Anda di halaman 1dari 17

JURNAL ISLAM SYARIAH

UANG DIGITAL, IMPLEMENTASI DAN PERMASALAHANNYA

Amrul Muzan

M.Taufik Hidayat, Muhammad Risky, Sri Rahayu Febrianti


Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, Pekanbaru
Email: srirahayufebrianti23@gmail.com, Email: th737691@gmail.com,
Email: muhammadrizky2810@gmail.com

Abstrak
Artikel ini bertujuan mengkaji mengenai transformasi uang sebagai alat transaksi
keuangan modern. Dalam konsep keuangan, uang elektronik sudah mencukupi sebagai
syarat suatu benda yang dapat difungsikan menjadi uang. Seperti mudah disimpan,
mudah dibawa, tidak mudah rusak dan lain-lain. Di Indonesia transaksi uang elektronik
telah muhmengalami peningkatan yang signifikan, per-November 2017 saja BI mencatat
volume dan nilai transaksi uang elektronik dengan total nominal transaksi Rp.1,64
triliun atau naik 98% dibanding November 2016. Artikel ini menggunakan metode
analisis deskriptif. Kesimpulan artikel ini yaitu berkembangnya bisnis startup di
Indonesia juga mempengaruhi transaksi uang elektronik semakin meningkat, seperti
transportasi online Go-Jek ataupun Grab. Persaingan antara Grab dan Go-Jek tidak
hanya seputar bisnis jaringan tranportasi saja, namun juga persaingan uang elektronik
sebagai pendukung bisnis utama perusahaan. Grab melalui GrabPay dan Go-Jek
melalui Go-Pay berjuang mengembangkan layanan uang elektronik mereka. Dengan
menyasar masyarakat mobile, produk uang elektronik dari dua perusahaan startup ini
cukup diminati masyarakat. Bank Indonesia sendiri terus mendorong penggunaan dan
penerapan transaksi non tunai dengan uang elektronik. Sudah banyak perusahaan
perbankan maupun perusahaan lainnya seperti jasa menggunakan uang elektronik, dan
untuk meningkatkan kenyamanan para pengguna uang elektronik. Bank Indonesia juga
terus berupaya melakukan pengembangan dan perbaikan terkait sistem maupun aturan
tentang transaksi keuangan elektronik. Dengan demikian diharapkan transaksi uang
elektronik terus menjadi pilihan masyarakat sebagai instrumen transaksi pembayaran
demi kemajuan perekonomian global di era digital.
 PENDAHULUAN

Perkembangan sistem pembayaran berinovasi dari tahun ke tahun dampak dari


kemajuanteknologi informasi, seiring dengan kemajuan sistem digitalisasi jasa keuangan dan
instrumen- instrumen transaksi pembayaran. Inovasi sistem pembayaran pada awalnya sistem
manual/konvensional harus membawa fisik uang dan ikut antrian di loket pembayaran bank,
kemudian berinovasi menjadi sistem pembayaran dengan instrumen non tunai memakai APMK
(Alat Pembayaran Menggunakan Kartu) seperti kartu ATM/Debet dan kartu kredit, kini telah
bertransformasi dengan inovasi terbaru yaitu digitalisasi sistem pembayaran dengan model uang
elektronik (e-electronic). Transformasi transaksi pembayaran secara elektronik terdiri dari
beberapa model, antara lain; transfer langsung (electronic funds transfer), menggunakan kartu
pembayaran (payment card), menggunakan uang elektronik (electronic money) dan uang digital
(digital money). Perbedaan model penyimpanan nilai uang digitalisasi dengan uang elektronik
yaitu dalam uang digital tidak memiliki nilai instrinsik dan tidak berwujud diterbitkan sebagai
pengganti uang konvensional, dapat berdiri sendiri dan penerbitannya tidak berdasarkan pada
uang konvensional, sedangkan uang elektronik bentuk uang tanpa uang fisik (cashless money)
yang menyimpan nilai uang dalam bentuk data digital. Hal ini berbeda juga dengan APMK,
dengan kartu ATM/Debit, nilai uang disimpan dalam rekening pemilik kartu.1

Penggunaan uang elektonik sedang marak di Indonesia. Mulai dari kalangan muda bahkan
sampai kalangan tua pun tertarik untuk menggunakan uang elektronik ini. Di samping
penggunaannya yang semakin meluas, adapula kemudahan yang didapat dari penggunaan uang
elektronik ini, meskipun masih banyak orang yang belum tertarik dan kurang memahami
penggunaan uang elektronik, masyarakat seolah dipaksa menggunakan uang secara cashless. Hal
ini terbukti pada peraturan transaksi pada gerbang tol yang sekarang sudah tidak menggunakan
uang cash. Selain transaksi yang mudah dan cepat, hal ini juga tentunya menghindari tingkat
penyelewengan dana. Banyak beragam manfaat yang didapatkan dari transaksi yang dilakukan
secara cashless, salah satu hal yang menarik masyarakat untuk menggunakan transaksi cashless
ini adalah promosi. Banyak promo yang ditawarkan apabila menggunakan transaksi dengan uang
elektronik. Tentunya hal ini berdampak pada volume transaksi yang terjadi dan tingkat konsumsi

1
Tumpal Manik, ‘Analisis Pengaruh Transaksi Digitalisasi Uang Elektronik Terhadap Cashless Society Dan
Infrastruktur Uang Elektronik Sebagai Variabel Pemodarasi’, Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Finansial Indonesia, 2.2
(2019), 27–40 <https://doi.org/10.31629/jiafi.v2i2.1714>.
yang meningkat. Dengan adanya promo yang ditawarkan, masyarakat semakin memilih
menggunakan uang elektronik ini dan bisa saja transaksi ini menyebabkan masyarakat semakin
konsumtif. Tentu hal ini sangat bagus bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dimana tingkat
konsumsi yang tinggi memengaruhi pertumbuhan ekonomi yang menyebabkan peningkatan.
Orang yang akan berbelanja akan mendapatkan kemudahan dalam bertransaksi sehingga akan
meningkatkan kecepatan perputaran uang.2

Perkembangan uang elektronik bukan disebabkan oleh Bank Indonesia, namun disebabkan
oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang mengendalikan pasar untuk
menggunakan uang elektronik tersebut. Uang elektronik menjadi salah satu alternatif
pembayaran dalam segmen mikro, seperti pembayaran tol, pembelian tiket dan juga pembayaran
di merchant yang sudah menggunakan sistem pembayaran uang elektronik. Uang elektronik
menawarkan kemudahan dan kecepatan dalam melakukan transaksi. Dari banyak praktik, uang
elektronik sangat efisien dalam penggunaannya. Meskipun demikian masih banyak masyarakat
Indonesia yang belum menggunakan fasilitas ini. Hal ini dapat dibuktikan dengan masih
banyaknya pengguna uang cash untuk membayar barang atau jasa. Padahal sasaran utama dari
Bank Indonesia dalam menerbitkan uang elektronik adalah untuk meminimalkan penggunaan
uang tunai di kalangan masyarakat dalam transaksi sehari-hari. Konsumen pengguna uang
elektronik saat ini umumnya didominasi oleh masyarakat kelas menengah hingga menengah atas
maupun masyarakat yang sudah melek teknologi. Sehingga pemerataan penggunaan uang
elektronik di Indonesia di rasa masih kurang. Program less cash society yang digalakkan oleh
pemerintah sendiri merupakan bagian dari persiapan masyarakat Indonesia dalam menghadapi
persaingan global terutama Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang sudah disetujui sejak
Januari 2016. Oleh karena itu, meminimalisir penggunaan uang tunai merupakan salah satu cara
agar nilai mata uang tidak jatuh dan tetap stabil.3

 PEMBAHASAN
A. Uang Elektronik

2
Angelica Putri Wijaya, ‘Pengaruh Penggunaan Uang Elektronik, Jumlah Uang Beredar, Inflasi Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia’, Prosiding Seminar Nasional & Call for Paper STIE AAS, September, 2021, 189–
200.
3
Aisyah Dini, Muhammad Irwan, and Padli Nasution, ‘Eksistensi Uang Elektronik Bagi Masyarakat Menengah Ke
Bawah’, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2018, 1–7 <https://katadata.co.id/berita/2019/09/23/bi-catat->.
Menghadapi tuntutan dunia bisnis perbankan yang semakin kompetitif, khususnya tuntutan
sistem layanan perbankan harus lebih efisian dan efektif, sehingga adanya peralihan layanan dari
sistem konvensioal atau manual menjadi sistem non tunai hingga sistem digitalisasi dengan uang
elektronik. Penerapan sistem digitalisasi jasa keuangan untuk mempermudah arus lalu lintas
transaksi pembayaran dengan perbankan, maka para ahli teknologi informasi berkolaborasi
dengan perbankan menciptakan aplikasi perbankan sebagai apalikasi layanan perbankan, aplikasi
elektronik perbankan bentuk teknologi digitalisasi jasa keuangan. Saat ini, layanan perbankan
dengan sentuhan digitalisasi seperti automatic teller machine, sms banking, internet banking,
mobile banking, sampai dengan produk digital dikembangkan bertujuan meningkatkan pelayanan
perbankan serta sebagai fasilitas mempermudah bertransaksi dengan jasa keuangan khususnya
perbankan. Perkembangan teknologi dan digitalisasi jasa keuangan terus berinovasi dengan cepat
untuk mempengaruhi pola hidup dan pola pikir masyarakat. Hal itu juga berpengaruh pada pola
bisnis, yang mengarah ke digitalisasi dan ada beberapa langkah yang harus dilakukan perbankan
untuk menyukseskan digital banking. 4

Uang elektronik (atau uang digital) adalah uang yang digunakan dalam transaksi Internet
dengan cara elektronik. Biasanya, transaksi ini melibatkan penggunaan jaringan komputer
(seperti internet dan sistem penyimpanan harga digital). Electronic Funds Transfer (EFT) adalah
sebuah contoh uang elektronik. Uang elektronik memiliki nilai tersimpan (stored-value) atau
prabayar (prepaid) dimana sejumlah nilai uang disimpan dalam suatu media elektronis yang
dimiliki seseorang. Nilai uang dalam e- money akan berkurang pada saat konsumen
menggunakannya untuk pembayaran. E-money dapat digunakan untuk berbagai macam jenis
pembayaran (multipurpose) dan berbeda dengan instrumen single purpose seperti kartu telepon.5

Uang elektronik (electronic money) merupakan perwujudan atas sistem perBankan modern.
Adapun pengertian electronic money menurut Peraturan Bank Indonesia No. 16/8/PBI/2014
adalah alat pembayaran yang memenuhi 4 unsur, yaitu

1. Diterbitkan atas nilai uang yang disetor terlebih dahulu kepada penerbit;
2. Nilai uang yang disimpan secara elektronik dalam suatu media sever atau chip;

4
Tumpal Manik.
5
Firmansyah and M Ikhsan Dachofalny, Uang Elektronik Perspektif Islam, 2018 <http://iqrometro.co.id/wp-
content/uploads/2018/09/BUKU-UANG-ELEKTRONIK.pdf>.
3. Sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan penerbit uang
elektronik tersebut;
4. Nilai uang elekronik yang dikelola oleh penerbit bukan merupakan simpanan
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai perbankan.6

Pada tahun 2008, Pemerintah Indonesia mengeluarkanperaturan khusus yang mengatur


transaksi internet yaitu Undang- undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan
TransaksiElektronik atau disingkat UU ITE dan Undang- undang RepublikIndonesia Nomor 19
tahun 2018 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan
transaksi elektronik. Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang
informasi dan Transaksi Elektronik yang dimaksuddengan Transaksi Elektronik adalah perbuatan
hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/atau media
elektronik lainnya. Bolehnya penggunaan uang jenis elektronik atau e-money sebagai alat tukar
yang sah untuk dapat digunakan ketika hendak menyesaikan suatu transaksi. Pada fatwa Dewan
Syariah Nasional MUI No: 116/DSNMUI/IX/2017 tentang uang elektronik syariah, menjelaskan
tentang kriteria atau indikator e-money sesuai prinsip syariah, yaitu:

a. Terhindar dari transaksi yang dilarang.


b. Biaya layanan fasilitas adalah biaya riil sesuai dengan prinsip ganti rugi/ijarah.
c. Ditempatkan di bank syariah.
d. Dalam hal kartu e-money hilang, jumlah nominal uang yang ada di penerbit tidak boleh
hilang.
e. (1) akad antara penerbit dengan para pihak dalam penyelenggaraan e-money (prinsipal,
acquirer, pedagang, penyelenggara kliring, dan penyelenggara penyelesai akhir) adalah
ijarah, u‟alah, danwakalah bil ujrah, karena produk yang dijual adalah jasa. (2) akad
antara penerbit dengan pemegang e-money adalah wadiah atau qardh, karena nominal
uang bisa digunakan dan ditarik kapan saja. (3) akad antara penerbit dengan agen layanan
keuangan digital adalah ijarah, ju‟alah, dan wakalah bil ujrah.7

6
Vemby Ikrima Nofianda, ‘MONEY MULTIPLIER DI INDONESIA Jurnal Ilmiah Disusun Oleh ’:, 2015.
7
Bagas Kusuma Atmaja, ‘Sistem Penggunaan Uang Elektronik OVO Dalam Transaksi Ekonomi Perspektif Fiqih
Muamalah’, Skripsi, 2016.
Penggunaan uang elektronik sebagai alternatif alat pembayaran non tunai menunjukkan
adanya potensi yang cukup besar untuk mengurangi tingkat pertumbungan penggunaan uang
tunai. Uang elektronik menawarkan transaksi yang lebih cepat dan nyaman dibandingkan dengan
uang tunai, khususnya untuk transaksi yang bernilai kecil, sebab dengan uang elektronik
transaksi tersebut dapat dilakukan dengan lebih mudah dan murah serta menjamin keamanan dan
kecepatan transaksi, baik bagi konsumen maupun bagi pedagang. Dalam Peraturan Bank
Indonesia Nomor 16/8/PBI/2014 pada pasal 1 ayat 3 dan 4 menyebutkan bahwa Uang Elektronik
(Electronic Money) adalah alat pembayaran yang memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

a. Diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu kepada penerbit;
b. Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media server atau chip;
c. Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan penerbit
uang elektronik tersebut; dan
d. Nilai uang elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan merupakan simpanan
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai perbankan.8

money, singkatan dari electronik money. Kadang juga disebut dengan uang digital, karena
wujudnya bukan lagi berupa lembaran kertas yang dicetak, melainkan berupa data-data digital di
dalam sistem komputer. Uang elektronik juga sering pula disebut dengan electronic cash, digital
money, digital cash, electronic currency ataupun digital currency. Di masa sekarang ini
penggunaannya semakin marak, bukan hanya karena gaya-gayaan, tetapi juga karena faktor
kepraktisan sekaligus juga faktor keamanan. Namun ada satu faktor lagi kenapa penggunaan e-
money ini lantas menjadi semacam trend, yaitu karena ada banyaknya berbagai diskon menarik
yang ditawarkan oleh pihak yang menerbitkannya. Banyak warung, toko, outlet, pasar, bahkan
kantin makan yang bersedia dibayar pakai e-money dan menawarkan potongan harga atau diskon
yang bikin semua orang tertarik.9

8
Decky Hendarsyah, ‘Penggunaan Uang Elektronik Dan Uang Virtual Sebagai Pengganti Uang Tunai Di Indonesia’,
IQTISHADUNA: Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita, 5.1 (2016), 1–15 <https://doi.org/10.46367/iqtishaduna.v5i1.74>.
9
Ahmad Sarwat and Lc Ma, Halal Haram E-Money Dalam Timbangan Hukum Halal Haram e-Money Dalam
Timbangan Hukum Fatih Faqih, 2019.
Jenis Uang Elektronik Seperti yang telah tertera dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor
20/6/PBI/2018 tentang Uang Eletronik mengenai lingkup penyelenggaraan uang elektronik, uang
jenis ini dibedakan menjadi dua, yakni closed loop dan open loop.

1. Closed loop, yaitu uang Elektronik yang hanya dapat digunakan sebagai
instrumen pembayaran kepada penyedia barang atau jasa yang merupakan
penerbit uang elektronik tersebut.
2. Open loop, yaitu uang elektronik yang dapat digunakan sebagai instrumen
pembayaran kepada penyedia barang atau jasa yang bukan merupakan penerbit
uang elektronik tersebut.10

Penggunaan uang elektronik sebagai alternatif alat pembayaran non-tunai menunjukkan


adanya potensi yang cukup besar untuk mengurangi tingkat pertumbuhan penggunaan uang
tunai. Uang elektronik menawarkan transaksi yang lebih cepat dan nyaman dibandingkan dengan
uang tunai, terlebih lagi untuk transaksi yang bernilai kecil, sebab dengan uang elektronik,
transaksi tersebut dapat dilakukan dengan lebih mudah dan murah serta menjamin keamanan dan
kecepatan transaksi,baik bagi konsumen maupun bagi pedagang.11

Uang elektronik berdasarkan media penyimpanannya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1)
uang elektronik yang nilai uangnya hanya dicatat pada media elektronik yang dikelola oleh
penerbit, dan pemegang diberi hak akses oleh penerbit terhadap penggunaan nilai uang
elektronik tersebut. Sistem pencatatan seperti ini, hanya memungkinkan transaksi pembayaran
dengan dilakukan secara on-line, dimana nilai uang elektronik yang tercatat pada media
elektronik yang dikelola penerbit akan berkurang secara otomatis; 2) uang elektronik yang nilai
uangnya dicatat pada media penerbit dan pemegang media uang elektronik tersebut. Sistem
pencatatan seperti ini, memungkinkan transaksi pembayaran dengan media uang elektronik dapat
dilakukan baik secara on-line maupun secara off-line (Penjelasan PBI Nomor 11/12/PBI/2009).

10
Rida Nur Afiyah, ‘PENGARUH PENGGUNAAN UANG ELEKTRONIK TERHADAP PERILAKU KONSUMTIF MAHASISWA’,
Malaysian Palm Oil Council (MPOC), 2020
<http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203%0Ahttp://mpoc.org.my/malaysian-palm-oil-
industry/>.
11
Dinary Rahmaningsih, ASPEK HUKUM PENGGUNAAN UANG ELEKTRONIK SEBAGAI ALTERNATIF PEMBAYARAN
NON TUNAI DALAM TRANSAKSI ELEKTRONIK (STUDI DI PT. INDOSAT, TBK, Implementation Science, 2014, XXXIX
<http://dx.doi.org/10.1016/j.biochi.2015.03.025%0Ahttp://dx.doi.org/10.1038/nature10402%0Ahttp://
dx.doi.org/10.1038/nature21059%0Ahttp://journal.stainkudus.ac.id/index.php/equilibrium/article/view/
1268/1127%0Ahttp://dx.doi.org/10.1038/nrmicro2577%0Ahttp://>.
Dalam hal ini, E-Money BSM dikategorikan berjenis uang elektronik yang nilai uang
elektroniknya selain dicatat pada media elektronik yang dikelola oleh penerbit juga dicatat pada
media elektronik yang dikelola oleh pemegang. Media elektronik yang dikelola oleh pemegang
berupa chip yang tersimpan pada kartu, stiker, atau hard disk yang terdapat pada komputer
pribadi milik pemegang. Dengan sistem pencatatan seperti ini, maka transaksi pembayaran
dengan menggunakan uang elektronik E-Money BSM dapat dilakukan secara off-line dengan
mengurangi secara langsung nilai uang. Produk E-Money BSM berbentuk sebuah kartu, dimana
kartu tersebut menjadi underlying transaction antara nasabah dengan pedagang yang
memunculkan kewajiban pembayaran bagi penerbit kepada pedagang.

Uang elektronik berdasarkan masa berlaku media dapat dibedakan ke dalam dua bentuk,
yaitu: 1) reloadable; dan 2) disposable. Uang elektronik reloadable adalah uang elektronik yang
dapat dilakukan pengisian ulang, sedangkan uang elektronik disposable adalah uang elektronik
yang tidak dapat diisi ulang, apabila masa berlakunya sudah habis dan/atau nilai uang
elektroniknya sudah habis terpakai. Dalam hal ini, kartu E-Money BSM bersifar reloadable,
yaitu uang elektronik yang dapat dilakukan pengisian ulang apabila masa berlakunya sudah
habis, dan atau nilai uang elektroniknya sudah habis terpakai, maka media uang elektronik
tersebut dapat digunakan kembali untuk dilakukan pengisian ulang.12

Untuk menghadapi kemajuan teknologi ini Bank Indonesia pada tahun 2014 telah
menggembar-gemborkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT). Diharapkan dengan
digencarkannya gerakan ini dapat menstimulus kegiatan ekonomi karena transaksinya bisa
dilakukan dengan cepat dan lebih efisien. Dengan munculnya dorongan-dorongan ini
menyebabkan munculnya alat pembayaran non tunai seperti uang elektronik, kartu kredit,
maupun kartu debit. Selain itu, uang elektronik juga dapat mengurangi berbagai kendala seperti
pada pembayaran tunai antara lain permasalahan uang palsu, uang rusak, risiko kehilangan uang,
dan kurang efisien. Adanya sistem ini juga membantu Bank Indonesia dalam menghemat biaya
dalam memproduksi uang serta dapat lebih mudah mengawasi perputaran uang yang berdampak
pada terjaganya inflasi.13

12
Zakiyah Zakiyah and Rahmatul Huda, ‘Analisis Syariah Terhadap Produk Uang Elektronik Bank Syariah’, Al
Iqtishadiyah Jurnal Ekonomi Syariah Dan Hukum Ekonomi Syariah, 3.2 (2019), 118
<https://doi.org/10.31602/iqt.v3i2.2399>.
13
Balkis Amalia, ‘Pengaruh Uang Elektronik Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Tahun 2011-2020’, 2022.
E-money pun memiliki beberapa kekurangan ketika masyarakat akan menggunakannya
dimana membutuhkan perangkat internet, harus memiliki kemampuan menggunakan teknologi,
budaya masyarakat yang lebih senang menggunakan uang tunai, dan kurangnya sosialisasi
penggunaanya terutama untuk masyarakat yang sudah tua. Implemtasinya kepada masyarakat
saat ini dikarenakan terkendala oleh pertimbangan masyarakat dikarenakan kemudahan
penggunaan, kemanfaatan, keakuratan, keamanan yang ditawarkan sistem e-money masih sangat
kurang dan belum memenuhi harapan, kebiasaan masyarakat menggunakan uang tunai serta
ketidaksiapan penerbit dan merchant dalam menggelar layanan e-money membuat masyarakat
semakin ragu dalam menggunakan e-money.14

B. Nilai dan asset yang mendasari Uang digital

Terkait aspek nilai, jika nilai uang kertas dipengaruhi dinamika pasar dan kebijakan ekonomi
disuatu negeri dan negeri lainnya yang saling berhubungan. Berbeda halnya dengan uang kripto
yang bergerak sangat reaktif terhadap pasar dengan fluktuasi yang sangat dinamis dan cepat.
Dalam cuitan Twitternya Bank Indonesia selaku baksentral menyatakan bahwa Aset yang
mendasari (Underlying asset) mata uang yang diterbitkan adalah jaminan dari bank sentral yang
menerbitkan mata uang tersebut. BI memperingatkan mata utang kripto tak memiliki underlying
asset sehingga memiliki risiko tinggi untuk investasi. Mata uang kripto juga tak boleh digunakan
sebagai alat pembayaran di Indonesia. pada dasarnya asset yang mendasari haruslah memiliki
nilai ekonomis dan bisa dijadikan sebagai jaminan atas setiap transaksi maupun investasi.
Kepemilikan uang digital kripto sangat beresiko dan sarat akan spekulatif, dimana tidak ada
administrator resmi, tidak ada underlying asset yang mendasari harga serta nilai perdagangannya
yang sangat fluktuatif. (“Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah,” 2020) berbeda
halnya pada kasus uang dinar dan dirham, yang mana memiliki underlying asset (asset yang
mendasari) yakni emas sehingga bisa kebal terhdap inflasi maupun penurunan nilai mata uang.
Mata uang kertas sama sekali tidak memiliki underlying asset sehinggakerap terjadi fluktuasi dan
inflasi nilai mata uang. Berbeda pula halnya dengan E-Money, yang memang diciptakan untuk
memenuhi kebutuhan transaksi non-tunai, bukan sebuah komoditas. Nilai dan asset yang
mendasarinya jelas, bahwa nilai atau saldo uang elektronik (E-Money) yang dimiliki adalah
14
Cen Lu, ‘Sosialisasi Pengenalan E-Money Kepada UMKM Di Kota Bandung’, AKM: Aksi Kepada Masyarakat, 3.1
(2022), 133–40 <https://doi.org/10.36908/akm.v3i1.474>.
sejumlah uang yang disetorkan kepada penerbit. Hal tersebut sekaligus menjadi asset yang
mendasari dimana nilainya setara atas uang yang disetorkan serta uang yang disetor merupakan
jaminan atas saldo uang elektronik (E-Money) yang diberikan penerbit kepada pengguna E-
Money. Secara detail, nilai yang ada pada uang elektronik yakni sama dengan uang tunai, hanya
saja uang elektronik tidak memiliki nilai intrinsik karena objek atau bentuknya yang bersifat chip
maupun server (Elektronik). non-tunai, bukan sebuah komoditas. Nilai dan asset yang
mendasarinya jelas, bahwa nilai atau saldo uang elektronik (E-Money) yang dimiliki adalah
sejumlah uang yang disetorkan kepada penerbit. Hal tersebut sekaligus menjadi asset yang
mendasari dimana nilainya setara atas uang yang disetorkan serta uang yang disetor merupakan
jaminan atas saldo uang elektronik (E-Money) yang diberikan penerbit kepada pengguna E-
Money. Secara detail, nilai yang ada pada uang elektronik yakni sama dengan uang tunai, hanya
saja uang elektronik tidak memiliki nilai intrinsik karena objek atau bentuknya yang bersifat chip
maupun server (Elektronik).15

C. Gambaran Uang Elektronik

Di Indonesia aplikasi pembayaran e-wallet yang dapat mempermudah transaksi konsumen


terus berkembang, diantaranya ialah OVO, Go-Pay, Shopeepay, DANA. Platform yang dipilih
ialah DANA sebuah startup yang berdiri pada tahun 2017 dan diperkenalkan secara resmi pada
tanggal 21 Maret 2018 sebagai salah satu layanan pembayaran digital di Indonesia. Adapun yang
menjadi alasan meneliti DANA ialah karena capaian keberhasilan yang fantastis sekalipun masih
pemula. Menurut CEO DANA, dalam waktu tiga setengah bulan DANA telah mencapai satu juta
pengguna yang merupakan platform yang paling cepat dibandingkan dengan yang lainnya Jum
lah pengguna DANA tercatat naik 50% sejak awal tahun ini. Chief Communication Officer
DANA Chrisma Albandjar mencatat bahwa frekuensi transaksi di platform DANA tergolong
stabil.

1. Aplikasi Dana

DANA adalah perusahaan rintisan Indonesia yang bergerak dibidang teknologi


finansial yang menyediakan infrastruktur yang memungkinkan masyarakat Indonesia untuk

15
Alvin Baharudin Vanani and Dedi Suselo, ‘Analisis Legal Tender Uang Digital Bank Sentral Indonesia’, Jae (Jurnal
Akuntansi Dan Ekonomi), 6.3 (2021), 74–83 <https://doi.org/10.29407/jae.v6i3.16225>.
melakukan pembayaran dan transaksi secara non-tunai dan non-kartu secara digital, baik on line
maupun offline dapat berjalan dengan cepat, praktis dan tetap terjamin keamanan nya. Dompet
digital DANA hadir dengan konsep openplatform, artinya, aplikasi DANA dapat masuk dan
digunakan dalam berbagai platform yang berbeda, baik offline mau- pun on line, tetapi tetap
terintegrasi. Konsep open platform ini, selain dapat terhubung dengan berbagai bentuk alat
pembayaran lain,DANA juga dapat dimanfaatkan oleh berbagai sektor, termasuk pendidikan,
layanan publik, layanan sosial, hingga pedagang kaki lima. DANA juga sudah dapat digunakan
di beberapa platform dan aplikasi seperti Bukalapak, TIX ID, serta BBM, dan akan hadir dalam
berbagai merchant lainnya.

DANA dibangun di Indonesia dan didukung oleh program mer Indonesia, dengan investor
kelas dunia yaitu PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTEK) sebagai pemegang saham
mayoritas dan Ant Financial. Vincent selaku CEO DANA menekankan bahwa DANA berbeda
dengan layanan transaksi keuangan digi tal lainnya. Infrastruktur DANA memiliki tingkat
keaman an tinggi, selevel dengan tingkat keamanan perbankan. DANA juga memiliki Data
Center (DC) dan Data Recovery Center (DRC) di Indonesia, yang diklaim termasuk paling
canggih dan dapat menangani skalabilitas transaksi yang tinggi.16

Aplikasi DANA merupakan aplikasi uang digital berbasis internet yang berusaha
memberikan pelayanan yang dapat memuaskan para penggunanya. Aplikasi DANA menawarkan
berbagai keuntungan diantaranya transfer uang tanpa adanya biaya administrasi, banyaknya
promo diskon yang diberikan, lebih ekonomis serta praktis. Dengan demikian aplikasi DANA
merupakan

Aplikasi DANA, merupakan uang digital yang digunakan dalam proses transaksi, uang
digital di aplikasi DANA didapatkan dengan melakukan isi ulang (top up) saldo melalui bank
transfer atau merchant yang telah berkerja sama dengan DANA (Engel, 2014). Jumlah saldo
yang diperoleh juga sesuai dengan jumlah nominal uang yang ditukarkan dan dapat digunakan
untuk melakukan transaksi pada merchant yang telah berkerja sama dengan DANA.17

2. Aplikasi OVO
16
Eddy Madiono Sutanto and Yessica Yessica, ‘Analisis Pemilihan Aplikasi Pembayaran’, 10.121 (2020), 53–69
<https://doi.org/10.14414/jbb.v10i1.2139.
17
Ahmad Izzan and Andri Piandi, ‘Konsep Uang Digital Di Aplikasi DANA Perspektif Hukum Ekonomi Syariah’, Jurnal
Jhesy, 01 (2022), 30–34 <www.journal.stai-musaddadiyah.ac.id>.
Ovo adalah sebuah aplikasi smart yang memberikan penggunanya melalui layanan
pembayaran dan transaksi secara online (OVO Cash). Penggunanya juga bisa berkesempatan
untuk mengumpulkan poin setiap kali pada saat melakukan transaksi pembayaran melalui ovo.
Secara umum, OVO Cash dapat digunakan berbagai macam pembayaran yang telah bekerjasama
dengan OVO menjadi lebih cepat. Sedangkan OVO Point adalah loyalty rewards bagi yang
melakukan transaksi dengan menggunakan OVO Cash di merchant- merchant rekanan OVO.
Untuk OVO Points sendiri, dapat ditukarkan dengan berbagai penawaran menarik hingga
ditukarkan dengan transaksi di merchant rekanan OVO. Pada tahun 2017, sudah ada 80 merchant
yang sudah menjadi rekanan OVO, antara lain Hypermart, First Media, Matahari Department
Store, BIG TV, Bolt, Cinemaxx, Maxx Coffee, MatahariMall.com, Books & Beyond, Foodmart
Gourmet, Foodmart Fresh, Siloam Hospital, Agoda, Shop & Drive, serta yang lainnya.

Terdapat juga pula fitur-fitur yang dimiliki oleh OVO antara lain, transaksi tanpa tunai di
beberapa gerai penjualan yang berekanan dengan OVO terdapat kurang lebih dari 60.000 outlet
dari Sabang-Merauke, uang digital untuk terhindari dari uang palsu, Deals & Promo, nikmati
gratis transfer ke semua bank dan gratis transfer antar pengguna (OVO Premier), Top Up, bayar
tagihan (listrik, telepon, internet, asuransi) dan isi pulsa, donasi, OVO Invest, serta mengelola
dan memonitor pengeluaran keuangan selama transaksi berlangsung.

3. Aplikasi Go-pay

Di era yang sudah maju dan modern ini, orang-orang sudah tidak perlu susah unntuk keluar
rumah berbelanja karena sudah banyak aplikasi yang menyediakan jasa jual-beli atau pengiriman
online. Fintech atau financial technology merupakan suatu hasil gabungan antara jasa keuangan
dan technologi yang membuat perubahan pada bisnis model dari yang sebelumnya konvensional
menjadi modern. Di Indonesia ada banyak macam teknologi financial, yaitu mulai dari payment
gateway, e-money, hingga e- wallet. Pada dasarnya financial technlogi menguban cara manusia
untuk bertransaksi. dari yang sebelumnya bertransaksi saling bertatap muka satu sama lain
hingga menjadi transaksi yang tidak perlu bertatap muka dan bisa dilakukan secara jarak jauh.

Kehadiran aplikasi Go-Jek memiliki keunggulan yang dapat membantu aktivitas


penggunanya, dengan melakukan transaksi menggunakan Go-Pay memberikan banyak manfaat,
seperti make job easier, work more quickly, give more benefits, give sense of security, and
increase efficiency. Kemunculan menggunakan Go-Pay semakin mempermudah dalam
melakukan transaksi tanpa uang tunai. Kemunculan pembayaran non tunai menggunakan Go-Pay
semakin mempermudah dalam melakukan transaksi tanpa uang tunai.18

4. Aplikasi Shopee-pay

Shopee merupakan situs elektonik komersial yang berkantor pusat di Singapura yang
dimiliki oleh Sea Limites (sebelumnya dikenal dengan nama Garena) yang didirikan pada 2009
oleh Forest Li. Shopee juga memperluas jangkauannya hingga ke Indonesia. Shopee menjadi
pilihan utama konsumen e-commerce karena fitur-fitur yang ditawarkan Shopee lebih interaktif
(S & Ekonomi, 2021). Perusahaan ini menjual berbagai produk dari berbagai kategori seperti
produk kecantikan, produk pakaian, hingga produk elektronik Shopee.

Shopee Indonesia memiliki berbagai macam fitur dalam aplikasinya seperti fitur e- wallet
atau disebut ShopeePay. ShopeePay adalah fitur layanan uang elektronik yang dapat digunakan
sebagai metode pembayaran online di aplikasi Shopee, offline di merchant ShopeePay, dan
menyimpan pengembalian dana yang dapat digunakan untuk membayar pesanan. ShopeePay
juga memberikan penawaran cashback serta gratis ongkir, transfer ke sesama pengguna
ShopeePay gratis, dan top up saldo ShopeePay di minimarket terdekat. Selain itu, ShopeePay
juga menjadi salah satu e- wallet yang digunakan di Indonesia.19

D. Dasar Hukum Uang digital

Dari penjabaran-penjabaran yang telah dipaparkan diatas, penulis berpendapat bahwa


mengunakan uang digital itu hukumnya boleh, didasarkan kepada dalil Al- Quran Surat
An-Nisa: 29:

ۚ ‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنو۟ا اَل َتْأُك ُلٓو ۟ا َأْم َٰو َلُك م َبْيَنُك م ِبٱْلَٰب ِط ِل ِإٓاَّل َأن َتُك وَن ِتَٰج َر ًة َعن َتَر اٍض ِّم نُك ْم‬
‫َو اَل َتْقُتُلٓو ۟ا َأنُفَس ُك ْم ۚ ِإَّن ٱَهَّلل َك اَن ِبُك ْم َر ِح يًم ا‬

18
M. Faisal Abdullah Rhofita Elva Yolanda, ‘Journal of Financial Economics & Investment’, 1.1 (2021), 59–70.
19
Gita Nadia and Driya Wiryawan, ‘Pengaruh Persepsi Kegunaan Dan Persepsi Kemudahan Terhadap Niat
Penggunaan E-Wallet Shopeepay’, 3.2 (2022), 173–86.
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (Q.S An-nisa Ayat 29)

Dari dalil Al-Quran diatas bahwa manusia boleh bermuamalah dalam bidang
ekonomi, asalkan dengan cara yang benar dan tidak dilakukan dengan cara yang salah
menurut syara, juga dengan didasari saling ridha meridhai. Dalil dalam bermuamalah ini
pun dikuatkan dengan Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari
Asyah dan dari Tsabit dari Anas:

“Kalian lebih mengerti urusan dunia kalian.’ (HR. Muslim).” (Imam Muslim bin Hajjaj,
n.d.)20

E. Dampak Adanya Uang Elektronik

uang elektronik didefinisikan sebagai alat pembayaran dalam bentuk elektronik dimana nilai
uangnya disimpan dalam media elektronik tertentu. Pengguna harus menyetorkan uangnya
terlebih dahulu kepada penerbit dan disimpan dalam media elektronik sebelum digunakan untuk
keperluan transaksi. Penggunaan uang elektronik merupakan alat pembayaran yang inovatif
sehingga transaksi ekonomi menjadi lebih mudah, cepat, dan aman

Dampak Positif Transaksi Digital Secara singkat keuntungan atau manfaat dari transaksi
digital adalah sebagai berikut:

1. Aman Situs e-banking dilengkapi dengan teknologi pengaman transaksi Secure


Socket Layer (SSL) dan protocol Hypertext Transfer Protocol Secure (HTTPS)
sehingga transaksi yang dilakukan dijamin keamanannya.
2. Transaksi digital menggunakan koneksi internet sehingga dapat diproses dengan
cepat walaupun jaraknya ribuan kilometer.

20
Op.cit, Ahmad Izzan and Andri Piandi, h.4
3. Mudah Aplikasi sistem pembayaran transaksi pada umumnya dibuat sangat
sederhana (user friendly) sehingga mudah dalam penggunaannya
4. Hemat Waktu Transaksi dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun sehingga dapat
menghemat waktu.
5. Mudah Dikontrol Transaksi digital lebih mudah dikontrol karena semuanya
tercatat secara detail dalam sistem.
6. Meminimalisir Penggunaan Uang Tunai Transaksi digital dapat mengurangi risiko
kehilangan uang tunai karena semua transaksi cashless (nontunai) dan dapat
dilakukan via Smartphone. Dana dalam rekening tetap aman karena hanya
pemilik akun yang mengetahui nomor PIN (Personal Identification Number) dari
rekening tersebut. Nomor PIN ini bersifat rahasia dan tidak boleh dibocorkan
kepada siapapun termasuk pihak perbankan.
7. Banyak Promo Menarik Konsumen dapat memilih aplikasi transaksi digital yang
memberikan banyak promo dan diskon sehingga dapat memperoleh barang yang
diinginkan dengan harga lebih murah

Dampak Negatif Transaksi Digital Selain manfaat/keuntungan, transaksi digital juga


memiliki sisi negatif seperti berikut ini:

1. Lebih Boros Banyaknya tawaran dan diskon menarik dari aplikasi-aplikasi e-commerce
membuat konsumen tergiur dan tidak memperdulikan anggaran dimilikinya untuk
berbelanja. Yang
2. Ancaman Cyber Crime Cyber Crime adalah semua tindakan ilegal yang dilakukan
melalui jaringan komputer dan internet untuk mendapatkan keuntungan dengan
merugikan pihaklain. Secanggih apapun sistem keamanan transaksi digital, selalu ada
celah bagi pelaku kejahatan internet. Mereka dapat meretas aplikasi dengan cara
skimming (menggandakan data pemilik rekening), lalu bertransaksi seolah-olah sebagai
pemilik rekening. Untuk itu jangan pernah menginformasikan nomor PIN, Password,
Token, dan 3 nomor digit di belakang kartu kredit kepada pihak manapun.
3. Kartu (Debit/Kredit) Hilang Salah satu transaksi nontunai adalah dengan menggunakan
kartu kredit atau debit. Kartu-kartu tersebut berpotensi hilang jika tidak disimpan dengan
baik. Sebenarnya kartu tetap aman walaupun hilang selama tidak ada yang mengetahui
PIN transaksi dari kartu-kartu tersebut.
4. Berpotensi Memiliki Utang Banyak aplikasi e-commerce memberikan kemudahan
pembayaran dengan cara dicicil. Kemudahan bertransaksi online dan banyaknya promo
serta diskon dapat membuat konsumen terlena untuk melakukan transaksi digital terus-
menerus tanpa memperdulikan lagi kemampuan keuangannya.
5. Aplikasi Digital Perlu Dipelajari Bagi generasi milenial dan konsumen yang selalu
update perkembangan informasi teknologi,21

Transasi cashless dengan e-wallet ataue-money sebenarnya sangat positif dan lebih
memudahkan. Namun disi lain ada banyak hal yang harus diperhatikan supaya dampak negatif
dari setiap kejadian baru dapat diminamilir. Adapun kekuatan dari transaksi cashless dan cardless
yakni semua transaksi akan terekap dengan detail, sehingga pengguna dapat melacak dan
mengontrol. Kemudian keamanan yang terjaga, kehilangan uang elektronik bisa diblokir dan
uang tetap aman. Berbeda dengan hilangnya uang fisik yang belum tentu kembali. Namun
kelemahannya, cashless dapat membuat orang lebih boros karena kemudahan menggesek dan
tidak terasa mengeluarkan uang. Kemungkinan akan terjadi gangguan terhadap teknologi
sehingga gagalnya transaksi. Adanya cybercrime yang bisa hacking tanpa disadari.22

KESIMPULAN

Penggunaan uang elektronik dan uang virtual di Indonesia semakin meningkat, ini dibuktikan
makin tingginya peredaran dan transaksi uang elektronik serta makin banyaknya website-website
uang virtual yang bermunculan di Internet yang menawarkan kemudahan dalam bertransaksi
menggunakan uang virtual. Seseorang yang mempunyai mobilitas tinggi sangat membutuhkan
kepraktisan dalam transaksi keuangan, uang elektronik merupakan salah satu fasilitas yang
disediakan oleh lembaga keuangan untuk membantu kepraktisan dalam bertransaksi keuangan

21
Enung Suwarni, ‘Dampak Peningkatan Jumlah Uang Elektronik (E-Money) Beredar Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia Pada Masa Pandemi Covid-19’, 2021, 195–212 <https://doi.org/10.32897/sobat3.2021.18>.
22
Lina Marlina, Ahmad Mundzir, and Herda Pratama, ‘Cashless Dan Cardless Sebagai Perilaku Transaksi Di Era
Digital: Suatu Tinjauan Teoretis Dan Empiris’, Jurnal Co Management, 3.2 (2021), 533–42
<https://doi.org/10.32670/comanagement.v3i2.424>.
karena tidak perlu mengeluarkan uang tunai. Dalam menggunakan uang elektronik diminta
kepada para penggunanya agar berhati-hati dalam menjaga uang elektronik, karena ketika uang
elektronik jatuh ketangan orang yang tidak bertanggung jawab, maka nominal dalam uang
elektronik akan hilang dicuri sebab uang elektronik tidak membutuhkan otoritas online dan PIN.
Uang elektronik merupakan salah satu program pemerintah Indonesia dalam mengurangi
penggunaan uang tunai. Uang virtual merupakan salah satu fasilitas keuangan non tunai yang
disediakan di Internet, yang digunakan untuk bertransaksi keuangan lintas Negara secara online.
Dalam menggunakan uang virtual diminta kepada para penggunanya agar bijak dan sangat
berhati-hati dalam menggunakan uang virtual, karena di Internet banyak sekali website-website
yang melakukan penipuan terhadap penggunaan uang virtual secara tersembunyi melalui aplikasi
uang virtual palsu. Penggunaan uang elektronik dan uang virtual belum dapat sepenuhnya
menggantikan peran dan kegunaan dari uang tunai di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai