Step 1
Step 2
b. Definisi
Suma’mur. 1986. “Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja”. Gunung Agung Jakarta
c. Sifat
Sasarannya adalah lingkungan kerja yaitu sebagai upaya pencegahan timbulnya penyakit akibat kerja
Bersifat teknik
Notoatmodjo, S, Prof. 2003. “Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar”.Jakarta : Rineka Cipta
d. Hakikat
Pertama sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan setinggi-tinginya baik fisik, mental, sosial, bagi
tenaga kerja(buruh/karyawan, petani, nelayan, pegawai negeri, pekerja sektor non-formal, dsb)
Kedua untuk meningkatkan produksi dengan berlandaskan pada meningkatnya efisiensi dan produktivitas.
e. Tujuan
o Tujuan :
Agar masyarakat pekerja (karyawan perusahaan, pegawai negeri, petani, nelayan, pekerja2 bebas dsb)
dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental dan sosialnya.
Agar masyarakat sekitar perusahaan terlindung dari bahaya2 pengotoran oleh bahan2 yang berasal dari
perusahaan.
Agar hasil produksi perusahaan tidak membahayakan kesehatan masyarakat konsumennya.
Agar efisiensi kerja dan daya produktivitas para karyawan meningkat dan dengan demikian akan
meningkatkan pula produksi perusahaan.
Entjang, Indan, “Ilmu Kesehatan Masyarakat”, 2000
2. Apa saja program-program pada hygienitas perusahaan dan kesehatan perusahaan (HIPERKES)?
b. Tujuan ERGONOMI
Tujuan utama Ergonomi
Memaksimalkan efisiensi karyawan.
Memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja.
Menganjurkan agar bekerja aman, nyaman, dan bersemangat.
Memaksimalkan bentuk (performance) kerja yang meyakinkan.
(ERGONOMI MANUSIA, PERALATAN DAN LINGKUNGAN, Dr. Gempur Santoso, Drs., M.Kes)
Bagaimana mengatur kerja agar tenaga kerja dapat melakukan pekerjaannya dengan rasa aman, selamat, efisien , efektif dan
produktif , disamping juga rasa ”nyaman” serta terhindar dari bahaya yang mungkin timbul ditempat kerja.
Bunga Rampai, hiperkes & kk, edisi kedua (revisi), undip, th 2005
c. Metode ERGONOMI
Metode - metode
1. Diagnosis dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian fisik pekerjaan, uji
pencahayaan, checklist dan penngukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas dari yang sederhana
sampai kompleks.
2. Treatment, pemecahan masalah, tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah
posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja atau
pengobatan fisik daan psikiatrik.
Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau objektif setelah treatmen, subjektif misalnya dengan menanyakan
kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan, sa\kit kepala dan lain-lain. Secara objektif
misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.
Bekerja sambil berdiri dalam waktu beberapa jam, walaupun dalam poisisi yang baik tetap akan menimbulkan
kelelahan lebih cepat daripada duduk. Pada lantai yang keras, berjalan sama dengan memukul palu di telapak kaki di
setiap langkah. Beberapa hal yang dapat mengurangi kelelahan dan menjaga agar pekerja dalam kondisi yang baik
pada saat bekerja sambil berdiri dalam waktu yang lama:
Pemakaian sepatu yang baik: Sepatu yang baik adalah sepatu yang pas dengan gesekan minimal dan sol yang baik.
Menggunakan anti fatigue mat: Anti fatigue mat bisa karpet, karet, kayu atau bentuk lain yang dapat memberikan
sedikit elastisitas pada lantai. Perlu diperhatikan bahwa pemasangan anti fatique mat dapat menimbulkan bahaya baru
seperti tersandung bila tidak dipasang dengan baik. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah anti fatique mat berbeda
dengan anti slip mat. Anti slip mat membuat sepatu selalu berhati dengan tiba tiba saat melangkah dan menyebabkan
gesekan lebih besar antara kaki dan sepatu yang dapat menimbulkan masalah baru.
Perancangan kerja yang memungkinkan pekerja dapat merubah posisi berdirinya dengan bebas.
Tinggi keyboard dan kursi, dan lengan kursi diatur agar siku dapat membentuk kurang lebih 90 derajat dengan lengan
pekerja didukung oleh lengan kursi.
Paha sejajar dengan lantai.
Telapak kaki menyentui lantai dengan nyaman. Bila diperlukan, footrest disediakan sulit untuk mengatur ketinggian
meja.
Sandaran kursi harus memungkinkan agar badan dalam posisi yang tegak.
Tinggi monitor diatur agar kepala tetap tegak.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam bekerja dengan komputer:
Jarak monitor dengan mata kurang lebih sama dengan jarak jangkauan tangan.
Tidak ada lampu yang langsung mengarah mata atau terpantul ke mata lewat layar monitor.
Penyakit Akibat Kerja & Penyakit Akibat Hubungan Kerja di Tempat Kerja Kesehatan
Penyakit akibat kerja di Tempat Kerja Kesehatan umumnya berkaitan dengan faktor biologis (kuman patogen yang berasal
umumnya dari pasien); faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil namun terus menerus seperti antiseptik pada kulit, zat
kimia/solvent yang menyebabkan kerusakan hati; faktor ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat pasien salah); faktor
fisik dalam dosis kecil yang terus menerus (panas pada kulit, tegangan tinggi, radiasi dll.); faktor psikologis (ketegangan di
kamar penerimaan pasien, gawat darurat, karantina dll.)
A. Penyebab langsung
adalah suatu keadaan yang biasanya bisa dilihat dan dirasakan langsung, yang dibagi dalam 2 kelompok :
a) Tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts) yaitu tingkah laku, tindak tanduk atau perbuatan yang akan
menyebabkan kecelakaan dalam konsep MSM (modern safety management) diganti substandard acts /
substandard practices.
b) Kondisi-kondisi yang tidak aman (unsafe conditions) yaitu keadaan yang akan menyebabkan kecelakaan
dalam konsep MSM (modern safety management) diganti substandard conditions.
Contoh-contoh dari substandard acts / substandard practices :
Peralatan pengaman / pelindung / rintangan yang tidak memadai atau tidak memenuhi syarat.
Bahan, alat-alat / peralatan rusak.
Terlalu sesak / sempit.
Sistem-sistem tanda peringatan yang kurang memadai.
Bahaya-bahaya kebakaran dan ledakan.
Kerapihan / tata letak (housekeeping) yang jelek.
Lingkungan berbahaya / beracun : gas, debu, asap, uap, dan lain-lainnya.
Bising.
Paparan radiasi.
Ventilasi dan penerangan yang kurang
B. Penyebab dasar
Terdiri dari 2 faktor yaitu faktor manusia / pribadi (personal factor) dan faktor kerja / lingkungan kerja (job / work
environment factor).
Ada 5 golongan :
- Golongan fisik
1. suara yang keras dapat menyebabkan tuli
2. suara tinggi dapat menyebabkan heat stroke, heat cramps, atau hyperpyrexia
3. suhu rendah mnyebabkan chilblains,trench foot, atau frotstbite
4. penerangan yang kurang atau terlalu terang menyebabkan kelainan penglihatan dan memudahkan terjadinya
kecelakaan
5. penurunan tekanan udara (dekompressi ) yang mendadak dapat menyebabkan caisson disease
6. radiasi dari sinar rontgenatau sinar radio aktif menyebabkan penyakit-penyakit darah, kemandulan, kanker kulit dan
sebagainya
7. sinar infra merah dapat menyebabkan catharact lensa mata
8. sinar ultraviolet dapat menyebabkan konjungtivitis photo electrica
- Golongan kimia
1. gas yang menyebabkan keracunan misalnya :CO,HCN.H2S,SO2
2. uap dari logam yang dapat menebabkan ‘metal fume fever” ataupun keracunan logam misalnya karena Hg,Pb
3. larutan ataupun cairan mislnya H2SO4,HCL dapat menyebabkankeracunan atau dermatosis(penyakit kulit)
4. debu-debu misalnya debu silica , kapas, asbest ataupn debu logam berat bila terhirup kedalam paru-paru
menyebabkan pneumoconiosis
5. awan atau kabut dari insectisida ataupun fungicida pada penyemprotan serangga dan hama tanaman dapat
menyebabkan keracunan
- Penyakit infeksi
Misalnya penyakit anthrax yang disebabkan bakteri bacillus anthracis pada penyamak kulit atau pengumpul
wool.penyakit-penyakit infeksi pada karyawan yang bekerja dalam bidang mikrobiologi ataupun dalam perawatan
penderita penyakit menular
- Fisiologi
Penyakit yang disebabkan karena sikap badan yang kurang baik : karena konstruksi mesin yang tidak cocok, ataupun
karena tempat duduk yang tidak sesuai
- Mental psikologi
Penyakit yang timbul karena hubungan yang kurang baik antara sesame karyawan, antara karyawan dengan
pemipin, karena pekerjaan yang tidak sesuai dengan psikis karyawan, karena pekerjaan yang membosankan
ataupun karena upah yang terlalu sedikit sehingga tenaga pikiranya tidak dicurahkan kepada pekerjaanya melainkan
kepada usaha-usaha pribadi untuk menambah penghasilan
(ILMU KESEHATAN MASYARAKAT, Indan Entjang)
o Isolasi
Yaitu dengan mengisolir (menyendirikan) proses-proses yang berbahaya dalam perusahaan.Misalnya menyendirikan
mesin-mesin yang sangat gemuruh, atau proses-proses yang menghasilkan gas atau uap yang berbahaya.
o Ventilasi umum
Yaitu dengan mengalirkan udara sebanyak perhitungan ruangan kerja, agar kadar bahan-bahan yang berbahaya oleh
pemasukan udara ini akan lebih rendah dari nilai ambang batasnya
Suma’mur. 1986. “Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja”. Gunung Agung Jakarta
Ada 4 faktor :
Alat dan bahan yang tidak aman
Penggunaan alat yg kurang aman atau rusak dan penggunaan bahan kimia berbahaya.
Keadaan tidak aman
Ruang kerja terkontaminasi, suhu terlalu tinggi, gudang penyimpanan tidak teratur dsb.
Tingkah laku pekerja, apabila :
Lalai atau ceroboh dalam bekerja
Meremehkan kemungkinan setiap bahaya
Tidak melaksanakan prosedur kerja sesuai dengan standar kerja yang diberikan.
Tidak disiplin dalam menaati peraturan keselamatan kerja, termasuk pemakaian alat pelindung diri.
Pengawasan, apabila :
Memberikan prosedur yang tidak benar atau bahaya
Kurang mengetahui atau tidak dapat mengantisipasi akan kemungkinan adanya bahaya
Terlalu lemah dalam menegakkan disiplin kerja bagi para pekerja untuk menaati peraturan keselamatan kerja
(A.M.Sugeng Budioro.2005.Bunga Rampai, Hiperkes & KK, Edisi Kedua (Revisi).Semarang : Undip)
9. Apa kebijakan pemerintah yang mengatur tentang ketenagakerjaan, termasuk UU tentang K3?
UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Petugas kesehatan dan non kesehatan
PERATURAN KETENAGAKERJAAN
a) Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan
moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama (pasal 9)
b) Pemerintah membina perlindungan kerja yang mencakup :
Norma kesehatan kerja dan higiene perusahaan
Norma keselamatan kerja
Norma kerja
Pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja.
Suma’mur. ”Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja”. 1994
Budiono S., Jusuf S., Pusparini A. ” BUNGA RAMPAI HIPERKES DAN KK “. 2005