Anda di halaman 1dari 9

PENTINGNYA PENERAPAN ERGONOMI BAGI PERAWAT

JESIKA OLIVIA BARINGBING

jesikaoliviabaringbing@gmail.com

ABSTRAK

Posisi ergonomi merupakan posisi kerja yang seharusnya dilakukan selama melakukan
intervensi keperawatan untuk mencegah terjadinya resiko akibat kerja. Perawat merupakan
tenaga kesehatan dengan faktor resiko paparan yang paling besar. Melakukan intervensi
keperawatan seperti mengangkat pasien, memindahkan pasien atau perawatan luka
membutuhkan posisi yang ergonomis untuk mencegah resiko akibat kerja. Di era globalisasi,
K3 telah menjadi sebuah kebutuhan dalam setiap bagian kerja baik yang berada dilapangan
ataupun didalam ruangan. K3 adalah suatu bentuk usaha atau upaya bagi para pekerja untuk
memperoleh jaminan atas keselamatan dan kesehatan kerja dalam melakukan pekerjaan yang
dapat mengancam dirinya baik berasal dari individu maupun lingkungan kerjanya.

Kata kunci:Ergonomi,keselamatan,kesehatan,keperawatan

ABSTRACT

Ergonomic position is a work position that should be done during nursing intervention to
prevent work-related risks. Nurses are health workers with the greatest risk factors for
exposure. Performing nursing interventions such as lifting the patient, moving the patient or
treating the wound requires an ergonomic position to prevent occupational risks. In the era
of globalization, K3 has become a necessity in every part of work both in the field and in the
room. K3 is a form of business or effort for workers to obtain guarantees for occupational
safety and health in carrying out work that could threaten themselves either from individuals
or their work environment.

Keywords: Ergonomics, safety, health, nursing


LATAR BELAKANG

Ergonomi adalah ilmu yang ketenagakerjaan pada Pasal 86 disebutkan


mempelajari perilaku manusia dalam bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai
kaitannya dengan pekerjaan mereka hak untuk memperoleh perlindungan atas
Sasaran penelitian ergonomic adalah keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini
manusia pada saat bekerja dalam dipertegas lagi melalui terbitnya Undang-
lingkungan. Secara singkat dapat Undang No. 36 tahun 2009 tentang
dikatakan bahwa ergonomi adalah kesehatan yang menyebutkan bahwa
penyesuaian tugas pekerjaan dengan pengelolatempat kerja wajib melakukan
kondisi tubuh manusia yang ditujukan segala bentuk upaya kesehatan melalui
untuk menurunkan stress yang akan upaya peningkatan, pencegahan,
dihadapi. pengobatan dan pemulihan bagi tenaga
kerja.
Penyakit akibat kerja timbul akibat
adanya ketidakseimbangan antara tugas Perawat merupakan tenaga kesehatan
dan kemampuan pekerja. Hal ini yang ruang lingkupnya tidak terlepas dari
menimbulkan sikap kerja paksa seperti rumah sakit ataupun pusat – pusat
sikap kerja statis dan repetitif yang pelayanan kesehatan. Masih kurangnya
berlangsung terus-menerus. Hal ini dapat rasio perawat dengan jumlah penduduk
mengakibatkan terjadinya penyakit akibat menyebabkan resiko beban kerja perawat
kerja yang berdampak pada penurunan meningkat. Beban kerja perawat yang
produktivitas kerja. Seiring dengan meningkat ini dapat menyebabkan resiko-
meningkatnya jumlah pekerja, terdapat resiko terkait pekerjaan, khususnya
dampak postitif terhadap laju pertumbuhan berkaitan dengan resiko fisik. Resiko fisik
ekonomi suatu negara. Namun pekerja yang dapat dialami oleh perawat
juga mempunyai risiko negatif penyakit disebabkan oleh dua hal yaitu faktor
akibat kerja dan kecelakaan kerja. lingkungan kerja dan faktor interna.
Kecenderungan naiknya angka kejadian
Penerapan prinsip - prinsip ergonomi
penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja
ditempat kerja masih kurang tersentuh atau
perlu mendapatkan perhatian serius dari
mendapat perhatian secara penuh terutama
pemerintah dan seluruh elemen
pada pekerjaan perawat di rumah sakit.
masyarakat. Kesehatan bagi pekerja adalah
Penggunaan media yang interaktif dan
hak pekerja yang harus dipenuhi. Amanat
inovatif seperti video dapat mempengaruhi
Undang-Undang No 13 tahun 2003 tentang
pemahaman terhadap suatu informasi terhadap kemampuan manusia yang
(Wijayanti, 2018). Pemberian pemahaman melakukannya. Keadaan ini menimbulkan
secara komprehensif dapat meningkatkan upaya adaptasi diantaranya dengan
pengetahuan dan sikap dalam penerapan melakukan sikap kera paksa. Posisi statis
posisi yang ergonomis (Prapti et al., 2017). dan repetitive yang berlangsung terus
Lebih lanjut disebutkan bahwa sikap dan menerus dapat mengakibatkan terjadinya
posisi kerja yang ergonomis dapat penyakit akibat kerja yang berdampak
mengurangi kelelahan dan rasa sakit saat pada penurunan produktivitas kerja.
bekerja, sehingga menimbulkan
Hidayat menyebutkan dalam Jurnal
kenyamanan dalam melakukan pekerjaan
Psikologi (2011) bahwa perawat yang
tersebut.
bertugas di ruang rawat inap bekerja dibagi
METODE menjadi tiga shift, delapan jam untuk shift
pagi, delapan jam untuk shift siang dan
Metode yang digunakan ialah teknik
delapan jam untuk shift malam. Dalam
pengumpulan data atau informasi dengan
lokakarya 1983 disepakati bahwa tugas
melakukan analisis, eksplorasi, kajian
perawat didasarkan atas fungsi perawat
bebas (literatur review) yang relevan,yang
dalam memberikan asuhan keperawatan
berfokus membahas ergonomic dalam
antara lain: mengkaji kebutuhan pasien,
dunia bekerja terutama dalam dunia
merencanakan tindakan keperawatan,
kesehatan, yang mana posisi ergonomis
melaksanakan rencana keperawatan,
sangat diperlukan dalam setiap tindakan
mengevaluasi hasil asuhan keperawatan,
keperawatan untuk mencegah adanya
mendokumentasikan proses keperawatan.
cedara atau kelelahan fisik pada
Sikap kerja yang dilakukan oleh perawat
perawat .Referensi yang digunakan adalah
dalam melakukan perawatan kepada pasien
jurnal dan artikel ilmiah pada penerbitan 8
bervariasi antara lain mengangkat pasien,
tahun terakhir. Dalam mencari
memindahkan pasien, merawat luka dan
referensinya, menggunakan kata kunci
lain-lain. Selain tindakan mandiri perawat
ergonomi ,keselamatan , kesehatan,
juga mempunyai tugas yang sifatnya
keperawatan.
kolaboratif seperti memberikan obat
HASIL melalui suntikan, memasang cateter dan
lain-lain.
Penyakit akibat kerja timbul
dikarenakan adanya ketidakseimbangan Sikap kerja yang dilakukan perawat
antara tugas,organisasi dan lingkungan dalam melakukan pekerjaanya tersebut
banyak menggunakan gerakan disesuaikan terhadap pengguna dan
membungkuk dan memutar tubuh, didesain harus sesuai dengan pekerjaan.
khususnya di sekitar tulang bawah. Hal ini sudah dapat dipenuhi dengan
Mengangkat benda berat dan mentransfer desain Bed tempat tidur pasien yang bisa
pasien merupakan faktor risiko terbesar di naik turunkan sesuai posisi kerja yang
terkena low back pain. ergonomi. Kedua, pada saat melakukan
pekerjaan dalam hal ini melakukan saat
Aktivitas kerja di rumah sakit cukup
melakukan tindakan ke pasien dalam
berat dan mempunyai potensi timbulnya
posisi membungkuk (sudut 20°–60°)
gangguan kesehatan bagi pekerja.
sehingga berdasar hasil skor dengan
Pekerjaan perawat banyak berhubungan
metode RULA berada di level 2. Maka
langsung dengan pasien. Pada pelayanan
untuk mengurangi hal itu sebaiknya
kesehatan pajanan ergonomi dapat dialami
dengan posisi membungkuk bias
oleh perawat. Sikap kerja tidak ergonomis
menggunakan alat bantu.
yaitu sikap kerja yang menyebabkan posisi
bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi PEMBAHASAN
posisi alamiah, misalnya tangan terangkat,
Pekerja rumah sakit memiliki risiko lebih
punggung terlalu membungkuk, kepala
tinggi mengalami penyakit dan kecelakaan
terangkat, dan sebagainya. Semakin jauh
akibat kerja dibanding pekerja
dari pusat gravitasi, maka semakin tinggi
industri lain . Secara global,
risiko terjadinya keluhan. Rapid Upper
petugas kesehatan terutama perawat
Limb Assesment (RULA) merupakan
berisiko tinggi untuk terkena
suatu metode penelitian dengan skor
gangguan muskuloskeletal .Salah
menggunakan target postur tubuh untuk
satu potensi bahaya di rumah sakit adalah
mengestimasi terjadinya risiko gangguan
fakt ergonomi .Ergonomi adalah studi
skeletal, khususnya pada anggota tubuh
ilmiah yang mempelajari hubungan antara
bagian atas.
manusia dan tempat kerja. Ergonomi
Sikap kerja tidak alamiah akan memungkinkan desainer dan insinyur
mempercepat otot mengalami mudah untuk membuat sistem kerja yang tepat
kelelahan sehingga akan cenderung sesuai pengukuran dan evaluasi
terjadinya muskuloskeletal disorders. kemampuan manusia. Lebih dari 50%
Maka harus cepat untuk dilakukan pekerja mengalami gangguan
perubahan dengan cara sebagai berikut: muskuloskeletal di negara berkembang dan
Pertama, stasiun kerja harus mudah negara maju. Pekerjaan keperawatan
melibatkan banyak aktivitas berisiko Perawat di negara berkembang memiliki
terkait gangguan muskuloskeletal. sedikit pengetahuan prinsip ergonomi di
tempat kerja dan tidak dilatih untuk
Prevalensi gejala muskuloskeletal berkisar
mencegah dan mengendalikan
40-80%. Hal ini menunjukkan gejala
bahaya kerja.Pengetahuan ergonomi
muskuloskeletal relatif tinggi pada pekerja
membantu perawat menghindari faktor
di Indonesia Ergonomi menjadi pilar
risiko tertentu yang berkontribusi
kesehatan dan menjadi salah satu indikator
pada gangguan muskuloskeletal dan
kesejahteraan. Menurut Meily (2013),
meningkatkan keselamatan dan kesehatan
perbaikan ergonomic perlu dilakukan
di tempat kerja. Pengetahuan ergonomi
sebagai salah satu upaya pencegahan
memengaruhi sikap kerja saat
terhadap penyakit CTDs (Cumulative
melakukan tindakan keperawatan . Salah
Trauma Disorders) akibat factor risiko
satu tindakan keperawatan yang berisiko
kerja postur janggal, beban, frekuensi dan
terhadap gangguan muskuloskeletal adalah
durasi yang bersumber dari pekerjaan,
perawatan luka.Perawatan luka
seperti nyeri tengkuk, nyeri pinggang
membutuhkan fokus dan durasi waktu
bawah atau low back pain, rasa baal pada
lama, bahkan sering dilakukan dengan
jari telunjuk, jari tengah dan jari manis
sikap kerja tidak ergonomis.
yang disertai nyeri terbakar pada malam
hari, kekakuan, lemah dan nyeri saat Posisi ergonomi merupakan posisi kerja
tangan digunakan dan dikenal dengan yang seharusnya dilakukan selama
nama Carpal Tunnel Syndrome. melakukan intervensikeperawatan untuk
Dalam ergonomi, postur tubuh adalah mencegah terjadinya resiko akibat
faktor yang sangat penting, salah satunya kerja.Pekerja yang lebih memahami
postur duduk yang setiap orang lakukan prinsip ergonomi ditempat kerja berisiko
setiap hari dalam durasi berjam-jam. lebih rendah mengalami cedera. Pelatihan
Tujuan utama membuat desain ergonomi membuat staf perawat terbiasa dengan
untuk kursi atau tempat duduk dan meja prinsip ergonomi pada pekerjaan mereka
adalah menciptakan sedemikian rupa dan meningkatkan produktifitas dan
bentuk kursi dan meja, sehingga dapat mengurangi cedera fisik. Oleh karena itu,
mempertahankan postur tulang punggung perhatian khusus harus diberikan
yang fisiologis, dengan demikian untuk meningkatkan pengetahuan mereka
diharapkan kerja otot tidak perlu tentang ergonomi di rumah sakit. Penyakit
berkontraksi secara berlebihan. akibat kerja dan risiko kecelakaan bisa
dikurangi dan dicegah karena pada kerja fisik dan mental,
hakikatnya kesehatan dan keselamatan mengupayakan promosi dan
kerja tidak dapat dipisahkan antara satu kepuasan kerja.
sama lain.Keselamatan kerja berkaitan 2. Meningkatkan kesejahteraan social
dengan alat kerja, bahan, proses melalui peningkatan kualitas
pengolahannya, tempat kerja dan kontak sosial, mengelola dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan mengkordinir kerja secara tepat
pekerjaan. guna dan meningkatkan jaminan
sosial baik selama kurun waktu
Studi sebelumnya berfokus pada
usia produktif maupun setelah tidak
pentingnya pengetahuan manfaat
produksi.
penerapan ergonomi untuk mengurangi
3. Meciptakan keseimbangan rasional
cedera dan masalah terkait pekerjaan .
antara berbagai aspek yaitu teknis,
Melalui pendidikan dan pelatihan, pekerja
ekonomis, antropologis dan budaya
menjadi lebih memahami lingkungan dan
dari setiap sistem kerja yang
alat kerja sehingga diharapkan dapat
dilakukan sehingga tercipta
melakukan penyesuaian dan inovatif dalam
kualitas kerja dan kualitas hidup
melaku- kan upaya pencegahan
yang tinggi.
terhadap risiko sakit akibat kerjaan.
Menurut Pheasant (2003) ada
Fokus ergonomi melibatkan tiga
beberapa manfaat ergonomi antara lain :
komponen utama yaitu manusia, mesin dan
lingkungan yang saling berinteraksi satu 1. Peningkatan hasil produksi, yang berarti
dengan yang lainnya.Interaksi tersebut menguntungkan secara ekonomi.Hal ini
menghasilkan suatu sistem kerja yang antara lain disebabkan oleh:
tidak bisa dipisahkan antara yang satu
a. Efisiensi waktu kerja yang meningkat.
dengan yang lainnya yang dikenal dengan
istilah worksystem b. Meningkatnya kualitas kerja.

Secara umum tujuan dari penerapan c. Kecepatan pergantian pegawai (labour


ergonomi adalah: turnover) yang relatif rendah.

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik 2. Menurunnya probabilitas terjadinya


dan mental melalui upaya kecelakaan yang berarti:
pencegahan cedera dan penyakit
akibat kerja, menurunkan beban
a. Dapat mengurangi biaya pengobatan kegiatan ini adalah kondisi kerja dan
yang tinggi. Biaya untuk pengobatan lebih lingkungan kerja. Dalam pelaksanaannya
besar daripada biaya untuk pencegahan. terkait dengan tenaga kerja dan proses
kerja yang sedang berlangsung.
b. Dapat mengurangi penyediaan kapasitas
untuk keadaan gawat darurat. 2. Pendekatan konseptual
3. Dengan menggunakan antropometri
Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan
dapat direncanakan atau didesain:
sistem dan akan sangat efektif dan efisien
a. Pakaian kerja jika dilakukan pada saat perencanaan. Jika
terkait dengan teknologi, sejak proses
b. Workspace
pemilihan dan alih teknologi, prinsip-
c. Lingkungan kerja prinsip ergonomi telah diterapkan.
Penerapannya bersama-sama dengan
d. Peralatan atau mesin
kajian lain, misalnya kajian teknis,
e. Consumer product ekonomi, sosial budaya dan lingkungan.
Pendekatan holistik inidikenal dengan
Ergonomi dapat digunakan dalam
pendekatan teknologi tepat guna.
menelaah sistem manusia dan produksi
yang kompleks yang berlaku dalam
industri sektor informal. Dengan
PENUTUP
mengetahui prinsip ergonomi tersebut
dapat ditentukan pekerjaan apa yang layak Penyakit akibat kerja timbul akibat
digunakan agar mengurangi kemungkinan adanya ketidakseimbangan antara tugas
keluhan dan menunjang produktivitas. dan kemampuan pekerja. Jika pengetahuan
Penerapan ergonomi dapat dilakukan ergonomi, sikap kerja, dan masa kerja
melalui dua pendekatan diantaranya dikontrol dengan baik, maka risiko
sebagai berikut: keluhan gangguan dapat dikurangi.
Pengetahua keyakinan, dan sikap berperan
1. Pendekatan Kuratif
pada kecelakaan kerja. Perawat harus
Pendekatan ini dilakukan pada suatu mendapatkan pelatihan teknik kerja yang
proses yang sudah atau sedang baik dalam mengatasi stres dan tekanan
berlangsung. Kegiatannya berupa psikologis untuk mengurangi masalah atau
intervensi, modifikasi atau perbaikan dari cedera terkait pekerjaan.
proses yang telah berjalan. Sasaran dari
DAFTAR PUSTAKA

Binarfi ka Maghfi roh Nuryaningtyas ,Tri Luh Putu Suarniti.(2015). Risiko


Martiana.(2014).Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pemyakit Akibat Kerja Pada
Muskuluskletas Disorders (MSDs) Dengan Perawat Gigi. Jurnal Kesehatan Gigi .3(2).
The Rapid Upper Limbs Assessment
Made Hendra Satria Nugraha.(2019).
(RULA) Dan Karakteristik Individu
Efektivitas Penerapan Edukasi Sikap
Terhadap Keluhan MSDs. The Indonesian
Kerja, Elektroterapi dan Terapi Latihan
Journal of Occupational Safety and
untuk Penderita Mechanical Neck Pain.
Health .3(2).
Jurnal Ergonomi Indonesia .5(2).
Diki Bima Prasetio,dkk .(2015).Risiko
Moch. Aspihan, Junaiti Sahar,Henny
Bahaya Ergonomi Petugas Kebersihan
Permatasari. Ergonomik Partisipatif
Outsourcing Di Rumah Sakit Umum
Berjenjang Sebagai Bentuk Intervensi
Daerah Sleman. Jurnal Kesehatan
Keperawatan Komunitas Pada Kelompok
Masyarakat Indonesia,10(1).
Pekerja Dengan Risiko Gangguan
Fathi, A., & Simamora, R. H. (2019, Muskuloskeletal Di Pt X The Levelling
March). Investigating nurses’ coping Participatory Ergonomic as community
strategies in their workplace as an health nursing intervention for worker
indicator of quality of nurses’ life in population with risk of musculoskeletal
Indonesia: a preliminary study. In IOP disorder.Unissula Press.
conference series: Earth and
Neffrety Nilamsari ,dkk.(2015). Prototype
Environmental science (Vol. 248, No. 1, p.
Bangku Ergonomis Untuk Memperbaiki
012031). IOP Publishing
Posisi Duduk Siswa SMAN Di Kabupaten
Ishana Balaputra , Adi Heru Sutomo. Gresik. Jurnal Ners .10(1).
(2017). Pengetahuan ergonomi dan postur
Ni Ketut Guru Prapti,dkk.(2018).Kajian
kerja perawat pada perawatan luka dengan
Ergonomi Pada Tindakan Keperawatan Di
gangguan muskuloskeletal di dr. H.
IRD RS Universitas
Koesnadi Bondowoso BKM Journal of
Udayana ,Bandung ,Bali. Jurnal
Community Medicine and Public
Keperawatan Respati Yogyakarta. 5(3).
Health.33(9).
Rio Yuwono, Ferida Yuamita.(2015).
Analisa Faktor K3 Dan Ergonomi
Terhadap Fasilitas Pusat Kesehatan
Universitas Untuk Mengukur Kepuasan
Pasien.Jurnal Ilmiah Teknik
Industri.14(1).

Simamora, R. H. (2020). Learning of


Patient Identification in Patient Safety
Programs Through Clinical Preceptor
Models. Medico Legal Update, 20(3), 553-
556.

Stri Hertanto.(2017).Definisi Ergonomi.


https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprint
s.umm.ac.id/35997/4/jiptummpp-gdl-
septiantri-47827-
32.babii.pdf&ved=2ahUKEwiJ563arcvsA
hUFeisKHRhaDzsQFjAKegQIBhAC&usg
=AOvVaw1FkelBYaTtd3Oy1Q1LqudR.
Diakses tanggal 23 oktober 2020.

Anda mungkin juga menyukai