Anda di halaman 1dari 10

KESEHATAN KERJA DAN ERGONOMI

KELOMPOK 1 :

1. AJENG KUSUMA WARDANI, A.Md.Kep


2. ANGGRAHENI NOOR MALITA SARI, A.Md. Kep
3. Ns. DEWANTI GINA KUSTARIA, S.Kep
4. EGA SETIAWAN, A.Md.Kep
5. ERWAN BUDI PRAYOGO S.Kep
6. GARRY CARASCICA Amd.Kep
7. GUSTI TOUFAN LEVENA, Amd.Kep

PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA BAGI PARAMEDIS


TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan atau teknologi semakin lama semakin


berkembang pesat. Pesatnya laju perkembangan teknologi akan menjamin
kelangsungan hidup suatu bangsa untuk dapat berdiri kokoh dan berpotensi bagi
kehidupan dunia. Disisi lain telah menuju keera globalisasi dimana hampir tidak
terdapat lagi batas secara fisik antara Negara dan mengakibatkan perdagangan eksport
dan import produk, yang semula banyak dibebankan atau dihambat dengan biaya
tambahan, kini telah dihilangkan dan semua Negara menjadikan negaranya sebagai
negara bebas disertai dengan adanya tuntutan pemenuhan standar produk. Nilai yang
diwakili oleh standar tersebut tidak hanya sekedar nilai yang melekat pada produk yang
bermutu. Tetapi juga produk yang dihasilkan melalui proses yang aman dan tidak
merusak lingkungan.
Manajemen kualitas tersebut memadukan totalitas sumber daya untuk memperbaiki
mutu agar memenuhi standar yang terus meningkat. (Syukri Sahab, 1997).Globalisasi
ekonomi baik nasional dan internasional yang ditandai dengan adanya persaingan
perdagangan, memberikan dampak menguatnya kecenderungan interpendensi
perekonomian antar Negara. Arus barang dan jasa antar Negara bebas masuk tanpa
hambatan. Selain itu produk barang dan pemenuhan standar global. Arus dan barang
dari Negara lain begitu mudah tanpa hambatan teknis kecuali masalah K3. Dalam era
persaingan bebas dan globalisasi ini, maka sumber daya manusia yang dibutuhkan
bukan hanya yang mempunyai kemampuan untuk menganalisa yang baik tapi harus
memiliki ketrampilan yang memadai. Hal inilah yang menjadi kebutuhan utama dunia
industri dan merupakan tanggung jawab dunia pendidikan untuk menghasilkan tenaga
yang demikian. Dengan melihat kondisi industri di Indonesia, maka pemerintah
mengeluarkan Undang-Undang No. 1 tahun 1970 yang menetapkan bahwa pengurus
atau pemimpin perusahaan wajib melaksanakan syarat-syarat keselamatan dan
kesehatan kerja serta melakukan pembinaan dan penyuluhan kepada para pekerja
(Depnaker RI, 1997). Selain itu, berkaitan juga juga dengan hak warga negara untuk
mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak, pemerintah juga mengeluarkan
Undang-Undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan pokok mengenai tenaga kerja
(Depnaker RI, 1997).
Setiap karyawan yang bekerja sangat membutuhkan perhatian, salah satu
contohnya adalah perhatian tentang kesehatan dan keselamatan kerja karyawan dalam
bekerja agar karyawan dapat terjamin kesehatan dan keselamatannya pada saat
bekerja, karena dengan terjaminnya rasa aman tersebut maka karyawan dapat
bekerja lebih baik sehingga produktivitas kerja dari karyawan dapat meningkat.
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja pada suatu perusahaan menentukan baik
tidaknya suatu performansi kerja dalam perusahaan tersebut. Kemampuan seseorang
sangat bergantung pada gabungan dari karakteristik pribadi, kapasitas fisiologis,
psikologis serta biomekanika yang dimilikinya. Sedangkan aktivitas yang dilakukan
tergantung kepada tugas, organisasi dan lingkungan yang harus dihadapi. Potensi
bahaya yang muncul dapat berupa cara kerja dari tenaga kerja, peralatan kerja yang
canggih, beban kerja yang berat yang akan mengakibatkan penyakit akibat kerja,
sehingga kecacatan bahkan kematian. Antisipasi terhadap potensi bahaya tersebut
harus dilaksanakan sedini mungkin.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesehatan Kerja
Menurut UU Kesehatan 1992 Passal 23 kesehatan kerja adalah upayapa
penyeserasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap
pekerja dapat bekerja secara tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun orang
yang ada di sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal.
Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi –
tingginya baik fisik, mental dan sosial bagi pekerja dan orang yang berada di
lingkungan perusahaan.
Aplikasi kesehatan kerja berupa upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitative.
Promosi kesehatan adalah ilmu pengetahuan dan seni yang membantu seseorang
untuk mengubah gaya hidup menuju kesehatan yang optimal, yaitu terjadinya
keseimbangan ksehatan fisik, emosi, spiritual dan intelektual. Tujuan promosi
kesehatan di tempat kerja adalah terciptanya perilaku dan lingkungan kerja sehat
juga produktivitas yang tinggi. Tujuan dari promosi kesehatan yaitu, sebagai berikut :
1. Mengembangkan perilaku kerja sehat
2. Menumbuhkan lingkungan kerja sehat
3. Menurunkan angka absensi sakit
4. Meningkatkan produktivitas kerja
5. Meningkatnya semangat kerja
Upaya preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit akibat yang
disebabkan oleh alat / mesin dan orang yang berada disekitar lingkungan kerja
ataupun penyakit menular umumnya yang bisa terjangkit pada saat melakukan
pekerjaan yang diakibatkan oleh pekerja. Upaya preventif diperlukan untuk
menunjang kesehatan optimal pekerja agar didapat kepuasan antara pihak pekerja
dan perusahaan sehingga menimbulkan keuntungan bagi kedua belah pihak.
Aplikasi upaya preventif diantaranya pemakaian alat pelindung diri dan pemberian
gizi makanan bagi pekerja.
Upaya kuratif merupakan langkah pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
bagi pekerja. Upaya penatalaksanaan penyakit yang timbul pada saat bekerja
merupakan langkah untuk meningkatkan kepuasan pekerja dalam bekerja, sekaligus
memberi motivasi untuk pekerja supaya memiliki kesehatan yang optimal. Penyakit
yang sering timbul dalam suatu lokasi pekerjaan dapat menjadi tolak ukur
dalam mengambil langkah promosi dan pencegahan, sehingga tujuan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan kerja optimal dilaksanakan.

B. Ergonomi
Ergonomi menurut Badan Buruh Internasional (ILO=International Labor
Organization) adalah penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan ilmu rekayasa
untuk mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan dan manusia
secara optimum agar bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan. Pada
prosesnya dibutuhkan kerjasama antara ingkungan kerja (ahli hiperkes), manusia
(dokter dan paramedik) serta mesin perusahaan (ahli tehnik). Kerjasama ini disebut
segitiga ergonomi. Tujuan dari ergonomi adalah efisiensi dan kesejahteraan yang
berkaitan erat dengan produktivitas dan kepuasan kerja.
Pendekatan ergonomi mengacu pada konsep total manusia, mesin dan
lingkungan yang bertujuan agar pekerjaan dalam industri dapat berjalan secara
efisien, selamat dan nyaman. Dengan demikian dalam penerapannya harus
memperhatikan beberapa hal yaitu: tempat kerja, posisi kerja, proses kerja.
Adapun tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, dengan meniadakan beban kerja
tambahan (fisik dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan
meningkatkan kepuasan kerja,
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas
kerjasama sesame pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan
menghidupkan sistem kebersamaan dalam tempat kerja
3. Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik,
ekonomi, antropologi dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan
meningkatkan efisiensi sistem manusia-mesin.
Adapun manfaat pelaksanaan ergonomi adalah menurunnya angka kesakitan
akibat kerja, menurunnya kecelakaan kerja, biaya pengobatan dan kompensasi
berkurang, stress akibat kerja berkurang, produktivitas membaik, alur kerja
bertambah baik, rasa aman karena bebas dari gangguan cedera, kepuasan kerja
meningkat.
Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :
1. Teknik
2. Fisik
3. Pengalaman psikis
4. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan
persendian
5. Anthropometri
6. Sosiologi
7. Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up take dan
aktivitas otot.
8. Desain, dll
Aplikasi/penerapan Ergonomik pada tenaga kerja:
1. Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak
terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan
posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu
secara seimbang pada dua kaki.
2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu
bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran
anthropometri barat dan timur
3. Tata Letak Tempat Kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan
simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-
kata.
4. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu,
tangan, punggung, dll. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera
tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.

Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur. Supervisi
medis yang biasanya dilakukan terhadap pekerja antara lain :
1. Pemeriksaan sebelum bekerja
Bertujuan untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya.
2. Pemeriksaan berkala
Bertujuan untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan
mendeteksi bila ada kelainan.
3. Nasehat
Harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita muda
dan yang sudah berumur.
BAB III
HASIL KUNJUNGAN PERUSAHAAN
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Kesehatan Kerja

2. Ergonomi
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Data yang kami dapatkan pada hasil kunjungan industry menunjukan bahwa, PT.
Adi Satria Abadi masih memiliki banyak kekurangan dalam melakukan tugas
dan tanggung jawab sebuah perusahaan mengenai kesehatan kerja dan
ergonomis yang sesuai dengan U.U No.36 tahun 2009 tentang kesehatan kerja.

2. Saran

Anda mungkin juga menyukai