ABSTRAK
1
Waspada, Ikaputra, 2012, Percepatan Adopsi Sistem Transaksi Teknologi Informasi Untuk
Meningkatkan Aksesibilitas Layanan Jasa Perbankan , Bandung , Jurnal Keuangan dan Perbankan
Vol. 16 No. 1
batas umur untuk melakukan perikatan. Sedangkan secara operasional, E-money
fungsinya melakukan pembayaran dimana itu menimbulkan suatu perikatan.
Dilihat pada KUHPerdata pasal 1329 maka secara garis besar orang yang
melakukan perikatan harus cakap hukum. Selanjutnya tak cakap hukum memiliki
artian sebagai berikut:
1. Orang-orang yang belum dewasa
2. Orang yang ditaruh di bawah pengampuan
3. Seorang perempuan
Seperti yang sudah tertera dalam peraturan perundang-undangan, orang
tak cakap hukum ada 3 kategori diatas. Yang menjadi sorotan dalam
permasalahan ini adalah pemilik E-money kebanyakan penggunanya adalah orang
yang dikatakan belum dewasa. Batas umur seseorang dapat dikatakan dewasa
yang diatur dalam KUHPerdata pasal 330 adalah mereka yang berusia 21 tahun
atau bagi yang sudah menikah. Namun dapat dilihat disekitar lingkungan kita,
faktanya banyak orang dibawah 21 tahun dan tentu juga belum menikah sudah
memiliki atau memegang E-money.
Dalam PBI No. 14/2/PBI Thn. 2012 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan
Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu Pasal 15 poin A mengenai
penyelenggaraan Kartu Kredit harus memenuhi persyaratan batas minimum usia,
batas minimum pendapatan, batas maksimum plafon kredit, batas minimum
jumlah penerbit yang dapat memberikan fasilitas kartu kredit, dimaksudkan agar
pemegang kartu bijak dalam menggunakan kartu kredit sebagai alat pembayaran.
Batas minimum usia pemegang Kartu Kredit dapat dibuktikan dengan dokumen
resmi seperti KTP atau dokumen lainnya yang dapat mendukung. Yang menjadi
perhatian pada pembahasan kali ini adalah batasan usia kedewasaan pemegang e-
money apabila nantinya timbul permasalahan dalam penggunaan E-money yang
disalahgunakan oleh pihak tidak berwenang akan mengakibatkan kerugian pada
pemilik E-money itu sendiri dimana yang sebagian penggunanya masih belum
cakap umur.
Dari peraturan diatas, sama halnya dengan E-money seharusnya
Pemerintah ataupun Bank Indonesia selaku bank sentral membuat regulasi baru
mengenai batas minimum usia kedewasaan pemegang atau pengguna layanan E-
money. Adanya batasan dalam melakukan setiap perbuatan ini, agar setiap orang
yang memiliki kuasa akan suatu benda, bijak dalam menggunakan benda tersebut
tanpa merugikan orang lain. Kurang terperincinya suatu peraturan perundang-
undangan juga dapat memberikan kelonggaran bagi pihak yang ingin
memanfaatkannya. Berdasarkan dari permasalahan diatas maka dapat ditemukan
rumusan masalah adalah sebagai berikut, Bagaimana pengaturan peraturan
perundang-undangan mengenai batas minimum usia kedewasaan pemegang atau
pengguna layanan E-money?
B. METODE PENELITIAN
Penelitian hukum merupakan suatu proses yang ditempuh untuk
menemukan aturan-aturan hukum, doktrin-doktrin hukum untuk dapat menjawab
isu-isu hukum yang ada.2 Dalam penelitian ini, metode yang digunakan oleh
peneliti adalah penelitian yuridis normatif. Penelitian dilakukan dengan cara
meneliti, membahas, dan mengkaji isu hukum yang terkait dengan peraturan
perundang-undangan serta norma – norma yang berlaku mengenai ketentuan batas
minimum usia kedewasaan pemegang E-money. Peneliti akan mengkaji
berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata khususnya mengenai bab
perikatan. Jenis Penilitian yang digunakan adalah penelitian normatif atau
penilitian kepustakaan. Penelitian Kepustakaan yang dimaksudkan adalah penulis
meneliti menggunakan sumber data sekunder sebagai penunjang dasar penelitian.
Data sekunder dalam penelitian ini meliputi bahan hukum primer, sekunder dan
tersier yang terkait dengan isu hukum diatas.
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang digunakan sebagai
landasan utama dari penyelesaian masalah karena sifatnya yang mengikat dengan
kaidah, asas, dan norma hukum. Sumber bahan hukum primer didapat dari
beberapa Pasal pada KUHPerdata antara lain Pasal 1320, 1329, 1330 dan pasal-
pasal lain yang terkait dengan bab perikatan. Bahan hukum sekunder merupakan
bahan hukum yang digunakan untuk membantu memperjelas dan memahami
bahan – bahan primer. Sumber bahan sekunder didapat dengan menelaah beberapa
jurnal hukum, hasil penelitian, atau skripsi hukum mengenai batasan usia dalam
2
Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian Hukum, Jakarta: Predana Media Group, Hlm. 35.
melakukan suatu perbuatan. Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum yang
digunakan dalam memberikan penjelasan dan pemahaman atas bahan hukum
primer dan sekunder. Sumber bahan tersier didapat dari artikel-artikel, laporan
perusahaan, atau kamus yang berkaitan dengan pemegang E-money.
Pengumpulan bahan hukum dilakukan dengan cara penelusuran yaitu (1)
menelusuri norma-norma yang mengatur tentang batas usia minimal pemegang e-
money dan (2) menganalisis secara mendalam sehingga dapat menjawab rumusan
masalah.3 Dalam memecahkan isu hukum, penilitian ini menggunakan pendekatan
perundang-undangan (statue approach) dan pendekatan konseptual (conceptual
approach).
Penelitian menggunakan pendekatan perundang-undangan (statue
approach) guna membantu peneliti dalam memecahkan isu hukum dengan
menelaah semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
permasalahan yang diteliti. Pendekatan konseptual (conceptual approach)
digunakan peneliti untuk memahami pandangan/doktrin yang berkembang dalam
ilmu hukum untuk memperjelas ide-ide dan memberikan pengertian mengenai
hukum, konsep hukum dan asas hukum yang nantinya akan melahirkan suatu
argumentasi untuk menyelesaikan permasalahan.
Dalam penelitian normatif, pengolahan data dilakukan dengan
mengklasifikasi bahan-bahan hukum yang telah dikumpulkan, yang selanjutnya
dilakukan pembahasan, pemeriksaaan, dan pengelompokan untuk dijadikan suatu
informasi oleh penulis. Dengan pendekatan yang digunakan tersebut, peneliti
menganalisis permasalahan isu hukum menggunakan teknik deskriptif analisis.
Digunakan teknik deskriptif analisis ini bertujuan untuk memperoleh suatu
gambaran atau pemaparan hasil penelitian yang menyeluruh dari analisis yang
cermat mengenai fakta yang berhubungan dengan permasalahan yang telah
dirumuskan dalam penelitian ini.
Adapun tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui batasan usia
dewasa pemegang atapun pemegang E-money yang sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang berlaku serta mengetahui perlukah adanya revisi atau pembaruan
terhadap UU atau peraturan yang telah ada saat ini.
3
Fitria Dewi Navisa , Karakteristik Asas Kepentingan (Insurable Interest) Dalam Perjanjian
Asuransi , Jurnal Negara dan Keadilan (Vol 9, No 2(2020))
C. PEMBAHASAN
Dalam perkembangannya, pengadaan dari sistem pembayaran non tunai
sangat dipengaruhi oleh kemajuan perkembangan teknologi serta perubahan pola
hidup pada masyarakat. Perkembangan dari instrumen pembayaran non tunai
berjalan seiringan dengan perkembangan teknologi telekomunikasi, sistem
pembayaran yang kian inovatif telah membawa dampak yang besar terhadap
pihak-pihak yang terlibat dalam sistem pembayaran tersebut.
Dalam proses perkembangan penerimaan uang sebagai alat bayar
berlangsung secara bertahap serta dengan waktu yang tidak singkat. Yang
mulanya pada masa lampau, sistem pembayaran menggunakan barter atau tukar
menukar suatu barang, kini sudah berkembang pesat mengikuti jaman yang
modern ini. Berbagai macam benda banyak yang dikembangkan sebagai alat
pembayaran yang dapat digunakan dalam sistem perdagangan, batu, kulit
kerang, dan lain-lain. Benda-benda yang digunakan dan diterima sebagai suatu
alat pembayaran, dalam sistem perekonomian umumnya merupakan benda yang
dianggap berharga serta mempunyai guna untuk konsumsi atau keperluan
produksi sendiri. Benda-benda yang digunakan sebagai uang pada umumnya
juga mudah dibawa dan tidak mudah rusak dan tahan lama. Dalam
perkembangan uang masa lalu, masyarakat menggunakan benda seperti logam
berharga atau mulia dan kertas sebagai uang. Sebelum digunakannya kertas
sebagai alat bayar, logam berharga dikenal secara luas sebagai bentuk uang yang
popular dikalangan masyarakat karena memiliki ciri-ciri atau unsur yang pantas
yaitu, dapat dipecah-pecah serta dapat dinyatakan dalam unit-unit terkecil
sehingga bisa digunakan sebagai media bertransaksi dengan mudah dan efisien.
Selain itu uang jenis logam mudah dibawa dan tahan lama.
Karena arus jaman globalisasi sangat dinamis dan inovatif, keberadaan
dari uang kertas dan logam lambat laun mulai terkikis atau tergantikan dengan
uang jenis baru. Kini hadir alat pembayaran non tunai yang berbasis teknologi
yang sangat efisien dalam penggunaannya. Alat pembayaran non tunai terdiri
dari:
1. Alat pembayaran yang menggunakan media kertas atau paper based,
seperti giro dan cek
2. Alat pembayaran yang tanpa menggunakan kertas atau paperless,
seperti transfer dana secara elektronik
3. Alat pembayaran berbasis menggunakan kartu (card bases), seperti
kartu Anjungan Tunai Mandiri, kartu kredit, dan kartu prabayar (e-
money).4
4
Serfianto, Iswi Hariyani, dan Cita Yustisia, 2012, Untung Dengan Kartu Kredit, Kartu ATM-
Debit & Uang Elektronik, Jakarta Selatan : Visimedia, Hlm. 6.
Elektronik (E-money) sendiri telah diatur ketentuannya dalam Peraturan Bank
Indonesia No. 20/6/PBI/2018 tentang Uang Elektronik (Electronic Money). Jika
mengacu pada peraturan tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwasanya
unsur-unsur dari uang elektronik adalah sebagai berikut:
a. Uang elektronik diterbitkan dengan dasar nilai mata uang yang harus
disetorkan terlebih dulu dari pemegang kepada penerbit.
b. Nilai mata uang tersebut disimpan secara elektronik kedalam suatu media
seperti chip maupun server komputer.
c. Uang elektronik dipergunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang
(merchant) yang bukan merupakan penerbit.
d. Nilai dari mata uang elektronik yang disetorkan oleh pemegang dikelola
oleh penerbit uang elektronik itu bukan sebuah simpanan sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang perbankan.
Uang Elektronik (E-money) memiliki dua tipe dalam metode pemakaiannya, jika
dilihat dari media yang dipergunakan, bentuk dari E-money dapat dibedakan
sebagai berikut :
1) Karakteristik dari Prepaid card/kartu prabayar/electronic purses adalah
sebagai berikut:
a. Nilai mata uang akan dikonversikan menjadi suatu nilai mata uang
yang “bernilai elektronis” lalu akan disimpan kedalam chip (integrated
circuit) yang sudah tertanam pada kartu.
b. Mekanisme dadri perpindahan dana akan dilakukan dengan
memasukkan kartu ke suatu alat card reader (pembaca kartu).
2) Karakter digital cash (Prepaid Software):
a. Nilai mata uang akan dikonversikan menjadi suatu mata uang “nilai
elektronis” lalu selanjutnya disimpan dalam suatu suatu hard disk
komputer.
b. Mekanisme dari pemindahan dana dilakukan secara dalam jaringan
melalui suatu jaringan komunikasi yang kita kenal dengan internet,
dalam melakukan pembayaran.5
5
Serfianto , Iswi Hariyani , dan Cita Yustisia , op.cit., p. 98
Sesuai dengan Pasal 499 KUHPerdata uang elektronik juga dapat
dikategorikan sebagai benda, dikarenakan uang elektronik merupakan harta
kekayaan serta dapat dikuasai oleh pemegang uang elektronik sebagai pemiliknya.
Nilai dari mata uang tunai yang disetorkan sebagai modal atau dasar penerbitan
uang elektroni akan diubah menjadi sebuah data digital berupa digit angka yang
digunakan sebagai sistem perhitungan tertentu, yang bisa digunakan dalam
bertransaksi. Penyetoran dan pemindahan dana yang terdapat di uang elektronik
pada hakekatnya hanya dapat dilakukan secara elektronik juga, maka dari itu uang
elektronik merupakan bagian dari kebendaan digital.
Secara harfiah, e-money atau yang lebih kita kenal uang elektronik
merupakan uang tunai yang tidak berbentuk fisik (cashless money), nilai dari mata
uangnya berasal dari nilai mata uang yang disetorkan terlebih dahulu kepada
penerbit, baik melalui transfer maupun uang tunai, kemudian untuk
penyimpananan mata uang yang secara elektronik dalam suatu media elektronik
berupa server atau kartu chip, yang mana fungsinya merupakan sebagai suatu alat
pembayaran yang bersifat tidak tunai kepada pedagang yang bukan penerbit uang
elektronik. Nilai uang (monetary value) pada sebuah uang elektronik tersebut
berbentuk berupa elektronik (nilai elektronis) yang didapatkan dengan cara
menukarkan sejumlah uang tunai atau pendebetan atapun transfer sejumlah mata
uang di rekening bank, selanjutnya disimpan dengan cara elektronik juga kedalam
media elektronik berupa kartu penyimpan dana (stored value card) maupun yang
berbasis server.6
6
Rachmadi Usman, “Karakteristik Uang Elektronik Dalam Sistem Pembayaran,” Yuridika, Vol.
32 No. 1, (Januari 2017).
menjadi nasabah penerbit. Jenis transaksi yang dapat dilakukan melalui e-money
meliputi pembayaran barang, transfer dana , pembayaran asuransi , pembayaran
tagihan , belanja di merchant , dan lainnya.
Perbedaan e-money dengan kartu lain seperti kartu ATM, nilai mata
uangnya akan tersimpan pada rekening nasabah yang bersangkutan di bank,
sedangkan uang elektronik, nilai mata uangnya akan tersimpan pada perangkat
elektronik seperti komputer, smartphone, kartu prabayar atau bahkan sebuah kartu
chip. Berikutnya, pada saat pemegang uang elektronik melangsungkan transaksi
pembayaran ataupun transfer dana, maka nilai uang yang ada dalam uang
elektronik tersebut pula akan berkurang sesuai dengan nilai transaksi pembayaran
ataupun transfer dana yang dilakukan lazimnya seperti uang tunai. Sebaliknya
nilai uang dalam uang elektronik bisa bertambah asalkan menerima pembayaran
ataupun pada disaat pengisian ulang.7 Pada konsep keuangan, uang elektronik
sudah dianggap cukup sebagai syarat benda yang dapat difungsikan menjadi uang.
Seperti mudah di bawa, mudah disimpan, tidak mudah rusak dan lain-lain. Uang
elektronik atau yang dikenal dengan emoney bahkan bisa juga mengatur dari
peredaran uang di suatu negara, karena jika uang yang beredar di masyarakat tidak
tercukupi maka kebutuhan perekonomian negara itu akan menyebabkan
perekonomian di negara tersebut macet dan tidak bisa dikendalikan dengan baik.8
Bank Indonesia merupakan Bank Sentral Republik Indonesia sebagaimana
diartikan dalam Undang-Undang yang berlaku, Bank Indonesia juga merupakan
sebuah Lembaga negara yang bersifat independent. Dalam Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia yang sudah diganti dengan
Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2004 Pergantian atas undang- undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia dirumuskan bahwa
dalam Pasal 1 angka 8 jika Peraturan Bank Indonesia merupakan syarat hukum
yang diresmikan oleh Bank Indonesia serta mengikat tiap orang ataupun badan
serta dianut dalam lembaran negara Republik Indonesia. Bersumber pada rumusan
Pasal 1 angka 8 tersebut, bisa disimpulkan jika Bank Indonesia memiliki
wewenang untuk mengeluarkan peraturan yakni Peraturan Bank Indonesia.
Peraturan Bank Indonesia (PBI) merupakan syarat hukum yang telah ditetapkan
7
Ibid.
8
Iswardono, 1999, Uang dan Bank, Yogyakarta: BPEF, Hlm. 5.
oleh Bank Indonesia, dimana selaku bank sentral serta peraturan tersebut
mengikat setiap orang maupun badan hukum serta dimuat dalam Lembaran
Negara Kesatuan Republik Indonesia, dimana dalam Peraturan Bank Indonesia
atau yang disingkat PBI ini bagaikan pedoman untuk seluruh bank di Indonesia
untuk melaksanakan kegiatannya dalam bidang perekonomian.
Bank Indonesia selaku Bank Sentral telah bekerjasama dengan beberapa
instansi terkait untuk mendorong transaksi non tunai (cashless) di masyarakat
yang memiliki tujuan untuk mendorong masyarakat agar mengurangi transaksi
dengan menggunakan uang tunai atau cash (less cash society). Menurut Gubernur
Bank Indonesia penggunaan transaksi non tunai dapat mengurangi peredaran uang
tunai di masyarakat Indonesia dan mendorong adanya budaya baru, yaitu less
cash society.9 Perihal untuk mewujudkan budaya less cash society maka Bank
Indonesia bekerjasama dengan Perbankan dan juga Pemerintah, yang tujuannya
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penggunaan instrumen non
tunai (cashless). Sehingga secara bertahap akan terbentuk sebuah komunitas atau
masyarakat yang lebih menggunakan instrument non tunai (cashless) dalam
melakukan transaksi. Jika dilihat dari segi efisiensi, tentu kegaiatan ini akan
mampu menekan biaya negara yang dikeluarkan setiap tahunnya untuk mencetak
uang oleh Bank central. Uang elektronik (e-money) memiliki ciri-ciri yang sangat
berbeda dengan sistem pembayaran elektronik yang ada sebelumnya, misalkan
mobile banking, kartu kredit internet banking, dan kartu debit, dikarenakan setiap
jenis pembayaran yang mempergunakan e-money tidak harus menggunakan
proses otorisasi dan tidak terkait secara langsung dengan rekening nasabah yang
ada di bank, sebab e-money merupakan produk (stored value) dimana sejumlah
nilai (monetary value), telah direkam otomatis dalam alat pembayaran yang
digunakan (prepaid).10
Dengan bertambahnya minat transaksi non tunai menggunakan emoney
maka kegiatan ekonomi di Indonesia juga turut berkembang. Yang mulanya
menggunakan sistem perekonomian regional berkembang menjadi sistem
9
“Gerakan Nasional Non Tunai,” dalam http://www.gerakannasionalnontunai.com/ diakses pada
16 November 2020.
10
Mintarsih, “Perlindungan Konsumen Pemegang Uang Elektronik (E-Money) Dihubungkan
Dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen,” Jurnal
Wawasan Hukum, Vol. 29 No. 02, (September 2013).
perekonomian global yang lebih dinamis. Dari transaksi perekonomian yang
menuntut untuk bertemunya para pihak, beralih jadi transaksi informasi digital. 11
Hal yang seperti ini membuat transaksi menggunakan uang elektronik semakin
diminati. Transaski dengan menggunakan e-money dapat dilakukan tanpa melalui
proses otorisasi terlebih dahulu selain itu tansaksi menggunakan e-money tidak
ada hubungan dengan rekening nasabah pada suatu bank maka dari itu nasabah
pengguna e-money tidak perlu menggunakan konfirmasi PIN untuk menggunakan
e-money tersebut, hal-hal seperti ini yang menyebabkan uang elektronik memiliki
kenaikan jumlah peminat yang signifikan. 12 Bila ditelisik lebih jauh, kenaikan
transaksi uang elektronik ini salah satunya disebabkan karna perkembangan
transaksi secara online yang tersebar di merchant- merchant offline, e- commerce,
ataupun transportasi online (daring). Sampai disaat ini, Bank Indonesia mencatat
penyelenggara uang elektronik yang mengantongi izin regulator, baik yang
berbasis server ataupun kartu sebanyak 38 industri. Dari banyaknya produk uang
elektronik yang beredar di Indonesia, ada beberapa yang yang sering digunakan
oleh masyarakat, antara lain sebagai berikut:13
1) OVO
Aplikasi OVO merupakan aplikasi pintar yang memberikan masyarakat
kemudahan dalam bertransaksi (OVO Cash), serta pula peluang yang lebih
besar untuk mengumpulkan poin di berbagai tempat (OVO Points). OVO
begitu marak digunakan untuk transaksi di aplikasi angkutan online, belanja
online, serta bermacam merchan offline.
2) Gopay
Gopay merupakan uang elektronik maupun dompet digital atau dompet
virtual yang berbentuk saldo GO- JEK serta bisa digunakan untuk membayar
berbagai layanan GO- JEK dan macam merchan offline. GO- JEK
menyediakan layanan pembayaran parsial, dimana masyarakat dapat
11
Vieqi Rakhma Wulan, “Finacial Technology (Fintech) A New Transaction in Future, Journal of
Electrical Engineering and Computer Siences,” Vol. 2 No. 1 (June 2017).
12
Anita Candrawati, 2014, “Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Kartu E-Money Sebagai
Alat Pembayaran dalam Transaksi Komersial” Jurnal Hukum. Nomor 3 Tahun I, Maret 2014,
hlm.3.
13
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4074871/6-uang-elektronik-yang-jadi-andalan-generasi-
milenial-zaman-now , diakses tanggal 18 november 2020.
membayar dengan saldo GO- PAY, kemudian sisanya dapat dibayarkan
dengan uang tunai.
3) LinkAja
LinkAja merupakan layanan keuangan digital (e-wallet) milik perusahaan
telekomunikasi Telkomsel.
4) Flazz
Flazz BCA merupakan suatu produk e-Money berupa kartu yang dikeluarkan
oleh BCA untuk menyelenggarakan transaksi maupun pembayaran digital
sebagai pengganti transaksi tunai. Flazz BCA mempunyai teknologi chip dari
RFID (Radio Frequency Identification) yang berguna untuk menunjang
pemrosesan transaksi dalam hitungan detik hanya dengan sentuhan.
5) E-Money Bank Mandiri
Merupakan produk uang elektronik yang diterbitkan oleh Bank Mandiri
kedalam sebuah bentuk kartu guna melayani kebutuhan transaksi digital
elektronik masyarakat di Indonesia. Dengan menggunakan e-Money Bank
Mandiri, masyarakat bisa melakukan transaksi digital sebagai pengganti
transaksi uang tunai.
e-Money Bank Mandiri sudah menerapka sistem berteknologi (Radio
Frequency Identification) RFID yang memungkinkan user atau pemilik kartu
dapat melakukan transaksi dengan sentuhan dalam hitungan detik. Kartu e-
Money Bank Mandiri ini dapat dimiliki oleh nasabah bank mandiri maupun
non-nasabah Bank Mandiri itu sendiri. Pada saat ingin menggunakan kartu
ini, pengguna cukup tap kartu pada mesin yang sudah disediakan maka saldo
akan berkurang secara otomatis dengan nominal uang yang benar tanpa tanda
tangan maupun PIN.
6) BRIZZI
BRIZZI merupakan ebuah produk uang elektronik atau e-Money berbentuk
sebuah kartu diterbitkan oleh salah satu Bank BUMN yakni Bank BRI guna
melayani dan memproses transaksi secara digital atau elektronik. Sebagai
produk e-Money, masyarakat selaku pengguna atau pemilik bisa
menggunakan BRIZZI sebagai pengganti uang tunai untuk melayani transaksi
pembayaran sehari-hari seperti pembayaran di minimarket maupun
pembayaran jalan tol.
Karena penggunaan uang elektronik di Indonesia semakin hari semakin
dinamis dibuktikan dengan uraian diatas, maka pada tanggal 07 Mei 2018 Bank
Indonesia mengeluarkan peraturan baru yaitu Peraturan Bank Indonesia Nomor
20/6/PBI/2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor
16/8/PBI/2014 Tentang Uang Elektronik, dalam aturan baru yang diterbitkan
Bank Indonesia tersebut justru tidak memuat batasan umur calon pemegang uang
elektronik.
Kecakapan dalam melakukan tindakan hukum pada hukum perdata
dikaitkan dengan unsur kedewasaan dan secara tidak langsung ada kaitannya
dengan unsur umur dalam KUHPerdata diatur dalam beberapa pasal, antara lain
sebagi berikut:14
a. Pasal 29
“Seorang jejaka yang belum mencapai umur genap delapan belas tahun,
seperti pun seorang gadis yang belum mencapai umur genap lima belas
tahun, tak diperbolehkan mengikat dirinya dalam perkawinan.”
b. Pasal 330
“Belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh
satu tahun, dan tidak terlebih dahulu kawin”
c. Pasal 419
“Dengan melakukan perlunakan, seorang anak belum dewasa boleh
dinyatakan dewasa, atau bolehlah diberikan kepadanya hak kedewasaan
yang tertentu”
d. Pasal 426
Perlunakan, dengan mana kepada seseorang belum dewasa diberikan hak-
hak kedewasaan tertentu atas permintaan si belum dewasa boleh diberikan
oleh Pengadilan, apabila ia telah mencapai umur genap delapan belas tahun.
Adapun megenai pasal 29 dan pasal 330 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata ini sudah tidak dipakai karena “asas lex posteriori derogate lex
priori” dimana peraturan yang baru menggantikan peraturan yang lama.
14
Lihat pasal 29, 330, 419, dan 426 KUHPerdata
Dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/6/PBI/2018 Tentang
Uang Elektronik ini harus dilihat dan dianalisis peraturannya, sebab dalam
peraturan terkait tidak memiliki unsur prasyarat batasan umur dalam
kepemilikan maupun penggunakan uang elektronik. Pada dasarnya dalam
pembuatan uang elektronik baik yang berbentuk aplikasi maupun yang
berbentuk kartu seperti Brizzi dan flazz tidak terlepas dari KUHPerdata yang
mengatur tentang perjanjian.
Dalam melakukan pembelian kartu e-money, penerbit akan memberikan
kartu yang dilengkapi dengan syarat dan ketentuan penggunaan kartu e-
money. Syarat beserta ketentuan adalah suatu bentuk daripada perjanjian
antara penerbit dan pemegang kartu dalam penggunaan e-money. Perjanjian
antara penerbit dengan pemegang kartu e-money dapat dikatakan bersifat
baku, karena baik perjanjian maupun klausula tersebut tidak terdapat pilihan
bagi salah satu pihak dalam perjanjian ini, sehingga cenderung merugikan
pihak yang kedudukannya kurang. Pihak yang dirugikan nantinya akan sulit
untuk membuktikan karena tidak ada kesepakatan pada saat perjanjian dibuat,
atau atas isi klausula baku yang termuat dalam perjanjian tersebut.
Dilihat dari perspektif hukum, hubungan antara kedua belah pihak yaitu
pemegang kartu dan bank atau mungkin lembaga lain selain bank sebagai
penerbit ataupun dalam kaitannya dengan pedagang (merchant), dapat
disimpulkan yaitu hubungan kontraktual. Dilihat pembahasan dari Pasal 1338
ayat (1) KUHPerdata, bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah
berkekuatan sama dengan UU bagi kedua pihak. Pada prinsipnya hubungan
antara penerbit dan pemegang kartu merupakan suatu hubungan kontraktual,
dimana diberlakukan kontrak dalam bentuk kontrak standar (kontrak baku),
seharusnya dalam kontrak baku tersebut terdapat poin yang membahas
tentang batasan usia pemegang dan pemilik dari uang elektronik.
Dimanapun calon pemegang atau pemilik e-money akan melakukan
pembelian suatu barang ataupun jasa melalui uang elektronik, maka penerbit
akan memberikan klausula baku sebagai bentuk persetujuan pembelian serta
penggunaan kartu uang elektronik tersebut. Dimana hal itu nantinya akan
menyebabkan pemegang kartu e-money otomatis menyetujui isi dari
perjanjian tersebut walaupun sifatnya memojokkan atau kurang
menguntungkan bagi pemegang atau pemilik e-money. Untuk mayoritas
pelaku usaha (merchant) maupun penerbit dari kartu e-money, mungkin ini
merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan ekonomi yang lebih efisien,
praktis, dan cepat, akan tetapi tidak bagi konsumen atau pemegang kartu
karena hanya menerima suatu pilihan tersebut.
Didalam undang-undang, setiap orang diberikan hak secara bebas untuk
membuat dan melaksanakan perjanjian selama unsur-unsur perjanjian
terpenuhi. Para pihak dalam membuat perjanjian juga bebas untuk
menentukan aturan yang mereka buat dalam perjanjian serta bebas untuk
melaksanakannya sesuai dengan kesepakatan yang telah tercapai, selama para
pihak tidak melanggar ketentuan mengenai ketertiban umum, kesusilaan,
kepatutan, dan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat, serta tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlak
Didalam suatu perjanjian, para pihak harus mempunyai kemampuan yang
bebas untuk mengikatkan diri, dan selanjutnya kemauan itu harus dinyatakan.
Pernyataan dapat dilakukan dengan tegas atau dengan diam-diam. Cara yang
dilakukan secara belakangan, sangat lazim dalam kehidupan kita sehari-hari.15
Contohnya adalah disaat kita membeli kartu Brizzi di minimarket, secara
nyata telah terjadi suatu perjanjian yang meletakkan kewajiban kepada kedua
belah pihak (wederkerige overeenkomst), yaitu pihak pembeli untuk
membayar harga kartu Brizzi sesuai ketentuan dan pihak kasir minimarket
bertindak atas nama minimarket untuk memberikan kartu yang telah dibayar
tersebut. Sebagai suatu perjanjian, penerbitan, pembelian, ataupun
pemasangan aplikasi uang elektronik pada smartphone harus memenuhi
unsur-unsur dari perjanjian itu sendiri.
Apabila salah satu unsur dari pada perjanjian tidak terpenuhi maka tidak
ada perjanjian, sehingga pada akhirnya tidak memiliki akibat hukum bagi
para pihak calon pemegang uang elektronik (e-money). Setelah mengetahui
adanya suatu perjanjian maka Langkah selanjutnya meneliti syarat-syarat
umum hanya suatu perjanjian telah terpenuhi oleh para pihak calon pemegang
15
Subekti, 2003, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa, Hlm. 135
ataupun pemilik uang elektronik (e-money), yang diatur dalam pasal 1320
KUHPerdata, yang berbunyi:
“untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat:
1. Sepakat mereka mengikat dirinya
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal”
D. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian Hukum, Jakarta: Predana Media
Group, Hlm. 35.
Serfianto , Iswi Hariyani , dan Cita Yustisia (2012) , Untung Dengan Kartu
Kredit , Kartu ATM-Debit & Uang Elektronik , Jakarta Selatan :
Visimedia , hal 6
Iswardono, 1999, Uang dan Bank, Yogyakarta: BPEF, Hlm. 5.
Subekti, 2003, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa, Hlm. 135
Komariah, 2008, Hukum Perdata, Malang: UPT Penerbitan Universitas
Muhammadiyah Malang, Hlm. 39.
Harumiati Natadimaja, 2009, Hukum Perdata Mengenai Hukum Perorangan
Dan Hukum Benda, Yogyakarta: Graha Ilmu, Hlm.21.
Abdul Maman dan Fauzan, 2002, Pokok-Pokok Hukum Perdata Wewenang
Peradilan Agama, Jakarta: RajaGrafindo Persada, Hlm. 8-9.
JURNAL
Waspada, Ikaputra, Percepatan Adopsi Sistem Transaksi Teknologi Informasi
Untuk Meningkatkan Aksesibilitas Layanan Jasa Perbankan,
Bandung, Jurnal Keuangan dan Perbankan (Vol. 16 No. 1(2012))
Fitria Dewi Navisa, Karakteristik Asas Kepentingan (Insurable Interest)
Dalam Perjanjian Asuransi, Jurnal Negara dan Keadilan (Vol 9, No
2(2020))
Rachmadi Usman, Karakteristik Uang Elektronik Dalam Sistem Pembayaran,
Yuridika, (Vol. 32 No. 1(2017))
Mintarsih, “Perlindungan Konsumen Pemegang Uang Elektronik (E-Money)
Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen,” Jurnal Wawasan Hukum, (Vol.
29 No. 02(2013))
Vieqi Rakhma Wulan, “Finacial Technology (Fintech) A New Transaction in
Future, Journal of Electrical Engineering and Computer Siences,”
(Vol. 2 No. 1(2017))
Anita Candrawati, 2014, “Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Kartu
E-Money Sebagai Alat Pembayaran dalam Transaksi Komersial”
Jurnal Hukum. Nomor 3 Tahun I, Maret 2014, hlm.3.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Kitab Undang – Undang Hukum Perdata
Peraturan Bank Indonesia No. 20/6/PBI/2018 Tentang Uang Elektronik
INTERNET
“Gerakan Nasional Non Tunai,” dalam
http://www.gerakannasionalnontunai.com/
diakses pada 16 November 2020.
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4074871/6-uang-elektronik-yang-jadi-
andalan-generasi-milenial-zaman-now , diakses tanggal 18 november 2020.