Anda di halaman 1dari 30

BAB III

TUGAS KHUSUS
PENILAIAN POSTUR PEKERJA DIBAGIAN LORI PADA PENARIKAN
TALI SLING MENGGUNAKAN METODE OVAKO WORK POSTURE
ANALYSIS SYSTEM (OWAS) DI PT. HARI SAWIT JAYA PMKS NEGERI
LAMA DUA

3.1 Pendahuluan
3.1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia.
Kebutuhan kelapa sawit meningkat tajam, seiring dengan meningkatnya kebutuhan
Crude Palm Oil (CPO) dunia. Indonesia diharapkan mampu bersaing di industri
internasional dalam memproduksi kelapa sawit dengan target dan sasaran yang mampu
menghasilkan mutu minyak yang baik diantara industri sawit di negara-negara lain.
Kegiatan produksi di pabrik kelapa sawit yang dilakukan dengan bantuan
secara manual cenderung dapat mengakibatkan keluhan dan risiko cedera pada bagian
tubuh tertentu. Salah satu penyebab adanya gangguan pada otot rangka yang
ditimbulkan dari pekerjaan yang dilakukan secara dinamis yaitu posisi dan postur tubuh
kerja yang tidak sesuai, seperti yang dialami staff atau karyawan dibagian lori pada
penarikan tali sling di PT. Hari Sawit Jaya PMKS Negeri Lama dua, yang melakukan
pekerjaan dengan posisi yang dilakukan secara dinamis dalam kurun waktu yang cukup
lama yakni ± 7 jam sehari. Hal ini akan menjadi sebuah masalah keluhan rasa sakit
pada bagian tubuh pekerja. Stasiun kerja yang dirancang tidak ergonomis akan
menimbulkan dampak negatif bagi pekerja yang menggunakan baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang seperti nyeri dan juga kelelahan akibat kerja.
Postur tubuh pekerja dibagian lori pada penarikan tali sling PT. Hari Sawit Jaya
PMKS Negeri Lama dua berisiko cedera dikarenakan kegiatan menarik lori yang
dilakukan yaitu membungkuk kedepan, menarik kedepan dan berjalan sambil menarik
tali sling secara berulang-ulang. Permasalahan diperkuat dengan adanya wawancara

33
34

terhadap 2 pekerja tetap menyatakan keluhan pada otot, punggung, lengan bagian
bawah, leher, pergelangan tangan dan kaki yang dialami saat melakukan pekerjaan
menarik lori.
Berdasarkan hasil observasi saat survei ke lapangan, pekerja masih banyak
cenderung mengabaikan prosedur yang telah ditetapkan oleh Perusahaan, dengan
melakukan sikap yang tidak aman yaitu pada saat menarik tali sling. Hal ini
menyebabkan pekerjaan tersebut dapat di kategorikan sebagai pekerjaan yang tidak
ergonomis. Postur kerja canggung diketahui merupakan faktor utama risiko gangguan
Musculoskeletal. Metode terbaik untuk mengurangi efek negatif adalah menggunakan
analisis ergonomic terhadap postur kerja dan melaksanakan tindakan korektid yang
sesuai. Hasil kuesioner Nordic Body Map (NBM) menunjukkan bahwa pekerja
mempunyai keluhan pada bagian pergelangan tangan, punggung, lengan bagian bawah,
leher dan kaki. Oleh karena permasalahan diatas maka penulis membuat suatu
penelitian dengan judul “Penilaian Postur Pekerja Dibagian Lori Pada Penarikan
Tali Sling Menggunakan Metode Ovako Work Posture Analysis System (OWAS)
Di PT. Hari Sawit Jaya PMKS Negeri Lama Dua”.

3.1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka
yang menjadi fokus pembahasan dalam penelitian ini yaitu bagaimana hasil postur
kerja yang didapatkan pada pekerja penarik lori di PT. Hari Sawit Jaya PMKS Negeri
Lama Dua?

3.1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dalam melakukan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hasil
postur kerja yang didapatkan pada pekerja penarik lori di PT. Hari Sawit Jaya PMKS
Negeri Lama Dua.
35

3.1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Mahasiswa
Memberikan manfaat bagi peneliti untuk memperdalam pengetahuan,
wawasan, serta kemampuan untuk mengaplikasikan ilmu tentang ergonomi.
Terutama mengetahui postur para pekerja pada bagian penarikan lori dengan
menggunakan metode Ovako Work Posture Analysis System (OWAS) di PT.
Hari Sawit Jaya PMKS Negeri Lama Dua.
2. Bagi Jurusan
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi tambahan bagi
civitas akademik Jurusan Teknik Industri. Terutama mengenai postur para
pekerja pada bagian penarikan lori dengan menggunakan metode Ovako Work
Posture Analysis System (OWAS).
3. Bagi Perusahaan
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi perusahaan untuk
mempertimbangkan dan menilai tingkat kenyamanan postur tubuh dari suatu
pekerjaan yang dilakukan dalam perusahaan tersebut.

3.1.5 Batasan Masalah


Untuk memudahkan peneliti melakukan pembahasan maka dilakukan
pembatasan masalah. Dimana Batasan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Penelitian hanya membahas postur kerja pada kegiatan menarik lori di PT. Hari
Sawit Jaya PMKS Negeri Lama Dua.
2. Objek yang dijadikan bahan penelitian adalah pekerja yang melakukan kegiatan
menarik lori menggunakan tali sling dan pekerja sebanyak 2 orang.
3. Kuesioner yang digunakan yaitu Nordic Body Map (NBM) untuk mengetahui
keluhan yang dirasakan oleh pekerja.
36

3.1.6 Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data dan informasi yang diperoleh dari PT. Hari Sawit Jaya PMKS Negeri
Lama Dua adalah benar.
2. Penelitian ini berjalan dengan lancar dan tidak ada dari tenaga kerja yang
terganggu atau terhambat saat dilakukan pengamatan.

3.2 Landasan Teori


3.2.1 Ergonomi
Ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu “Ergo”, yang artinya kerja dan
“Nomos” yang artinya hukum alam. Ergonomi dapat didefinisikan sebagai suatu
disiplin yang mengkaji keterbatasan, kelebihan, serta karakteristik manusia dan
memanfaatkan informasi tersebut dalam merancang produk, mesin, fasilitas,
lingkungan dan bahkan sistem kerja yang terbaik tanpa mengabaikan aspek kesehatan,
keselamatan, serta kenyamanan manusia penggunanya. Tujuan utama yang ingin
dicapai dalam ergonomi adalah tercapainya sistem kerja yang produktif dan kualitas
kerja terbaik, disertai kemudahan, kenyamanan, dan efisiensi kerja, tanpa mengabaikan
kesehatan dan keselamatan kerja (Yudiantyo et al., 2021).
Mendefinisikan istilah ergonomi yaitu “Suatu cabang ilmu yang sistematis
untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan
keterbatasan manusia untuk merancang sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan
bekerja pada sistem dengan baik yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui
pekerjaan itu dengan efektif, aman dan nyaman.
Ergonomi merupakan penjelasan ilmu mengenai hubungan manusia dengan
ruang lingkup pekerjaannya yang berkaitan dengan kondisi fisik dan psikologi
seseorang yang kemudian dapat dijadikan sebagai evaluasi dalam bentuk suatu
rancangan-rancangan perbaikan. Desain rancangan harus mempertimbangkan
kenyamanan pekerja sehingga dapat meningkatkan produktivitas dari pekerja tersebut
(Mandiri et al., n.d.2022).
37

Ergonomi merupakan salah satu spesifik bidang keilmuan yang mencakup


hubungan manusia dengan pekerjaan yang dilakukannya sehari-hari. Khususnya,
ergonomi membahas bagaimana kemampuan manusia dapat bekerja senyaman
mungkin dengan mengukur keterbatasan manusia dalam berhubungan langsung
dengan teknologi dan lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini, termasuk bagaimana
manusia dapat menyesuaikan diri dengan keterbatasan tersebut serta pengaruh
lingkungan kerja yang akan dihadapi dalam waktu yang berulang. Lingkungan yang
dimaksud diantaranya seperti metode kerja, mesin yang digunakan, peralatan kerja,
sistem kerja dan lainnya (Tria et al., n.d.2020).
Ergonomi sebagai bentuk penyelesaian dari masalah-masalah yang ditemukan
di lapangan, khususnya yang berkaitan dengan ergonomi dengan memanfaatkan
teknologi dan mengubah fungsi teknologi tersebut pada manusia. sehingga
memungkinkan rancangan baru yang lebih baik dan lebih efektif dibandingkan dengan
keadaan sebelumnya seperti contoh, pada produk yang belum ada dan tentunya tetap
tidak meninggalkan prinsip ergonomi yang ada. Dan rancangan ini diharapkan dapat
membantu manusia dalam melakukan pekerjaannya. Tujuan dari ergonomi adalah
untuk memastikan kesesuaian yang baik antara pekerja dan pekerjaan mereka, sehingga
memaksimalkan kenyamanan pekerja, keselamatan dan kesehatan, produktivitas dan
efisien.
Terdapat tiga hal yang penting dalam mempelajari ergonomi, antara lain:
1. Ergonomi berfokus pada kebutuhan manusia. Ergonomi menyesuaikan pada
kebutuhan penggunanya dan digunakan dengan tujuan Mengembangkan sistem
kerja yang telah ada agar lebih mempermudah penggunanya.
2. Ergonomi memudahkan pengguna agar dapat disesuaikan dengan fasilitas
pendukung di sekitar area kerja.
3. Ergonomi berfokus kepada perbaikan sistem kerja dari proses kerja yang telah
ada sebelumnya.
Aktivitas pekerjaan yang dilakukan dengan tidak ergonomi akan menyebabkan
produktivitas pekerja berkurang akibat kelelahan, terganggunya proses dalam
pekerjaan tersebut, menambah biaya produksi, serta memicu terjadinya kecelakaan
38

kerja apabila keadaan tersebut terus diabaikan. Sehingga prinsip ergonomi harus benar-
benar diperhatikan sebagai upaya pencegahan.
Kegunaan dari penerapan ergonomi yaitu:
a. Memperbaiki performansi kerja (menambah kecepatan kerja, keakuratan,
keselamatan kerja dan mengurangi energi kerja yang berlebihan serta
mengurangi kelelahan).
b. Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia dan meminimalkan kerusakan
peralatan yang disebabkan “human error”.
c. Memperbaiki kenyamanan manusia dalam kerja

3.2.2 Postur Kerja


Postur kerja adalah orientasi rata-rata dari anggota tubuh. Postur tubuh
ditentukan oleh ukuran tubuh dan ukuran peralatan atau benda lainnya yang digunakan
pada saat bekerja (Sulaiman & Purnama Sari, 2016). Pada saat bekerja perlu
diperhatikan postur tubuh dalam keadaan seimbang agar dapat bekerja dengan nyaman
dan tahan lama. Keseimbangan tubuh sangat dipengaruhi oleh luas dasar penyangga
atau lantai dan tinggi dari titik gaya 38 berat. Posisi tubuh yang menyimpang secara
signifikan terhadap posisi normal saat melakukan pekerjaan dapat menyebabkan stress
mekanik lokal pada otot, ligamen, dan persendian. Hal ini mengakibatkan cidera pada
leher, tulang belakang, bahu, pergelangan tangan, dan lain-lain. Sikap kerja tidak
alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan bagian tubuh bergerak menjauhi posisi
alamiahnya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi, semakin tinggi pula
terjadi keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah pada umumnya terjadi karena
ketidaksesuaian pekerjaan dengan kemampuan pekerja. Secara alamiah postur tubuh
dapat terbagi menjadi:
a. Statis
Pada postur statis persendian tidak bergerak, dan beban yang ada adalah beban
statis. Dengan keadaan statis suplai nutrisi kebagian tubuh akan terganggu
begitupula dengan suplai oksigen dan proses metabolisme pembuangan tubuh.
39

Sebagai contoh pekerjaan statis berupa duduk terus menerus, akan


menyebabkan gangguan pada tulang belakang manusia.
b. Dinamis
Posisi yang paling nyaman bagi tubuh adalah posisi netral. Pekerjaan yang
dilakukan secara dinamis menjadi berbahaya ketika tubuh melakukan
pergerakan yang terlalu ekstrim sehingga energi yang dikeluarkan oleh otot
menjadi sangat besar. Atau tubuh menahan beban yang cukup besar sehingga
timbul hentakan tenaga yang tiba-tiba dan hal tersebut dapat menimbulkan
cedera.
Pertimbangan-pertimbangan ergonomi yang berkaitan dengan postur tubuh
dapat membantu mendapatkan postur kerja yang nyaman bagi pekerja, baik itu postur
kerja berdiri, duduk, angkat angkut. Beberapa jenis pekerjaan akan memerlukan postur
kerja tertentu yang terkadang tidak menyenangkan. Kondisi kerja seperti ini memaksa
pekerja selalu berada pada postur kerja yang tidak alami dan berlangsung dalam jangka
waktu yang lain. Hal ini akan mengakibatkan pekerja cepat lelah, adanya keluhan sakit
pada bagian tubuh, cacat produk bahkan cacat tubuh. Untuk menghindari postur kerja
yang demikian, pertimbangan-pertimbangan ergonomi antara lain menyarankan hal-
hal sebagai berikut:
a. Mengurangi keharusan pekerja untuk bekerja dengan postur kerja membukuk
dengan frekuensi kegiatan yang sering atau dalam jangka waktu yang lama.
Untuk mengatasi hal ini maka stasiun kerja harus dirancang terutama sekali
dengan memprhatikan fasilitas kerja seperti meja, kursi, dan lain-lain yang
sesuai dengan data antropometri agar pekerja dapat menjaga ostur kerjanya
tetap tegak dan normal.ketentuan ini terutama sekali ditekankan bilamana
pekerjaan harus dilaksanakan dengan postur berdiri.
b. Pekerja tidak sehatusnya menggunakan jarak jangkauan maksimum.
Pengaturan postur kerja dalam hal ini dilakukan delam jarak jangkauan normal
(konsep/prinsip ekonomi gerakan). Disamping itu pengaturan ini bisa
memberikan postur kerja yang nyaman. Untuk hal-hal tertemtu pekerja harus
40

mampu dan cukup leluasa mengatur tubuhnya agar memperoleh postur kerja
yang lebih leluasa dalam bergerak.
c. Pekerja tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk waktu yang
lama, denga kepala, leher, dada dan kaki berada dalam postur miring.
d. Operator tidak seharusnya dipaksa bekerja dalam frekuensi atau priode waktu
yang lama dengan tangan berada dalam posisi diatas level siku yang normal.
Beberapa masalah berkenaan postur kerja yang sering terjadi sebagai berikut:
1. Hindari kepala dan leher yang mendongak
2. Hindari tungkai yang menarik
3. Hindari tungkai kaki pada posisi terangkat
4. Hindari postur memutar atau asimetris
5. Sediakan sandaran bangku yang cukup di setiap bangku
Penilain postur kerja sangat baik diterapkan untuk kegiatan yang bersifat
manual material handling yang dominan menggunakan otot tubuh. Hal ini dikarenakan
usaha-usaha fisik tersebut dapat memicu kecelakaan kerja ataupun low back pain yang
kurang diperhatikan akhir-akhir ini.
Postur atau sikap kerja merupakan suatu tindakan yang diambil pekerja dalam
melakukan pekerjaan (Pramestari, 2017a). Terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja,
yaitu:
1. Sikap Kerja Duduk
Menjalankan pekerjaan dengan sikap kerja duduk menimbulkan masalah
muskuloskeletal terutama masalah punggung karena terdapat tekanan pada
tulang belakang. keuntungan bekerja dengan sikap kerja duduk adalah
mengurangi beban statis pada kaki dan berkurangnya pemakaian energi.
2. Sikap Kerja Berdiri
Sikap kerja berdiri merupakan sikap siaga baik sikap fisik maupun mental,
sehingga aktivitas kerja dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti namun berbagai
masalah bekerja dengan sikap kerja berdiri dapat menyebabkan kelelahan, nyeri
dan terjadi fraktur pada otot tulang belakang.
41

3. Sikap Kerja Duduk Berdiri


Sikap kerja duduk berdiri merupakan kombinasi kedua sikap kerja untuk
mengurangi kelelahan otot karena sikap dalam satu posisi kerja. Posisi duduk
berdiri merupakan posisi yang lebih baik dibandingkan posisi duduk atau posisi
berdiri saja. Penerapan sikap kerja duduk berdiri memberikan keuntungan di
sektor industri dimana tekanan pada tulang belakang dan pinggang 30 % lebih
rendah dibandingkan dengan posisi duduk maupun berdiri saja secara terus-
menerus.
Postur kerja seorang pekerja melibatkan beberapa gaya otot, sehingga
penerapan postur kerja yang tidak baik akan mengakibatkan gangguan kesehatan pada
otot yang pada jangka pendek mengakibatkan kelelahan fisik namun pada jangka
panjang akan mengakibatkan kerusakan otot, sendi, ligamen dan tendon.

3.2.3 Musculoskeletal Disorders (MSDs)


Ergonomi adalah ilmu yang digunakan dalam beraktifitas atau dalam
menyelesaikan pekerjaannya dengan keterbatasan dan kemampuan seseorang untuk
menyesuaikan sebagai bentuk fasilitas. Untuk meminimalisirkan rasa tidak nyaman
maupun keluhan lain penerapan ergonomi merupakan suatu keharusan bagi setiap
tempat kerja. Timbulnya keluhan atau gangguan pada bagian sistem musculoskeletal
yang meliputi sendi maupun otot akibat tubuh tidak ergonomis diakibatkan
ketidaksesuaian antara stasiun kerja dengan pekerja. Posisi yang tidak ergonomis inilah
yang dapat menyebabkan timbulnya Musculoskeletal Disorders (MSDs). Pemberian
beban yang terlalu berat dan durasi waktu yang cukup panjang tentu akan menimbulkan
risiko pada keluhan dan kontraksi otot yang berlebihan (Shobur & Indah Sari, 2019).
Musculoskeletal adalah risiko kerja mengenai gangguan otot yang disebabkan
oleh kesalahan postur kerja dalam melakukan suatu aktivitas kerja. Keluhan
musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh
seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima
beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan
keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligament dan tendon. Keluhan hingga kerusakan
42

inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs)


atau cidera pada sistem musculoskeletal (Galih Wisnuwardana, n.d.2022).
Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot
menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang
apabila pembebanan dihentikan.
2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap.
Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih
terus berlanjut.
Faktor risiko sikap kerja terhadap gangguan muskuloskeletal sikap kerja yang
salah, canggung, dan di luar kebiasaan akan menambah risiko cidera pada bagian
sistem musculoskeletal adalah sebagai berikut (Sokhibi et al., 2020):
1. Sikap Kerja Berdiri
Salah satu sikap kerja yang sering dilakukan ketika melakukan sesuatu
pekerjaan. Berat tubuh manusia akan ditopang oleh satu ataupun kedua kaki
ketika melakukan posisi berdiri.
2. Sikap Kerja Membungkuk
Posisi ini tidak menjaga kestabilan tubuh ketika bekerja. Pekerja mengalami
keluhan nyeri pada bagian punggung bagian bawah (low back pain) bila
dilakukan secara berulang dan periode yang cukup lama.
3. Pengangkatan Beban Kegiatan ini menjadi penyumbang terbesar terjadinya
kecelakaan kerja pada bagian punggung. Pengangkatan beban yang melebihi
kadar dari kekuatan manusia menyebabkan penggunaan tenaga yang lebih besar
pula atau over exertion.
4. Membawa Beban
Hal ini dipengaruhi oleh frekuensi dari pekerjaan yang dilakukan. Faktor yang
paling berpengaruh dari kegiatan membawa beban adalah jarak. Jarak yang
ditempuh semakin jauh akan menurunkan batasan beban yang dibawa.
43

5. Kegiatan Mendorong
Beban Hal yang penting menyangkut kegiatan mendorong beban adalah tinggi
tangan pendorong. Tinggi pegangan antara siku dan bahu selama mendorong
beban dianjurkan dalam kegiatan ini.
6. Menarik Beban
Kegiatan ini biasanya tidak dianjurkan sebagai metode pemindahan beban,
karena beban sulit untuk dikendalikan dengan anggota tubuh. Beban dengan
mudah akan tergelincir keluar dan melukai pekerjanya.
Berikut faktor penyebab terjadinya keluhan pada sistem musculoskeletal
sebagai berikut:
1. Aktivitas Berulang
Aktivitas berulang dapat diartikan bahwa terdapat pekerjaan atau aktivitas yang
dilakukan secara terus menerus seperti pekerjaan membelah kayu besar,
mencangkul, dan pekerjaan mengangkat-angkat (memindahkan barang
berulang). Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan yang disebabkan
oleh beban kerja yang dihadapi secara terus menerus tanpa beristirahat.
2. Peregangan Otot Berlebihan
Peregangan otot yang berlebihan terjadi karena adanya pengerahan tenaga yang
diberikan melebihi kekuatan optimum otot, jika sering terjadi maka akan
meningkatkkan risiko terjadi keluhan otot dan cedera otot skeletal. Hal tersebut
biasanya sering dikeluhkan oleh pekerja yang melakukan pekerjaan atau
aktivitas yang memerlukan dan menuntut tenaga yang besar seperti pekerjaan
mengangkut, menarik, mendorong, dan menahan beban yang berat.
3. Penyebab Kombinasi
Faktor risiko penyebab kombinasi terjadi karena adanya keluhan pada otot
skeletal akan semakin meningkat apabila pekerja dalam melakukan tugasnya
dihadapkan dengan beberapa faktor risiko yang terjadi dalam waktu bersamaan.
44

3.2.4 Manual Material Handling


Manual Material Handling (MMH) adalah semua pekerjaan pengangkatan
beban (meliputi aktivitas memutar, membengkokkan, meraih, mengangkat,
menurunkan, mendorong, menarik, membawa, membalik dan menggenggam) yang
dilakukan oleh pekerja dengan tujuan untuk memindahkan beban tersebut dari suatu
lokasi asal menuju suatu lokasi tujuan tertentu (El Ahmady et al., 2020).
Aktivitas manual material handling merupakan sebuah aktiivitas
memindahkan beban oleh tubuh secara manual dalam rentang waktu tertentu (Saputra
et al., 2020). Menurut Occuptional Safety and Health Administration (OSHA)
mengklasifikasikan kegiatan manual material handling menjadi lima yaitu (Fitri &
Laila, 2017):
1. Mengangkat/Menurunkan (Lifting/Lowering)
Mengangkat adalah kegiatan memindahkan barang ke tempat yang lebih tinggi
yang masih dapat dijangkau oleh tangan. Kegiatan lainnya adalah
menurunkan barang.
2. Mendorong/Menarik (Push/Pull)
Kegiatan mendorong adalah kegiatan menekan berlawanan arah tubuh dengan
usaha yang bertujuan untuk memindahkan obyek. Kegiatan menarik
kebalikan dengan itu.
3. Memutar (Twisting)
Kegiatan memutar merupakan kegiatan MMH yang merupakan gerakan
memutar tubuh bagian atas ke satu atau dua sisi, sementara tubuh bagian bawah
berada dalam posisi tetap. Kegiatan memutar ini dapat dilakukan dalam
keadaan tubuh yang diam.
4. Membawa (Carrying)
Kegiatan membawa merupakan kegiatan memegang atau mengambil barang
dan memindahkannya. Berat benda menjadi berat total pekerja.
5. Menahan (Holding)
Memegang obyek saat tubuh berada dalam posisi diam (statis).
45

Penanganan material secara manual memiliki beberapa keuntungan sebagai


berikut:
1. Fleksibel dalam gerakan sehingga memberikan kemudahan pemindahan beban
pada ruang terbatas dan pekerjaan yang tidak beraturan.
2. Untuk beban ringan akan lebih murah biladibandingkan dengan menggunakan
mesin.
Kegiatan Manual Material Handling (MMH) melibatkan koordinasi sistem
kendali tubuh seperti tangan, kaki, otak, otot dan tulang belakang. Bila koordinasi
tubuh tidak terjalin dengan baik akan menimbulkan resiko kecelakaan kerja. Faktor
yang dapat menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja MMH dibagi menjadi dua
faktor yaitu:
1. Faktor Fisik (Physical Factor)
Faktor ini terdiri dari suhu, kebisingan, bahan kimia, radiasi, gangguan
penglihatan, postur kerja, gangguan sendi (gerakan dan perpindahan berulang),
getaran mesin dan alat, permukaan lantai.
2. Faktor Psikososial (Physichosocial Factor)
Faktor ini terdiri dari karakteristik waktu kerja seperti shift kerja,peraturan
kerja, gaji yang tidak adil, rangkap kerja, stress kerja,konsekuensi kesalahan
kerja, istirahat yang pendek dan terganggu saat kerja.

3.2.5 Nordic Body Map


Nordic Body Map adalah kuesioner untuk identifikasi risiko ergonomi,
mengetahui gangguan kesehatan seperti Musculoskeletal Disorders atau gangguan
pada otot berdasarkan keluhan para pekerja yang subjektivitasnya sangat tinggi. Data
hasil Nordic Body Map hanya dapat mengestimasi jenis dan tingkat keluhan, kelelahan,
dan kesakitan (dari rasa tidak nyaman sampai dengan sangat sakit) pada bagian-bagian
otot yang dirasakan pekerja dengan melihat dan menganalisis peta tubuh yang dari
pengisian kuesioner Nordic Body Map untuk menunjukkan bagian spesifik yang tidak
nyaman dari tubuh pekerja (Anggraini et al., 2016).
46

Kuesioener Nordic Body Map (NBM) merupakan metode yang dilakukan


dengan menganalisis peta tubuh yang ditunjukkan pada tiap bagian tubuh. Terdapat 27
titik area tubuh yang dapat dianalisis. Responden yang mengisi kuesioner diminta
untuk memberikan tanda ada tidaknya gangguan pada bagian area tubuh yang
ditunjukan pada gambar Nordic Body Map. Melalui NBM dapat diketahui bagian-
bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak
nyaman (agak sakit) sampai sangat sakit. Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh
(NBM) akan dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan
oleh pekerja. Metode ini dilakukan dengan memberikan penilaian subjektif pada
pekerja.
Nordic Body Map adalah kuesioner sederhana untuk identifikasi risiko
ergonomi dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (sedikit sakit), sakit
hingga sangat sakit. Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh (NBM) maka dapat
diestimasi tingkat dan jenis keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh karyawan.
Kuesioner Nordic Body Map merupakan salah satu bentuk kuesioner checklist
ergonomi. Berntuk lain dari checklist ergonomi adalah checklist International Labour
Organizatation (ILO). Namun kuesioner Nordic Body Map adalah kuesioner yang
paling sering digunakan untuk mengetahui ketidak nyamanan pada para karyawan, dan
kuesioner ini paling sering digunakan karena sudah terstandarisasi dan tersusun rapi.
Kuesioner Nordic Body Map menggunakan “4 skala likert” dengan skala 1 sampai
dengan 4 yang mewakili indikator TS (Tidak Sakit), AS (Agak Sakit), S (Sakit), SS
(Sangat Sakit). Responden diminta untuk memberikan penilaian terhadap bagian
tubuhnya yang dirasakan sakit selama melakukan aktivitas kerja sesuai dengan skala
likert yang telah ditentukan.
Metode Nordic Body Map merupakan tools yang digunakan untuk mengetahui
ketidaknyamanan atau kesakitan pada tubuh (Bambang & Atmojo, 2020). Pengisian
kuesioner Nordic Body Map ini bertujuan untuk mengetahui bagian tubuh dari pekerja
yang terasa sakit sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan pada stasiun kerja.
Pembagian peta tubuh berdasarkan Nordic Body Map dapat dilihat pada Gambar 3.1:
47

Gambar 3.1 Peta Tubuh Nordic Body Map


Sumber: (Bambang & Atmojo, 2020)
Meskipun bersifat subjektif, namun kuisioner ini sudah terstandarisasi dan valid
untuk digunakan. Responden diminta untuk memberikan penilaian terhadap bagian
tubuhnya yang dirasakan sakit selama melakukan aktivitas kerja sesuai dengan skala
likert yang telah ditentukan. Kemudian responden mengisi pada formulir kuisioner
Nordic Body Map, responden cukup memberi tanda (√) pada bagian tubuh mana saja
yang dirasakan sakit sesuai dengan tingkat keluhan yang dirasakan. Adapun Kuisisoner
Nordic Body Map dapat dilihat pada Tabel 3.1:
48

Tabel 3.1 Kuisioner Nordic Body Map


Ketentuan Nordic Body Map
Identitas Diri
Tenaga kerja
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Masa Kerja :

Isilah pertanyaan berikut ini dengan memberi tanda (√) pada kolom berikut :
Jumlah Tingkat Keluhan
No Jenis Keluhan Tidak Agak Sangat
Sakit
Sakit Sakit Sakit
0 Sakit/kaku di leher bagian atas
1 Sakit/kaku dileher bagian bawah
2 Sakit dibahu kiri
3 Sakit dibahu kanan
4 Sakit pada lengan atas kiri
5 Sakit pada punggung
6 Sakit pada lengan atas kanan
7 Sakit pada pinggang
8 Sakit pada bokong
9 Sakit pada pantat
10 Sakit pada siku kiri
11 Sakit pada siku kanan
12 Sakit pada lengan bawah kiri
13 Sakit pada lengan bawah kanan
14 Sakit pada pergelangan tangan kiri
15 Sakit pada pergelangan tangan kanan
16 Sakit pada tangan kiri
17 Sakit pada tangan kanan
18 Sakit pada paha kiri
19 Sakit pada paha kanan
20 Sakit pada lutut kiri
21 Sakit pada lutut kanan
22 Sakit pada betis kiri
23 Sakit pada betis kanan
24 Sakit pada pergelangan kaki kiri
25 Sakit pada pergelangan kaki kanan
26 Sakit pada kaki kiri
27 Sakit pada kaki kanan
Sumber: (Bambang & Atmojo, 2020)
Adapun rumus total skor individu adalah sebagai berikut:
Total Skor Individu = (1 x ∑ TS) + (2 x ∑ AS) + (3 x ∑ S) + (4 x ∑ SS)……3.1
49

Keterangan:
∑ TS = Jumlah Tidak Sakit
∑ AS = Jumlah Agak Sakit
∑S = Jumlah Sakit
∑ SS = Jumlah Sakit Sekali
Setelah didapatkan total skor individu maka akan didapatkan nilai klasifikasi
tingkat risiko berdasarkan total skor individu yang dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai
berikut:
Tabel 3.2 Klasifikasi Tingkat Risiko Berdasarkan Total Skor Individu
Skala Total Skor Tingkat Tindakan Perbaikan
Likert Individu Resiko
1 28-49 Rendah Belum di temukan adanya
tindakan perbaikan
2 50-70 Sedang Mungkin di perlukan tindakan
di kemudian hari
3 71-90 Tinggi Diperlukan tindakan segera
4 92-122 Sangat Tinggi Diperlukan tindakan
menyeluruh segera mungkin
Sumber: (Megawati et al., n.d.2021)

3.2.6 Metode Postur Kerja Ovako Work Posture Analysis System (OWAS)
OWAS adalah suatu metode ergonomi yang digunakan untuk mengevaluasi
postural stress yang terjadi pada seseorang ketika sedang bekerja. Metode ini dimulai
pada tahun 1970-an di perusahaan Ovako Oy Finlandia. Dikembangkan oleh Karhu
dan kelompoknya di Laboratorium Kesehatan Buruh Finlandia yang mengkaji tentang
pengaruh sikap kerja terhadap gangguan kesehatan seperti sakit pada punggung, leher,
bahu, kaki, dan lain-lain. Kegunaan metode OWAS adalah untuk memperbaiki kondisi
pekerja dalam bekerja. Sehingga performansi kerja dapat ditingkatkan terus. Hasil yang
diperoleh dari metode OWAS, digunakan untuk merancang metode perbaikan kerja
guna meningkatkan produktifitas (Bastuti et al., 2019).
Sebenarnya perkembangan OWAS dimulai pada tahun tujuh puluhan di
perusahaan Ovako Oy Finlandia (sekarang Fundia Wire). Metode ini dikembangkan
50

oleh Karhu dan kawan-kawannya di Laboartorium Kesehatan Buruh Finlandia


(Institute of Occupational Health). Lembaga ini mengkaji tentang pengaruh sikap kerja
terhadap gangguan kesehatan seperti sakit pada punggung, leher, bahu, kaki, lengan,
dan rematik. Penelitian tersebut memfokuskan hubungan antara postur kerja dengan
berat beban.
Pada kurun waktu 1977 Karhu dkk memperkenalkan metode ini untuk pertama
kalinya. Pengenalan pertama terbatas pada aspek klasifikasi postur kerja. Kemudian
Stofert menyempurnakan metode OWAS melalui disertasinya pada tahun 1985.
Penyempurnaan ini telah memasukkan aspek evaluasi analisa secara detail.
Metode OWAS merupakan salah satu metode yang memberikan output berupa
kategori sikap kerja yang beresiko terhadap kecelakaan kerja pada bagian
musculoskeletal. Metode OWAS mengkodekan sikap kerja pada bagian punggung,
tangan, kaki, dan berat beban. Masing-masing bagian memiliki klasifikasi sendiri-
sendiri. Metode ini cepat dalam mengidentifikasi sikap kerja yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja (Bastuti et al., 2019). Postur dasar OWAS disusun
dengan kode yang terdiri empat digit, dimana disusun secara berurutan mulai dari
punggung, lengan, kaki dan berat beban yang diangkat ketika melakukan penanganan
material secara manual. Berikut ini adalah klasifikasi sikap bagian tubuh yang diamati
untuk dianalisa dan dievaluasi.
Postur dasar OWAS disusun dengan kode yang terdiri empat digit, dimana
disusun secara berurutan mulai dari punggung, lengan, kaki dan berat beban yang
diangkat ketika melakukan penanganan material secara manual. Berikut ini adalah
klasifikasi sikap bagian tubuh yang diamati untuk dianalisa dan dievaluasi:
1. Sikap Punggung
a. Lurus
b. Membungkuk
c. Memutar atau miring kesamping
d. Membungkuk dan memutar atau membungkuk kedepan dan menyamping
51

Gambar 3.2 Klasifikasi Sikap Kerja Bagian Punggung


Adapun tabel skor tubuh bagian punggung adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Skor Tubuh Bagian Punggung
Skor Tubuh Bagian Belakang
Pergerakan Skor
Lurus/Tegak 1
Bungkuk kedepan 2
Miring kesamping 3
Bungkuk kedepan dan miring kesamping 4
Sumber: (Gunawan, 2022)
2. Sikap Lengan
a. Kedua lengan berada dibawah bahu
b. Satu lengan berada pada atau diatas bahu
c. Kedua lengan pada atau diatas bahu

Gambar 3.3 Klasifikasi Sikap Kerja Bagian Lengan


Adapun tabel skor postur tubuh bagian lengan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4 Skor Postur Tubuh Bagian Lengan
Skor Postur Tubuh Bagian Lengan
Pergerakan Skor
Kedua lengan di bawah bahu 1
Satu lengan pada atau di atas bahu 2
Kedua lengan pada atau di atas bahu 3
Sumber: (Gunawan, 2022)
52

3. Sikap Kaki
a. Duduk
b. Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus
c. Berdiri bertumpu pada satu kaki lurus
d. Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan lutut ditekuk
e. Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk
f. Berlutut pada satu atau kedua lutut
g. Berjalan

Gambar 3.4 Klasifikasi Sikap Kerja Bagian Kaki


Adapun tabel skor postur tubuh bagian kaki adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5 Skor Postur Tubuh Bagian Kaki
Skor Postur Tubuh Bagian Kaki
Pergerakan Skor
Duduk 1
Berdiri dengan kedua kaki lurus 2
Berdiri dengan bertumpu pada satu kaki lurus 3
Berdiri atau jongkok dengan kedua lutut 4
Berdiri atau jongkok dengan satu lutut 5
Berlutut pada satu atau dua lutut 6
Berjalan atau bergerak 7
Sumber: (Gunawan, 2022)
4. Berat Beban
a. Berat beban adalah kurang dari 10 Kg (W = 10 Kg)
b. Berat beban adalah 10 Kg – 20 Kg (10 Kg < W ≤ 20 Kg)
c. Berat beban adalah lebih besar dari 20 Kg (W > 20 Kg)
53

Adapun tabel skor berat beban adalah sebagai berikut:


Tabel 3.6 Skor Berat Beban
Skor Berat Beban (Load)
Berat (load) Skor
< 10 kg 1
< 20 kg 2
> 20 kg 3
Sumber: (Gunawan, 2022)
Hasil analisis postur kerja OWAS terdiri dari empat tingkat skala sikap kerja
yang berbahaya bagi para pekerja. Kode tersebut dimasukkan ke dalam tabel analisis
sikap kerja OWAS setelah didapatkan kode berdasarkan penilaian klasifikasi agar
didapatkan kategori sesuai dengan tiap postur kerja. Terdapat empat kategori sikap
kerja yaitu sebagai berikut (Pramestari, 2017b):
KATEGORI 1 : Pada sikap ini tidak ada masalah pada sistem muskuloskeletal. Tidak
perlu ada perbaikan.
KATEGORI 2 : Pada sikap ini berbahaya pada sistem musculoskeletal, postur kerja
mengakibatkan pengaruh ketegangan yang signifikan. Perlu
perbaikan dimasa yang akan datang.
KATEGORI 3 : Pada sikap ini berbahaya pada sistem musculoskeletal, postur kerja
mengakibatkan pengaruh ketegangan yang sangat signifikan. Perlu
perbaikan segera mungkin.
KATEGORI 4 : Pada sikap ini sangat berbahaya pada sistem musculoskeletal, postur
kerja ini mengakibat resiko yang jelas. Perlu perbaaikan secara
langsung/ saat ini juga.
Adapun untuk kategori penilaian postur kerja OWAS dapat dilihat pada tabel
3.7 sebagai berikut:
Tabel 3.7 Kategori Penilaian OWAS
Kategori Penilaian OWAS
Nilai Kategori Aksi Kategori
1 Tidak perlu dilakukan perbaikan
2 Perlu dilakukan perbaikan
3 Perbaikan perlu dilakukan/ segera mungkin
4 Perbaikan perlu dilakukan sekarang juga
Sumber: (Gunawan, 2022)
54

Untuk tabel penilaian analisis postur kerja OWAS dapat dilihat pada tabel 3.8
sebagai berikut:
Tabel 3.8 Penilaian Analisis Aktivitas Postur Kerja OWAS
Analysis Of Work Activities
Back Arms 1 2 3 4 5 6 7 Legs
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Load
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 3 2 2 3 1 1 1 1 1 2
2 1 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3
2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 2 3 4
3 3 3 4 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 4 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 1
2 2 2 3 1 1 1 1 2 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 1 1 1
3 2 2 3 1 1 1 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1
4 1 2 3 3 2 2 3 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4
2 3 3 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4
3 4 4 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4

Sumber: (Gunawan, 2022)

3.3 Metodologi Penelitian


Metodologi penelitian berisi langkah–langkah yang akan ditempuh selama
penelitian dan berguna sebagai acuan agar berlangsung sistematis. Adapun langkah–
langkah penelitian yang dilakukan pada Kerja Praktik yaitu sebagai berikut:

3.3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Kerja Praktik ini dilakukan di PT. Hari Sawit Jaya PMKS Negeri Lama Dua
yang berlokasikan di Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Labuhan Batu, Kota Negeri
Lama, Kecamatan Bilah Hilir, Desa Sidomulyo. Penelitian ini dilaksanakan selama
satu bulan, dimulai dari tanggal 1 Agustus 2023 s/d 31 Agustus 2023.

3.3.2 Jenis Penelitian dan Sumber Data Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, jenis penelitian ini digunakan
untuk menghitung skor sikap kerja yang berbahaya bagi para pekerja menggunakan
motode OWAS. Sumber data diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada 2 responden
yang bekerja menarik tali sling pada lori.
55

3.3.3 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari observasi postur kerja pada
kegiatan menarik tali sling pada lori dan kuesioner NBM.
2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari jurnal-jurnal dan situs web
yang berkaitan tentang metode yang digunakan serta data yang telah diperoleh
dan dicatat oleh pihak lain seperti data tentang Sejarah Perusahaan, struktur
organisasi dan sebagainya.

3.3.4 Analisis Data


Penelitian ini menggunakan metode Ovako Work Posture Analysis System
(OWAS). Yang terdiri dari:
1. Melakukan Analisa Terhadap Hasil Kuesioner Nordic Body Map (NBM)
Pada tahap ini dilakukan analisa menggunakan kuesioner Nordic Body Map
(NBM) terhadap keluhan yang dialami oleh bagian tubuh pekerja sehingga
didapatkan nilai besar rata-rata serta titik keluhannya.
2. Melakukan Analisa Postur Kerja Dengan Menggunakan Metode OWAS
a. Analisa sikap kerja pada punggung.
b. Analisa sikap kerja pada lengan.
c. Analisa sikap kerja pada kaki.
d. Analisa berat beban yang diangkat.
Adapun untuk bagan diagram alir pelaksanaan penelitian laporan Kerja Praktik,
dapat dilihat pada gambar 3.5 sebagai berikut:
56

Mulai

Observasi

Identifikasi Masalah:
Masalah yang diidentifikasi adalah menilaian postur pekerja dibagian lori pada
penarikan tali sling

Rumusan Masalah:
Bagaimana hasil postur kerja yang didapatkan pada pekerja penarik
lori di PT. Hari Sawit Jaya PMKS Negeri Lama Dua?

Tujuan Masalah:
Untuk mengetahui hasil postur kerja yang didapatkan pada pekerja
penarik lori di PT. Hari Sawit Jaya PMKS Negeri Lama Dua.

Pengumpulan Data

Data Primer: Data Sekunder:


Wawancara Buku Kepustakaan
Observasi Jurnal
Kuesioner Sejarah Perusahaan

Pengolahan Data
Menghitung skor sikap kerja yang
berbahaya bagi para pekerja menggunakan
motode OWAS

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.5 Langkah-Langkah Metodologi Penelitian


57

3.4 Pengumpulan Data


Berikut hasil pengumpulan data Nordic Body Map (NBM) yang dilampirkan
pada Lampiran I. Direkapitulasi berdasarkan 4 skala likert pada 2 pekerja
mewakili indikator TS (Tidak Sakit), AS (Agak Sakit), S (Sakit) dan SS (Sangat
Sakit) dapat dilihat pada tabel 3.9 sebagai berikut:
Tabel 3.9 Rekapitulasi Hasil Kuesionar NBM Dari 2 Pekerja
Jumlah Tingkat Keluhan
No Jenis Keluhan Tidak Agak Sangat
Sakit Sakit Sakit Sakit
0 Sakit/kaku di leher bagian atas - 2 - -
1 Sakit/kaku dileher bagian bawah 2 - - -
2 Sakit dibahu kiri - 2 - -
3 Sakit dibahu kanan - - 2 -
4 Sakit pada lengan atas kiri - 2 - -
5 Sakit pada punggung 2 - - -
6 Sakit pada lengan atas kanan - - 2 -
7 Sakit pada pinggang - - 2 -
8 Sakit pada bokong 2 - - -
9 Sakit pada pantat 2 - - -
10 Sakit pada siku kiri - 2 - -
11 Sakit pada siku kanan - - 2 -
12 Sakit pada lengan bawah kiri - 2 - -
13 Sakit pada lengan bawah kanan - - 2 -
14 Sakit pada pergelangan tangan kiri - 2 - -
15 Sakit pada pergelangan tangan kanan - 2 - -
16 Sakit pada tangan kiri - 2 - -
17 Sakit pada tangan kanan - - 2 -
18 Sakit pada paha kiri - 2 - -
19 Sakit pada paha kanan - 2 - -
20 Sakit pada lutut kiri - 2 - -
21 Sakit pada lutut kanan - 2 - -
22 Sakit pada betis kiri - 2 - -
23 Sakit pada betis kanan - 2 - -
24 Sakit pada pergelangan kaki kiri - 2 - -
25 Sakit pada pergelangan kaki kanan - 2 - -
26 Sakit pada kaki kiri - - 2 -
27 Sakit pada kaki kanan - - 2 -
Sumber: Pengumpulan Data
58

3.5 Pengolahan Data


3.5.1 Nordic Body Map (NBM)
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan maka hasil analisis NBM
dapat dilihat pada Tabel 3.10 sebagai berikut:
Tabel 3.10 Analisis Hasil NBM Dari 2 Pekerja
Jumlah Tingkat Keluhan
No Jenis Keluhan Tidak Agak Sangat
Sakit Sakit Sakit Sakit
0 Sakit/kaku di leher bagian atas - 2 - -
1 Sakit/kaku dileher bagian bawah 2 - - -
2 Sakit dibahu kiri - 2 - -
3 Sakit dibahu kanan - - 2 -
4 Sakit pada lengan atas kiri - 2 - -
5 Sakit pada punggung 2 - - -
6 Sakit pada lengan atas kanan - - 2 -
7 Sakit pada pinggang - - 2 -
8 Sakit pada bokong 2 - - -
9 Sakit pada pantat 2 - - -
10 Sakit pada siku kiri - 2 - -
11 Sakit pada siku kanan - - 2 -
12 Sakit pada lengan bawah kiri - 2 - -
13 Sakit pada lengan bawah kanan - - 2 -
14 Sakit pada pergelangan tangan kiri - 2 - -
15 Sakit pada pergelangan tangan kanan - 2 - -
16 Sakit pada tangan kiri - 2 - -
17 Sakit pada tangan kanan - - 2 -
18 Sakit pada paha kiri - 2 - -
19 Sakit pada paha kanan - 2 - -
20 Sakit pada lutut kiri - 2 - -
21 Sakit pada lutut kanan - 2 - -
22 Sakit pada betis kiri - 2 - -
23 Sakit pada betis kanan - 2 - -
24 Sakit pada pergelangan kaki kiri - 2 - -
25 Sakit pada pergelangan kaki kanan - 2 - -
26 Sakit pada kaki kiri - - 2 -
27 Sakit pada kaki kanan - - 2 -
Total 8 32 16 -
Sumber: Pengolahan Data
Berdasarkan kuesioner diatas diperoleh total skor individu yaitu 120, dengan
perhitungan setiap tingkat skor dikalikan dengan frekuensinya masing-masing
kemudian dijumlahkan, dapat dilhat sebagai berikut:
59

Total Skor Individu = (1 x 8) + (2 x 32) + (3 x 16) + (4 x 0)


= 120
Adapun Hasil klasifikasi tingkat risiko dapat dilihat pada tabel 3.11 sebagai
berikut:
Tabel 3.11 Hasil klasifikasi Tingkat Risiko Berdasarkan Total Skor Individu
Skala Total Skor Tingkat
Tindakan Perbaikan
Likert Individu Resiko
1 28-49 Rendah Belum di temukan adanya
tindakan perbaikan
Mungkin di perlukan tindakan
2 50-70 Sedang
di kemudian hari
3 71-90 Tinggi Diperlukan tindakan segera
Diperlukan tindakan
4 92-122 Sangat Tinggi
menyeluruh segera mungkin
Sumber: Pengolahan Data

3.5.2 Postur Kerja Menggunakan Metode OWAS


Adapun analisis postur kerja penarik tali sling pada lori menggunakan metode
OWAS dapat dilhat sebagai berikut:
a. Pekerja Penarik Tali Sling 1
Adapun postur kerja pada kegiatan menarik tali sling pada lori dapat dilihat
pada gambar 3.6 sebagai berikut:

Gambar 3.6 Postur Kerja Penarik Tali Sling 1 Pada Lori


Sumber: Dokumentasi Pribadi
60

Didapatkan postur kerja yaitu sebagai berikut:


a. Sikap punggung membungkuk kedepan dan miring kesamping maka
skornya 4.
b. Sikap lengan, kedua lengan berada dibawah bahu dengan skor 1.
c. Sikap kaki, berjalan dengan skor 7.
d. Berat beban adalah lebih besar dari 20 Kg (W > 20 Kg) maka skornya 3.
Dengan kategori kombinasi OWAS yaitu dengan kode 4-1-7-3 kategori 3
sehingga didapatkan hasil perbaikan perlu dilakukan sekarang juga.
b. Pekerja Penarik Tali Sling 2
Adapun postur kerja pada kegiatan menarik tali sling pada lori dapat dilihat
pada gambar 3.7 sebagai berikut:

Gambar 3.7 Postur Kerja Penarik Tali Sling 2 Pada Lori


Sumber: Dokumentasi Pribadi
Didapatkan postur kerja yaitu sebagai berikut:
a. Sikap punggung membungkuk kedepan dan miring kesamping maka
skornya 4.
b. Sikap lengan, kedua lengan berada dibawah bahu dengan skor 1.
c. Sikap kaki, berjalan dengan skor 7.
d. Berat beban adalah lebih besar dari 20 Kg (W > 20 Kg) maka skornya 3.
61

Dengan kategori kombinasi OWAS yaitu dengan kode 4-1-7-3 kategori 3


sehingga didapatkan hasil perbaikan perlu dilakukan sekarang juga.
Adapun tabel 3.12 pada postur tubuh Pekerja Penarik Tali Sling 1dan 2 adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.12 Hasil Penilaian Analisis Postur Kerja Pada Pekerja Penarik Tali
Sling 1 Dan 2
Analysis Of Work Activities
Back Arms 1 2 3 4 5 6 7 Legs
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Load
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 3 2 2 3 1 1 1 1 1 2
2 1 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3
2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 2 3 4
3 3 3 4 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 4 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 1
2 2 2 3 1 1 1 1 2 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 1 1 1
3 2 2 3 1 1 1 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1
4 1 2 3 3 2 2 3 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4
2 3 3 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4
3 4 4 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4

Sumber: Pengolahan Data


Pada tabel diatas postur kerja penarik tali sling 1 dan 2 dengan kode 4-1-7-3,
artinya postur kerja ini merupakan postur kerja dengan kategori 4. Pada sikap ini
berbahaya pada sistem musculoskeletal, postur kerja mengakibatkan pengaruh
ketegangan yang signifikan sehingga perbaikan perlu dilakukan sekarang juga.

3.6 Analisis Hasil


Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan maka analisis yang didapatkan
adalah sebagai berikut:
1. Hasil klasifikasi tingkat resiko berdasarkan total skor individu menggunakan
skala likert didapatkan hasil skor 120 dengan kategori tingkat risiko sangat
tinggi dan diperlukan tindakan menyeluruh segera mungkin bagi pekerja yang
sudah memiliki pengalaman bekerja dengan waktu yang lama.
62

2. Pada pekerjaan menarik tali sling pada lori termasuk kedalam kategori 4 yaitu
pada sikapa ini berbahaya pada sistem muskoloskeletal, postur kerja
mengakibatkan pengaruh ketegangan yang signifikan sehingga perbaikan perlu
dilakukan sekarang juga, jika dilakukan secara terus menerus maka akan
mengakibatkan rasa sakit pada sistem muskoloskeletal.

Anda mungkin juga menyukai