Anda di halaman 1dari 10

REFERAT

CLINICAL COMPETENCY REFRESHMENT

ETIKA KEDOKTERAN

OLEH:

DELA HESTI PRATIWI

201710330311089

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian Rahasia kedokteran menurut PermenkesNo. 36 tahun 2012 adalah data

daninformasitentangkesehatanseseorang yang diperoleh tenaga kesehatan pada

waktu menjalankan pekerjaan atau profesinya yang meliputi ;

a. Identitas pasien;

b. Anamnesis, hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, penegakan

diagnosis, pengobatan dan/ tindakan kedokteran; dan c. Hal lain yang berkenaan

dengan pasien.

Kewajiban dokter menyimpan rahasia kedokteran merupakan kewajiban moral

dan hukum. Kewajiban moral yang berlandaskan atas KODEKI yaitu Sumpah

Dokter Indonesia, dan kewajiban hukum yang berlandaskan peraturan perundang-

undangan yaitu Undang-undang No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

dan Permenkes No 36 tahun 2012 tentang Rahasia kedokteran. Pembukaan

Rahasia Kedokteran oleh dokter dapat dilakukan tanpa terkena sanksi hukum

yaitu atas seijin pasien atau tanpa seijin pasien. Membuka rahasia kedokteran atas

seijin pasien adalah bila pasien meminta sendiri kepada dokter untuk membuka

rahasia kedokteran atau bila pasien sendiri mengungkapkan mengenai

penyakitnya kepada orang lain sehingga secara tidak langsung telah

mengungkapkan rahasia kedokteran. Akan tetapi dokter dapat membuka rahasia

kedokteran tanpa seijin pasien dan tidak mendapat sanksi hukum pada keadaan

terpaksa dan melaksanankan ketentuan undang-undang.


1.2 Tujuan

Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui tentang Etika kedokteran

yang meliputi dasar hukum simpan rahasia kedokteran hingga sanksi terhadap

pembocoran rahasia kedokteran.

1.3 Manfaat

Penulisan referat ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan memperluas

wawasan penulis ataupun pembaca mengenai Etika kedokteran.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Hukum Simpan Rahasia Kedokteran


1. Lafal sumpah dokter (4): Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang
saya ketahui karena keprofesian saya.
2. KODEKI (pasal 12): Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu
yang diketahuinya tentang seorang pasen, bahkan juga setelah pasen itu
meninggal dunia.
3. PP No.10 tahun 1966 tentang wajib simpan rahasia kedokteran (pasal 1-3)

4. UU No.29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (pasal 48 (1) dan pasal
51 poin c).
Berikut adalah beberapa pasal yang meliputi rekam medis dan simpan rahasia
kedokteran yang tertuang dalam UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran.
Paragraf 3
Rekam Medis
Pasal 46
(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran
wajib membuat rekam medis.
(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera
dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan.
(3) Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda
tangan petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan.

PASAL DEMI PASAL


Pasal 46
Ayat (1) Yang dimaksud dengan “rekam medis” adalah berkas yang
berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada
pasien.
Ayat (2) Dalam hal terjadi kesalahan dalam melakukan pencatatan pada
rekam medis, berkas dan catatan tidak boleh dihilangkan atau dihapus
dengan cara apa pun. Perubahan catatan atau kesalahan dalam rekam
medis hanya dapat dilakukan dengan pencoretan dan dibubuhi paraf
petugas yang bersangkutan.
Ayat (3) Yang dimaksud dengan “petugas” adalah dokter atau dokter gigi
atau tenaga kesehatan lain yang memberikan pelayanan langsung kepada
pasien. Apabila dalam pencatatan rekam medis menggunakan teknologi
informasi elektronik, kewajiban membubuhi tanda tangan dapat diganti
dengan menggunakan nomor identitas pribadi (personal identification
number).
Pasal 47
(1) Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46
merupakan milik dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan,
sedangkan isi rekam medis merupakan milik pasien.
(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disimpan
dan dijaga kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan
sarana pelayanan kesehatan.
(3) Ketentuan mengenai rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
Paragraf 4
Rahasia Kedokteran
Pasal 48
(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran
wajib menyimpan rahasia kedokteran.
(2) Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan
pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka
penegakan hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan
ketentuan perundang-undangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia kedokteran diatur dengan
Peraturan Menteri.
Pasal 51
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran
mempunyai kewajiban :
a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;
b. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai
keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu
melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan;
c. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien,
bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia;
d. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali
bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu
melakukannya; dan
e. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu
kedokteran atau kedokteran gigi.

2.2 Sanksi Terhadap Pembocoran Rahasia Kedokteran


 Sanksi Hukum :

o Sanksi Pidana : KUHP Pasal.322

Pertanggungjawaban hukum terhadap pelanggaran rahasia medis


oleh dokter dan tenaga kesehatan pada sarana pelayanan kesehatan
dapat diterapkan aturan Umum Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) Pasal 322, ayat (1), yang berbunyi, “barang siapa
dengan sengaja membuka suatu rahasia yang wajib disimpannya
karena jabatan dan pencahariannya, baik yang sekarang maupun
yang dahulu diancam dengan pidana penjara selama sembilan bulan
dan denda enam ratus rupiah (2) jika kejahatan ini dilakukan
terhadap seseorang tertentu, ia hanya dituntut atas orang itu”. Hal ini
dikarenakan rahasia kedokteran atau medis juga merupakan rahasia
jabatan, yang diatur dalam KUHP.
o Seorang dokter yang membuka rahasia pasien dapat dikenakan
ancaman pidana 1 (satu) tahun kurungan atau denda paling banyak
Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) berdasarkan pasal 79 huruf
(c) UUPK.

o Sanksi Perdata : KUHPerdata Pasal.1365, 1366, 1367.

Ada 3 (tiga) prinsip pertanggungjawaban perdata yang diatur di


dalam KUHPerdata, yaitu:

a) Setiap tindakan yang menimbulkan kerugian atas diri orang lain


berarti orang yang melakukannya harus membayar kompensasi
sebagai pertanggungjawaban kerugian (Pasal 1365 KUHPerdata);

b) Seseorang harus bertanggungjawab tidak hanya karena kerugian


yang dilakukannya dengan sengaja, tetapi juga karena kelalaian
atau kurang berhati-hati (Pasal 1366 KUHPerdata);

c) Seseorang harus memberikan pertanggungjawaban tidak hanya atas


kerugian yang ditimbulkan dari tindakannya sendiri, tetapi juga
atas kerugian yang ditimbulkan dari tindakan orang lain yang
berada di bawah pengawasannya (Pasal 1367 KUHPerdata).

 Sanksi Administratif : pencabutan izin praktik.

 Sanksi Moral : “guilty feeling”.

 Sanksi Sosial : dijauhi masyarakat.

2.3 Masa Berlaku Simpan Rahasia Kedokteran


 Sampai dokter meninggal dunia.

 Sampai pemilik rahasia mengijinkan untuk dibuka karena ada kepentingan


nya.

 Sampai pada keadaan dimana ketentuan perundangan berlaku.


2.4 Kapan Rahasia Kedokteran harus dibuka?
 Keadaan daya paksa/darurat (Pasal. 48 KUHP)

 Daya paksa absolut/mutlak,

 Daya paksa darurat.

 Keharusan menurut Undang-undang. (Pasal. 50 KUHP)

 Pelaporan kematian, kelahiran, penyakit menular.

 Pembuatan Visum et Repertum

 Perintah atasan yang berwenang. (Pasal. 51 KUHP)

 Dokter militer
 Berdasarkan UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 48
ayat 2
 Kepentingan pasien.

 Penegakan hukum.

 Permintaan pasien.

 Ketentuan perundang-undangan.
BAB 3
KESIMPULAN

Rahasia kedokteran merupakan hak autonomi setiap orang, rahasia yang


wajib dijaga kerahasiaanya oleh dokter di sarana pelayanan kesehatan. Kewajiban
ini merupakan kewajiban moril berdasarkan norma kesusilaan. Rahasia
kedokteran tidak bersifat absolut dan dapat dibuka pada beberapa keadaan tertentu
yaitu: atas permintaan pasien, karena daya paksa, memenuhi peraturan perundang-
undangan, adanya perintah jabatan dan kepentingan umum. Tetapi jika hak atas
rahasia tersebut dilanggar oleh dokter maupun tenaga kesehatan tidak sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, maka pelanggar tersebut telah
melakukan perbuatan melanggar hukum yaitu pelanggaran pidana khususnya
ketentuan yang ada dalam KUHP Pasal 322.
DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah, M. Jusuf dan Amri Amir. 2017. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Marini V, Pandi. Sanksi Pidana Atas Pelanggaran Rahasia Kedokteran Oleh
Dokter. Lex et Societatis, Vol. I/No.2/Apr-Jun/2013
Marsono, Budi; Wijaya. 2020. Tanggung Jawab Hukum Dokter Terhadap
Gugatan Pasien Dalam Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit. Fakultas
Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Semarang. Jurnal Juristic Volume 1
No. 01 April 2020. e-ISSN 2721-6098
Muhammad Sadi Is. 2017. Etika Hukum Kesehatan, Teori dan Aplikasinya di
Indonesia, Cetakan Kedua. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Presiden Republik Indonesia. Undang Undang No. 29 Tahun 2004 Tentang
Praktik Kedokteran.
Ridwan. 2019. Pertanggungjawaban Hukum Pidana Terhadap Pelanggaran
Rahasia Medis. Universitas Sebelas Maret. Jurnal Hukum & Pembangunan
49 No. 2 (2019): 338-348 ISSN: 0125-9687 (Cetak) E-ISSN: 2503-1465
(Online). Tersedia versi daring: http://jhp.ui.ac.id DOI:
http://dx.doi.org/10.21143/jhp.vol49.no2.2007

Anda mungkin juga menyukai