Anda di halaman 1dari 17

TEKNIK TATA CARA KERJA

ANALISIS ERGONOMI PADA PEKERJA UD.MIRASA

Dosen Pembimbing:

Dr.Ida Bagus Suryaningrat ,S.TP.,MM

Oleh:

Ritfan Valentino Febriansyah

201710301050

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI NDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2022
BAB.1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ergonomi merupakan ilmu yang menggunkan informasi tentang sifat


kemampuan manusia dan keterbatasannya dalam merancang sistem kerja.
ergonomi berasal dari Bahasa Yunani yaitu ergon yang berarti kerja dan nomo
yang berarti peraturan atau hukum. Pengertian ergonomic sebagai salah satu
cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi informasi mengenai
sifat ,kemampuan dan keterbatasan manusia dalam merancang suatu sistem kerja
yang baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan yang efektif
,efisien ,aman dan nyaman (Ginting,2010).

Ergonomi adalah bidang ilmu yang secara sistematis menggunakan


informasi tentang sifat manusia, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk
merancang suatu sistem kerja yang memungkinkan orang untuk hidup dan bekerja
dengan baik pada sistem tersebut, yaitu untuk mencapai tujuan yang diinginkan
melalui kerja yang efektif, aman, dan nyaman (Sutalaksana, 1979).

Ergonomi merupakan studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan


kerja yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, teknik, manajemen dan
desain (Nurmianto, 1988). Dengan demikian, pendekatan ergonomi
memungkinkan untuk membuat pendekatan functional effectivenes dan
kenikmatan-kenikmatan pemakaian dari peralatan, fasilitas maupun lingkungan
kerja yang dirancang (Wignjosoebroto, 1995). Berdasarkan pengertian tersebut,
dapat disimpulkan bahwa inti dari ergonomi adalah manusia. Tujuan ergonomi
adalah untuk mencegah cedera, meningkatkan produktivitas, efisiensi dan
kenyamanan, membutuhkan adaptasi terhadap lingkungan kerja, pekerja dan
orang-orang yang berhubungan dengan pekerja tersebut.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan paper teknik tata cara kerja adalah:
1. Mengetahui sistem kerja pada suatu proses industri dengan pendekatan
ergonomi.

2. Mengetahui penyelesaian dari permasalahan yang ada dengan pendekatan


ergonomi.
BAB 2. PEMBAHASAN

UD. MIRASA merupakan home industry makanan ringan berskala kecil


menengah dan produk yang dihasilkan adalah emping melinjo. UD MIRASA
terletak di desa Gedongan, RT 05, RW 02, Kecamatan Kotagede, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Adapun sistem kerja yang digunakan dalam UD. MIRASA
ini adalah manusia menggunakan sarana (alat pengemasan) Dan Prasarana
(Ruangan) untuk menghasilkan produk emping melinjo.

Dalam proses pengemasan emping melinjo pada UD MIRASA ini terdapat


permasalahan yang dialami oleh para pekerja yaitu masalah terkait postur tubuh
pekerja yang sering mengalami keluhan seperti rasa sakit pada bagian tubuh
tertentu seperti leher, punggung maupun kaki. Hal ini akibat pada proses
pengemasan tidak ergonomi karena masih menggunakan alat yang kurang efektif
sehingga berpengaruh pada hasil produktivitas.

Fasilitas kerja yang kurang mendukung pada proses pengemasan,


disebabkan oleh posisi postur tubuh pekerja yang melakukan kegiatan tersebut,
dimana posisi pekerja duduk bersila sehingga dapat menyebabkan rasa
ketidaknyamanan yang dapat menyebabkan rasa pegal pada punggung bagian
bawah, punggung atas, bahu kanan, leher, dan posisi kaki yang tertekuk. Serta alat
pengemasan yang digunakan tidak efektif yang menyebabkan hasil produk yang
dikemas tidak mencapai target. Sehingga hal ini dapat menyebabkan penggunaan
fasilitas kerja kurang maksimal karena membutuhkan waktu 36,7 detik setiap
proses pengemasan. Berikut adalah foto posisi pekerja UD MIRASA
Berdasarkan gambar diatas, proses pengemasan pada UD MIRASA
termasuk kedalam kategori ergonomi karena berkaitan dengan hubungan pekerja
dan fasilitas kerja. Sehingga solusi alternatif dari permasalahan tersebut
berdasarkan analisis yang dilakukan yaitu melakukan perancangan sistem kerja
pada proses pengemasan yang ergonomis untuk memperbaiki sistem kerja yang
lebih teratur, memperbaiki posisi kerja untuk mengurangi kelelahan dan
meningkatkan hasil output pada saat pengemasan.

Untuk tahap awal yang dilakukan untuk merancang sistem kerja secara
ergonomis yaitu dengan melakukan proses pengolahan data menggunakan data
antropometri yang bertujuan untuk menetapkan dimensi ukuran-ukuran tubuh para
pekerja. Dan selanjutnya data pada proses yang bertujuan untuk mengetahui
perbandingan waktu proses pengemasan sebelum perancangan dan sesudah
perancangan, dan data para pekerja juga.

Berikut ini data yang telah diketahui hasil persentase keluhan pekerja:

No Bagian Tubuh Persentase Keluhan


1 Leher 81%
2 Punggung 84%
3 Pinggang 76%
4 Pantat 64%
5 Bahu 71%
6 Siku 45%
7 Pergelangan tangan 56%
8 Paha 21%
9 Lutut 27%
10 Pergelangan kaki 18%

Berdasarkan tabel diatas, keluhan tertinggi terdapat pada bagian punggung


dengan persentase 84% yang terjadi akibat posisi punggung pekerja sedikit
membungkuk. Selanjutnya keluhan tertinggi kedua terdapat pada bagian leher
dengan persentase 81% yang disebabkan karena posisi leher pekerja harus
melakukan pengecekan kemasan untuk memastikan tidak adanya kebocoran.
Sehingga dengan adanya data tersebut maka posisi pekerja dapat diperbaiki
dengan adanya alat untuk memfasilitasi pekerja selama melakukan pengemasan.
Berikut ini adalah tabel ukuran alat perancang.

No Dimensi yang diukur Ukuran (cm)


1 Lebar kursi kerja 35,96
2 Panjang kursi kerja 43,8
3 Tinggi kursi kerja 41,8
4 Lebar sandaran kursi kerja 41,9
5 Tinggi sandaran kursi kerja 83,6
6 Tinggi meja kerja 65,13
7 Panjang meja kerja 157,26
8 Lebar meja kerja 51,81

Berdasarkan tabel hasil pengukuran alat diperoleh dari data antropometri


dengan melakukan pengukuran langsung terhadap 30 responden yaitu 1 pekerja
pengemasan dan 29 pria Indonesia yang berusia antara 40-50 tahun. Berdasarkan
implementasi fasilitas kerja yang baru terlihat bahwa operator saat ini dapat
melakukan pekerjaannya dengan nyaman. Beberapa perubahan dibandingkan
dengan fasilitas kerja awal antara lain adalah:
1. fasilitas kerja dilengkapi dengan tempat duduk dan meja kerja sehingga
operator bisa kerja dengan nyaman,

2. alat yang digunakan setelah perancangan sudah bisa melekat dalam satu
kali kerja,

3. fasilitas kerja dilengkapi dengan tempat untuk memisahkan benda kerja


yang belum dikemas dan yang sudah dikemas.

Kemudian juga berpengaruh pada produktivitas selama proses pengemasan


Dari hasil pengumpulan data waktu proses terlihat penurunan rata-rata waktu
proses yang cukup signifikan menjadi 23,76 detik dibandingkan dengan rata-rata
waktu proses awal yaitu sebesar 37,06 detik. Setelah perancangan ulang fasilitas
kerja yang ergonomis diimplentasikan dengan tujuan untuk mengurangi keluhan
ketidaknnyamanan pada operator, Dengan adannya fasilitas kerja yang sekarang
maka terdapat perbandingan dengan fasilitas kerja awal, adapun perbandingan
kondisi awal dan akhir rancangan dapat dilihat pada tabel berikut:

Kondisi Keterangan
No Data
Awal Akhir Peningkatan Penurunan

1 Waktu proses 37,06 detik 23,76 detik 35,88% –


2 Ketidaknyamanan 60% 10% 90% –
3 produktivitas 68 115 69,11% –
unit/menit unit/menit

Berdasarkan data ketidaknyamanan pekerja saat melakukan proses


pengemasan pada kondisi awal mencapai 60% kemudian setelah adanya alat
perancang untuk proses pengemasan, kondisi keluhan berkurang 90% sehingga
keluhan yang terjadi hanya 10% daripada kondisi awal. Kemudian berdasarkan
tingkat produktivitas pengemasan dimana awal pengemasan hanya mampu 68
unit/ menit kemudian setelah adanya alat perancang untuk proses pengemasan
produktivitas bertambah 115 unit/ menit mengalami peningkatan 69,11%.
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diatas dapat disimpulkan


bahwa:

1. Analisis data menggunakan metode antropometri untuk menjamin


tingkat kenyamanan, keselamatan, dan kesehatan kerja.

2. Pada proses pengemasan terjadi penurunan ketidaknyamanan posisi


sikap kerja.

3. Produksi emping melinjo dapat lebih cepat dan banyak karena terjadi
penurunan waktu dalam produksi.

4. Output produk meningkat dibandingkan sebelum dilakukan


perbaikan.

3.2 Saran

Adapun saran dalam penyusunan paper kali ini adalah diharapkan


mahasiswa mampu memahami sistem kerja secara ergonomi guna untuk
menambah pengetahuan dan bisa bermanfaat dikehidupan kedepannya
nanti.
DAFTAR PUSTAKA

Ginting, Rosnani. 2010. Prancangan Produk. Jogyakarta : Graha Ilmu

Nurmianto, Eko. (2008). Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya, Edisi


Kedua. Guna Widya, Surabaya, Indonesia.

Rohim, dkk. (2016). Perancangan Sistem Kerja pada Proses Pengemasan


Emping Melinjo dengan Pendekatan Ergonomi. JISI : Jurnal
Integrasi Sistem Industri, Vol. 3, No. 2.

Sutalaksana, Iftikar Z. (1979). Teknik Tata Cara Kerja. Institut Teknologi


Bandung. MTI-ITB.

Wignjosoebroto, Sritomo. (1995). Ergonomi, Studi Gerak Dan Waktu.


Teknik Analisis Untuk Peningkatan Produktivitas kerja, Edisi
Pertama. PT. Guna Widya : Jakarta.
TEKNIK TATA CARA KERJA

ANALISIS ANTROPOMETRI PADA PEKERJA PEMERAS MADU

Dosen Pembimbing:

Dr.Ida Bagus Suryaningrat ,S.TP.,MM

Oleh:

Ritfan Valentino Febriansyah

201710301050

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI NDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2022
BAB. 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Antropometri merupakan ilmu yang secara khusus berkaitan dengan


pengukuran tubuh manusia yang digunakan untuk melakukan perbedaan pada
individu, kelompok, dan sebagainya. Dimensi tubuh manusia sendiri ditentukan
oleh beberapa faktor yang harus menjadi salah satu pertimbangan dalam memilih
sampel data yang akan diambil. Faktorfaktor tersebut merupakan umur, jenis
kelamin, rumpun dan suku bangsa, sosial ekonomi & konsumsi gizi yang
diperoleh, pekerjaan, dan syarat waktu pengukuran (Sutalaksana, 1979).

Tujuan antropometri dalam perancangan alat dan perlengkapan adalah agar


terjadi keserasian antara manusia dengan sistem kerja (man-machine system),
sehingga menjadikan tenaga kerja dapat bekerja secara baik, nyaman, dan efisien.
Kenyamanan menggunakan alat bergantung pada kesesuaian ukuran alat dengan
ukuran manusia. Jika tidak sesuai, maka dalam jangka waktu tertentu akan
mengakibatkan stress tubuh antara lain dapat berupa lelah, nyeri, dan pusing
(Hanafie dkk., 2011).

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan paper teknik tata cara kerja adalah:
1. Mengetahui sistem kerja pada suatu proses industri dengan pendekatan
antropometri.
2. Mengetahui penyelesaian dari permasalahan yang ada dengan pendekatan
antropometri.
BAB 2. PEMBAHASAN

Para petani madu di wilayah Tapung Kabupaten Kampar Riau masih banyak
mengunakan metode pemotongan sarang madu dengan cara manual, dalam arti
masih diperas mengunakan tangan. Petani lebah di Wilayah Kecamatan Tapung
Kabupaten Kampar Riau belum mengunakan alat pemeras madu, untuk itu
mereka masih banyak menggunakan pemerasan madu dengan cara dipotong-
potong atau secara manual. Padahal alat pemeras madu di wilayah lain seperti
halnya petani lebah yang berada di wilayah jawa khususnya daerah Malang, sudah
menggunakan alat pemeras madu dengan alat pemeras dengan sistem putaran atau
disebut dengan ekstraktor lebah. Alat ektraktor lebah sebagai alat bantu proses
pemerasan yang digunakan peternak lebah yang modern (Hernowo, 2013).
Sehingga petani madu pada wilayah Tapung Kabupaten Kampar Riau mengeluh
rasa lelah yang mereka alami. Para pekerja mengeluh rasa sakit pada bagian leher,
punggung, kaki dan kedua tangan mereka. Hal ini disebabkan mereka melakukan
pekerajaan secara manual dan tempat kerja dan alat kerja yang tidak ergonomi.
Dapat dilihat pada gambar pekerja sebagai berikut.

Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa posisi pekerja dalam keadaan
membungkuk sehingga menyebabkan rasa sakit dibagian leher, punggung,dan
kaki yang tertekuk. Sehingga diperlukan perbaikan sikap pekerja dengan membuat
alat rancangan proses pemeras madu untuk menghindarkan dari risiko kecelakaan
pekerja. Adapun alat rancangan kerja dibuat berdasarkan dengan pengukuran yang
telah dilakukan kepada beberapa anggota mahasiswa sebagai acuan untuk ukuran
alat rancangan kerja. Berikut merupakan data hasil pengamatan.

Keterangan Rata-rata Standar deviasi


Jangkauan tangan 70,75 6,22
Lebar bahu 42,25 3,70
Lebar telapak tangan 10 1,22
Lebar pinggul 39 3,39
Tinggi punggung 47,75 4,82
Panjang telapak kaki 24,5 0,35

Setelah dilakukan pengukuran, kemudian melakukan perancangan alat


untuk proses pemerasan madu sehingga didapatkan hasil sebagai berikut:

Sebelum
No Dimensi Alat Rancangan Persentil (cm)
(cm)

1 Tinggi sandaran kursi 50 50th 48


2 Lebar alas kaki 44 95th 45
3 Lebar sandaran kursi 48 95th 48
4 Jarak alat pemeras madu 71 50th 71
5 Lebar alat bantu penekan 12 95th 12
6 Jarak kursi dengan tiang alat rancangan 24 95th 25

Berdasarkan tabel diatas, didapatkan pada tinggi sandaran kursi dapat dicari
dengan menggunakan data tinggi punggung pekerja, sehingga menggunakan
persentil 50 th dengan tujuan agar pekerja dengan rata-rata dapat menggunakan
dengan baik, serta pekerja paling panjang dan pendek dapat menggunakannya
juga. Pada lebar alas kursi dapat dicari dengan menggunakan data ukuran lebar
pinggul pekerja, sehingga menggunakan persentil 95th dengan tujuan agar seluruh
pekerja dimulai dari yang besar hingga kecil dapat menggunakannya. Pada lebar
sandaran kursi dapat dicari dengan menggunakan data ukuran lebar bahu pekerja,
sehingga menggunakan persentil 95th dengan tujuan agar seluruh pekerja dimulai
dari yang besar hingga kecil dapat menggunakannya. Pada jarak alat pemeras
madu dapat dicari dengan menggunakan data jangkauan tangan pekerja kedepan,
sehingga menggunakan persentil 50 th dengan tujuan agar pekerja dengan rata-
rata dapat menggunakan dengan baik, serta pekerja paling panjang dan pendek
dapat menggunakannya juga. Pada lebar alat bantu penekan kursi dapat dicari
dengan menggunakan data ukuran lebar telapak tangan pekerja, sehingga
menggunakan persentil 95th dengan tujuan agar seluruh pekerja dimulai dari yang
besar hingga kecil telapak tangannya dapat menggunakannya. Dan pada jarak
kursi dengan tiang alat rancangan dapat dicari dengan menggunakan data ukuran
panjang telapak kaki pekerja, sehingga menggunakan persentil 95th dengan tujuan
agar seluruh pekerja dimulai dari yang besar hingga kecil telapak kakinya dapat
menggunakannya. Sehingga berdasarkan perhitungan persentil diatas, didapatkan
hasil dimensi alat rancangan yang akan dibuat untuk mengurangi
ketidaknyamanan pekerja. Setelah itu, dilakukan pembuatan alat rancangan
pemeras madu seperti pada gambar dibawah ini.

Adapun fungsi dari dibuatnya rancangan alat tersebut agar mempunyai


beberapa keunggulan, seperti:

1. Proses pemerasan dengan cara dihancurkan dengan mata pisau yang


digerakkan motor listrik.
2. Hasil pemerasan madu bersih karena terdapat sarigan dan sampah hasil
pemerasan keluar dengan konsep sentrifugal.

3. Dapat mengurangi keluhan rasa sakit dibagian tangan, pungung dan kaki.

Selain beberapa keunggulan, alat rancangan yang baru juga berpengaruh pada
produktivitas pemerasan. Berikut ini adalah tabel perubahan produktivitas dari
proses pemerasan madu setelah menggunakan alat pemerasan.

Keterangan Waktu(menit/kg) Output (kg/jam) Produktivitas

Sebelum 2,33 25 37%

Sesudah 1,41 42 60%


BAB. 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap pekerja pada proses


pemerasan madu dapat disimpulkan bahwa :

1. Proses pemerasan madu yang dilakukan secara manual menimbulkan


keluhan pada pekerja, pekerja merasakan sakit pada bagian
leher,punggung dan kaki sehingga pekerjaan tersebut tidak ergonomi.

2. Dilakukan Perancangan alat pemeras madu didasarkan pada


pengolahan data antropometri dari hasil pengukuran tubuh para
pekerja.

3. Setelah adanya rancangan alat pemeras madu dapat meningkatkan


produktivitas hasil perasan madu yang didapatkan. Yang sebelumnya
membutuhkan wakru 2,33 menit/ kg dengan output hasil pemerasan
25kg/jam setelah adanya alat pemeras waktu yang dibutuhkan 1,41
menit/kg dengan output yang dihasilkan 42 kg/jam. Dengan
produktivitas sebesar 60%.

3.2 saran

Adapun saran dalam penyusunan paper kali ini adalah diharapkan


mahasiswa mampu memahami analisis antropometri pada alat agroindustry
guna untuk menambah pengetahuan dan bisa bermanfaat dikehidupan
kedepannya nanti.
DAFTAR PUSTAKA

Hanafie, A., dan Saripuddin, M., Fadhli, M. (2011). Perancangan Mesin


Perontok Padi (Combine Harverter) Yang Ergomis Dengan Pendekatan
Antrometri. Jurnal ILTEK, Vol. 6, No. 12.

Hernowo. (2013). Perancangan Ulang Alat Pemeras Madu Berdasarkan Data


Antropometri (Studi Kasus: Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar Riau).
[Skripsi]. Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau, Pekan Baru.

Sutalaksana, Iftikar Z. (1979). Teknik Tata Cara Kerja. Institut Teknologi


Bandung. MTI-ITB.

Wignjosoebroto, S. (2008). Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Guna Widya,


Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai