Anda di halaman 1dari 17

Makalah

Modus Penipuan Online Akibat Perubahan Sistem


Pembayaran 
 

 
 
Disusun Oleh : 
Nama : Ivonne Patricia  
Kelas : 12 IPS 1 

SMA DIAN HARAPAN DAAN MOGOT BARU  


TAHUN AJARAN 2020/2021 

 
Kata Pengantar 
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, rahmat dan
kasih karuniaNya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Modus Penipuan Online Akibat Perubahan Sistem Pembayaran” ini dengan lancar. Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh guru sosiologi yang
bernama msDeasi Saragih.  
Makalah ini disusun dari hasil penyusunan data-data yang diperoleh dari buku-buku dan
dari media massa yang berkaitan dengan masalah penipuan transaksi online, serta informasi dari
media massa yang berhubungan dengan pembahasan makalah ini. Tidak lupa penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada guru atas bimbingan dan arahan dalam penulisan
makalah ini, sehingga bisa menyelesaikan makalah ini dengan lancar. 
Saya harap dengan membaca makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan
baru, sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua agar dapat berhati-hati dan waspada dalam
melakukan pembayaran atau segala bentuk transaksi secara online dalam masyarakat di
Indonesia khususnya untuk saya sendiri. 
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sistem pembayaran adalah sistem yang digunakan untuk membayar atau
pemberian uang dari satu pihak ke pihak lain. Ada berbagai cara yang dapat digunakan
untuk melakukan pembayaran, mulai dari penggunaan alat pembayaran sederhana hingga
penggunaan sistem yang kompleks. Pada saat ini, seluruh dunia telah menggunakan alat
komunikasi elektronik yang mempengaruhi masyarakatnya untuk berkomunikasi
via online, termasuk Indonesia. Berkembangnya teknologi saat ini tidak hanya digunakan
sebagai sarana untuk berkomunikasi saja, tetapi juga digunakan sebagai tempat jual
beli online.  
Teknologi yang berkembang pesat ini mempengaruhi pola dan sistem
pembayaran, sehingga terus mengalami perubahan. Kemajuan teknologi dalam sistem
pembayaran ini mengubah perilaku masyarakat yang biasanya menggunakan uang tunai
sebagai alat pembayaran menjadi pembayaran non tunai yang lebih efektif dan
efisien. Pembayaran non tunai ini telah menjadi sedemikian canggih, tidak
lagi menggunakan kertas, namun telah berubah ke dalam
bentuk elektronik (paperless).  Sudah barang tentu alat pembayaran
yang paperless membutuhkan infrastruktur teknologi tinggi. Dilansir dari
Warta ekonomi, Bank Indonesia mencatat adanya peningkatan pembayaran
via delivery channel pada tahun 2018. Menurut Onny Widjanarko selaku kepala
departemen kebijakan sistem pembayaran BI, pengguna kartu debit turun menjadi 12,7%
dan pembayaran via delivery channel naik menjadi 26,5%.  
Saat ini, jual beli online melalui media sosial, baik dari WhatsApp, LINE,
Telegram, Instagram, Facebook, dan masih banyak media lainnya adalah suatu hal yang
sangat biasa terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Jual beli melalui media sosial juga
sangat praktis dilakukan, sehingga pembeli tidak perlu susah payah untuk datang ke suatu
toko untuk melakukan pembayaran karena semua telah tersedia di genggaman tangan
kita, yaitu gadget atau handphone.  Dengan adanya media sosial, pembeli hanya cukup
melakukan pembayaran secara online, kemudian penjual akan memproses dan
mengirimkan barang kepada pembeli dengan persetujuan sebelumnya  
Pemerintah perlu mendukung perkembangan Teknologi Informasi melalui
infrastruktur hukum dan pengaturannya, sehingga Teknologi Informasi yang
ada dapat  dimanfaatkan dengan benar dan aman, sehingga dapat mencegah ataupun
meminimalkan terjadinya penyalahgunaan sistem pembayaran online dengan
memperhatikan nilai-nilai agama dan sosial budaya, masyarakat Indonesia. Berdasarkan
pertimbangan tersebut dibentuklah Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik (selanjutnya disebut UU ITE).  
Namun, penggunaan media online untuk melakukan transaksi jual
beli masih banyak disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu yang ingin mementingkan
kepentingan pribadi. Contohnya adalah menerima transfer uang dari
pembeli online namun barang yang telah dipesan tidak dikirimkan oleh pemilik barang
tersebut atau bisa juga penjual tidak menjual barang yang sesuai dengan apa yang telah
diiklankan. Dari sisi ini, dapat diketahui bahwa transaksi jual beli online telah
mendapatkan perhatian yang besar dari masyarakat, namun tidak sedikit penjual
barang online yang melakukan hal tersebut untuk meraih keuntungan dengan cara yang
cepat dan hanya mementingkan kepentingan pribadi. 
Menurut Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik, transaksi jual-beli melalui internet termasuk dalam transaksi yang
menggunakan sistem elektronik internet, sehingga dalam bahasa Undang-Undang disebut
Transaksi Elektronik. Adanya fasilitas internet, teknologi yang canggih, dan mudah untuk
dipelajari menyebabkan kejahatan atau modus penipuan online semakin marak terjadi
dalam kehidupan bermasyarakat atau yang sering disebut  Cyber Crime (kejahatan dunia
maya). Penipuan online adalah sebuah tindakan yang dilakukan oleh oknum-oknum yang
tidak bertanggung jawab dengan memberikan informasi palsu atau tidak nyata demi
keuntungan pribadi. 
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan suatu penelitian
khusus untuk mengkaji dan mendeskripsikan lebih dalam mengenai faktor penyebab,
dampak, serta solusi dari modus penipuan online dalam sebuah makalah dengan judul
“Modus Penipuan Online Akibat Perubahan Sistem Pembayaran.” 
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas, maka permasalahan yang
akan diungkap oleh peneliti adalah:  
1. Apa yang menyebabkan pembeli tertarik untuk melakukan pembayaran
secara online?  
2. Faktor-faktor apa yang menyebabkan seseorang melakukan modus
penipuan online? 
3. Apa solusi terbaik dalam menghadapi permasalahan tersebut? 
1.3 Maksud dan Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 
1. Untuk mengetahui penyebab pembeli tertarik untuk melakukan pembayaran
secara online.  
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan
modus penipuan online. 
3. Untuk mengetahui solusi terbaik dalam menghadapi permasalahan tersebut. 
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Pembayaran
2.1.1 Pengertian Sistem Pembayaran
Menurut CPSS Glossary (2003), Sistem pembayaran adalah
interaksi antar entitas yang terdiri dari instrument, prosedur,
sistem interbank  funds transfer untuk melancarkan perputaran uang.
Menurut Guitian (1998), sistem pembayaran adalah suatu alat dan sarana
yang diterima dalam setiap melakukan pembayaran secara umum,
lembaga dan organisasi yang mengatur pembayaran tersebut
(termasuk Prudential Regulation), prosedur operasi dan jaringan
komunikasi yang digunakan untuk memulai dan mengirim informasi
pembayaran dari pembayar ke penerima pembayaran dan menyelesaikan
pembayaran. 
Menurut Pohan (2011 : 70), sistem pembayaran adalah suatu
sistem yang melakukan pengaturan kontrak, fasilitas pengoperasian dan
mekanisme teknis yang digunakan untuk penyampaian, pengesahan, dan
penerimaan instruksi pembayaran, serta pemenuhan kewajiban
pembayaran yang dikumpulkan melalui pertukaran “nilai” antar
perorangan, bank dan lembaga lainnya baik domestik maupun antarnegara
(cross border)”. 
Menurut UU Bank Indonesia No.23/1999, sistem pembayaran
adalah sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan
mekanisme yang digunakan untuk melakukan transfer dana untuk
memenuhi kewajiban yang timbul dari kegiatan ekonomi. Secara umum
dapat disimpulkan bahwa sistem pembayaran merupakan sebuah alat
pembayaran yang digunakan untuk melakukan pembayaran, 
2.1.2 Sejarah Perkembangan Sistem Pembayaran
Sistem pembayaran sudah dikenal sejak dahulu kala. Sejak 6000
SM, sistem barter telah dikenal dan dijadikan sebagai sistem
pembayaran dan sistem ini diperkenalkan oleh penduduk suku
Mesopotamia. Kemudian, sistem barter digunakan oleh
orang Fenisia hingga Babilonia. Pada masa itu, tengkorak manusia dan
garam merupakan barang yang populer digunakan untuk alat
tukar. Mereka menyadari bahwa mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan
hidupnya jika memproduksi barang sendiri. Maka, mereka mencari orang
yang ingin menukarkan barangnya untuk mendapatkan barang sesuai
dengan kebutuhannya. Namun, sistem barter ini tetap memiliki kendala
karena mereka menyadari bahwa sulit untuk mempertemukan orang-orang
yang saling membutuhkan pada waktu yang bersamaan.  
Mereka pun menetapkan benda tertentu sebagai alat tukar yang
sering disebut sebagai uang. uang. Menurut para ahli, uang pertama kali
digunakan oleh bangsa Lydia dengan bentuk koin sejak tahun 1000 SM.
Seiring berkembangnya zaman, muncul uang yang terbuat dari kertas yang
lebih praktis dan memiliki fungsi yang sama dengan uang koin. Para
sejarawan meyakini bahwa uang kertas mulai digunakan sejak 100 SM
oleh penduduk Kerajaan Tiongkok Kuno. Majunya teknologi sangat
mempengaruhi berkembangnya jenis alat tukar selain uang pada
umumnya. Pada tahun 1946, kartu kredit mulai diperkenalkan sebagai alat
tukar pengganti uang. Selain itu, juga dikenal cek atau giro sebagai alat
tukar pembayaran dengan nominal yang lebih besar. Hingga
kini, instrument pembayaran tersebut masih tetap digunakan.  
Sistem pembayaran elektronik dan kartu kredit menjadi awal
terbitnya payment card.  Menurut data dari Bank Indonesia, pada tahun
2016 tercatat bahwa transaksi penggunaan kartu ATM/Debit hingga 5,623
triliun. Hal inilah yang mendorong munculnya inovasi baru dengan
membuat m-banking dan e-banking. Orang-orang mulai menggunakan
metode pembayaran tersebut dan hal ini
berdampak terhadap transaksi online di Indonesia yang semakin marak
terjadi dalam masyarakat. 
2.1.3 Keuntungan Sisem Pembayaran Online
Pada zaman sekarang, sudah tidak dapat dipungkiri bahwa semua
kegiatan dapat dilakukan secara online, termasuk dalam melakukan
pembayaran. Kini segala sesuatu terasa lebih mudah dilakukan
secara online, baik melalui komputer, laptop, tablet, handphone,
gadget,  termasuk internet banking. Bertransaksi
secara online memberikan perkembangan baru dalam perekonomian dan
membawa pengaruh yang besar dalam kehidupan bermasyarakat karena
berbagai cara pembayaran dilakukan lebih mudah dan efisien. Secara
umum, ada dua keuntungan yang bisa didapat ketika bertransaksi
secara online. Pertama, mudah dan praktis. Bertransaksi
secara online tentu saja memudahkan nasabah karena mereka tidak perlu
datang ke bank atau ke ATM untuk melakukan pembayaran. Hanya dari
genggaman gadgetnya, mereka bisa melakukan pembayaran dengan
cepat dimana saja dan kapan saja. Dengan demikian, segala transaksi akan
terasa lebih mudah, praktis, dan menghemat waktu.  
Kedua, lebih hemat. Bertransaksi secara online membuat orang
bisa lebih hemat, baik hemat waktu maupun hemat uang. Hal ini
karena dengan fasilitas internet banking misalnya, mereka bisa langsung
melakukan pembayaran tanpa harus datang ke ATM yang tentu saja
memerlukan biaya, baik itu bahan bakar kendaraan maupun ojek atau
taksi. Mereka juga dapat menghemat waktu dan tenaga dengan
bertransaksi online. Bahkan, tidak jarang harga barang-barang
di online shop jauh lebih murah dibandingkan toko offline karena tidak
diperlukan biaya sewa dan biaya-biaya lainnya. Hal ini tentu sangat
menguntungkan konsumen yang ingin bertransaksi online dan perlu untuk
melakukan pembayaran. 
Ketiga, banyak program khusus dan mudah untuk melakukan
perbandingan. Dengan bertransaksi
secara online, pembeli akan mendapatkan program tertentu yang dapat
menguntungkan mereka. Selain itu, dengan melakukan pembayaran
secara online, orang akan lebih mudah untuk membandingkan harga antara
satu toko dengan yang lainnya karena kesempatan terbuka lebar dan
layanan di toko online biasanya lebih mudah dilakukan
dibandingkan toko offline. 
2.2 Penipuan Online
2.2.1 Pengertian penipuan Online
Menurut R. Sugandhi (1980 : 396-397), penipuan adalah tindakan
seseorang dengan tipu muslihat, rangkaian kebohongan, nama palsu, dan
keadaan palsu dengan maksud menguntungkan diri sendiri dengan tiada
hak. Dengan demikia, penipuan online dapat diartikan sebagai
penyalahgunaan layanan internet atau software  yang dilakukan untuk
mengambil keuntungan pribadi dari korban, dapat berupa pencurian
informasi personal maupun penipuan transaksi secara online.  Tentu saja
penipuan, baik secara langsung maupun secara online, tetap sama-sama
merugikan pihak lain. Zaman sekarang, modus penipuan tidak dilakukan
dengan menghipnotis di tempat umum lagi, namun lebih kepada penipuan
lewat media online atau daring. 
2.2.2 Jenis-jenis Penipuan Online
Modus penipuan online harus diwaspadai agar tidak terjadi dalam
kehidupan masyarakat. Ada beberapa jenis penipuan online yang terjadi
dalam kehidupan bermasyarakat, yaitu : 
1. Penipuan lewat Undian Berhadiah.  
Modus penipuan ini sudah tidak asing kita jumpai di
internet. Iklan ini sering tampak di layar gadget saat
sedang membuka tab  baru atau sedang membuka suatu situs
internet untuk melakukan aktivitas online. Pada awalnya, para
korban diajak untuk bergabung untuk mendapat hadiah
tersebut. Kemudian, korban diminta untuk melakukan transfer
uang sebagai biaya pendaftaran agar dapat mengikuti undian
itu.  
2. Metode Phising.  
Phising adalah suatu metode kejahatan dunia
maya dimana pelaku berusaha untuk mendapatkan informasi
pribadi, telepon, kata sandi, informasi kartu kredit, dan
sebagainya dengan menyamar sebagai lembaga yang sah.
Pelaku akan menghubungi target melalui email dan meminta
korban untuk mengisi data diri secara lengkap, kemudian
pelaku akan memulai aksi dalam penipuan online. 
3. Menunda pengiriman resi.  
Dalam melakukan jual beli secara online, penjual diharuskan
untuk mengirim barang yang dipesan oleh pembeli. Barang
yang dikirimkan melalui ekspedisi akan disertai dengan nomor
resi. Nomor resi berguna untuk melacak status pengiriman
barang. Penjual yang berusaha menunda untuk mengirim
resi tanpa alasan yang jelas patut dicurigai karena ia berusaha
untuk menipu.  
4. Mengirim bukti transfer palsu.  
Dalam hal ini, penjual menjadi pihak yang dirugikan karena
pembeli mengirim bukti transfer palsu dengan tujuan agar
pembeli tersebut tidak perlu mengeluarkan uang untuk
mendapatkan suatu barang. Bukti transfer tersebut diedit oleh
pembeli agar terlihat seperti asli padahal bukti transfernya
palsu. 
5. Menjual produk atau jasa dengan harga miring.  
Hal ini patut dicurigai karena jika harganya terlalu
murah memungkinkan penjual hanya mendapatkan uangnya
saja tanpa memikirkan produk yang akan dikirim atau jasa yang
akan diberikan kepada konsumen. Tentu hal ini merugikan
konsumen atau pembeli karena pembeli sudah melakukan
pembayaran, tetapi pembeli tersebut tidak memperoleh jasa
atau produk yang dijanjikan. 
2.2.3 Faktor Penyebab Penipuan Online
Ada banyak faktor yang menyebabkan penipuan online terjadi
dalam kehidupan manusia. Jika dirangkum, ada 3 faktor utama yang
menyebabkan penipuan online terjadi dimana-mana. Pertama, faktor
ekonomi. Karena kebutuhan hidupnya tidak tercukupi, maka mereka akan
melakukan segala cara agar mendapatkan uang, sehingga menipu orang
yang tidak bersalah pun mereka rela. Kedua, karena kurang informasi atau
edukasi. Kurangnya informasi atau edukasi juga menjadi
penyebab terjadinya penipuan online. Orang tidak mengetahui tanda-tanda
bahwa pelaku akan melakukan penipuan karena kurangnya pengetahuan,
informasi, dan edukasi yang diberikan dalam masyarakat.  
Ketiga, faktor personal dan budaya. Faktor personal maksudnya
adalah mementingkan kepentingan pribadi tanpa memikirkan orang lain.
Mereka hanya fokus untuk mendapatkan uang, tetapi tidak peduli
bagaimana caranya dan tidak peduli mengenai nasib orang lain yang
terkena imbasnya juga. Bisa juga karena seseorang iri hati karena melihat
orang lain telah sukses, sehingga ia berkeinginan untuk sukses juga tetapi
dengan cepat. Faktor budaya juga bisa menjadi penyebab terjadinya
penipuan online. Misalnya, keinginan untuk mendapatkan uang dengan
mudah. Jika seseorang sudah ditanamkan dalam benaknya bahwa manusia
harus hidup sukses dan makmur tanpa mau berproses, biasanya mereka
akan mudah untuk melakukan penipuan online karena yang penting bagi
dirinya adalah mencapai kesuksesan atau menjadi orang yang kaya dengan
mudah dan instan. Pemikiran seperti ini tentu saja dapat menyebabkan
terjadinya peningkatan kasus penipuan online.
2.2.4 Cara Menghindari Penipuan Transaksi Online
Penipuan online yang marak terjadi dalam kehidupan manusia, dapat
dihindari dengan berbagai cara, yaitu : 
1. Jangan tergiur dengan barang murah 
Tentu saja dengan harga yang murah, penipu dapat membuat
pembeli tertarik untuk membeli produknya karena pembeli
merasa diuntungkan apabila dengan harga murah bisa mendapat
produk yang diinginkan. Namun, yang menjadi masalah adalah
jika harga terlalu murah, hal tersebut patut dicurigai karena
tidak mungkin orang ingin menjual produk tapi harus rugi. Jadi,
jangan tergiur apabila melihat barang murah karena belum
tentu penjual tersebut benar-benar menjual produk tersebut.
Bisa jadi hanya ingin mengelabui para pembeli agar tertarik
untuk membeli, tetapi kemudian pembeli tidak mendapatkan
barang yang dibeli. 
2. Simpan dengan baik segala bukti dan transaksi  
Sebagai pembeli, sebaiknya jangan membuang bukti transaksi
ketika melakukan pembayaran karena jika tidak ada bukti
transaksi, pembeli tidak bisa berbuat apa-apa lagi sekalipun
benar-benar tertipu karena tidak ada bukti yang sah. Bisa saja
penjual menuduh balik sebagai tindakan yang mencemari nama
baik, padahal memang kenyataannya seperti itu. Jadi, sebisa
mungkin pembeli menyimpan bukti transaksi atau bukti
pembayaran dengan baik. 
3. Jangan hanya melihat testimoni  
Semakin berkembangnya zaman, orang-orang semakin cerdik
untuk mencari celah dengan membuat testimoni palsu dengan
harapan pembeli percaya dan mau membeli produk
penjual. Penjual bisa saja mengedit testimoni itu serapi
mungkin agar terlihat seperti asli, padahal belum tentu hal
tersebut asli. Ada baiknya pembeli melihat bukti barang asli
yang telah dipesan atau mention dari beberapa pembeli lain
yang sudah membelinya karena bisa saja barang tersebut
diambil dari google. Jadi, ada baiknya pembeli mengecek
terlebih dahulu bukti barang aslinya. 
4. Utamakan Cash On Delivery  
Pembeli juga bisa memanfaatkan fitur COD untuk menjamin
bahwa produk sampai di tangan pembeli karena barang yang
dibeli baru akan dibayar ketika produk tersebut sampai.
Namun, memang sekarang juga ada pembeli yang nakal dan
hanya iseng saja. Di sini peran penjual juga harus memilih dan
melihat apakah pembeli tersebut benar-benar serius atau
sekedar iseng saja. Jika pembeli tidak merespons atau tidak ada
konfirmasi apa pun, bisa jadi pembeli hanya iseng dan
tidak benar-benar ingin membeli produk tersebut. 
5. Meminta Nomor Resi Pengiriman 
Jika penjual benar-benar mengirim barang, sudah pasti ada
nomor resi karena barang tersebut dikirim melalui jasa
ekspedisi pengiriman barang, dan ekspedisi tersebut pasti
mengirim nomor resi jika barang akan dikirim. Apabila penjual
menunda-nunda untuk mengirimkan nomor resi, bisa jadi
penjual tersebut menipu pembeli. 

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan mengenai Modus Penipuan Online yang Terjadi


Akibat Perubahan Sistem Pembayaran, dapat dikemukakan kesimpulan sebagai
berikut:
1. Sistem pembayaran terus berubah dari zaman ke zaman dan perubahan tersebut
membawa pengaruh bagi masyarakat. Perubahan sistem pembayaran menjadi
serba online memberikan keuntungan bagi para penggunanya menjadi lebih
mudah, praktis, dan hemat. 
2. Sistem pembayaran yang serba Online dapat disalahgunakan oleh oknum-oknum
yang tidak bertanggung jawab dengan melakukan tindakan penipuan
secara online. Jenis-jenis penipuan online dapat berupa penipuan lewat undian
berhadiah, metode phising, penundaan pengiriman resi, pengiriman bukti
transfer palsu, dan penjualan produk atau jasa dengan harga miring. 
3. Ada tiga faktor utama yang menyebabkan penipuan online terjadi, yaitu faktor
ekonomi, kurangnya informasi dan edukasi, serta faktor personal dan budaya.
Untuk menghindari modus penipuan online akibat perubahan sistem pembayaran
yang serba online, cara yang bisa dilakukan adalah tidak tergiur dengan harga
murah, menyimpan segala bukti transaksi dengan baik, tidak hanya berpatokan
pada testimoni, mengutamakan Cash on Delivery, dan meminta nomor resi
pengiriman. 
3.2 Saran

Saran penulis dari hasil pembahasan ini adalah : 


1. Hingga saat ini, pemerintah masih belum bisa melindungi masyarakat secara
utuh dan maksimal, khususnya dalam hal penipuan online yang dialami oleh
masyarakat. Seharusnya pemerintah bisa memberikan edukasi sosialisasi kepada
masyarakat melalui upaya preventif dan represif. 
2. Setiap orang hendaknya lebih waspada dan berhati-hati dalam melakukan
pembayaran atau bertransaksi secara online. Jangan mudah percaya pada orang
lain tanpa ada bukti nyata dan keyakinan dari penjual. Sebelum membeli suatu
barang dari sebuah toko online, sebaiknya pembeli memeriksa atau mencari
tahu website resmi toko tersebut dan memastikan apakah ada yang pernah
bertransaksi secara online di toko tersebut tanpa mengalami penipuan.  
3. Bagi penjual, sebaiknya juga diberikan edukasi dan arahan bahwa dalam
berbisnis online, yang terpenting bukanlah keuntumgan semata, tetapi
bagaimana penjual tersebut bisa memberikan value lebih kepada pembeli,
sehingga dapat membawa pengaruh positif dalam masyarakat. Selain itu, penjual
sebaiknya juga jeli dalam melihat pembeli. Apabila pembeli mau menggunakan
fitur cash on delivery, tetapi tidak menunjukkan respon positif atau keseriusan,
sebaiknya jangan langsung menyetujui hal tersebut karena bisa saja pembeli
hanya iseng, bukan benar-benar ingin membeli produk tersebut. 
DAFTAR REFERENSI
Bareksa. (2018, Maret 28). Transaksi Perdagangan Online Bisa Tumbuh 300 Persen dalam 6 Tahun.
Retrieved from Bareksa: https://www.bareksa.com/berita/id/text/2018/03/28/transaksi-
perdagangan-online-bisa-tumbuh-300-persen-dalam-6-tahun/18858/news

Daruri, A. D. (2015, Maret 18). Sistem Pembayaran. Retrieved from SindoNews.com:


https://nasional.sindonews.com/berita/977974/18/sistem-pembayaran-barter

Newa, J. J. (2019, September 28). 5 Faktor Penyebab Generasi Milenial Lebih Memilih Belanja Online.
Retrieved from AKURAT.co cepat tepat benar: https://akurat.co/iptek/id-783774-read-5-faktor-
penyebab-generasi-milenial-lebih-memilih-belanja-online

Nugraha, D. (2019, Oktober 2). Bergesernya Tren Transaksi Pembayaran di Industri 4.0. Retrieved from
Paper Blog: https://www.paper.id/blog/bisnis/transaksi-pembayaran-di-indonesia/

Putriansyah, I. (2016, Maret 11). 3 Keuntungan Bertransaksi Secara Online. Retrieved from KreditGoGo:
https://kreditgogo.com/artikel/Informasi-Umum/3-Keuntungan-Bertransaksi-Secara-Online.html

Rangga143. (2020, May 5). Sistem Pembayaran. Retrieved from guruAkuntansi.co.id:


https://guruakuntansi.co.id/sistem-pembayaran/

Anda mungkin juga menyukai