
koin dengan gambar singa yang mengaum. Weatherford meyakini bahwa orang-orang Lydia
sudah mengenal uang dan memakainya sebagai alat tukar sejak sekitar tahun 1.000 Sebelum
Masehi (SM). Donald B. Clane punya versi berbeda. Dalam buku Rationality and Human
Behavior (1999), ia menyebut bahwa mata uang koin pertamakali ditemukan 6.000 tahun lalu di
wilayah yang kini berdiri negara Turki. Namun, Clane tidak menyebut bangsa Lydia seperti
keyakinan Weatherford. Seiring berjalannya waktu, muncul pula uang yang dibuat dari kertas.
Beberapa sejarawan meyakini uang kertas mulai digunakan pada di Cina pada tahun 100
Masehi. Berabad-abad berselang, bangsa-bangsa Eropa baru mengenal jenis uang ini, itu pun
setelah Marco Polo pulang dari Cina. Baca juga: Bitcoin, Emas Digital yang Tidak Ramah
Lingkungan Uang Digital Kemajuan teknologi juga berdampak terhadap perkembangan jenis
alat tukar selain uang. Pada 1946, kartu kredit mulai diperkenalkan sebagai alat tukar pengganti
uang atau yang bisa disebut sebagai transaksi non-tunai. Di era serba digital dan internet
seperti sekarang ini, muncul lagi alat tukar jenis baru, yakni bitcoin. Bitcoin adalah uang
elektronik yang dikembangkan oleh Satoshi Nakamoto sejak tahun 2009. Saat ini, 1 bitcoin
setara dengan hampir 8 ribu dolar AS.
G.FUNGSI , JENIS , DAN SYARAT UANG.
1. Fungsi uang
Menurut ilmu ekonomi, uang digunakan sebagai alat perantara dalam berdagang
dan memiliki dua kelompok fungsi, yaitu:
a. Fungsi Uang
Uang logam terbuat dari logam, emas, atau perak dan nominalnya kecil
seperti Rp100, Rp200, Rp500, dan Rp1.000.
Uang kertas dibuat agar tidak mudah robek, luntur, dan tahan terhadap air.
Nominalnya besar contohnya Rp10.000, Rp20.000, atau Rp100.000.
Uang yang telah disepakati oleh masyarakat harus memenuhi 7 syarat sebagai
berikut:
X IPA 7
DISUSUN OLEH :
4.NABILA ISAMORA
TAHUN 2022/2023
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................i
Daftar Isi...............................................................................................................ii
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan
Penyayang karena berkat rahmat-Nya yang melimpah penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini.