Anda di halaman 1dari 10

PERANCANGAN FASILITAS DAN SISTEM KERJA PADA STASIUN KERJA

PENYABLONAN

M HINDARTO
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Ahmad Dahlan
Jl. Prof. Dr.Soepomo. SH,Janturan,Warungboto,Umbulharjo,Yogyakarta 55164
Hindar21@gmail.com

Abstrak

UKM Big First merupakan salah satu industri kecil yang bergerak dalam bidang
pembuatan kaos. Pada bagian proses penyablonan dari hasil kuisoner nordic body map kaos
dinilai tidak ergonomis karena operator bekerja pada posisi berdiri selama bekerja serta
jangkauan penempatan fasilitas kerja yang terlalu jauh hal ini menyebabkan ketidaknyamanan.
Mekanisme penyaluran input dan output yang belum sistematis dimana operator harus melakukan
proses mengulang dalam memindahkan hasil sablon ketika pekerjaan belum selesai.
Penelitian dilakukan menggunakan teori ergonomi dengan data antropometri, teori
tataletak fasilitas dan statistika dengan software SPSS2.1. Perancangan dilakukan berdasarkan
dimensi tubuh operator serta melakukan pengukuran waktu proses, allowance,dan penggunaan
luas ruangan. Dengan rancangan faslilitas kerja yang baru diharapkan dapat mengurangi
keluhan operator, meningkatkan kemampuan produksi, dan meningkatkan efektifitas penggunaan
luas ruang kerja.
Hasil penelitian diperoleh dari pengambilan data kuisoner nordic body map yaitu
meningkatnya tingkat kenyamanan operator pada 11 bagian tubuh operator. Kemudian
peningkatan output standar dari sebesar 234 unit sablon/hari dan sesudah perancangan didapat
output standar sebesar 384 unit sablon/hari. Kemampuan produksi mengalamani peningkatan
sebesar 64,1%. Kemudian terjadi penurunan penggunaan luas ruang stasiun penyablonan
sebelum dan sesudah perancangan, sebelum perancangan didapat penggunaan luas ruang seluas
40,5 𝑚2 dan sesudah perancangan didapat penggunaan ruang seluas 21𝑚2 , sehingga dapat
disimpulkan bahwa penggunaan ruang setelah perancangan lebih baik

Kata kunci : sablon, ergonomi, tataletak fasilitas, produksi

1. Pendahuluan
Secara umum, industri tekstil di Indonesia meningkat setara dengan
meningkatnya kebutuhan manusia, dan keinginan berpenampilan lebih menarik
khususnya anak muda hingga remaja. salah satu wilayah yang memiliki persaingan
dengan jumlah anak muda yang banyak berada di daerah Yogyakarta yang juga
dikenal sebagai Kota Pelajar. Salah satu usaha sablon yang berada di wilayah
Yogyakarta adalah UKM Big First. UKM Big First merupakan usaha sablon yang
berkembang di Yogyakarta. Proses pembuatan kaos di UKM Big First melalui
beberapa proses yang dikerjakan dan bekerjasama dengan UKM lain untuk proses
penjahitan.
Stasiun kerja penyablonan merupakan proses kerja yang membutuhkan
waktu lebih banyak dibandingkan stasiun kerja lainnya. Hal itu, memulai terjadinya
penumpukan produk pada proses penyablonan yang berupa potongan kaos hasil dari
stasiun kerja pemotongan. Proses kerja operator pada stasiun kerja penyablonan
diawali dengan melakukan setting screen, waktu yang dibutuhkan oleh operator
dalam setting screen adalah 20 menit. Tahap setting screen merupakan waktu yang
paling lama dalam proses penyablonan, Selanjutnya adalah tahap penyablonan, pada
tahap ini operator melakukan pemasangan papan, penyablonan, mengeringkan hasil
sablon menggunakan hairdryer hingga melepas kembali papan kaos hasil sablon dan
meletakkannya di sekitar meja sablon. Dari hasil observasi menunjukkan bahwa
tempat peletakan hasil sablon hanya mampu menampung 10 hasil penyablonan.
Ketika tempat peletakkan hasil sablon sudah mencapai batas maksimal operator
harus memindahkan hasil sablon dan menyebar di sekitar ruang produksi.
Posisi kerja operator seperti tersaji pada gambar 2, operator bekerja dengan
posisi berdiri. Dan operator harus bergerak berpindah tempat untuk meletakkan hasil
produksi di sekitar ruang produksi. Saat proses penyablonan mata dan tangan
operator harus cermat agar sablon tidak meleset saat dilakukan penyablonan.
Penyablonan kaos dilakukan operator hanya untuk sekali saja dengan posisi berdiri
terlihat pada gambar 2.

Gambar 2. Operator saat proses penyablonan


Dengan posisi kerja seperti gambar 2, beberapa bagian tubuh yang dirasakan
tidak nyaman oleh operator adalah kaki, leher, dan tangan. Operator terus berdiri
selama bekerja 8 jam perhari sehingga dapat dipastikan bagian kaki yang menjadi
tumpuan mengalami pegal. Saat proses penyablonan tangan yang harus menekan dan
menariknya secara horizontal sehingga kaos akan tersablon oleh tinta sablon.
Keluhan yang sering dirasakan adalah efek dari menekan dapat menyebabkan tangan
pegal dan mengapal dengan gerakan terus menerus menarik secara horizontal
membuat bahu mudah pegal.

2. Tinjauan Pustaka
Penelitian yang dilakukan oleh M. L. Meena dan G. S. Dangayachpada tahun
2015 dengan judul “An Ergonomic Approach To Design Hand Tool For Screen
Textile Printing”. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan alat sablon untuk
mengurangi gangguan muskuloskeletal yang dialami oleh operator. [1]
Penelitian yang dilakukan oleh Torik Husein, dkk pada tahun 2009 dengan
judul “Perancangan Sistem Kerja Ergonomis Untuk Mengurangi Tingkat
Kelelahan”. Dalam penelitian ini membahas terkait Kondisi pekerjaan yang kurang
ergonomis akan menyebabkan kelelahan pekerja yang lebih, yang ditimbulkan dari
bagian-bagian tubuh yang merasa tidak nyaman. Sistem kerja akan ditingkatkan
dengan menata ulang peralatan dan merubah tata letak fasilitas yang digunakan. [2]
Penelitian yang dilakukan oleh Zulkifly al haq dkk pada tahun 2013 dengan
judul “Perancangan Tata Letak Ulang (Relayout) Pabrik Terhadap Tingkat Produksi
Produk Bakso Ayam”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi
aktual perusahaan yang sesuai dengan Good Manufacturing Practices (GMP) dan
merancang ulang tata letak berdasarkan hasil kajian sebagai suatu rekomendasi. [3]
Penelitian sekarang berjudul “Perancangan Fasilitas Dan Sistem Kerja Pada
stasiun kerja Penyablonan” yang dilakukan di UKM Big First Yogyakarta. Pada
penelitian-penelitian sebelumnya pendekkatan yang dilakukan dalam meningkatkan
produktivitas menggunakan pendekatan dengan metode perancangan tata letak
fasilitas,dan ergonomi dasar.

3. Landasan Teori’
a. Definisi Ergonomi
Kata ergonomi berasal dari kata Yunani ergon (kerja) dan nomos (Hukum). Di
beberapa negara, istilah human factor juga digunakan. Definisi ringkas tujuan
ergonomi untuk merancang peralatan, sistem teknis dan tugas sedemikian rupa
untuk meningkatkan keselamatan manusia, kesehatan, kenyamanan dan kinerja.
Definisi formal ergonomi, disetujui oleh IEA, berbunyi sebagai berikut:
Ergonomi (Atau faktor manusia) adalah disiplin ilmu yang bersangkutan dengan
pemahaman tentang interaksi antara manusia dan unsur-unsur lain dari sistem,
dan teori aplikasi pekerjaan, prinsip, data dan metode untuk merancang, dalam
rangka mengoptimalkan kesejahteraan manusia dan kinerja sistem secara
keseluruhan.[4]
b. Definisi Anthropometri
Istilah Antrhropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan “mentri “
yang berarti ukuran. Secara definitif anthropometri dapat dinyatakan sebagai
satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Dengan
disimpulkan oleh Eko Nurmianto bahwa data anthropometri akan menentukan
bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk yang
dirancang dan manusia yang akan mengoperasikan menggunakan produk
tersebut.[5]
c. Pengujian Data Statistik
Statistik adalah kumpulan keterangan yang disusun atau disajikan dalam daftar
atau gambar yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu[6]. Berikut
pengujian yang dilakukan dalam peneliian ini.[7]
1) Uji Normalitas
Uji distribusi normal adalah uji untuk mengukur apakah data memiliki
distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistik parametrik (statistik
inferensial). Untuk mengetahui sebaran data normal atau tidak dapat
dilakukan dengan software SPSS menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov.
2) Uji Keseragaman
Uji keseragaman data secara visual dilakukan secara sederhana mudah dan
cepat. Di sini hanya sekedar melihat data yang terkumpul dan seterusnya
mengidentifikasikan data yang terlalu “ekstrim”. Yang dimaksudkan dengan
data ekstrim di sini ialah data yang terlalu besar atau terlalu kecil dan jauh
menyimpang dari trend rata-ratanya. Langkah pertama dalam uji
keseragaman data adalah menghitung besarnya rata-rata setiap observasi.
∑𝑛
𝑖=1 𝑥𝑖
𝑥̅ = 𝑛
………………………………………………. (1)
Dimana :
𝑥̅ = nilai rata-rata
x = data hasil pengukuran
n = banyaknya pengukuran yang dilakukan
Langkah selanjutnya adalah menentukan standar deviasi.
√∑𝑛
𝑖=1(𝑥𝑖 −𝑥̅ )
2
𝜎= 𝑛−1
………………………………….... (2)
Dimana :
𝜎 = standar deviasi
x = data hasil pengukuran
𝑥̅ = nilai rata-rata
n = banyaknya pengukuran yang dilakukan
Selanjutnya adalah menentukan batas control, Batas control atas (BKA) atau
upper control limit (UCL) serta batas control bawah (BKB) atau lower
control limit (LCL.
BKA = 𝑥̅ + k. 𝜎 …………………………………...…….. (3)
BKB = 𝑥̅ - k. 𝜎 ………………………………………….. (4)
Dimana:
𝑥̅ = nilai rata-rata
𝜎 = standar deviasi
k = harga indeks atau angka deviasi standar yang besarnya.
3) Uji Kecukupan
Digunakan untuk mengetahui berapa jumlah pengamatan/ pengukuran yang
sebaiknya digunakan dengan dasar data yang diambil. Formulaasi yang
dapat digunakan sebagai berikut.
2
𝑘 2
√𝑁(∑𝑛 2 𝑛
𝑖=1 𝑥𝑖 )− (∑𝑖=1 𝑥𝑖 )
𝑁′ = ⌊ 𝑠
⌋ ………….……………. (5)
(∑𝑛𝑖=1 𝑥𝑖 )

Dimana:
N = jumlah pengukuran awal yang telah dilakukan
N’ = jumlah pengukuran yang seharusnya dilaksanakan
s = tingkat ketelitian
k = harga indeks atau angka deviasi standar yang besarnya.
𝑥̅ = nilai rata-rata
x = data hasil pengukuran
d. Perancangan Tataletak Fasilitas
Pengertian perencanaan fasilitas dapat dikemukakan sebagai proses perancangan
fasilitas, termasuk didalamnya analisis, perencanaan, desain dan susunan
fasifitas, peralatan phisik, dan manusia yang ditujukan untuk meningkatkan
efisiensi produksi dan sistem pelayanan.[8]
4. Metode Penelitian
a. Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di UKM Big First yang beralamat di Jl.Namburan
Kidul, Panembahan, Kraton, Yogyakarta. Dengan objek penelitian fasilitas kerja
stasiun kerja penyablon kaos pada bagian produksi penyablonan.
b. Tahapan Penelitian
1) Observasi Awal
Tahapan yang pertama dilakukan di UKM Big First adalah melakukan
observasi awal untuk mengetahui adanya permasalahan.
2) Indentifikasi Masalah
Berdasarkan Observasi yang dilakukan di UKM Big First dengan
wawancara maupun pengamatan langsung peneliti dapat mengidentifikasi
masalah. Identifikasi masalah merupakan tahap permulaan dari penguasaan
masalah yang terdapat di objek penelitian.
3) Rumusan Masalah
Pada tahap ini berisi tentang rumusan masalah yang dilatarbelakangi oleh
identifikasi masalah yang terdapat di objek penelitian.
4) Studi Pustaka
Pada tahap ini penulis melakukan perbandingan pada penelitian dan teori
penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan.
5) Studi Lapangan
Pada tahap ini penulis langsung melakukan observasi ke lapangan untuk
melihat faktor-faktor terkait materi penelitian yang ada pada perusahaan.
Berikut tahapan penelitian dapat dilihat pada gambar 3:

Gambar 3.Flow Chart Penelitian

5. Hasil dan Pembahasan


a. Pengukuran Anthropometri
Pengukuran Data anthopometri dalam penelitian ini diperoleh dari hasil
pengukuran dimensi tubuh di UKM Big First pada bagian penyablonan kaos.
Diperoleh dari hasilpengukuran dimensi tubuh lebar pinggul, tinggi popliteal,
panjang pantat politeal, jangkauan tangan ke depan, rentangan tangan, tinggi
siku duduk, dan lebar bahu atas.
b. Perancangan Fasilitas Penyablonan
Setelah dilakukan pengujian normalitas data, keseragaman data, kecukupan data,
dan perhitungan persentil. Kemudian menentukan dimensi fasilitas kerja agar
dapat digunakan sebagai berikut :
1) Tinggi kursi
Untuk menentukan ukuran tinggi kursi maka dimensi tubuh yang digunakan
adalah dimensi tinggi popliteal. Ukuran tinggi kursi ini menggunakan
persentil 50th sebesar 45,82 cm.
2) Lebar alas tempat duduk
Untuk menentukan ukuran lebar alas tempat duduk maka dimensi tubuh
yang digunakan adalah dimensi lebar pinggul. Ukuran lebar alas tempat
duduk menggunakan persentil 95th sebesar 38,58 cm.
3) Panjang alas tempat duduk
Untuk menentukan ukuran panjang alas tempat duduk maka dimensi tubuh
yang digunakan adalah dimensi Panjang pantat ke popliteal. Ukuran panjang
alas tempat duduk ini menggunakan persentil 50th sebesar 45,98 cm.
4) Tinggi Meja sablon bagian depan
Untuk menentukan ukuran tinggi rangka meja sablon. Dimensi tubuh yang
digunakan adalah dimensi tinggi mata duduk persentil 5th sebesar 64,73 cm
ditambah tinggi popliteal persentil 50th sebesar 45,82 cm. Sehinga total
ukuran tinggi meja sablon sebesar 110,55 cm.
5) Panjang fasilitas kerja penyablonan
Untuk menentukan ukuran panjang fasilitas kerja penyablonan maka dimensi
tubuh yang digunakan adalah dimensi rentangan tangan adapun ukuran
persentil yang digunakan adalah persentil 5th sebesar 146,74 cm. Fasilitas
yang termasuk dala perhitungan ini adalah meja sablon, tempat produk
sebelum sablon, dan tempat produk setelah sablon.
6) Lebar Meja
Ukuran lebar meja tersebut diperoleh dari dimensi jangkauan tangan ke
depan. persentil yang digunakan adalah persentil 5th sebesar 68,53 cm.
7) Tinggi Tempat Screen Di Meja Sablon
Ukuran tinggi tempat screen pada meja sablon tersebut diperoleh dari
dimensi tinggi bahu duduk. Diperhitungkan untuk ketinggian awal
penyablonan operator. Persentil yang digunakan adalah persentil 5th sebesar
50,61 cm. ditambah tinggi popliteal persentil 50th sebesar 45,82 cm. Sehinga
total ukuran tinggi rangka dan tinggi meja sebesar 96,43 cm.
8) Peralatan Sablon
Ukuran tinggi tempat peletakkan peralatan sablon tersebut diperoleh dari
tinggi siku duduk tinggi polpiteal. persentil yang digunakan adalah persentil
5th sebesar 18,73 cm ditambah tinggi popliteal persentil 50th sebesar 45,82
cm . Sehingga total ukuran tinggi rangka sebesar 64,55 cm.
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan diketahui dimensi fasilitas kerja
yang akan digunakan dalam perancangan, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Dimensi Mesin
No Nama Dimensi Dimensi anthropometri yang Persentil Ukuran
di ukur (cm)
1 Lebar alas tempat duduk Lebar Pinggul 95th 38,58
2 Tinggi kursi Tinggi Popoliteal 50th 45,82
3 Panjang alas tempat duduk Panjang Pantat Ke Popliteal 50th 45,98
4 Lebar meja sablon Jangkauan Tangan ke Depan 5th 68,53
5 Panjang fasilitas kerja penyablonan Rentangan Tangan 5th 146,74
6 Tinggi Tempat peralatan sablon Tinggi Siku Duduk 5th 64,55
8 Tinggi Tempat screen Tinggi Bahu Duduk 5th 96,43
9 Tinggi meja sablon Tinggi Mata Duduk 5th 110,55
Gambar 4.Rancangan Mesin

Setelah perancangan faslilitas kerja maka operator menyelesaikan pekerjaan


dengan menggunakan fasilitas hasil perancangan yang dirancang sesuai dengan
Antropometri operator. Berikut gambar operator yang sedang bekerja dengan
fasilitas kerja hasil perancangan dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Posisi Kerja Setelah Perancangan


Pada gambar diatas menunjukkan operator bekerja dengan posisi duduk
dengan bentuk meja sablon yang memiliki kemiringan. Fasilitas kerja yang
digunakan berada di jangkauan operator, sehingga memudahkan operator untuk
mencapai fasilitas kerja yang digunakan di stasiun kerja penyablonan setelah
perancangan.
c. Pengukuran Waktu Kerja dan Produktivitas
Pengukuran waktu kerja adalah metoda penetapankeseimbangan antara
kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan.
Pengukuran waktu kerja untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan guna
menyelesaikan suatu pekerjaan. Pengukuran dilakukan dengan mengamati 1
orang operator yang bekerja dalam menyelesaikan 1 warna kaos dari proses set
up hingga menyelesaikan 24 kaos. Sebelum perancangan didapat output standar
sebesar 234 unit sablon/hari dan sesudah perancangan didapat output standar
sebesar 384 unit sablon/hari sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan
produksi sablon kaos meningkat sebesar 150 unit sablon/hari dengan persentase
64,1 %.
6. Uji Kelayakan Perancangan
a. Perbandingan Kuisioner
Melihat data kuisioner Nordic Body Map sebelum perancangan, maka
dilakukan uji kelayakan memberikan kuisioner Nordic Body Map setelah
perancangan. Data Kuisoner Nordic Body Map untuk mengetahui apakah
keluhan-keluhan yang dialami operator berkurang atau bertambah, adapun
perbandingan kuisioner sebelum dan sesudah perancangan sebagai berikut.
Tabel 2.Kuisioner Perbandingan Kuisioner Nordic Body Map
Sebelum Setelah
Perancangan Perancangan
TINGKAT TINGKAT
N JENIS KELUHAN KELUHAN KELUHAN
O
TS AS S SS TS AS S SS
0 Sakit/kaku di leher bagian atas √ √
1 Sakit/kaku di leher bagian bawah √ √
2 Sakit di bahu kiri √ √
3 Sakit di bahu kanan √ √
4 Sakit pada lengan atas kiri √ √
5 Sakit di punggung √ √
6 Sakit pada lengan atas kanan √ √
7 Sakit pada pinggang √ √
8 Sakit pada bokong √ √
9 Sakit pada pantat √ √
10 Sakit pada siku kiri √ √
11 Sakit pada siku kanan √ √
12 Sakit pada lengan bawah kiri √ √
13 Sakit pada lengan bawah kanan √ √
14 Sakit pada pergelangan tangan kiri √ √
15 Sakit pada pergelangan tangan kanan √ √
16 Sakit pada tangan kiri √ √
17 Sakit pada tangan kanan √ √
18 Sakit pada paha kiri √ √
19 Sakit pada paha kanan √ √
20 Sakit pada lutut kiri √ √
21 Sakit pada lutut kanan √ √
22 Sakit pada betis kiri √ √
23 Sakit pada betis kanan √ √
24 Sakit pada pergelangan kaki kiri √ √
25 Sakit pada pergelangan kaki kanan √ √
26 Sakit pada kaki kiri √ √
27 Sakit pada kaki kanan √ √
Dari tabel perbandingan dapat dilihat dimana bagian tubuh yang bermasalah
diberikan tanda “√”, bagian tubuh sebelum perancangan beberapa bagian
mengalami keluhan sedangkan setelah perancangan operator mengalami keluhan
lebih sedikit dari sebelum perancangan, karena operator bekerja dengan posisi
yang lebih nyaman dalam menyablon kaos. Dari perbandingan kusioner dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengurangan rasa sakit/ketidaknyamanan operator
dalam menggunakan fasilitas kerja yang baru.
7. Perbandingan Posisi Kerja
Kondisi awalsebelumperancangan untuk menyablon operator harus bekerja
dengan posisi berdiri. Setelah dilakukan perancangan, posisi kerja operator
duduk diatas kursi yang sudah disesuaikan dengan antropometri, fasilitas kerja
yang digunakan berada di jangkauan operator. Perbedaan posisi kerja tersebut
dapat dilihat pada gambar 6:

Gambar 6 .Perbandingan Posisi Kerja


8. Penigkatan kapasitas produksi
Untuk mengetahui apakah produktifitas meningkat maka perlu dibandingkan output
standar sebelum dan sesudah perancangan, sebelum perancangan didapat output
standar sebesar 234 unit sablon/hari dan sesudah perancangan didapat output standar
sebesar 384 unit sablon/hari sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan
produksi sablon kaos meningkat sebesar 150 unit sablon/hari dengan persentase
64,1%.
9. Analisa Penggunaan Area Stasiun Kerja
Untuk mengetahui apakah penggunaan ruang efektif maka perlu dibandingkan
penggunaan luas ruang stasiun kerja penyablonan sebelum dan sesudah perancangan,
sebelum perancangan didapat penggunaan luas ruang seluas 40,5𝑚2 dan sesudah
perancangan didapat penggunaan ruang seluas 21𝑚2 . Sehingga dapat disimpulkan
bawah efektifitas penggunaan ruang setelah perancangan lebih baik dengan
penggunaan ruang lebih sedikit dari sebelum perancangan.
10. Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasaan yang dilakukan maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Posisi kerja setelah perancangan menjadi lebih nyaman, dapat dilihat dari
membandingkan kuisioner sebelum perancangan dan setelah perancangan
terdapat pengurangan rasa sakit/ketidaknyamanan operator dalam
menggunakan fasilitas kerja yang baru. Dimana tardapat 11 bagian tubuh
yang dirasakan oleh operator lebih nyaman.
2. Dengan alat pres sebelum perancangan didapat output standar sebesar 234
unit sablon/hari dan sesudah perancangan didapat output standar sebesar 384
unit sablon/hari sehingga dapat disimpulkan bawah prduktivitas meningkat
sebesar 150 unit sablon/hari dengan persentase 64,1 %.
3. penggunaan luas ruang stasiun penyablonan sebelum dan sesudah
perancangan, sebelum perancangan didapat penggunaan luas ruang seluas
40,5𝑚2 dan sesudah perancangan didapat penggunaan ruang seluas 21𝑚2 .
Sehingga dapat disimpulkan bawah efektifitas penggunaan ruang setelah
perancangan lebih baik dengan penggunaan ruang lebih sedikit dari sebelum
perancangan.
b. Saran
Berdasarkan pada keterbatasan waktu dalam penelitian ini maka saran untuk
penelitian selanjutnya sebagai berikut:
1. UKM disarankan menggunakan rancangan fasilitas kerja yang telah
dirancang dengan memperhitungkan anthopometri operator dan tata letak
fasilitas.
2. Perlunya penelitian lebih lanjut karena masih terdapat 3 bagian tubuh
operator yang bermasalah yaitu pada bagian leher, bahu, dan pergelangan
tangan, diharapkan untuk penelitian selanjutnya bisa menghilangkan semua
keluhan bagian tubuh yang bermasalah.

Daftar Pustaka
[1] Meena, M, L,dkk. 2015. “An Ergonomic Approach To Design Hand Tool For
Screen Textile Printing”.
[2] Husein T. 2009. “Perancangan Sistem Kerja Ergonomis Untuk Mengurangi
Tingkat Kelelahan”.
[3] Al Haq Z, dkk. 2013. “Perancangan Tata Letak Ulang (Relayout) Pabrik
Terhadap Tingkat Produksi Produk Bakso Ayam”.
[4]. Nurmianto, Eko, 2003, Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya, Edisi Pertama,
Cetakan Ketiga, Guna Widya, Surabaya.
[5] Wignjosoebroto, Sritomo, 2003, Ergonomi Studi Gerak dan Waktu: Teknik
Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja, Edisi Pertama, Cetakan Ketiga,
Guna Widya, Surabaya.
[6] Fauzy, Akhmad, 2008, Statistik Industri, Erlangga, Jakarta.
[7] Ghozali, Imam, 2011, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM
SPSS 19, Universitas Diponegoro, Semarang.
[8] Program Studi teknik industri. 2010. Diktat Kuliah Perancangan Fasilitas.
Yogyakarta: Teknik Industri

Anda mungkin juga menyukai