Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem kerja yang tidak ergonomik dalam suatu perusahaan sering kali kurang
mendapat perhatian atau dianggap sepele oleh para pihak manajemen atau pengelola sumber
daya manusia di perusahaan tersebut. Sebagai contoh antara lain adalah pada cara, sikap dan
posisi kerja yang tidak benar, fasilitas kerja yang tidak sesuai, dan faktor lingkungan kerja yang
kurang mendukung. Hal ini secara sadar ataupun tidak akan berpengaruh terhadap
produktivitas, efisiensi dan efektivitas pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya.1
Risiko yang dapat dialami seorang pekerja antara lain kemungkinan terjadinya
penyakit akibat kerja, yaitu penyakit yang berhubungan dengan kecacatan dan kematian akibat
kerja, sehingga diperlukan antisipasi oleh pihak perusahaan baik saat proses kerja maupun
lingkungan kerja itu sendiri. Penyediaan fasilitas kerja berupa tempat kerja yang kondusif, alat
pelindung diri bagi pekerja dan pelayanan kesehatan kerja harus menjadi perhatian bagi setiap
perusahaan.2
Populasi tenaga kerja yang mengerjakan pekerjaan dengan posisi duduk dan berdiri
baik pada bidang industri maupun tenaga produksi sangat luas. Industri ini memperkerjakan
tenaga yang bekerja dengan posisi duduk dan menunduk serta berdiri secara terus-menerus
selama waktu kerja. Sistem ini secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi
otot yang terlibat dan dapat menyebabkan gangguan muskuloskeletal dengan keluhan nyeri dan
sakit otot bila bergerak dan ditekan. Gangguan muskuloskeletal ini terdapat pada 66% operator
mesin jahit yang hampir selalu mengalami nyeri pada leher, punggung, punggung bawah dan
keluhan-keluhan lainnya.3
Dalam rangka identifikasi masalah atau bahaya potensial, maka dilakukan Walk
Through Survey, yaitu suatu survey pada tempat kerja dengan cara observasi dan pengumpulan
data perusahaan atau tempat kerja yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan kerja,
yang pada kesempatan ini dilakukan di PT. Kalla Kakao Industri.
Bahaya potensial yang dapat menjadi perhatian adalah berbagai jenis bahaya
potensial seperti bahaya fisik, biologis, kimia, psikis dan mekanik, serta sumbangan bahaya
potensial dari bidang ergonomi seperti posisi tubuh pekerja saat bekerja dan sebagainya.4
Dengan melakukan Walk Through Survey ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

1
peningkatan kualitas program kesehatan dan keselamatan kerja pada perusahaan PT. Kalla
Kakao Industri
.
B. Permasalahan
Belum diketahuinya bahaya kesehatan potensial yang terdapat pada perusahaan PT. Kalla
Kakao Industri

Tujuan Umum
Meningkatkannya usaha kesehatan dan keselamatan kerja di sektor industri
perusahaan PT. Kalla Kakao Industri.

Tujuan Khusus
1. Teridentifikasinya faktor-faktor resiko terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja
pada setiap simpul alur produksi pada PT. Kalla Kakao Industri
2. Teridentifikasinya gangguan kesehatan yang diakibatkan posisi bekerja duduk dan
berdiri.
3. Diketahuinya upaya perbaikan dan pencegahan yang telah dilakukan di perusahaan
PT. Kalla Kakao Industri
4. Tersusunnya rekomendasi Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) untuk
pengendalian faktor resiko ditempat kerja dan pencegahan penyakit akibat kerja.

C. Dasar Hukum
Mengingat :
1. Undang – undang (UU) no. 1 tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
2. Permenaker No. 5 tahun 1996 tentang Sistem Manajemen K3
3. Permenakertrans No. 3 tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja
4. Undang – undang (UU) no. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan Tenaga Kerja

D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Waktu pelaksanaan kegiatan ini tanggal 12 Januari 2018 di kantor PT. Kalla Kakao
Industri (PT. KKI), jalan wolter monginsidi Kelurahan Ranoha, Kabupaten Konawe Selatan,
Kendari Sulawesi Tenggara.

2
E. Pengambilan Data
Adapun pengumpulan data pada kegiatan ini menggunakan metode observasi dan
wawancara kepada karyawan di ruang lingkup PT. Kalla Kakao Industri (PT KKI).

F. Manfaat
Bagi Instansi Pendidikan
Mempunyai lulusan dokter yang berkualitas dan memilki wawasan tentang materi
Kedokteran Okupasi, terutama dalam pelaksanaan Plant Survey dan penerapannya
dalam pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

Bagi Perusahaan
1. Tercapainya derajat kesehatan bagi para pekerja yang setinggi-tingginya.
2. Memberikan sarana dalam pelayanan kesehatan dan keselamatan bagi pekerja.
3. Memelihara dan meningkatkan kesehatan kerja bagi pekerja didalam pekerjaannya
dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan
bagi pekerja.
4. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan para pekerja yang diakibatkan oleh
keadaan atau kondisi lingkungan tempat kerja.
5. Ditingkatkannya produksi, efisiensi dan produktivitas kerja dengan terus memacu
pertumbuhan ekonomi.
6. Tersusunnya bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk perbaikan keadaan
lingkungan kerja untuk mencegah timbulnya gangguan akibat kerja.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Kata Ergonomi berasal dari bahasa Yunani : ERGOS yang berarti bekerja dan
NOMOS yang berarti hukum alam. Secara singkat, ergonomi bermakna sebagai ilmu
yang meneliti tentang kajian antara manusia dengan lingkungan kerjanya, yaitu sistem
kerja yang meliputi keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan
kerja, metode kerja, serta pengaturan kerja baik perorangan maupun kelompok sebagai
pelaksana kerja dalam mencapai kesehatan, keselamatan, kenyamanan dan kondisi
lingkungan kerja yang efisien.1,4

B. Ergonomi dalam Etos kerja


Ergonomi selalu terkait dengan sistem kerja, karena dalam suatu sistem kerja
hampir pasti terdapat komponen manusia. Ergonomi mempelajari aspek anatomi
(struktur tubuh), fisiologi (kerja dari alat-alat tubuh), aspek psikologis dari manusia
dalam lingkungan kerja dengan memperhatikan optimasi, efisiensi, keselamatan dan
kenyamanan kerja manusia di lingkungan kerja.2,4

Dengan pendekatan ergonomi diharapkan sistem produksi dapat dirancang untuk


melaksanakan kegiatan kerja (proses transformasi input menjadi output) yang bernilai
tambah dengan didukung oleh keserasian hubungan antara manusia dengan sistim kerja
yang dikendalikan. Sistem produksi ini adalah suatu sistem kerja yang melibatkan
komponen-komponen kerja seperti : mesin atau peralatan, material, metode kerja,
manusia sebagai pekerja, dan lingkungan fisik kerja. Berkaitan dengan perancangan
sistem produksi, komponen-komponen sistem produksi yang perlu mendapat perhatian
aspek-aspek ergonomisnya adalah :1

Sikap Kerja.5
Aspek-aspek ergonomi yang harus dipertimbangkan adalah posisi atau sikap tubuh
pada saat bekerja. Sikap kerja yang fisiologis sebagai berikut :

a. Cara kerja pada posisi duduk


Pada prinsipnya duduk harus sama dengan sikap duduk yang ergonomis, sebaliknya
perlu diperhatikan bahwa otot bahu harus dalam keadaan minimal dan tidak menahan

4
sehingga otot bahu dan leher bagian belakang atau otot tengkuk tidak dalam keadaan
berkontraksi karena selama atau setelah bekerja otot tengkuk belakang dan gelang bahu
akan dirasakan tegang atau keras.
b. Cara kerja pada posisi berdiri
Pada posisi berdiri yang banyak menggunakan tangan. Untuk kegiatan yang halus
memerlukan ketelitian dan ketepatan yang tinggi, siku dapat diletakkan pada tempat
kerja setinggi 0 - 5 cm diatas posisi siku normal, sedangkan kegiatan yang memerlukan
tenaga lebih banyak makan tempat kerja setinggi 10 – 15 cm dibawah siku pada posisi
normal. Untuk kegiatan yang memerlukan tenaga yang kuat maka tempat kerja
diletakkan 10 -15 cm dibawah siku normal, badan sedikit bungkuk sehingga berat dapat
menambah beban tekanan. Dengan demikain posisi cara kerja fisiologis ini akan
mengatur ketepatan penggunaan tenaga sesuai dengan kebutuhan, sehingga tercapai
efisiensi tenaga.
c. Cara kerja pada posisi badan berdiri dan bungkuk kedepan
Pada posisi ini berat badan harus tetap jauh pada daerah wilayah antara sendi lutut dan
sendi paha. Tujuannya adalah agar pusat gravitasi berat badan tetap pada wilayah kerja
mekanik yang ringan dan aman bagi badan atau kardiovaskular sehingga terhindar dari
cidera tulang belakang.

Lingkungan kerja.
Menurut Tan Djui & Setiasi lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada di sekitar
karyawan dan dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas (dikutip dari
Ergonomi dan Produktivitas.Seminar Nasional Ergonomi oleh Beni Lianto)
Sedangkan menurut Amrita (2000) kondisi dan lingkungan kerja adalah semua
faktor atau hal ditempat kerja yang bisa menimbulkan akibat kepada tenaga kerja .
Menurut Nitisemito (1983) faktor-faktor yang termasuk dalam suatu lingkungan kerja
antara lain: penerangan, kebisingan, pewarnaan, kebersihan, musik dan sirkulasi udara.

5
C. Prinsip Ergonomi.6

Di bawah ini dikemukakan beberapa prinsip ergonomi sebagai pegangan :

1. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan
penempatan mesin-mesin , penempatan alat-alat petunjuk, cara-cara harus melayani
mesin (macam gerak, arah dan kekuatan).
2. Untuk normalisasi ukuran mesin dan alat-alat industri, harus diambil ukuran
terbesar sebagai dasar serta diatur dengan suatu cara sehingga ukuran tersebut dapat
dikecilkan dan dapat dilayani oleh tanaga kerja yang lebih kecil.
3. Ukuran-ukuran antropometri terpenting seperti dasar ukuran dan penempatan alat-
alat industi :
Berdiri : a. tinggi badan berdiri

b. tinggi bahu
c. tinggi siku
d. tinggi pinggul
e. panjang lengan
Duduk : a. tinggi duduk

b. panjang lengan atas

c. panjang lengan bawah dan tangan

Ukuran-ukuran kerja

a. Pada pekerjaan tangan yang dilakukan berdiri, tingggi kerja sebaiknya 5-10 cm
dibawah tinggi siku
b. Apabila bekerja berdiri dengan pekerjaaan diatas meja dan jika dataran tinggi
siku disebut O maka hendak nya dataran kerja :
 Untuk pekerjaan memerlukan ketelitian 0 + ( 5-10 ) cm.
 Untuk pekerjaan ringan 0 – ( 5-10) cm.
 Untuk bekerja berat, atau perlu mengangkat barang berat, yang
memerlukan otot punggung 0 – (10-20) cm
4. Dari sudut otot, sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk.
Sedangkan dari sudut tulang, dinasehatkan duduk tegak yang diselingi istirahat
sedikit membungkuk.
5. Tempat duduk yang baik memenuhi syarat-syarat sebagai berikut

6
 Tinggi dataran duduk yang dapat diatur dengan papan kaki yang sesuai dengan
tinggi lutut, sedangkan paha dalam keadaan datar.
 Papan tolak punggung yang tingginya dapat diatur dan menekan pada
punggung.
 Lebar papan duduk tidak kurang dari 35 cm.
6. Pekerjaan berdiri sedapat mungkin dirubah menjadi pekerjaan duduk. Jika tidak
memungkinkan kepada pekerja diberi kesempatan duduk untuk beberapa saat.
7. Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan seluruhnya dan lengan
bawah. Pegangan-pegangan harus diletakkan didaerah tersebut, lebih-lebih bila
sikap tubuh tidak berubah.
8. Macam gerakan yang kontinu dan berirama lebih diutamakan. Gerakan keatas harus
dihindarkan berilah papan penyokong pada sikap lengan yang melelahkan.
9. Kemampuan seorang bekerja seharinya adalah 8 sampai 10 jam, lebih dari itu
efisiensi dan kwalitas kerja sangat menurun.
10. Waktu istirahat didasarkan kepada keperluan pertimbangan ergonomi.
11. Kondisi mental psikologis dipertahankan dengan adanya premi perangsang
motivasi, iklim kerja, dll.
12. Beban tambahan akibat lingkungan sebaiknya ditekan sekecil-kecilnya.
13. Daya penglihatan dipelihara dengan penerangan yang baik.

D. Pengaruh posisi kerja terhadap kesehatan.7


1. Posisi duduk

Duduk lama dengan posisi yang salah akan menyebabkan otot-otot


pinggang menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya. Dan, bila
ini berlanjut terus, akan menyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang
belakang yang mengakibatkan hernia nukleus pulposus. Bila tekanan pada bantalan
saraf pada orang yang berdiri dianggap 100 persen, maka orang yang duduk tegak
dapat menyebabkan tekanan pada bantalan saraf tersebut sebesar 140 persen.
Tekanan ini menjadi lebih besar lagi 190 persen bila ia duduk dengan badan
membungkuk ke depan. Namun, orang yang duduk tegak lebih cepat letih karena
otot-otot punggungnya lebih tegang. Sementara orang yang duduk membungkuk
kerja otot lebih ringan, namun tekanan pada bantalan saraf lebih besar.

7
Bila merasakan nyeri pinggang bawah, hal pertama yang perlu dilakukan
adalah berdiri. Berelaksasi setiap 20-30 menit sangat penting untuk mencegah
ketegangan otot. Berdiri dan meluruskan pinggang bawah beberapa kali sangat
menolong. Jalan-jalan satu jam sekali juga sangat menolong mengurangi
ketegangan otot.

Hal-hal yang harus dihindari selama duduk supaya tidak terjadi nyeri
pinggang bawah antara lain jangan duduk pada kursi yang terlalu tinggi, duduk
dengan membengkokkan pinggang, atau duduk tanpa sandaran di pinggang bawah
(pendukung lumbal). Selain itu, selama duduk perlu menghindari duduk dengan
mencondongkan kepala ke depan karena dapat menyebabkan gangguan pada leher,
duduk dengan lengan terangkat karena dapat menyebabkan nyeri pada bahu dan
leher, serta duduk tanpa sokongan lengan bawah karena dapat menyebabkan nyeri
pada bahu dan pinggang.

Posisi duduk yang benar adalah:

 Sebaiknya duduk dengan punggung lurus dan bahu berada di belakang serta bokong
menyentuh belakang kursi.

 Seluruh lengkung tulang belakang harus terdapat selama duduk. Caranya, duduklah
di ujung kursi dan bungkukkan badan seolah terbentuk huruf C. Setelah itu,
tegakkan badan buatlah lengkungan tubuh sebisa mungkin. Tahan untuk beberapa
detik kemudian lepaskan posisi tersebut secara ringan (sekitar 10 derajat). Posisi
duduk seperti inilah yang terbaik.

 Duduklah dengan lutut tetap setinggi atau sedikit lebih tinggi panggul (gunakan
penyangga kaki bila perlu) dan sebaiknya kedua tungkai tidak saling menyilang.
Jaga agar kedua kaki tidak menggantung. Hindari duduk dengan posisi yang sama
lebih dari 20-30 menit.

 Selama duduk, istirahatkan siku dan lengan pada kursi atau meja, jaga bahu tetap
rileks. Bila duduk dengan kursi beroda dan berputar, jangan memutarkan pinggang
selama duduk, sebaiknya putarkan seluruh tubuh. Bila berdiri dari posisi duduk,
usahakan berdiri dengan meluruskan kedua tungkai. Hindari membungkukkan
badan ke depan pinggang, segera luruskan punggung dengan melakukan 10 kali
gerakan membungkukkan badan selama berdiri.

8
Selain tindakan pencegahan tersebut di atas, yang terpenting adalah perlu
adanya program kegiatan olahraga senam untuk mengurangi maupun mencegah nyeri
pinggang bawah pada setiap pekerja sebelum memulai hari kerjanya. Di samping itu,
hal penting lain yang tidak boleh dilupakan adalah desain kursi yang ergonomis.

2. Posisi berdiri

Posisi berdiri yang terus-menerus atau terlalu lama akan menyebabkan


ketegangan otot seperti halnya pada posisi duduk yang tidak tepat yang terlalu lama.
Ketegangan otot yang terjadi dapat menimbulkan keluhan-keluhan seperti nyeri pada
kaki (otot, persendian), nyeri punggung karena lama-kelamaan dalam posisi berdiri
yang lama, badan akan lebih condong kedepan (membungkuk) yang mana hal ini
membatasi masuknya oksigen dan secara cepat meningkatkan tingkat kelelahan otot
yang terjadi.

Gambar 1. Cara mengangkat beban yang benar

3. Supervisi medis
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis secara teratur.
- Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya
- Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan
mendeteksi bila ada kelainan
- Nasehat tentang hygiene dan kesehatan harus diberikan

9
Dalam sistem desain manusia-mesin harus ditentukan sejak dini apakah
pekerjaan tersebut sebaiknya dikerjakan oleh manusia atau mesin. Manusia memiliki
keterbatasan (biological limitation)
1. Fisiologi : kekuatan, rentang waktu, ketahanan fisik, kapasitas
2. Psikologi : kemampuan intelektual, performa, toleransi dan komunikasi
3. Antropometri : bentuk tubuh, struktur otot, panjang lengan dan tungkai bawah.
Ukuran-ukuran antropometri yang dapat dijadikan dasar untuk penempatan
alat-alat kerja adalah sebagai berikut :
a. Berdiri : tinggi badan, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul depan, panjang lengan.
b. Duduk : tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang lengan bawah dan tangan, jarak
lekuk lutut
c. Pada pekerjaan tangan yang dilakukan berdiri, tinggi kerja sebaiknya 5-10 cm
dibawah siku.
d. Dari segi otot sikap duduk yang baik adalah sedikit membungkuk, sedangkan dari
segi tulang dianjurkan duduk tegak, agar punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak
lemas.
Tempat duduk yang baik adalah :
- Tinggi dataran duduk dapat diatur dengan papan kaki yang sesuai tinggi lutut,
sedangkan paha dalam keadaan datar.
- Lebar papan duduk tidak kurang dari 35 cm.
- Papan tolak punggung tingginya dapat diatur dan menekan pada punggung.
f. Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-37 derajat kebawah, sedangkan
untuk pekerjaan duduk arah penglihatan 23-44 derajat kebawah. Arah penglihatan ini
sesuai dengan sikap kepala yang istirahat. Kemampuan beban fisik maksimal
ditentukan sebesar 50 kg (ILO)
h. Kemampuan seseorang bekerja adalah 8-10 jam per hari, dimana jika lebih akan
menurunkan efisiensi dan kualitas kerja.

10
Gambar 2. Posisi Pengguna komputer yang Ideal

a) Nutrisi : pengambilan kalori dan status gizi


b) Klinik : kepribadian dan status kesehatan
Menciptakan hubungan yang serasi antara manusia, alat dan lingkungan kerjanya
untuk menghasilkan kondisi yang optimal bagi pekerja dengan memulihkan kondisi
kerja agar:
a. Mengurangi beban fisik
b. Memperbaiki sistem kerja
c. Menyediakan sarana psiko sensorial pada pemakaian instrument
d. Mencegah pekerja uuntuk mengingat instrument yang tidak diperlukan
e. Melakukan penempatan pekerjaan pada pekerja.

A. Potensi Bahaya
Potensi bahaya yang menyebabkan Penyakit Akibat Kerja (PAK) tergatntung pada
bahan yang digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupu cara kerja. (ILO,
2013).
Pada umumnya faktor penyebab dapat dikelompokkan dalam 5 golongan:
1. Golongan fisik : suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yang sangat
tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik.

11
2. Golongan kimiawi : bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja, maupun yang
terdapat dalam lingkungan kerja dapat berbentuk debu, uap, gas larutan, awan atau
kabut.
3. Golongan biologis : bakteri, virus atau jamur.
4. Golongan fisiologis : biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan cara kerja
5. Golongan psikososial : lingkungan kerja yang mengakibatkan stres.

Tabel 1. Fungsi Alat Pelindung Diri

Alat
Terhadap pasien Terhadap petugas kesehatan
Pelindung
Sarung Mencegah kontak Mencegah kontak tangan petugas ke
tangan mikroorgnisme yang terdapat dengan darah dan cairan tubuh
pada tangan petugas kesehatan penderita lainnya, selaput lendir, kulit
kepada pasien yang tidak utuh atau alat
kesehatan/permukaan yang telah
terkontaminasi
Masker Mencegah kontak droplet dari Mencegah membran mukosa petugas
mulut dan hidung petugas karyawan (hidung dan mulut) kontak
kesehatan yang mengandung dengan percikan darah atau cairan
mikroorganisme dan terpecik tubuh penderita
saat bernafas, bicara atau batuk
kepada pasin
Kacamata Mencegah membran mukosa petugas
pelindung - kesehatan kontak dengan percikan
darah atau cairan tubuh penderita
Tutup kepala Mencegah jatuhnya
mikroorganisme dari rambut
dan kulit kepala petugas ke -
daerah steril
Jas dan Mencegah kontak Mencegah kulit petugas kesehatan
celemek mikroorganismen dari tangan kontak dengan percikan darah atau
plastik** petugas cairan tubuh penderita
Sepatu Sepatu yang bersih mengurangi Mencegah perlukaan kaki oleh benda
Pelindung kemungkinan terbawanya tajam yang terkontaminasi atau
mikroorganisme dari ruang lain terjepit benda barat (misalnya,
atau luar ruangan mencegah luka karena menginjak
benda tajam atau kejatuhan alat
kesehatan) dan mencegh kontak
dengan darah dan cairan tubuh
lainnya.

12
B. Diagnosis Penyakit Akibat Kerja
Untuk dapat mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja pada individu perlu dilakukan
suatu pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan
menginterpretasikan secara tepat. Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah
yang dapat digunakan sebagai pedoman: (Enny Zuhny K, 2013)
1. Menentukan diagnosis klinis
2. Menentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja
3. Menentukan apakah pajanan tersebut dapat menyebabkan penyakit tersebut
4. Menentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat
mengakibatkan penyakit tersebut
5. Menentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi
6. Mencari kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit
7. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya

C. Pencegahan penyakit akibat kerja


Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Pemeriksaan kesehatan awal : Hal ini bertujuan agar mendapatkan tenaga kerja
dengan kesehatan yang baik.
b. Pemberian pendidikan kesehatan : hal ini bertujuan agar para pekerja menjadi lebih
peduli pada kesehatannya dan lingkungan kerjanya dan dapat menggunakan APD
pada saat bekerja
c. Perlindungan khusus : Misalnya dengan memakai alat pelindung diri sesuai dengan
tempat kerja.

D. Perundang-undangan dalam keselamatan kerja.7

Ketentuan –ketentuan pokok mengenai tenaga kerja secara tegas dijelaskan


dalam Undang-Undang No.14 tahun 1969. Beberapa pasal yang dapat menjadi acuan
pokok keselamatan kerja tersebut antara lain pasal 9 yang menyatakan bahwa tiap
tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatannya. Sedangkan dalam
Undang-Undang Keselamatan Kerja No.1 tahun 1970, antara lain dikemukakan
mengenai syarat-syarat keselamatan kerja (pasal 3 dan 4), yang mencakup perihal
keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerja. Sementera
masih berkenaan dengan syarat keselamatan kerja juga dijelaskan dalam Peraturan

13
Menteri Tenaga Kerja No. 7 tahun 1964, antara lain seperti pada pasal 9 yang
menyatakan bahwa semua pekerja yang duduk harus diberi tempat duduk yang
memiliki penyangga punggung dan semua pekerja yang berdiri harus diberi fasilitas
tempat duduk agar mereka dapat sesekali melemaskan otot-otot kakinya yang tegang.

14
BAB III
ANALISIS MASALAH KESEHATAN

A. Profil Perusahaan
1. Visi
Menjadi suatu perusahaan terkemuka di Indonesia untuk pengolaahan coklat dan kakao.
2. Misi
Adapun misi dari PT. Kalla Kakao Industri, antara lain sebagai berikut:
a) Membangun bisnis kakao dan coklat yang menguntungkan untuk pasar domestik dan
eksport yang memenuhi permintaan konsumen dan pasar.
b) Menjadikan costumer sebagai partner untuk tumbuh bersama.
c) Menggandeng para petani dan supplier yang ada di Indonesia sebagai bagian dari
pembukaan lapangan kerja dan program kakao berkelanjutan.
d) Menjadi perusahaan yang dicintai oleh seluruh karyawan.
Perusahaan PT. Kalla Kakao Industri (KKI) merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak di bidang agroindustri dalam memproduksi dan mengolah produk-produk
berbahan dasar buah coklat. PT. Kalla Kakao Industri (PT. KKI) yang merupakan salah
satu anak perusahaan Kalla Group akan beroperasi Desember 2013. PT KKI ini merupakan
pabrik pengelolaan cokelat yang berlokasi di jalan poros bandara, Kabupaten Konawe
Selatan, sulawesi Tenggara. PT KKI merupakan investasi Kalla Group dengan nilai
investasi Rp 350 M. Pabrik ini mampu mengolah biji besi 35 ribu ton/tahun. Mesin
pengelolaan yang digunakan merupakan mesin-mesin dari Jerman dengan kualitas terbaik
dan memenuhi standar internasional.bahan baku biji cokelat nantinya diperoleh dari petani
cokelat di wilayah sulawesi.

15
Gambar 1. PT. Kalla Kakao Industri (KKI)
Pabrik ini sendiri sudah dalam tahap penyelesaian sudah mulai berproduksi sejak
awal Desember. Hasil pengelolaan yang dihasilkan nantinya berupa bubuk coklat, coklat
cair dan butter. Hasil pengelolaan PT KKI ini sebagian besar akan dikirim ke Belanda,
Timur Tengah, Australia, China, India, Eropa, sudah ada pula beberapa perusahaan
pengelolaan yang berminat untuk bekerjasama seperti Godiva, Nestle, Kraff dan Mars.

Gambar 3. Produk PT Kalla Kako Industri


PT Kalla Kakao Industri memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) sebanyak 125 orang
dengan kelompok usia 21-30 sebanyak 54 orang, 31-40 sebanyak 49 orang, 41-50 sebanyak
15 orang, dan 51-60 sebanyak 7 orang.
PT Kalla Kakao Industri menyediakan 3 lantai dengan beberapa ruang produksi.
Setiap bulannya PT Kalla Kakao Industri melakukan perawatan mesin secara berkala.
Bahan kimia yang digunakan oleh PT KKI berada di dalam mesin produksi sehingga
lingkungan tidak terkontaminasi dengan bahan kimia. Sedangkan untuk pengolahan limbah,
PT KKI bekerja sama dengan Dinas Kebersihan Kota Kendari.

16
Berdasarkan studi pendahuluan, PT Kalla Kakao Industri masih memiliki potensi
bahaya ditinjau dari faktor fisik, faktor kimiawi, faktor biologis, faktor ergonomis, maupun
faktor psikososial.

B. Uraian Kegiatan
Adapun uraian kegiatan yang dilaksanakan selama berada di PT. KKI selama satu hari
dapat dilihat pada tabel.
Tabel 1. Uraian Kegiatan Yang Dilaksanakan Selama Berada di PT.KKI
Waktu Kegiatan Tujuan Sasaran
08.00-
1.Seluruh karyawan
09.00 Senam Bina Menjaga kesehatan peserta dan
perusahaan
Jasmani para pekerja PT. KKI
2. Dokter muda

Pengenalan PT. KKI secara


Orientasi
umum mengenai ranah kerja,
PT.KKI
proses produksi dan masalah
09.00-
kesehatan di PT.KKI terkait K3 Seluruh unit perusahaan
10.00
Untuk mengetahui sistem
Mengikuti
keselamatan kerja dan
materi Safety
mengenali tanda bahaya di
Induction
masing-masing unit industri.
Melakukan Untuk melihat dan menilai K3
Walk Through pekerja secara langsung saat - Seluruh unit perusahaan
10.00-
Survey bekerja dan mengidentifikasi - Dokter Muda
11.30
dibeberapa masalah kesehatan di PT.KKI - Tim K3 Perusahaan
ruangan kerja. terkait K3 perusahaan.
11.30-
ISHOMA
14.00

Penyuluhan Untuk memberikan - Seluruh unit perusahaan


14.00-
mengenai informasi kepada para - Dokter Muda
15.30
Ergonomi pekerja terkait ergonomi - Tim K3 Perusahaan

17
15.30-
ISHOMA
16.15
16.15- Untuk mengevaluasi - Dokter Muda
Diskusi kegiatan
17.00 kegiatan yang dilaksanakan - Tim K3 Perusahaan

C. Identifikasi Masalah
Dengan melakukan observasi dan pengamatan selama satu hari, maka didapatkan
beberapa masalah kesehatan yang dinilai cukup penting dan dapat mempengaruhi
produktivitas para karyawan di PT. KKI seperti diantaranya :

1. Divisi Pengendalian Persedianan dan Perencanaan Produksi (Production Planner


Inventory Control (PPIC) Division)

Adalah suatu departemen atau sub departemen di sebuah perusahaan, yg secara


garis besar bertanggung jawab dalam meng-koordinasikan pengadaan barang/jasa/
produk jadi/finished product dan mengontrol/mengendalikan persediaan. Tugas utama
PPIC adalah membuat production plan (rencana produksi) dan inventory control
(mengendalikan persediaan). Dalam melaksanakan tugasnya ada batasan-batasan yang
harus dipenuhi, misalnya inventory level tidak boleh melebihi 1 bulan stock,
memaksimalkan kapasitas produksi untuk efisiensi dalam hal pemakaian listrik dan
tenaga kerja, dsb. Dan batasan-batasan lain yang pada dasarnya adalah untuk mencapai
4 diantara banyak objectives perusahaan berikut ini :

1. High Customer Service Level


2. Low Inventory Level
3. Low Production cost
4. High Quality

18
Gambar 1. Tempat Kerja PPIC

Tabel 1. Identifikasi Dan Alternatif Pemecahan Masalah Di Tempat Kerja PPIC


Alternatif
Faktor Identifikasi Masalah Pemecahan
Masalah
Pekerja subdivisi PPIC Diadakan senam atau
umumnya tidak olahraga pemanasan ringan
karena kesibukan di pekerjaan setiap pagi atau
seminggu sekali.

Melakukan
PERSONAL
Pekerjaan yang mengharuskan perkerjaan secara
banyak duduk dan jarang ergonomi serta
bergerak bebas kemana-mana melakukan
perengangan otot
setiap 5-10 menit
setelah 1 jam bekerja.
Desain workstation khususnya Menata kembali
ruangan yang masih bising desain workstation
EQUIPMENT sehingga pekerja
tidak mendengar
bising
MATERIAL Tidak ada masalah. -

19
Faktor fisik :
Suhu lingkungan kerja berkisar Pengaturan suhu
di bawah batas normal 18oC- lingkungan kerja
20oC., keadaan ini dapat diatur menggunakan
memperlambat pekerjaan AC sentral yang
sehingga secara signifikan disesuaikan dengan
ENVIRONMENT dapat berpengaruh pada suhu penyimpanan
efisiensi dan produktivitas produk (butter) yakni
individu. Suhu lingkungan
kerja (workplace)
yang optimal adalah
28oC.

2. Divisi Kesehatan, Keamanan dan Lingkunagn (Health, Safety, Environment (HSE)


Division)
Merupakan suatu department yang bertugas untuk K3 perusahaan PT Kalla
Kakao Industri Kendari – Sulawesi Tenggara. Adapun kegiatan pokok dari department
HSE antara lain :
a) Memfasilitasi semua karyawan PT Kalla Kakao Industri untuk berdiskusi masalah
keadaan tempat kerja, faktor dan potensi yang ada serta kelengkapan APD yang
dibutuhkan internal department maupun eksternal department.
b) Melakukan pencegahan kecelakaan akan kondisi yang tidak aman dan tindakan yang
tidak aman stiap karyawan.
c) Mengadakan inspeksi terhadap bangunan dan peralatan keselamatan kerja mulai dari
konstruksi, letak, penyusunan, dan penyimpanan barang, alat keselamatan yang harus
tersedia, serta rambu-rambu yang harus dipasang.
d) Meningkatkan SDM baik dari segi pengetahuan tentang K3 dengan mengadakan
training.
e) Mengadakan kegiatan yang bisa meningkatkan kesadaran tentang K3 serta mengajak
karyawan turut berperan aktif dalam mensosialisasikan K3.
f) Melaksanakan statistic kecelakaan kerja yaitu berupa perhitungan tentang rata-rata
frekuensi waktu kerja yang hilang.

20
g) Melakukan kegiatan inisiatif yang dilakukan berdasarkan faktor dan potensi bahaya
yang diamati sebagai langkah preventif atas kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja
(PAK)
h) Memberlakukan surat ijin mengenai segala sesuatu aktivitas berbahaya yang ada.

Tabel 2. Identifikasi Dan Alternatif Pemecahan Masalah Di Tempat Kerja Health, Safety,
Environment (HSE) Division
Alternatif Pemecahan
Faktor Identifikasi Masalah
Masalah
Kesadaran Pekerja untuk Penyuluhan kesehatan
memeriksakan kesehatannya tentang maslaha
secara rutin dan berkala sudah kesehatan akibat kerja
cukup bagus. Namun kesadaran dan pencegahannya.
pekerja untuk menjaga agar selalu
PERSONAL sehat masih kurang. Mengadakan poster
penyakit akibat kerja

Belum tersedianya klinik Penyediaan klinik


kesehatan dan tenaga medis kesehatan dan tenaga
terlatih untuk menyelenggarakan medis yang terlatih untuk
pelayanan kesehatan kerja (mis. menyelenggarakan
Dokter perusahaan). pelayanan kesehatan
kerja, sesuai peraturan
EQUIPMENT Permenakertrans No. 3
tahun 1982 tentang
pelayanan kesehatan
tenaga kerja.

Mengadakan obat-obatan
P3K (Betadine, Plester,

21
Obat-obatan P3K yang kurang Obat tetes mata, Panadol,
lengkap dan penempatan P3K Aspirin Rivanol,
yang belum sesuai. Bioplacenton, 1 gulung
kapas, 1 rol kasa
pembalut, 1 pakplester,
gunting dan 1 lembar
daftar isi kotak P3K)
Tidak ditemukan masalah

MATERIAL
-

Faktor Fisik : Penyuluhan tentang


Personil HSE dapat terpapar kesehatan kerja yang
faktor fisik seperti kebisingan dititikberatkan pada
yang relatif masih tinggi (>90 dB) tujuan dan manfaat
saat melakukan inspeksi kepada penggunaan APD dan
para pekerja pabrik. dampak yang timbul
akibat tidak
menggunakan APD saat
bekerja.
ENVIRONMENT

Penyediaan APD untuk


personil HSE selama
melakukan inspeksi.

Faktor kimiawi, biologis,


ergonomis, dan psikososial :
Tidak terdapat potensi bahaya
kepada personil HSE.

22
3. Divisi Pengaturan dan Pengawasan Alat (Maintenance Manager Division)
Maintenance manager biasa dikenal dengan sebutan pegawai pengatur dan pengawas
peralatan atau mesin produksi. Bagian kepegawaian ini memiliki tanggung jawab serta
wewenang yang berbeda dengan kepegawaian lainnya.

Gambar 2. Ruang Maintenance Manager Division

Tabel 3. Identifikasi Dan Alternatif Pemecahan Masalah Di Tempat Kerja Maintenance


Manager Division
Alternatif Pemecahan Masalah
Faktor Identifikasi Masalah

Kurangnya kesadaran Pemberian sanksi tertulis dan tidak


beberapa karyawan tertulis apabila ketahuan tidak
PERSONAL menggunakan APD tertib dalam pemakaian APD
khususnya ear plug di khususnya ear plug di unit
unit produksi produksi
Panas mesin yang Menggunakan APD terutama
disebabkan oleh proses Sarung tangan (Heat Resistant
pengolahan coklat dapat Goves)dan melakukan pengecekan
EQUIPMENT menyebabkan secara berkala APD yang telah
melepuhnya kulit pada disediakan apakah masih layak
saat bersentuhan dengan pakai atau tidak
mesin tersebut

23
Bahan perawatan dan Menggunakan APD terutama
perbaikan mesin seperti Sarung tangan (Heat Resistant
pelumas mesin yaitu oli Goves)dan melakukan pengecekan
sehingga beresiko secara berkala APD yang telah
menyebabkan iritasi disediakan apakah masih layak
MATERIAL
pada tangan bagi teknisi pakai atau tidak.
mesin Menyediakan lap tangan pada saat
melakukan penggantian oli pada
mesin produksi.

Mesin unit produksi PT. Menggunakan ear plug atau ear


Kakao memiliki muff pada saat berada di unit mesin
intensitas kebisingan produksi.
yang relatif masih tinggi Mengatur ruanagan pekerja supaya
(>90 dB) sehingga tidak terlalu kena bising
berisiko menyebabkan
kelainan pendengaran
bagi karyawan.
Menyediakan tempat air minum
Hawa panas pada mesin yang bersih dan terjangkau bagi
unit produksi terutama para karyawan dan pelebelan tanda
ENVIRONME
pada unit pemisahan bahaya dehidrasi di ruangan
NT
liquid dan powder tersebut
sehingga beresiko
menyebabkan dehidrasi
pada karyawan
Memakai APD terutama sepatu
Ruangan mesin boat yang memiliki alas kasar
produksi memiliki
permukaan yang cukup
licin kemungkinan
diakibatkan oleh cokelat
batter yang berminyak

24
4. Divisi Unit Produksi (Production Unit Division)
Fungsi spesifik departemen ini adalah memproduksi atau membuat barang sesuai dengan
yang direncanakan. Bagian produksi ini adalah bagian yang menciptakan nilai tambah.

Gambar 3. Lokasi kerja divisi unit produksi

Tabel 4. Identifikasi dan Alternatif Pemecahan Masalah di Tempat Kerja Production Unit
Division
Faktor Identifikasi Masalah Alternatif Pemecahan Masalah
Kurangnya kesadaran Penyuluhan kepada karyawan
beberapa karyawan untuk tentang pentingnya pemeriksaan
PERSONAL
memeriksakan kesehatan secara rutin
kesehatannya secara rutin

25
Posisi karyawan Penyuluhan mengenai Ergonomi
mengangkat barang yang terutama posisi mengangkat
EQUIPMENT
masih salah barang yang benar dan aman.

Tidak terdapat masalah -


MATERIAL

Sosialisasi terkait Penyuluhan dan pelatihan


ergonomi yang belum ergonomi yang sesuai dengan
menyeluruh didapatkan pekerjaan (sikap kerja duduk,
oleh pekerja PT KKI. sikap kerja berdiri, dan sikap
kerja mengangkat beban)

Menurunkan tingkat kebisingan


Pajanan kebisingan yang dengan menambah peredam
relatif masih tinggi (>90 kebisingan, melengkapi pekerja
dB) pada unit produksi di dengan APD (earplug atau
PT. KKI. Earmuff), dan melakukan rotasi
pekerjaan untuk membantu
ENVIRONMENT
mengurangi tingkat paparan
kebisingan.
Mengurangi lama jam kerja di
unit produksi yang disesuaikan
dengan tingkat kebisingan (>85
dB) yaitu maksimal 4 jam di
lokasi kerja.

26
D. Prinsip Ergonomi
Tabel 4. Prinsip ergonomi yang tidak diterapkan di PT. Kalla Kakao Industri
Prinsip Ergonomi yang tidak Masalah yang dapat timbul
diterapkan
Bekerja dalam posisi / postur yang Dapat terjadi Low back pain,
tidak sesuai manajemen ergonomi HNP, ataupun terjadi dislokasi
dan fraktur.
Mengangkat beban berlebihan Dapat terjadi kecelakaan kerja
berupa tertindih beban berat
tersebut
Tidak melakukan peregangan Dapat terjadi kekakuan otot dan
otot/olahraga saat bekerja risiko cedera otot yang
meningkat

E. Potensi Bahaya
Tabel 3. Potensi Bahaya yang didapat di perusahaan PT. Kalla Kakao Industri
No. Potensi Bahaya Risiko yang didapat Upaya yang dilakukan pihak
di perusahaan perusahaan
1. Golongan fisik - Suara (bising) - Perusahaan menyediakan alat
a. Suara (bising) - suhu yang terlalu pelindung pendengaran dan
b. Suhu yang terlalu rendah (dingin) menyediakan ruang tanpa bising
Rendah - tekanan yang untuk operator.
(panas/dingin) tinggi. - Keadaan suhu ruang kerja yang
c. tekanan yang terlalu rendah (dingin) pada
tinggi.
perusahaan ini berfungsi untuk
membekukan bahan coklat
selama 24 jam. Tenaga kerja
belum disediakan APD untuk
melindungi diri dari suhu rendah,
seperti jaket, Safety Work Glove
Jogger Allflex, penutup kepala,
dan lain-lain.
- Belum tersedianya APD untuk
penyebab akibat kerja berupa
tekanan yang tinggi.
2. Golongan kimiawi - Debu biji kopi - Penggunaan masker dan hair net
- Uap mesin pada setiap karyawan yang
bekerja dalam prosedur yang
dibutuhkan.

27
- Karyawan tidak kontak langsung
dengan uap akibat produksi,
melainkan uap yang berasal dari
hasil proses produksi memiliki
lintasan khusus yang diarahkan
langsung ke luar gedung.
3. Golongan biologis - Jamur pada bahan - APD berupa masker ataupun
produksi (coklat) Sarung tangan dalam pengolahan
bahan produksi (coklat) telah
disediakan oleh pihak
perusahaan, namun beberapa
karyawan tidak menggunakan
Sarung tangan dalam pengolahan
bahan produksi, sehingga
memudahkan terjadinya infeksi
akibat kerja.
4. Golongan psikososial: - pekerjaan yang - Memberikan briefing setiap hari
monoton, sebelum bekerja dan berdoa agar
tuntutan pekerjaan yang dilakukan bernilai
pekerjaan. ibadah
- Waktu kerja seluruh karyawan
adalah 8 jam dengan waktu
datang pukul 08.00 WITA dan
kembali pulang pada pukul 17.00
WITA dengan waktu istirahat
mulai pukul 12.00-14.00 WITA.

F. Pencegahan penyakit akibat kerja


Penyakit akibat kerja yang didapat di perusahaan di PT. Kalla Kakao Industri:
a. Sensory Neural Hearing Loss
b. Low back pain
Adapun alternatif pemecahan terhadap masalah yang didapatkan pada PT. KKI dapat
dilihat pada tabel.

28
Tabel 6. Pencegahan penyakit akibat kerja yang didapat di perusahaan.
Tindakan pencegahan di Masalah yang mungkin timbul di perusahaan
perusahaan
- Pemeriksaan kesehatan - Kurangnya pengetahuan karyawan
awal perusahaan mengenai kesehatan dan
lingkungan kerjanya akibat tidak
diberikannya pendidikan kesehatan secara
berkala sehingga dapat mempengaruhi
kesehatan maupun produktivitas perusahaan.
- Perlindungan khusus seperti pada ruang
- Perlindungan khusus kerja dengan tekanan tinggi ataupun suhu
tinggi belum ada sehingga dapat
meningkatkan risiko terjadi kecelakaan
ataupun penyakit akibat kerja.
- Melakukan pemeriksaan kesehatan secara
berkala kepada karyawan selama 3 bulan
sekali.

G. Gizi dan Kantin

Pemenuhan gizi pekerja sudah baik disediakan oleh perusahaan, walaupun belum
berdasarkan kebutuhan gizi perorangan. Makanan yang disediakan oleh perusahaan
disamaratakan untuk semua pekerja baik jenis maupun jumlah dari makanan tersebut.
Dalam hal ini perusahaan tidak mengelompokkan pemenuhan gizi makanan berdasarkan
kebutuhan perorangan dimana sebaiknya kebutuhan perorangan harus diperhatikan
karena tiap pekerja mempunyai tingkat aktivitas yang berbeda. Manajemen perusahaan
tidak menyediakan uang makan, melainkan tersedia kantin yang dikelola oleh pihak luar
untuk memenuhi kebutuhan gizi pekerja. Kantin tersebut telah memenuhi persyaratan
administrasi maupun kesehatan dalam penyelenggaraan.
Pengawasan dilakukan secara rutin bukan oleh petugas medis, sehingga makanan
yang dikonsumsi pekerja belum tentu cukup gizi dan higienis. Pada saat kami melakukan
survey ke dapur kantin, kami temukan dapur dalam keadaan bersih. Semua makanan
didatangkan oleh pihak luar dalam bentuk makanan jadi ke perusahaan, sehingga tidak
ada proses memasak dan penyimpanan bahan mentah, baik basah maupun kering di dapur
kantin. Keadaan kantin bersih dan teratur, dimulai dari tempat mencuci tangan, letak
peralatan makan yang bersih, sampai tempat meletakkan peralatan makan yang telah
selesai digunakan. Air minum yang digunakan adalah air minum mineral yang sudah
memenuhi standar nasional.

29
BAB IV
PENUTUP

H. Kesimpulan
1. PT. Kalla Kakao Industri (KKI) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di
bidang agroindustri dalam memproduksi dan mengolah produk-produk berbahan
dasar buah coklat.
2. Kurangnya kesadaran sebagian karyawan perusahaan untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan
3. Kurangnya kesadaran sebagian karyawan perusahaan dalam pengaplikasian APD ear
plug dalam kegiatan industri
4. Tidak adanya klinik kesehatan di perusahaan PT. KKI dan penyediannya obat P3K
belum sesuai lokasi yang beresiko tinggi terjadi kecelakaan kerja khususnya unit
produksi dan maintenence (pemeliharaan alat)

I. Saran
Adapun saran yang diberikan baik untuk perusahaan, karyawan perusahaan adalah
sebagai berikut :
1. Perusahaan
Diharapkan pihak perusahaan untuk mengevaluasi rekomendasi pemecahan masalah
yang telah di paparkan agar dapat mengoptimalkan produktivitas perusahaan
khususnya terkait Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
2. Karyawan
Diharapkan semua karyawan dapat menerapkan prinsip-prinsip K3 seperti
penggunaan APD dan pentingnya mencegah penyakit akibat kerja
3. Fakultas Kedokteran
Diharapkan kepada pihak Fakultas Kedokteran Universitas Haluoleo agar
mempersiapkan pengetahuan dan keterampilan klinik kepada dokter muda yang akan
melakukan kegiatan di perusahaan terkait Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

30
DAFTAR PUSTAKA

1. A. M. Sugeng Boediono. Ergonomi Dalam Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Badan
Penerbit UNDIP Semarang. Hal 75-85. 2005.

2. A. M. Sugeng Boediono. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan Kerja


Dalam Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Badan Penerbit UNDIP Semarang. Hal 171-
180. 2005.

3. ILO. 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja sarana untuk produktivitas. Jakarta :
International Labour Organization

4. Keputusan Menteri Kesehatan no.261/MENKES/SK/II/1998 tentang Persyaratan


Kesehatan Lingkungan Kerja

5. Keputusan Presiden Republik Inonesia No. 22 tahun 1993 tentang penyakit yang
timbul karena hubungan kerja.

6. Lutam B. Analisis Nyeri Punggung dengan Faktor-Faktor Yang Berhubungan Pada


Pekerja Wanita di Penjahitan Pakaian PT. X Gunung Putri Bogor 2005. Program
Studi Kedokteran Kerja. Program Pasca Sarjana FKUI. Jakarta.2005.

7. Lianto B. Ergonomi dan Produktivitas.Seminar Nasional Ergonomi. Aplikasi


Ergonomi dalam Industri 2004. Forum Komunikasi Teknik Industri, Jogjakarta

8. OHSAS 18001:2007 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan


Kerja/Persyaratan.

9. Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 48 tahun 2016 tentang Standar Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Perkantoran

10. Zuhny EK, Badraningsih L. 2013. Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja. Jakarta :
Raja Grafindo Perkasa

31

Anda mungkin juga menyukai