Anda di halaman 1dari 13

KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

SKENARIO 8

PEMBIMBING:
dr. Raja Al-Fath Widya Iswara, Sp.F, MH.

Oleh:
Mutiara (K1A1 13077)
Muhamad Faklun Badrun (K1A1 14026)
Skenario 8
• Seorang dokter merawat seorang pasien dengan HIV. Saat
sedang berjalan di koridor RS, dokter menceritakan kondisi
dan diagnosis pasien ke coass dan ada keluarga pasien yang
mendengar.
Analisis
• Aspek etik
• Aspek disiplin
• Aspek hukum
Aspek Etik
• Bedasarkan Kode Etik Kedokteran , dokter tersebut telah
melanggar Kewajiban umum pada Pasal 10 & Kewajiban
terhadap pasien pada Pasal 16
“seorang dokter wajib menghormati hak-hak pasien, teman
sejawatnya, dan tenaga kesehatan lainnya, serta wajib
menjaga kepercayaan pasien” (Pasal 10 )
“setiap dokter wajib merahasiakan segala seuatu yang
diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan setelah pasien
itu meninggal” (Pasal 16)
Bentuk sanksi pelanggaran etik dapat
berupa :
• Teguran atau tuntutan secara lisan atau tulisan
• Penundaan kenaikan gaji atau pangkat
• Penurunan gaji atau pangkat setingkat lebih rendah
• Dicabut surat izin praktek dokter untuk sementara atau
selamanya
Disiplin Medis
• Dari sisi disiplin medis sesuai dengan peraturan Konsil
Kedokteran Indonesia, pelanggaran yang dilakukan oleh
dokter tersebut adalah ; Nomor 17. “Membuka rahasia
kedokteran sebagaimana di atur dalam undang-undang atau
etika profesi”
Sanksi disiplin
Sanksi disiplin yang dapat dikenakan oleh MKDKI berdasarakan
undang-undang No. 29 Tahun 2004 tentang praktik kedokteran
pada pasal 69 ayat 3 adalah :
• Pemberian peringatan tertulis
• Rekomendasi pencabutan STR/SIP
Aspek hukum
• Pada dasarnya, setiap pasien mempunyai hak mendapatkan
privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-
data medisnya.
• Ini diatur dalam Pasal 32 huruf i UU 44/2009 tentang Rumah
Sakit
Pasal 48 UU Praktik Kedokteran
Selain itu, terdapat beberapa alasan bagi dokter untuk membuka rahasia
kedokteran, hal tersebut diatur dalam Pasal 48
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (“UU
Praktik Kedokteran”) dan Pasal 10
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 Tahun 2008
tentang Rekam Medis
(“Permenkes 269/2008”), yang masing-masing berbunyi:

Pasal 48 UU Praktik Kedokteran:


• Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran
wajib menyimpan rahasia kedokteran.
• Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan
pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka
penegakan hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan
perundang-undangan.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia kedokteran diatur dengan
Peraturan Menteri.
Pasal 10 ayat (2) Permenkes 269/2008: 
Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat
pemeriksaan, dan riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal:
• untuk kepentingan kesehatan pasien;
• memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka
penegakan hukum atas perintah pengadilan;
• permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri;
• permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan
perundang-undangan; dan
• untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medis,
sepanjang tidak menyebutkan identitas pasien.
Peraturan Pemerintah No 10 tahun 1966
tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran
• Pasal 1. Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah
segala sesuatu yang diketahui oleh orang-orang tersebut
dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan
pekerjaannya dalam lapangan kedokteran.
• Pasal 3. Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud
dalam pasal 1 ialah:
a) tenaga kesehatan menurut pasal 2 Undang-undang
tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara tahun 1963
No. 79).
b) mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam
lapangan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan,
dan orang lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Sanksi pidana bagi dokter atas
pelanggaran rahasia kedokteran
Berkaitan dengan Rahasia Kedokteran, Pasal 322 KUHP
menyebutkan :
1. Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib
disimpannya karena jabatan atau pekerjaannya, baik yang
sekarang maupun yang dahulu, diancam dengan pidana
penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling
banyak sembilan ribu rupiah.
2. Jika kejahatan itu dilakukan terhadap seseorang tertentu,
maka perbuatan itu hanya dapat dituntut atas pergaulan
orang itu.

Anda mungkin juga menyukai