Oleh
Elsi Stiarani
Najwa Naili
Suryawiastarani
1
Biro Pengembangan dan Kebijakan Sistem Pembayaran Direktorat Akunting dan Sistem
Pembayaran, Pengantar Sistem Pembayaran, hal 2
1
yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi. Sistem pembayaran merupakan sistem yang
berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain.
Media yang digunakan untuk pemindahan nilai uang tersebut sangat beragam,
mulai dari penggunakan alat pembayaran yang sederhana sampai pada penggunaan
sistem yang kompleks dan melibatkan berbagai lembaga dalam aturan mainnya.
Secara umum sistem pembayaran dibagi menjadi dua jenis, yaitu sistem pembayaran
tunai dan sistem pembayaran non-tunai. Perbedaan mendasar dari kedua jenis sistem
pembayaran tersebut terletak pada instrumen yang digunakan. Pada sistem
pembayaran tunai instrumen yang digunakan berupa uang kartal, yaitu uang dalam
bentuk fisik uang kertas dan uang logam, sedangkan pada sistem pembayaran non-
tunai instrumen yang digunakan berupa Alat Pembayaran Menggunakan Kartu
(APMK), cek, bilyet giro, nota debit, maupun uang elektronik.
Sistem pembayaran tidak dapat dipisahkan dari perkembangan uang yang diawali
dari pembayaran secara tunai sampai kepada pembayaran elektronis yang bersifat
nontunai. Perkembangan sistem pembayaran didorong oleh semakin besarnya volume
dan nilai transaksi, peningkatan risiko, kompleksnya transaksi, dan perkembangan
teknologi.
- Kebijakan
- Kelembagaan,
- Alat Pembayaran,
- Mekanisme Operasional,
- Infrastruktur dan
- Perangkat Hukum
2
1. Kebijakan Komponen kebijakan dalam sistem pembayaran memberikan
dasar pengembangan Sistem Pembayaran di suatu negara. Kebijakan
sistem pembayaran biasanya tercermin dalam berbagai peraturan dan
ketentuan.
Pada umumnya kebijakan yang berkaitan dengan sistem pembayaran
ditetapkan oleh bank sentral masing-masing negara. Hal ini dikarenakan
adanya keterkaitan yang erat antara kebijakan-kebijakan di bidang sistem
pembayaran dengan sistem moneter dan sistem perbankan.
2. Kelembagaan dalam Sistem Pembayaran meliputi berbagai lembaga yang
secara langsung maupun tidak langsung berperan dalam penyelenggaraan
Sistem Pembayaran.
Secara umum lembaga-lembaga yang terlibat dalam sistem
pembayaran meliputi antara lain bank sentral, bank-bank dan lembaga
kliring, pasar modal, penyedia jasa jaringan komunikasi, penerbit kartu
kredit, dll. Masing-masing lembaga tersebut mempunyai peran dan
tanggung jawab yang berbeda dalam Sistem Pembayaran.
3. Instrumen Pembayaran non-tunai yang digunakan sebagai media
pembayaran meliputi berbagai media baik berupa paper based maupun
card-based). Penggunaan instrument pembayaran non-tunai ini memiliki
karakteristik yang berbeda satu sama lain dimana di dalamnya melekat
hak dan kewajiban keuangan bagi para pelaku yang bertransaksi.
4. Dalam sistem pembayaran non-tunai diperlukan suatu mekanisme
operasional untuk melakukan perpindahan dana dari satu pihak ke pihak
lainnya. Mekanisme operasional ini idealnya harus dapat menjamin
kelancaran dan keamanan perpindahan dana, serta kepastian penerimaan
dana oleh pihak penerima. Sebagai contoh, mekanisme operasional yang
ada saat ini antara lain adalah kliring, transfer dana via RTGS, dan lain-
lain.
5. Infrastruktur teknis meliputi berbagai komponen teknis yang diperlukan
untuk memproses dan melakukan perpindahan dana, standard-standard
3
seperti message format, sistem jaringan komputer, komunikasi, perangkat
keras dan lunak, sistem back-up, disaster recovery plan dan lain-lain.
Keberadaan infrastruktur teknis ini sangat menunjang kelancaran
penyelenggaraan suatu Sistem Pembayaran. Pilihan atas infrastruktur ini
tergantung pada kebutuhan dan kebijakan masing-masing negara dalam
pengembangan Sistem Pembayaran Nasionalnya. Pilihan ini tentunya
mempunyai implikasi terhadap investasi yang harus dikeluarkan, dimana
semakin tinggi teknologi yang digunakan diperlukan investasi yang
semakin besar pula.
6. Perangkat hukum dalam Sistem Pembayaran mencakup undang-undang,
dan peraturan-peraturan yang terkait dengan Sistem Pembayaran.
Termasuk juga aturan main berbagai pihak yang terlibat, misalnya antar
bank, antar bank dan nasabah, antar bank dan bank sentral dll. Peranan
perangkat hukum ini sangat penting untuk menjamin adanya aspek
legalitas dalam penyelenggaraan Sistem Pembayaran. Ketiadaan
perangkat hukum tertentu dapat menghambat pengembangan suatu Sistem
Pembayaran.
4
periode awal pemukiman Amerika, penduduknya menggunakan tembakau, beras,
kayu, dan lain sebagainya sebagai medium of exchange.
Sistem barter dan ‘commodity curreny’ ini sangat tidak efisien, antara lain karena:
sulit mencari orang yang memiliki barang yang dibutuhkan, dan berkeinginan
untuk menukarkan sebagian barangnya dengan barang yang ditawarkan,
setiap orang mempunyai ide yang berbeda terhadap nilai barang yang akan
dipertukarkan, dibandingkan dengan barang lainnya,
Penggunaan uang tunai (kertas dan logam) telah memberikan kepraktisan dalam
melakukan suatu transaksi pembayaran. Namun sejalan dengan perkembangan
perekonomian dan teknologi, penggunaan uang tunai ini kemudian hanya dirasa
cukup praktis untuk pembayaran-pembayaran yang bernilai relatif kecil. Namun tidak
demikian halnya untuk transaksi-transaksi yang nilainya cukup besar, karena
2
Biro Pengembangan dan Kebijakan Sistem Pembayaran Direktorat Akunting dan Sistem
Pembayaran, Pengantar Sistem Pembayaran, hal 9
5
diperlukan kuantitas fisik uang yang banyak, serta faktor keamanan karena orang
akan merasa tidak aman bila membawa sejumlah uang tunai dalam jumlah besar.
Berbagai kendala dalam penggunaan uang tunai (kertas dan logam) mendorong
munculnya inovasi-inovasi baru dalam penciptaan alat pembayaran yang bersifat
nontunai. Alat pembayaran non-tunai yang saat ini kita kenal ada yang berbentuk
paperbased (Cek/Bilyet Giro), card-based (Kartu Kredit, Kartu Debet) dan electronic
based. Bahkan ejak tahun 2007 mulai dikenalkan uang elektronik yang ditujukan
untuk jenis pembayaran mikro sebagai pengganti uang. Saat ini penggunaan uang
elektronik tersebut banyak dijumpai di berbagai supermarket, pom bensin,
pembayaran toll, transportasi dan kedepan dimunkinkan untuk berkembang lebih
lanjut. Perkembangan teknologi juga telah memungkinkan perpindahan (transfer)
dana secara elektronis yang cepat antar kota bahkan antar negara.
6
lainnya dalam bidang moneter dan perbankan. Saat ini hampir semua bank sentral
menempatkan sistem pembayaran sebagai salah satu bidang dalam tugas pokoknya.
7
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peranan sistem pembayaran penting
dalam perekonomian, yaitu untuk mendukung terciptanya kestabilitasan system
keuangan, sebagai channel utama tranmisi kebijakan moneter intuk mendukung
kebijakan pengendalian moneter yang lebih efektif dan efisien, dan intuk mendorong
efisiensi perekonomian nasional. Untuk itu, sistem pembayaran harus diawasi dengan
baik agar sistem pembayaran berjalan dengan aman dan lancar.
Dengan adanya evolusi kini mengenai alat pembayaran mulai dari bentuk
kertas seperti cek, wesel, bilyet giro bahkan sampai dengan bentuk elektronik bahkan
digital serta mungkin nantinya dapat berkembang menjadi bentuk-bentuk lainnya.
Maka dalam satu sisi , perkembangan teknologi informasi dengan segala bentuknya
memberi berbagai kemudahan, kecepatan dan kelancaran pada system pembayaran.
Namun pada sisi lain hal ini juga dapat menimbulkan ketergantungan, misalkan
ketergantungan system transfer dana elektronik terhadap kehandala infrastruktur
jaringan komunikasi.
8
Risiko yang disebutkan diatas tak hanya disebabkan oleh terjadinya gangguan
operasional, tetapi dimungkinkan pula terjadi akibat masalah-masalah keuangan yang
dihadapi oleh para pelaku system pembayaran. Masalah-masalah keuangan para
pelaku system pembayaran berpotensi menjadi problem apabila tidak cukup di-cover
dalam aturan main setiap pembayaran.
Selain daripada risiko diatas terdapat pula risiko hukum yang mana sering
diabaikan oleh para pelaku, namun masalah kekuatan dan kejelasan hukum ditiap-tiap
yurisdiksi dimana sebuah system pembayaran beroperasi bisa menjadi suatu pemicu
terjadinya potensi risiko tersebut. Bukan hanya itu saja ternyata sebuah industry
masih pula dihadapkan pada risiko fraud dan human error yang merupakan bagian
dari risiko operasional.3
1. Risiko kredit, yaitu risiko ketika salah satu peserta dalam sistem
pembayaran tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo atau
di masa mendatang;
2. Risiko likuiditas, yaitu risiko ketika salah satu peserta dalam sistem
pembayaran tidak memiliki cukup dana untuk memenuhi kewajibannya pada
saat jatuh tempo, meskipun mungkin mampu pada waktu yang akan datang;
3. Risiko hukum, yaitu risiko ketika kerangka hukum yang lemah atau
ketidakpastian hukum yang dapat menyebabkan atau memperburuk risiko
kredit dan risiko likuiditas;
3
Sri Mulyati Tri Subari, Kebijakan Sitem Pembayaran di Indonesia(Seri Kebanksentralan),
PPSK BI, Jakarta, i-vii, hal 8
9
operasional, yang dapat menyebabkan atau memperburuk risiko kredit dan
risiko likuiditas; dan
10