Rahasia kedokteran adalah segala sesuatu yang harus dirahasiakan mengenai apa yang
diketahui dan didapatkan selama menjalani praktek lapangan kedokteran, baik yang
menyangkut masa sekarang maupun masa yang sudah lampau, baik pasien yang masih hidup
maupun sudah meninggal. Ketentuan ini diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 10 tahun
1996 pasal 1, pasal 2, pasal 3. Rahasia kedokteran ini meliputi 2 hal yaitu :
1. Rahasia pekerjaan adalah segala sesuatu yang diketahui dan harus dirahasiakan
berdasarkan lafal sumpah yang diucapkan pada waktu menerima gelar seorang
dokter.
2. Rahasia jabatan adalah segala sesuatu yang diketahui dan harus dirahasiakan
berdasarkan lafal sumpah yang diucapkan pada waktu diangkat sebagai pegawai
negeri, yang berbunyi : “Bahwa saya akan memegang rahasia sesuai menurut sifat
atau menurut perintah harus saya rahasiakan”, Yang termasuk dalam rahasia
kedokteran mencakup aspek moril dan yuridis, tidak hanya mencakup segala
sesuatu yang diketahui karena pekerjaannya atau keilmuannya mengenai hal-hal
yang diceritakan atau dipercayakan kepada seorang dokter secara eksplisit
(permintaan khusus untuk dirahasiakan), tetapi juga meliputi hal-hal yang
disampaikan secara implisit (tanpa permintaan khusus), termasuk dalam hal ini
segala fakta yang didapatkan dari pemeriksaan penderita, interpretasi untuk
menegakkan diagnose dan melakukan pengobatan, dari anamnesa dan
pemeriksaan dengan alat-alat kedokteran.
B. Sanksi Bila Membuka Rahasia Kedokteran
Seorang dokter di Indonesia tanpa kecuali, dianggap sudah mengetahui peraturan-
peraturn hukum yang berlaku terutama yang berhubungan dengan ilmu kedokteran pada
umumnya dan rahasia kedokteran pada khususnya. Apabila terjadi pembocoran rahasia
jabatan, si pelaku dapat dikenai sanksi sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
Sanksi-sanksi tersebut adalah :
1. Sanksi pidana, diatur dalam :
a. KUHP Pasal 112 “Barangsiapa dengan sengaja mengumumkan surat-surat, berita-
berita atau keterangan-keterangan yang diketahuinya bahwa harus dirahasiakan
untuk kepentingan negara atau dengan sengaja memberitahukan atau
memberikannya kepada negara asing, kepada seorang raja atau suku bangsa,
diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun”.
b. KUHP Pasal 322
1) Barangsiapa dengan sengaja membuka suatu rahasia yang wajib disimpan
karena jabatan atau pekerjaannya yang sekarang maupun yang dahulu,diancam
dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak
sembilan ribu rupiah.
2) Jika kejahatan dilakukan pada seorang tertentu maka perbuatannya itu hanya
dapat dituntut atas pengaduan orang tersebut.
2. Sanksi perdata, diatur dalam :
a. KUH Perdata Pasal 1365 “ Setiap perbuatan yang melanggar hukum yang berakibat
kerugian bagi orang lain, mewajibkan orang yang karena kesalahannya
mengakibatkan kerugian itu, mengganti kerugia tersebut”.
b. KUH Perdata Pasal 1366 “Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk
kerugian yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang
disebabkan karena kelalaian atau kurang hati-hatinya.
c. KUH Perdata Pasal 1367 “Seseorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian
yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan
karena perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan karena
perbuatan orang-orang yang berada dibawah pengawasannya”.
3. Sanksi Administratif.
Diatur dalam undang-undang No. 6 Tahun 1963 pasal 11 yang bunyinya sebagai
berikut : “ Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan dalam KUHP dan peraturan
perundang-undangan yang lain, maka terhadap tenaga kesehatan dapat dilakukan
tindakan administratif dalam hal sebagai berikut :
a. Melalaikan kewajiban
b. Melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat seorang tenaga
kesehatan, baik mengingat sumpah jabatannya ataupun sebagai tenaga
kesehatan.
c. Mengabaikan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh tenaga kesehatan.
4. Sanksi Sosial
Yaitu sanksi yang datangnya dari masyarakat itu sendiri. Contohnya: Masyarakat
enggan berobat ke dokter tersebut.
1. Pasal 57 UU No.36/ 2009 tentang Kesehatan mengatakan bahwa setiap orang berhak
atas kondisi kesehatan pribadinya yang telah dikemukakan kepada penyelenggara
pelayanan kesehatan
2. Pasal 48 UU No. 29/2004 tentang Praktek kedokteran mengatakan bahwa setiap
dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktek kedokterannya wajib menyimpan
rahasia kedokteran
3. Pasal 32 (i) UU No,44 Tentang Rumah Sakit mengatakan bahwa hak pasien untuk
mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data
medisnya
Pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan tersebut diancam pidana
kurungan badan sebagai mana yang diatur dalam pasal 322KUHP yang mengatakan : "
barang siapa yang dengan sengaja membuka rahasia yang wajib ia simpan karena jabatannya
atau karena pekerjaannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu, dihukum dengan
hukuman penjara selama-lamanya sembilan bulan atau denda sebanyak-banyaknya sembilan
ribu rupiah.
Rahasia medis ini hanya dapat dibukan oleh rumah sakit, dokter dan tenaga kesehatan
lainnya dalam hal telah mendapatkan persetujuan dari pasien yang bersangkutan, demi untuk
kepentingan orang banyak atau untuk kepentingan penegakan hukum.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka semua rahasia medis yang tertuang
dalam rekam medik adalah menjadi hak sepenuhnya dari pasien yang bersangkutan dan oleh
sebab itu maka berkas rekam medik perlu di jaga kerahasiaanya agar tidak dengan mudah di
baca oleh pihak-pihak yang tidak berkompeten untuk mengetahui rahasia medis pasien
tersebut. Di beberapa negara yang menganut kebebasan mutlak melaksanakan perlindungan
rahasia medik dengan sangat ketat, sehingga rekam medik menjadi sangat konfidensial.
Seorang suami tidak dengan mudah mendapatkan isi rekam medik istrinya ataupun
sebaliknya jika oleh suami atau istri tersebut menyatakan bahwa hal tersebut konfidens bagi
pasangannya. Sebegitu ketatnya perlindungan rahasia medis tersebut , terkadang sampai
meninggalpun rahasia tersebut tetap tersimpan rapi.