Disusun untuk memenuhi salah satu syarat Pelatihan HIPERKES dan Keselamatan
Kerja
Disusun Oleh:
dr. Akmal Akbar dr. Jessica Gosal
dr. Ami Sukmadewanti dr. Jessy Claudia
dr. Dimas Adriyono dr. Leonardus W. Kuswara
dr. Erika Sasha dr. Maria Vickyliana W.
dr. Faza Akroma dr. Maya D. Anggraeni
dr. Ferdy Iskandar dr. Nikki Sanjaya
dr. Ida M. Sagala dr. Steffany M. Lainama
dr. Intan D. S. dr. Stephanus Anggara
dr. Irene Rosali dr. Swastiko W. Adi
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
tersebut diperlukan tindakan yang mempekerjakan para tenaga kerja berdasarkan
aspek ergonomis dan kesehatan kerja. Pada laporan hasil kunjungan ini akan
disampaikan hasil pengamatan dan evaluasi terhadap pemberian aspek ergonomis dan
kesehatan kerja
I.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui aspek ergonomi dan kesehatan kerja Stasiun Gondola
1.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi ergonomi,
2. Untuk mengetahui sikap kerja di Stasiun Gondola,
3. Untuk mengetahui cara kerja di Stasiun Gondola,
4. Untuk mengetahui beban kerja di Stasiun Gondola,
5. Untuk mengetahui gizi kerja di Stasiun Gondola,
6. Untuk mengetahui kesehatan kerja di Stasiun Gondola,
2. Tempat
Kegiatan dilaksanakan di Stasiun Gondola PT Astra International Tbk, Ancol,
Tanjung Priok, Jakarta Utara
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
II.1.ERGONOMI
Ergonomi menurut Badan Buruh Internasional (ILO: International Labor
Organization) adalah penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan ilmu rekayasa
untuk mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan dan manusia secara optimum
agar bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan. Pada prosesnya dibutuhkan
kerjasama antara lingkungan kerja (ahli hiperkes), manusia (dokter dan paramedik)
serta mesin perusahaan (ahli tehnik). Kerjasama ini disebut segitiga ergonomi. Tujuan
dari ergonomi adalah efisiensi dan kesejahteraan yang berkaitan erat dengan
produktivitas dan kepuasan kerja. Adapun sasaran dari ergonomi adalah seluruh
tenaga kerja baik sektor formal, informal dan tradisional.
Pendekatan ergonomi mengacu pada konsep total manusia, mesin dan
lingkungan yang bertujuan agar pekerjaan dalam industri dapat berjalan secara efisien,
selamat dan nyaman. Dengan demikian dalam penerapannya harus memperhatikan
beberapa hal yaitu: tempat kerja, posisi kerja, proses kerja. Adapun tujuan penerapan
ergonomi adalah sebagai berikut: 1) meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental,
dengan meniadakan beban kerja tambahan (fisik dan mental), mencegah penyakit
akibat kerja, dan meningkatkan kepuasan kerja,
2) meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas kerjasama
sesama pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan sistem
kebersamaan dalam tempat kerja, 3) berkontribusi di dalam keseimbangan rasional
antara aspek-aspek teknik, ekonomi, antropologi dan budaya dari sistem manusia-
mesin untuk tujuan meningkatkan efisiensi sistem manusia-mesin.
Adapun manfaat pelaksanaan ergonomi adalah menurunnya angka kesakitan
akibat kerja, menurunnya kecelakaan kerja, biaya pengobatan dan kompensasi
berkurang, stress akibat kerja berkurang, produktivitas membaik, alur kerja bertambah
baik, rasa aman karena bebas dari gangguan cedera, dan kepuasan kerja meningkat.
4
1. Tehnik
2. Fisik
3. Pengalaman psikis
4. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot
dan persendian
5. Anthropometri
6. Sosiologi
7. Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, oxygen uptake
dan aktivitas otot.
8. Desain, dll.
2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja
dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri
barat dan timur.
4. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu,
tangan, punggung, dll. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang
punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.
5
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur. Supervisi
medis yang biasanya dilakukan terhadap pekerja antara lain :
1. Pemeriksaan sebelum bekerja
Bertujuan untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya.
2. Pemeriksaan berkala
Bertujuan untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan mendeteksi
bila ada kelainan.
3. Nasehat
Harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita muda dan
yang sudah berumur.
II.2.KESEHATAN KERJA
Kesehatan kerja adalah upaya penyeserasian antara kapasitas kerja, beban
kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh
produktivitas kerja yang optimal (UU Kesehatan 1992 Pasal 23). Kesehatan kerja
bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi – tingginya, baik fisik,
mental dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat yang berada di lingkungan
perusahaan. Aplikasi kesehatan kerja berupa upaya promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif.
Promosi kesehatan merupakan ilmu pengetahuan dan seni yang membantu
seseorang untuk mengubah gaya hidup menuju kesehatan yang optimal, yaitu
terjadinya keseimbangan kesehatan fisik, emosi, spiritual dan intelektual. Tujuan
promosi kesehatan di tempat kerja adalah terciptanya perilaku dan lingkungan kerja
sehat juga produktivitas yang tinggi. Tujuan dari promosi kesehatan adalah:
Mengembangkan perilaku kerja sehat
Menumbuhkan lingkungan kerja sehat
Menurunkan angka absensi sakit
Meningkatkan produktivitas kerja
Menurunnya biaya kesehatan
Meningkatnya semangat kerja
Upaya preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja
yang disebabkan oleh alat/ mesin dan masyarakat yang berada di sekitar lingkungan
6
kerja ataupun penyakit menular umumnya yang bisa terjangkit pada saat melakukan
pekerjaan yang diakibatkan oleh pekerja. Upaya preventif diperlukan untuk
menunjang kesehatan optimal pekerja agar didapat kepuasan antara pihak pekerja dan
perusahaan sehingga menimbulkan keuntungan bagi kedua belah pihak. Aplikasi
upaya preventif diantaranya pemakaian alat pelindung diri dan pemberian gizi
makanan bagi pekerja.
Gizi kerja adalah gizi /nutrisi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja tambahan. Gizi
kerja menjadi masalah disebabkan beberapa hal yaitu rendahnya kebiasaan makan
pagi, kurangnya perhatian pengusaha, kurangnya pengetahuan tenaga kerja tentang
gizi, tidak mendapat uang makan, serta jumlah, kapan dan apa dimakan tidak
diketahui. Efek dari gizi kerja yang kurang bagi pekerja adalah:
Jenis pekerjaan dan gizi yang tidak sesuai akan menyebabkan timbulnya berbagai
penyakit seperti obesitas, penyakit jantung koroner, stroke, penyakit degenerative,
arteriosklerotik, hipertensi, kurang gizi dan mudah terserang infeksi akut seperti
gangguan saluran nafas. Ketersediaan makanan bergizi dan peran perusahaan untuk
memberikan informasi gizi makanan atau pelaksanaan pemberian gizi kerja yang
optimal akan meningkatkan kesehatan dan produktivitas yang setinggi – tingginya.
7
memberi motivasi untuk pekerja supaya memiliki kesehatan yang optimal. Penyakit
yang sering timbul dalam suatu lokasi pekerjaan dapat menjadi tolak ukur dalam
mengambil langkah promosi dan pencegahan, sehingga tujuan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan kerja optimal dilaksanakan.
8
BAB III
HASIL PENGAMATAN
III.1.ERGONOMI
1.Sikap Kerja
Hasil pengamatan mengenai sikap kerja dari tenaga kerja menunjukkan sudah
sesuai dengan aspek ergonomis, terbukti dengan adanya:
a. Tidak ditemukan tenaga kerja yang mengangkat beban berat karena semua
proses kerja Gondola dijalankan dengan mesin.
b. Pada karyawan di bagian ticketing telah disediakan kursi untuk istirahat
yang cukup nyaman.
2. Cara Kerja
Cara kerja yang kami amati ada dua sisi yaitu : posisi kerja dan proses kerja.
Dalam satu hari karyawan yang bekerja ada 16 orang dengan pembagian tugas
sebagai berikut :
Operator 5 orang, Maintanence 3 orang, Karcis 3 orang, Cleaning service 3 orang
dan satpam 2 orang/24 jam.
a. Posisi kerja operator dan karcis sebagian besar sudah sesuai dengan aspek
ergonomi, dimana posisi duduk di depan pekerjaan: punggung tegak, bahu rileks
dan posisi siku sejajar dengan tinggi meja. Kecuali karyawan bagian
pengontrolan mesin karena mesin permukaan tidak datar dan pendek disertai
dengan sandaran kursi tidak sesuai sehingga posisi duduk belum sesuai dengan
norma ergonomis. Pada unit maintenance, karyawan posisi kerjanya
menyesuaikan dengan kerusakan dan alat bantu yang ada (seperti tangga besi
dan pijakan besi yang bisa diarahkan sesuai kebutuhan). Sedangkan
satpam/keamanan, bila tidak sedang berkeliling istirahat di pos yg letaknya
dekat dengan pos. Tidak ada rolling baku yang memungkinkan karyawan untuk
berpindah posisi dari berdiri ke duduk atau sebaliknya.
b. Proses kerja karyawan yang menggunakan alat bantu tangga besi, pijakan besi
dan gondola secara keseluruhan baik karena alat bantu tersebut bisa diarahkan
sesuai kebutuhan
9
3. Beban Kerja
Aktivitas operasional Gondola dilakukan setiap hari Senin – Jumat adalah
jam 11.00 - 18.00 WIB, sementara pada hari sabtu jam 10.00 - 18.00 WIB dan
hari Minggu / libur mulai jam 09.00 - 18.00 WIB. Hasil pengamatan beban kerja
terhadap tenaga kerja PT Gondola dibagi menjadi 3 kelompok yaitu bidang
operasional berjumlah 12 orang, tenaga kerja bidang Maintanance berjumlah 12
orang dan tenaga manajemen berjumlah 19 orang.
1. Bidang Operasional.
Beban kerja yang dilakukan ringan dan pelaksanaannya di lapangan
sudah sesuai
Tenaga Kerja bidang Operasional terbagi dalam 2 kelompok yaitu
o Kelompok pertama yang bertugas memeriksa karcis, memberi
tanda (stempel) untuk masuk dan mengizinkan pengunjung untuk
masuk ke wahana Gondola.
o Kelompok kedua yang bertugas melayani dan mengamankan jalur
penumpang masuk gondola dan menginformasikan tata cara
selama penumpang berada didalam Gondola.
o Pada pekerjaannya lokasi kedua kelompok dibagi pada stasiun A
dan C.
Jam Kerja Tenaga Bidang Operasional
o Senin sampai Jumat berlaku mulai 10.30 WIB – 18.30 WIB.
Waktu istirahat yang diizinkan adalah 1 jam (60 menit). Total
waktu bekerja adalah 7 jam setiap hari.
o Sabtu berlaku mulai 09.30 WIB – 18.30 WIB. Waktu istirahat
yang diizinkan adalah 1 jam (60 menit). Total waktu bekerja
adalah 8 jam setiap hari.
o Minggu dan hari libur berlaku mulai 08.30 – 18.30 WIB. Waktu
istirahat yang diizinkan adalah 1 jam (60 menit). Total waktu
bekerja adalah 9 jam setiap hari.
o Total waktu bekerja setiap harinya adalah 7 jam, lebih dari waktu
tersebut maka tenaga kerja mendapatkan tambahan overtime
10
o Setiap Tenaga kerja mendapatkan waktu libur 1 kali dalam
seminggu, sehingga per harinya tenaga kerja yang bekerja
sejumlah 10 orang (waktu libur diatur oleh manajemen). Semua
Tenaga Kerja juga mempunyai hak cuti selama 14 hari kerja.
2. Bidang Maintenance
Beban kerja yang dilakukan sedang dan pelaksanaannya di lapangan sudah
sesuai
Tenaga Kerja bidang maintenance melakukan perawatan terhadap seluruh
kerja mesin yang menggerakkan gondola, memantau aktivitas perjalanan
Gondola, dan melakukan perbaikan Gondola pada saat terjadi gangguan di
jalurnya dan perbaikan di bengkel (workshop).
Pada pekerjaannnya lokasi kedua kelompok dibagi pada stasiun A, B, dan
C.
Jam Kerja Tenaga Bidang Maintanace
o Senin sampai Jumat berlaku mulai 08.30 WIB – 18.30 WIB. Waktu
istirahat yang diizinkan adalah 1 jam (60 menit). Total waktu
bekerja adalah 9 jam setiap hari.
o Sabtu berlaku mulai 07.30 WIB – 18.30 WIB. Waktu istirahat
yang diizinkan adalah 1 jam (60 menit). Total waktu bekerja adalah
10 jam setiap hari.
o Minggu dan hari libur berlaku mulai 06.30 – 18.30 WIB. Waktu
istirahat yang diizinkan adalah 1 jam (60 menit). Total waktu
bekerja adalah 11 jam setiap hari.
o Total waktu bekerja setiap harinya adalah 7 jam, lebih dari waktu
tersebut maka tenaga kerja mendapatkan tambahan overtime
o Setiap Tenaga kerja mendapatkan waktu libur 1 kali dalam
seminggu, sehingga per harinya tenaga kerja yang bekerja
sejumlah 10 orang (waktu libur diatur oleh manajemen). Semua
Tenaga Kerja juga mempunyai hak cuti selama 14 hari kerja.
3. Bidang Manajemen
Beban kerja sesuai dan jam kerja sesuai dengan jam kerja operasional.
11
4. Lokasi Kerja
Umumnya lokasi kerja stasiun Gondola berada di luar ruangan dan disediakan
kipas angin. Untuk ruangan tertutup disediakan pendingin (AC) terutama di ruangan
maintenace. Walaupun demikian ruang istirahat, ruang ticketing tidak diberikan
pendingin ruangan.
III.2.KESEHATAN KERJA
1. Gizi dan Kantin
Hasil penemuan kami di lapangan menunjukkan bahwa pemenuhan gizi pekerja
sudah dilakukan dengan cukup baik oleh perusahaan, yaitu berupa :
Uang makan yang jumlahnya berbeda2 kepada karyawan, mulai dari
Rp9500/hari - Rp175000/minggu. Untuk hari libur nasional, pekerja yang
masuk diberi makan siang (jenis berganti2 tergantung manajer) , snack
(2-3 jenis kue).
Karyawan lebih sering membawa makanan sendiri dari rumah. Jika
membeli di area sekitar gondola, maka dimakan di tempat atau dibawa ke
ruang Partisi.
Fasilitas air minum mineral “Prima” di dalam dispenser yang bebas
dikonsumsi oleh karyawan dengan menggunakan alat makan/minum
sendiri.
Tempat makan yang disebut ruang Partisi, merupakan ruang yang dibentuk
oleh beberapa jumlah triplek di setiap stasiun gondola, yang berukuran 2.5
x 3 meter yang juga digunakan sebagai tempat sholat, istirahat dan ganti
baju.
Tidak disediakan kursi maupun meja untuk makan.
Tempat sampah tanpa tutup yang disediakan untuk membuang sampah
makanan secara teratur dibuang oleh petugas cleaning service ke tempat
pembuangan limbah. Posisinya di dekat dispenser.
Untuk mencuci tangan menggunakan toilet yang ada di dekat ruang Partisi
2. Penyakit Terbanyak
12
Pada wahana gondola ini tidak terdapat klinik khusus bagi karyawan. Bila ada
karyawan yang sakit pihak manajemen telah menyediakan P3K yang ditempatkan
di setiap stasiun. Obat yang disediakan terbatas hanya obat umum yang dijual
secara bebas. Bila terjadi kecelakaan kerja, karyawan tersebut langsung dibawa ke
Rumah Sakit terdekat dari Ancol karena ditanggungkan pada Jamsostek. Untuk
karyawan tetap ada penggantian biaya perawatan untuk karyawan , istri dan 2 orang
anak. Jika karyawan kontrak dan anggota keluarga menderita penyakit maka biaya
yang dikeluarkan karyawan tersebut akan diganti oleh pihak manajemen gondola
tersebut dengan jatah biaya pengobatan 1 tahun adalah sebanyak 2x upah.
Berikut ini daftar penyakit terbanyak yang ditemukan pada perusahaan Gondola :
Sakit kepala, pusing
Infeksi saluran pernafasan akut
Gangguan pencernaan berupa gastroenteritis, mual
13
4 Gizi Gizi perorangan tidak Penyuluhan Penyediaan
terpantau gizi kerja, Catering
mengukur gizi Sehat
pekerja
14
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Saran
1. Untuk karyawan yang berada di ruang/kamar tertutup sebaiknya diberi kursi
yang menunjang kenyamanan kerja.
2. Sebaiknya di stasiun Gondola diadakan pengadaan klinik berjalan minimal 1
minggu sekali untuk mengecek kesehatan para karyawan.
3. Agar pihak perusahaan menyelenggarakan catering, bukan dalam bentuk
pemberian uang makan. Dan bila tetap memberi uang makan maka harus
diawasi dengan ketat asupan gizi tenaga kerja. Juga diperhatikan kebutuhan
gizi perorangan yang ditentukan oleh ukuran tubuh (BB & TB), usia, kegiatan
sehari-hari, kondisi tubuh tertentu, lingkungan kerja, berat ringannya aktivitas,
jumlah jam kerja. Dibuat batas di dalam ruang Partisi untuk memisahkan
tempat istirahat dan tempat makan serta disediakan kursi dan meja kecil untuk
makan. Menutup tempat sampah makanan.
Demikian saran yang dapat kami berikan, semoga dapat berkenan dan
memberikan dampak positif bagi produktivitas tenaga kerja Stasiun Gondola
PT. Astra International, Tbk. Kami sadar banayak kekurangan dalam
penyusunan laporan ini. Kami mohon maaf kepada semua pihak jika ada yang
tidak berkenan. Terima kasih.
15