Anda di halaman 1dari 9

LBM 5 SKN

Step 1

 Hiperkes : kepanjangannya higiene perusahaan dan kesehatan kerja.


 Hygiene perusahaan : Upaya pemeliharaan lingkungan kerja baik secara fisik, kimia, maupun radiasi dari lingkungan
perusahaan.
 Ergonomi K3 (kesehatan dan keselamatan kerja) : kegiatan yang dilakukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang ada
kaitannya dengan lingkungan kerja.
 Kesehatan kerja : upaya perusahaan untuk mempersiapkan, memelihara, serta tindakan lainnya dalam rangka pengadaan serta
penggunaan tenaga kerja.

Step 2

1. Apa latar belakang, definisi , dan tujuan dari HIPERKES?


a. Latar Belakang HIPERKES
Dengan berkembang pesatnya industri di Indonesia ditambah dengan era globalisasi membawa berbagai
risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja dan keluarganya
Kesehatan lingkungan kerja adalah ilmu dan seni yang ditunjukkan untuk mengenal mengevaluasi dalam
mengendalikan semua faktor-faktor dan stress lingkungan ditempat kerja yang dapat menyebabkan
gangguan kesehatan, kesejahteran, kenyamanan dan efisiensi dikalangan pekerjaan dan masyarakat

b. Definisi

pengertian dan batasan


Hygiene perusahaan merupakan spesialisasi dalam ilmu hygiene beserta prakteknya yang dengan
mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit kualitatif dan kuantitatif dalarn lingkungan
kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada
lingkungan tersebut,serta bila perlu pencegahan, agar pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan terhindar
dari bahaya akibat kerja, serta dimungkinkan mengecap kesehatan setinggi-tingginya.

Suma’mur. 1986. “Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja”. Gunung Agung Jakarta

c. Sifat
 Sasarannya adalah lingkungan kerja yaitu sebagai upaya pencegahan timbulnya penyakit akibat kerja

dan pencemaran lingkungan akibat produksi perusahaan.

Bersifat teknik

Notoatmodjo, S, Prof. 2003. “Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar”.Jakarta : Rineka Cipta

d. Hakikat

 Pertama sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan setinggi-tinginya baik fisik, mental, sosial, bagi
tenaga kerja(buruh/karyawan, petani, nelayan, pegawai negeri, pekerja sektor non-formal, dsb)
 Kedua untuk meningkatkan produksi dengan berlandaskan pada meningkatnya efisiensi dan produktivitas.

(Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo)

e. Tujuan
o Tujuan :

 Agar masyarakat pekerja (karyawan perusahaan, pegawai negeri, petani, nelayan, pekerja2 bebas dsb)
dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental dan sosialnya.
 Agar masyarakat sekitar perusahaan terlindung dari bahaya2 pengotoran oleh bahan2 yang berasal dari
perusahaan.
 Agar hasil produksi perusahaan tidak membahayakan kesehatan masyarakat konsumennya.
 Agar efisiensi kerja dan daya produktivitas para karyawan meningkat dan dengan demikian akan
meningkatkan pula produksi perusahaan.
Entjang, Indan, “Ilmu Kesehatan Masyarakat”, 2000

2. Apa saja program-program pada hygienitas perusahaan dan kesehatan perusahaan (HIPERKES)?

1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit2 dan kecelakaan2 akibat kerja.


2. Pemeliharan dan peningkatan kesehatan kerja.
3. Pemeliharaan dan peningkatan efisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia.
4. Pemberantasan kelelahan kerja dan peningkatan kegairahan kerja.
5. Pemeliharaan dan peningkatan higiene dan sanitasi perusahaan pada umumnya seperti kebersihan
ruangan2, cara pembuangan sampah/ sisa2 pengolahan dsb.
6. Perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar terhindar dari pengotoran oleh bahan2 dari
perusahaan yang bersangkutan.
7. Perlindungan masyarakat luas (konsumen) dari bahaya2 yang mungkin ditimbulkan oleh hasil2 produksi
perusahaan.
Entjang, Indan, “Ilmu Kesehatan Masyarakat”, 2000

3. Definisi ergonomi, tujuan, dan aplikasi dari ergonomi?


a. Definisi ERGONOMI
Ergonomi berasal dari bahasa yunani, ergon artinya kerja dan nomos artinya peraturan atau hukum. Secara harviah ergonomi
adalah hukum atau peraturan yang mengatur tentang bagaiamana melakukan pekerjaan termasuk dalam menggunakan
peralatan kerja.
Ergonomi adalah ilmu yang mengatur tentang penyesuaian antara peralatan atau perlengkapan dalam bekerja dengan kondisi
atau kemampaun manusia, sehingga mencapai kesehatan tenaga kerja dan produktivitas yang optimal.

b. Tujuan ERGONOMI
Tujuan utama Ergonomi
 Memaksimalkan efisiensi karyawan.
 Memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja.
 Menganjurkan agar bekerja aman, nyaman, dan bersemangat.
 Memaksimalkan bentuk (performance) kerja yang meyakinkan.
(ERGONOMI MANUSIA, PERALATAN DAN LINGKUNGAN, Dr. Gempur Santoso, Drs., M.Kes)
Bagaimana mengatur kerja agar tenaga kerja dapat melakukan pekerjaannya dengan rasa aman, selamat, efisien , efektif dan
produktif , disamping juga rasa ”nyaman” serta terhindar dari bahaya yang mungkin timbul ditempat kerja.
Bunga Rampai, hiperkes & kk, edisi kedua (revisi), undip, th 2005
c. Metode ERGONOMI

Metode - metode
1. Diagnosis dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian fisik pekerjaan, uji
pencahayaan, checklist dan penngukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas dari yang sederhana
sampai kompleks.
2. Treatment, pemecahan masalah, tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah
posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja atau
pengobatan fisik daan psikiatrik.
Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau objektif setelah treatmen, subjektif misalnya dengan menanyakan
kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan, sa\kit kepala dan lain-lain. Secara objektif
misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.

d. Prinsip dan penerapan ergonomic

Prinsip ergonomi dalam perancangan tempat kerja agar efisien


a. Sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran, dan penempatan mesin-
mesin, penempatan alat-alat petunjuk,cara-cara harus melayani mesin (macam gerak, arah, kekuatan,dsb.)
b. Untuk normalisasi ukuran mesin atau peralatan kerja harus diambil ukuran terbesar sebagai dasar, serta diatur denagn
cara tertentu, shg ukuran tersebut dapat dikecilkan atau dibesarkan/ dilebarkan. Misalnya: tempat duduk yang dapat
dinaikturunkan dan dimajukan / diundurkan.
c. Ukuran-ukuran antropometri yang dapat dijadikan dasar untuk penempatan alat-alat kerja al :
a. Berdiri : tinggi badan ,tinggi bahu, tinggi saku, tinggi pinggul,panjang lengan.
b. Duduk : tinggi duduk, panjang lengan atas , panjang lengan bawah, jarak lekuk lutut.
d. Pada pekerjaan tangan yang dilakukan dengan berdiri , tinggi kerja sebaiknya 5-10 cm dibawah tinggi siku.
e. Dari segi otot , sikap duduk ayng paling baikadalah sedikit membungkuk. Sedangkan dari sudut tulang dianjurkan
duduk tegak, agar punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak lemas.
f. Tempat duduk yang baik :
i. Tinggi dataran duduk dapat diatur dengan papan kaki yang sesuai dengan tinggi lutut, sedangkan paha dalam
keadaan datar.
ii. Lebar papan duduk tidak kurang dari 35 cm
iii. Papan tolak punggung tingginya dapat diatur dan menekan pada punggung.
g. Arah pengliahtan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-37 derajat kebawah, sedangkan untuk pekerjaan duduk arag
penglihatan antara 32-44 derajat kebawah.Arah penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala istirahat.
h. Kemampuan beban fisik maksimal oleh ILO ditentukan sebesar 50 kg.
i. Kemampuan seseorang bekerja adalah 8-10 jam per hari. Lebih dari itu efisiensi dan kualitas kerja menurun.
(IKM, Soekidjo Notoatmodjo)

Hal mendasar dalam ergonomi


Hal mendasar dalam ergonomi adalah mengupayakan agar sikap badan selalu dalam posisi atau mudah kembali dalam posisi
netral. Yang dimaksud posisi netral adalah posisi dimana otot dalam posisi yang cenderung relax.
Sikap netral dasar:
· Kepala tegak dan menghadap ke depan.
· Punggung dalam posisi tegak
· Lengan atas terjuntai dengan siku mendekat samping badan dengan nyaman.
· Lengan bawah paralel dengan lantai
· Tangan membentuk satu garis lurus dengan lengan bawah
· Kaki terbuka selebar bahu bila bekerja sambil berdiri
· Paha sejajar lantai, lutut membentuk 90 derajat dan kaki menapak lantai bila bekerja sambil duduk.

Bekerja sambil berdiri:

 Bekerja sambil berdiri dalam waktu beberapa jam, walaupun dalam poisisi yang baik tetap akan menimbulkan
kelelahan lebih cepat daripada duduk. Pada lantai yang keras, berjalan sama dengan memukul palu di telapak kaki di
setiap langkah. Beberapa hal yang dapat mengurangi kelelahan dan menjaga agar pekerja dalam kondisi yang baik
pada saat bekerja sambil berdiri dalam waktu yang lama:
 Pemakaian sepatu yang baik: Sepatu yang baik adalah sepatu yang pas dengan gesekan minimal dan sol yang baik.
Menggunakan anti fatigue mat: Anti fatigue mat bisa karpet, karet, kayu atau bentuk lain yang dapat memberikan
sedikit elastisitas pada lantai. Perlu diperhatikan bahwa pemasangan anti fatique mat dapat menimbulkan bahaya baru
seperti tersandung bila tidak dipasang dengan baik. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah anti fatique mat berbeda
dengan anti slip mat. Anti slip mat membuat sepatu selalu berhati dengan tiba tiba saat melangkah dan menyebabkan
gesekan lebih besar antara kaki dan sepatu yang dapat menimbulkan masalah baru.
 Perancangan kerja yang memungkinkan pekerja dapat merubah posisi berdirinya dengan bebas.

Bekerja dengan komputer:


Bekerja dengan komputer harus dirancang sesuai dengan 7 sikap netral dasar diatas:

 Tinggi keyboard dan kursi, dan lengan kursi diatur agar siku dapat membentuk kurang lebih 90 derajat dengan lengan
pekerja didukung oleh lengan kursi.
 Paha sejajar dengan lantai.
 Telapak kaki menyentui lantai dengan nyaman. Bila diperlukan, footrest disediakan sulit untuk mengatur ketinggian
meja.
 Sandaran kursi harus memungkinkan agar badan dalam posisi yang tegak.
 Tinggi monitor diatur agar kepala tetap tegak.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam bekerja dengan komputer:

 Jarak monitor dengan mata kurang lebih sama dengan jarak jangkauan tangan.
 Tidak ada lampu yang langsung mengarah mata atau terpantul ke mata lewat layar monitor.

Ergonomi dalam sistem manajemen keselamatan kerja:


Dalam standar OHSAS-18001, salah satu persyaratan adalah organisasi harus mengidentifikasi bahaya, menilai resiko dari
bahaya dan menerapkan kontrol yang diperlukan. Secara umum, bahaya terkait dengan ergonomi adalah sikap kerja. Akibat
yang mungkin muncul adalah gangguan muscoskeletal (musculoskeletal disorders – MSDs) yang mencakup gangguan pada
otot, sendi, tendon, ligamen dan saraf). Besarnya resiko bahaya tentu harus memperhatikan berapa sering pekerjaan dilakukan
dan tingkat keparahan dari muscoloskeletal disorders.

4. Ruang lingkup ergonomi?


 Ergonomi fisik; berkaitan dengan anatomi tubuh manusia, anthropometri, karakteristik fisiologi dan biomekanika yang
berhubungan dengan aktivitas fisik
 Ergonomi kognitif berkaitan dengan proses mental manusia, termasuk didalamnya persepsi, ingatan, dan reaksi sebagai akibat
dari interaksi manusia terhadap pemakaian elemen sistem
 Ergonomi orrganisasi ; berkaitan dengan optimasi sistem sosioteknik, termasuk struktur organisasi, kebijakan, dan proses
 Ergonomi lingkungan; berkaitan dengan pencahahayaan, temperatur , kebisingan, dan getaran.
Buku skill
5. Apa saja penyebab PAK (penyakit akibat kerja)?

Penyakit Akibat Kerja & Penyakit Akibat Hubungan Kerja di Tempat Kerja Kesehatan
Penyakit akibat kerja di Tempat Kerja Kesehatan umumnya berkaitan dengan faktor biologis (kuman patogen yang berasal
umumnya dari pasien); faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil namun terus menerus seperti antiseptik pada kulit, zat
kimia/solvent yang menyebabkan kerusakan hati; faktor ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat pasien salah); faktor
fisik dalam dosis kecil yang terus menerus (panas pada kulit, tegangan tinggi, radiasi dll.); faktor psikologis (ketegangan di
kamar penerimaan pasien, gawat darurat, karantina dll.)

6. Apa saja pencegahan PAK (penyakit akibat kerja)?


 Pencegahan primer—helath promotion
1. perilaku kesehatan
2. faktorbahaya ditempat kerja
3. perilaku kerja yang baik
4. olah raga
5. gizi seimbang
 Pencegahan sekunder – specifict protection
1. pengendalian melalui perundang – undangan
2. pengendalian adsministrative/organisasi; rotasi pembatasan jam kerja
3 pengendalian teknis ; substitusi, isolasi, ventilasi, alat pelindung diri (APD)
4. pengendalian jalur kesehatan; imunisasi
 Pencegahan tersier --- early diagnosis and prompt treatment
1. pemeriksaan kesehatan pra kerja
2 . pemeriksaan kesehatan berkala
3 . surveilans
4. pemeriksaan lingkungan secara berkala
5. pengobatan segera bila ditemukan gangguan pada pekerja
6. pengendalian segera di tempat kerja
Bk pengantar PAK

7. Apa definisi dan klasifikasi kecelakaan kerja?


e. Batasan
f. Faktor penyebab
o Penyebab kecelakaan kerja

A. Penyebab langsung
 adalah suatu keadaan yang biasanya bisa dilihat dan dirasakan langsung, yang dibagi dalam 2 kelompok :

a) Tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts) yaitu tingkah laku, tindak tanduk atau perbuatan yang akan
menyebabkan kecelakaan  dalam konsep MSM (modern safety management) diganti substandard acts /
substandard practices.
b) Kondisi-kondisi yang tidak aman (unsafe conditions) yaitu keadaan yang akan menyebabkan kecelakaan 
dalam konsep MSM (modern safety management) diganti substandard conditions.
Contoh-contoh dari substandard acts / substandard practices :

 Mengoperasikan alat / peralatan tanpa wewenang.


 Gagal untuk memberi peringatan.
 Gagal untuk mengamankan.
 Bekerja dengan kecepatan yang salah.
 Menyebabkan alat-alat keselamatan tidak berfungsi.
 Memindahkan alat-alat keselamatan.
 Menggunakan alat yang rusak.
 Menggunakan alat dengan cara yang salah.
 Kegagalan memakai alat pelindung / keselamatan diri secara benar.
 Membongkar secara salah.
 Menempatkan / menyusun secara salah.
 Mengangkat secara salah.
 Mengambil posisi yang salah.
 Memperbaiki alat/ peralatan yang sedang jalan / hidup / bergerak.
 Bersenda-gurau di tempat kerja.
 Mabuk karena minuman beralkohol dan atau minuman / obat keras lainnya.
Contoh-contoh dari substandard conditions :

 Peralatan pengaman / pelindung / rintangan yang tidak memadai atau tidak memenuhi syarat.
 Bahan, alat-alat / peralatan rusak.
 Terlalu sesak / sempit.
 Sistem-sistem tanda peringatan yang kurang memadai.
 Bahaya-bahaya kebakaran dan ledakan.
 Kerapihan / tata letak (housekeeping) yang jelek.
 Lingkungan berbahaya / beracun : gas, debu, asap, uap, dan lain-lainnya.
 Bising.
 Paparan radiasi.
 Ventilasi dan penerangan yang kurang
B. Penyebab dasar
Terdiri dari 2 faktor yaitu faktor manusia / pribadi (personal factor) dan faktor kerja / lingkungan kerja (job / work
environment factor).

i. Faktor manusia / pribadi antara lain karena :


 Kurangnya kemampuan fisik, mental dan psikologi.
 Kurangnya / lemahnya pengetahuan dan keterampilan / keahlian.
 Stres.
 Motivasi yang tidak cukup / salah.
ii. Faktor kerja / lingkungan antara lain karena :
 Tidak cukup kepemimpinan dan atau pengawasan.
 Tidak cukup rekayasa (engineering).
 Tidak cukup pembelian / pengadaan barang.
 Tidak cukup perawatan (maintenance).
 Tidak cukup alat-alat, perlengkapan dan barang-barang / bahan-bahan.
 Tidak cukup standar-standar kerja.
 Penyalahgunaan.

Ada 5 golongan :
- Golongan fisik
1. suara yang keras dapat menyebabkan tuli
2. suara tinggi dapat menyebabkan heat stroke, heat cramps, atau hyperpyrexia
3. suhu rendah mnyebabkan chilblains,trench foot, atau frotstbite
4. penerangan yang kurang atau terlalu terang menyebabkan kelainan penglihatan dan memudahkan terjadinya
kecelakaan
5. penurunan tekanan udara (dekompressi ) yang mendadak dapat menyebabkan caisson disease
6. radiasi dari sinar rontgenatau sinar radio aktif menyebabkan penyakit-penyakit darah, kemandulan, kanker kulit dan
sebagainya
7. sinar infra merah dapat menyebabkan catharact lensa mata
8. sinar ultraviolet dapat menyebabkan konjungtivitis photo electrica

- Golongan kimia
1. gas yang menyebabkan keracunan misalnya :CO,HCN.H2S,SO2
2. uap dari logam yang dapat menebabkan ‘metal fume fever” ataupun keracunan logam misalnya karena Hg,Pb
3. larutan ataupun cairan mislnya H2SO4,HCL dapat menyebabkankeracunan atau dermatosis(penyakit kulit)
4. debu-debu misalnya debu silica , kapas, asbest ataupn debu logam berat bila terhirup kedalam paru-paru
menyebabkan pneumoconiosis
5. awan atau kabut dari insectisida ataupun fungicida pada penyemprotan serangga dan hama tanaman dapat
menyebabkan keracunan

- Penyakit infeksi
Misalnya penyakit anthrax yang disebabkan bakteri bacillus anthracis pada penyamak kulit atau pengumpul
wool.penyakit-penyakit infeksi pada karyawan yang bekerja dalam bidang mikrobiologi ataupun dalam perawatan
penderita penyakit menular

- Fisiologi
Penyakit yang disebabkan karena sikap badan yang kurang baik : karena konstruksi mesin yang tidak cocok, ataupun
karena tempat duduk yang tidak sesuai

- Mental psikologi
Penyakit yang timbul karena hubungan yang kurang baik antara sesame karyawan, antara karyawan dengan
pemipin, karena pekerjaan yang tidak sesuai dengan psikis karyawan, karena pekerjaan yang membosankan
ataupun karena upah yang terlalu sedikit sehingga tenaga pikiranya tidak dicurahkan kepada pekerjaanya melainkan
kepada usaha-usaha pribadi untuk menambah penghasilan
(ILMU KESEHATAN MASYARAKAT, Indan Entjang)

g. Upaya dan Pencegahan


upaya dan pencegahan
o Substitusi
Yaitu dengan mengganti bahan-bahan yang berbahaya dengan bahan-bahan yang kurang atau tidak berbahaya, tanpa
mengurangi hasil pekerjaan maupun mutunya

o Isolasi
Yaitu dengan mengisolir (menyendirikan) proses-proses yang berbahaya dalam perusahaan.Misalnya menyendirikan
mesin-mesin yang sangat gemuruh, atau proses-proses yang menghasilkan gas atau uap yang berbahaya.

o Ventilasi umum
Yaitu dengan mengalirkan udara sebanyak perhitungan ruangan kerja, agar kadar bahan-bahan yang berbahaya oleh
pemasukan udara ini akan lebih rendah dari nilai ambang batasnya

o Ventilasi keluar setempat


Yaitu dengan menghisap udara dari suatu ruang kerja agar bahan-bahan yang berbahaya dihisap dan dialirkan keluar.
Sebelum dibuang ke udara bebas agar tidak membahayakan masyarakat, udara yang akan dibuang ini harus diolah
terlebih dahulu.

o Mempergunakan alat pelindung perseorangan


Para karyawan dilengkapi dengan alat pelindung sesuai dengan jenis pekerjaannya. Misalnya: masker, kacamata,
sarung tangan, sepatu, topi, dll

o Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja


Para karyawan atau calon karyawan diperiksa kesehatannya (fisik dan psikis) agar penempatannya sesuai dengan
jenis pekerjaan yang dipegangnya secara optimal

o Penerangan atau penjelasan sebelum kerja


Kepada para karyawan diberikan penerangan/penjelasan sebelum kerja agar mereka mengetahui, mengerti dan
mematuhi peraturan-peraturan serta agar lebih berhati-hati

o Pemeriksaan kesehatan ulangan pada para karyawan secara berkala


Pada waktu-waktu tertentu secara berkala dilakukan pemeriksaan ulangan untuk mengetahui adanya penyakit-
penyakit akibat kerja pada tingkat awal agar pengobatan dapat segera

o Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja


Para karyawan diberikan pendidikan kesehatan dan keselamatan kerja secara kontinyu dan teratur agar tetap waspada
dalam menjalankan pekerjaannya

Suma’mur. 1986. “Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja”. Gunung Agung Jakarta

o Pencegahan kecelakaan akibat kerja


 Perlu dibina keakhlian higiene perusahaan dan kesehtan kerja dengan Lembaga Nasional Higienen Perusahaan dan
Kesehatan Kerja sebagai nukleus keakhlian
 Perlu dibina keakhlian tenaga kesehatan pada tingkat perusahaan dan perlu ditingkatkan pengerahan tenaga-tenaga
kesehatan ke dalam sektor produksi. Serta perlu dibina pula para tekhnisi yang bersangkutan dengan proses produksi
dengan diberikan skill tambahan tentang human engineering
 Perlu diusahakan pendidikan dan training kepada pengusaha dan buruh tentang pentingnya kesehatan produksi dalam
meningkatkan produktivitas tenaga kerja sebagai sarana kearah kenikmatan dan kesejahtaraan bangsa.
 Perlu dikembangkannya ”applied research” yang dapat memenukan karakteristika-karakteristika manusia Indonesia,
misal saja tentang waktu kerjadan istirahat, gizi, dan produktivitas, daerah-daerah nikmat kerja dan produktivitas kerja
optimal, dll.
 Keakhlian –keakhlian dalam hiperkes harus selalu dapat dimanfaatkan oleh setiap sektor produksi manakala sewaktu-
waktu diperlukan nasehat-nasehat sesuai kebutuhan
 Pembinaan lapangan kesehatan dalam produksi nin memerlukan kerja sama yang sebaik-baiknya diantara
Depertemen Kesehatan, Departemen Tenaga Kerja, Departeman Perindustrian, Departemen Pertaian, Departemen
Pertambangan agar diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.
Dr. Suma’mur P.K., M.Sc. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Gunung Agung. Jakarta. 1986.

8. Apa faktor yang mempengaruhi KECELAKAAN KERJA?

Ada 4 faktor :
 Alat dan bahan yang tidak aman
Penggunaan alat yg kurang aman atau rusak dan penggunaan bahan kimia berbahaya.
 Keadaan tidak aman
Ruang kerja terkontaminasi, suhu terlalu tinggi, gudang penyimpanan tidak teratur dsb.
 Tingkah laku pekerja, apabila :
 Lalai atau ceroboh dalam bekerja
 Meremehkan kemungkinan setiap bahaya
 Tidak melaksanakan prosedur kerja sesuai dengan standar kerja yang diberikan.
 Tidak disiplin dalam menaati peraturan keselamatan kerja, termasuk pemakaian alat pelindung diri.
 Pengawasan, apabila :
 Memberikan prosedur yang tidak benar atau bahaya
 Kurang mengetahui atau tidak dapat mengantisipasi akan kemungkinan adanya bahaya
 Terlalu lemah dalam menegakkan disiplin kerja bagi para pekerja untuk menaati peraturan keselamatan kerja
(A.M.Sugeng Budioro.2005.Bunga Rampai, Hiperkes & KK, Edisi Kedua (Revisi).Semarang : Undip)

9. Apa kebijakan pemerintah yang mengatur tentang ketenagakerjaan, termasuk UU tentang K3?

 UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Petugas kesehatan dan non kesehatan

 UU No. 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

 UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

 Peraturan Menteri Kesehatan tentang higene dan sanitasi lingkungan.

 Peraturan penggunaan bahan-bahan berbahayaPeraturan/persyaratan pembuangan limbah dll.

PERATURAN KETENAGAKERJAAN

 Kebijakan pemerintah ttg HIPERKES


Undang- Undang Nomor 14 tahun 1969 tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja, yang memuat
ketentuan2 pokok tentang tenaga kerja, mengatur higiene higiene perusahaan dan kesehatan kerja sbb :

a) Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan
moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama (pasal 9)
b) Pemerintah membina perlindungan kerja yang mencakup :
 Norma kesehatan kerja dan higiene perusahaan
 Norma keselamatan kerja
 Norma kerja
 Pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja.
Suma’mur. ”Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja”. 1994

o Undang2 keselamatan kerja


Undang-Undang No. 1 tahun 1970 yang ruang lingkupnya berhubungan dengan mesin, landasan tempat kerja dan
lingkungan kerja, serta cara mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, memberikan perlindungan kepada
sumber2 produksi sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas.

Budiono S., Jusuf S., Pusparini A. ” BUNGA RAMPAI HIPERKES DAN KK “. 2005

10. Apa perbedaan dokter klinik perusahaan dengan dokter perusahaan?


11. Apa peran dan kewajiban dokter perusahaan?
12. Jelaskan mengenai Toksikologi industri (mencakup definisi, penggolongan zat)?
o Definisi
Ilmu yang mempelajari tentang racun yang diolah, dihasilkan dan diproduksi oleh perusahaan
o Sumber toksik
o Apa saja macam2 toksik industri?
 Chemical toxicant ( bahan2 kimia)
 Biological Toxicant (makhluk hidup)
 Bacterial Toxicant (bakteri)
 Botanical toxicant (tumbuh-tumbuhan)
Sumber: Kerjasama Program Magister Ilmu Kesehatan Lingkungan UNDIP & PT. Pupuk
Kalimantan Timur.
FAKTOR YANG MENENTUKAN TINGKAT KERACUNAN
1. Sifat Fisik bahan kimia
Bentuk yang lebih berbahaya bila dalam bentuk cair atau gas yang mudah terinhalasi dan
bentuk partikel bila terhisap, makin kecil partikel makin terdeposit dalam paru-paru
2. Dosis (konsentrasi) *
a. Semakin besar jumlah bahan kimia yang masuk dalam tubuh makin besar efek bahan
racunnya
E=TxC
E = efek akhir yang terjadi (diturunkan seminimal dengan NAB)
T = time
C = concentration
b. Pajanan bisa akut dan kronis
3. Lamanya pemajanan *
- gejala yang ditimbulkan bisa akut, sub akut dan kronis
4. Interaksi bahan kimia
a. Aditif : efek yang timbul merupakan penjumlahan kedua bahan kimia ex.
Organophosphat dengan enzim cholinesterase
b. Sinergistik : efek yang terjadi lebih berat dari penjumlahan jika diberikan sendiri2 ex.
Pajanan asbes dengan merokok
c. Antagonistik : bila efek menjadi lebih ringan
5. Distribusi
a. Bahan kimia diserap dalam tubuh kemudian didistribusikan melalui aliran darah
sehingga terjadi akumulasi sampai reaksi tubuh
6. Pengeluaran
Ginjal merupakan organ pengeluaran sangat penting, selain empedu, hati dan paru-paru
7. Faktor tuan rumah (host)
- Faktor genetic
- Jenis kelamin : pria peka terhadap bahan kimia pada ginjal, wanita pada hati
- Factor umur
- Status kesehatan
- Hygiene perorangan dan perilaku hidup
http://hiperkes.wordpress.com/2008/03/29/toksikologi-industri/

KLASIFIKASI BAHAN BERACUN


Antara lain :
1. Berdasarkan penggunaan bahan: solvent, aditif makanan dll
2. Berdasarkan target organ: hati, ginjal, paru, system haemopoetik
3. Berdasarkan fisiknya: gas, debu, cair, fume, uap dsb
4. Berdasarkan kandungan kimia: aromatic amine, hidrokarbon dll
5. Berdasarkan toksisitasnya: Ringan, sedang dan berat
6. Berdasarkan fisiologinya: iritan, asfiksan, karsinogenik dll
http://hiperkes.wordpress.com/2008/03/29/toksikologi-industri/

o Apa saja dampak toksik industri terhadap kesehatan?


Dari hasil penelitian diketahui bahwa limbah industri dapat menghasilkan bahan toksik terhadap lingkungannya
yang berdampak negatif terhadap manusia dan komponen lingkungan lainnya. Limbah cair industri paling
sering menimbulkan masalah lingkungan seperti kematian ikan, keracunan pada manusia dan ternak, kematian
plankton, akumulasi dalam daging ikan dan moluska, terutama bila limbah cair tersebut mengandung racun
seperti: As, CN, Cr, Cd, Cu, F, Hg, Pb, atau Zn.

Anda mungkin juga menyukai