Definisi
Rahasia kedokteran menurut Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1966 tentang
Wajib Simpan Rahasia Kedokteran (untuk selanjutnya disebut PP 10/66) ialah segala sesuatu
yang diketahui oleh orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan
pekerjaannya dalam lapangan kedokteran
Menurut Pasal 16 Kode Etik Kedokteran Indonesia Setiap dokter wajib merahasiakan segala
sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal
dunia.
Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib menyimpan
rahasia kedokteran (Pasal 48 UU Praktik Kedokteran)
Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik menurut Pasal 58 Ayat (1) Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan wajib:
A. DEFINISI
Berdasarkan Peraturan pemerintah no. 10 tahun 1966 tentang wajib simpan rahasia
kedokteran:
1. Pasal 1
Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang
diketahui oleh orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama
melakukan pekerjaannya dalam lapangan kedokteran.
2. Pasal 2
Pengetahuan tersebut pasal 1 harus dirahasiakan oleh orang-orang yang
tersebut dalam pasal 3, kecuali apabila suatu peraturan lain yang sederajat
atau lebih tinggi daripada Peraturan Pemerintah ini menentukan lain.
3. Pasal 3
Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1 ialah:
Tenaga kesehatan menurut pasal 2 Undang-undang tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara tahun 1963 No. 79).
Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan
pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan, dan orang lain yang
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
2
B. SEJARAH / PENDAHULUAN
Sudah sejak jaman kuno, norma-norma kesusilaan yang menjadi pegangan
para dokter ialah sumpah yang diciptakan oleh “Bapak Ilmu Kedokteran” Hippocrates
(469-377 S.M).Sumpah Hippocrates yang umurnya telah berabad-abad itu, maknanya
tersimpul dalam “segala sesuatu yang kulihat dan kudengar dalam melakukan
praktekku, akan kusimpan sebagai rahasia”. Di dalam Sumpah Hippocrates salah satu
pasal tentang rahasia jabatan Dokter bunyinya sebagai berikut: “Saya tidak akan
menyebarkan segala sesuatu yang mungkin saya dengar atau yang mungkin saya lihat
dalam kehidupan pasien-pasien saya, baik waktu menjalankan tugas jabatan saya
maupun di luar waktu menjalankan tugas jabatan itu. Semua itu akan saya pelihara
sebagai rahasia”.
Norma-norma kesusilaan yang bersumber pada Sumpah Hippocrates tersebut
dianggap tidak cukup karena banyak yang tergantung pada sifat dan kelakuan
seseorang yang berbeda-beda dan tidak selalu baik.Oleh karena itu, di berbagai negeri
ditegakkan norma-norma hukum.Norma-norma hukum itu pada umumnya disusun
untuk memperkokoh kedudukan rahasia jabatan sehingga dapat menjamin
kepentingan masyarakat.
Norma-norma susila dan hukum tadi dicantumkan dalam berbagai peraturan
dan undang-undang yang merupakan pedoman seorang dokter dalam melaksanakan
tugas dan profesinya, di antaranya sumpah atau janji dokter dan Kode Etik
Kedokteran Indonesia.
3
Berdasarkan Kode Etik Kedokteran Indonesia pasal 16 “Setiap dokter
wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang
penderita, bahkan juga setelah penderita itu meninggal”.
Berdasarkan UU No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran pasal
48 disebutkan bahwa “Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan
praktik kedokteran wajib menyimpan rahasia kedokteran.” Rahasia kedokteran
dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien, memenuhi paraturan
penegak hukum dalam rangka penegakan hukum, permintaan pasien sendiri,
atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
Berdasarkan Peraturan pemerintah no. 10 tahun 1966 tentang wajib
simpan rahasia kedokteran:
o Pasal 1
Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang
diketahui oleh orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau
selama melakukan pekerjaannya dalam lapangan kedokteran.
o Pasal 2
Pengetahuan tersebut pasal 1 harus dirahasiakan oleh orang-orang yang
tersebut dalam pasal 3, kecuali apabila suatu peraturan lain yang
sederajat atau lebih tinggi daripada Peraturan Pemerintah ini
menentukan lain.
o Pasal 3
Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1
ialah:
Tenaga kesehatan menurut pasal 2 Undang-undang tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara tahun 1963 No. 79).
Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan
pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan, dan orang lain
yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Rahasia Jabatan
Pelaksanaan rahasia jabatan tidak cukup hanya diatur oleh etik, tetapi
memerlukan pula pengaturan dalam undang-undang. Pelanggaran norma susila
hanya diancam oleh sanksi sosial dari masyarakat, sedangkan pelanggaran
4
undang-undang akan mendapat ancaman hukuman. Oleh karena itu, apabila
rahasia jabatan juga diatur dalam undang-undang, dokter yang melanggar
peraturan itu juga dapat diancam hukuman.
Ayat b pasal 322 KUHP ini penting terutama berkenaan dengan rahasia
jabatan dokter. Menurut ayat ini, seorang dokter yang “membuka rahasia”
tentang rahasia pasien tidak dengan sendirinya akan dituntut di muka
pengadilan, melainkan hanya sesudah terhadapnya diadakan pengaduan oleh
pasien yang bersangkutan.
Pasal 4
Terhadap pelanggaran ketentuan mengenai: wajib simpan rahasia
kedokteran yang tidak atau tidak dapat dipidana menurut pasal 322
atau pasal 112 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Menteri
Kesehatan dapat melakukan tindakan administratif berdasarkan pasal
11 Undang-undang tentang Tenaga Kesehatan.
Pasal 5
Apabila pelanggaran yang dimaksud dalam pasal 4 dilakukan oleh
mereka yang disebut dalam pasal 3 huruf b, maka Menteri Kesehatan
dapat mengambil tindakan-tindakan berdasarkan wewenang dan
kebijaksanaannya.
Pasal 6
Dalam pelaksanaan peraturan ini Menteri Kesehatan dapat mendengar
Dewan Pelindung Susila Kedokteran dan/atau badan-badan lain
bilamana perlu.
D. PIHAK BERWAJIB
Berdasarkan PP Nomor 10 Pasal 3 Tahun 1966, yang diwajibkan menyimpan
rahasia kedokteran adalah :
1. Tenaga Kesehatan.
2. Mahasiswa kedokteran , murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan,
pengobatan dan / atau perawatan dan orang lain yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan.
6
keadaan si sakit”.Dengan demikian para mahasiswa kedokteran, kedokteran-gigi, ahli
farmasi, ahli laboratorium, ahli sinar, bidan, para pegawai murid para medis dan
sebagainya termasuk dalam golongan yang diwajibkan menyimpan rahasia.Menteri
Kesehatan dapat menetapkan, baik secara umum maupun secara insidentail, orang-
orang yang wajib menyimpan rahasia kedokteran, misalnya pegawai tata usaha pada
rumah-rumah sakit dan laboratorium-laboratorium.
7
kesehatan dan sanitarian.
6) Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien.
7) Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis, dan terapis
Wicara.
8) Tenaga keteknisan medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi,
teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik,
teknisi transfusi dan perekam medis.
8
o Mendapatkan isi rekam medis.
9
F. PEMBUKAAN RAHASIA{ ;;;;;;;;dari mana;;;;;;;;}
Dokter wajib menjaga kerahasiaan pasiennya baik yang dikemukakan oleh
pasiennya maupun isi dari rekam medis. Walaupun telah diatur oleh undang-undang
atas wajib simpan rahasia kedokteran tetapi ada pengecualian dimana rahasia
kedokteran dapat diungkapkan.
Pengungkapan rahasia kedokteran dapat diberikan atas dasar ijin dari pasien.
Pasien diberikan penjelasan tentang alasan pengungkapan rahasia. Dalam hal ini
pasien harus dalam keadaan yang kompeten. Demi keamanan, oleh rumah sakit
biasanya dimintakan Surat Izin Tertulis dari pasien/keluarganya secara khusus.
2. Keperluan asuransi
3. Dokter perusahaan
10
Adanya kontrak antara dokter dengan peminta uji kesehatan (biasanya tidak
selalu pasien sendiri). Jawaban dari hasil pemeriksaan adalah untuk peminta
kesehatan. Terlebih dahulu pasien diberitahukan tentang hal ini.
Pasal 51 KUHP
ii. Perintah jabatan yang diberikan oleh penguasa yang berwenang tidak
membebaskan dari keadaan terpidana, kecuali dengan itikad baik pegawai yang
di bawahnya itu menyangka bahwa penguasa itu berwenang untuk memberi
perintah itu dan perintah menjalankan terletak dalam lingkungan kewajiban
pegawai yang diperintah itu.
6. Menjalankan undang-undang
7. Di peradilan
Menurut hukum, setiap warga negara dapat dipanggil untuk didengar sebagai
saksi. Selain itu, seorang yang mempunyai keahlian dapat juga dipanggil sebagai
saksi ahli. Maka dapat terjadi bahwa seorang yang mempunyai keahlian seperti
contoh seorang dokter dipanggil sebagai saksi, sebagai ahli sekaligus sebagai
saksi (expert witness). Sebagai saksi atau saksi ahli, ia diharuskan memberi
11
keterangan tentang seseorang yang sebelum itu telah menjadi pasien yang
ditanganinya. Termuat dalam KUHP pasal 224:
Barang siapa yang secara sah dipanggil sebagai saksi, saksi ahli, atau
sebagaipenterjemah tidak memenuhi kewajiban yang harus dipenuhi dihukum:
Sebuah dilema untuk seorang dokter jika menghadapi hal seperti ini. Di satu sisi
jika dokter tidak memnuhi panggilan disa dipersalahkan. Tetapi jika memenuhi
panggilan juga dapat dipersalahkan kaena membocorkan rahasia yang
dipercayakan kepadanya.
Dalam keadaan ini seolah-olah melanggar rahasia jabatannya. Maka sikap yang
harus diambil dokter:
a. Dokter tersebut dipanggil sebagai saksi ahli dan hanya diminta pendapatnya di
bidang keahliannya. Dokter dalam posisi ini tidak ada kaitannya dengan pihak-
pihak yang berperkara. Ia bebas untuk menyatakan pendapatnya mengenai
perihal medis yang ditanyakan kepadanya. Dalam situasi ini tidak ada
persoalan rahasia medis sepanjang ia tidak mengungkapkan hal-hal pribadi
pasien.
c. Jika pihak pasien yang berperkara dengan pihak lain. Oleh pasien, dokter
dimintakan untuk memberikan keterangannya di bidang medis. Dalam situasi
ini dokter boleh mengungkap rahasia medis pasien tersebut atas permintaan
pasien. Dalam hal ini pasien dianggap sudah melepaskan haknya dan
membebaskan dokter dari kewajiban menyimpan rahasianya
Namun, dokter juga boleh menolak mengungkap rahasia medis jika dokter
tersebut beranggapan hal itu demi kebaikan pasien (Hak Tolak-Ungkap).Hak
ini diatur dalam KUHP Perdata pasal 1909.Namun, jika hakim berpendapat
12
bahwa dokter itu harus mengungkapkan, maka dokter harus
mengungkapkannya.
8. Daya paksa
9. Konsultasi profesional
G. PELANGGARAN
13
adanya undang-undang atau peraturan yang mengatur soal tersebut. Umumnya hampir
tidak ada perbedaan antara kedua istilah tersebut.
Untuk memahami soal rahasia jabatan ditilik dari sudut hukum, tingkah laku
seorang dokter kita bagi dalam 2 jenis :
1) Tingkah laku yang bersangkutan dengan pekerjaan sehari-hari
Dalam hal ini harus diperhatikan ialah :
Pasal 322 KUHP yang berbunyi :
1. Barang siapa dengan sengaja membuka sesuatu rahasia yang ia
wajib menyimpannya oleh karena jabatan atau pekerjaannya, baik
yang sekarang maupun yang dulu, dihukum dengan hukuman
penjara selama-lamanya sembilan bulan atau denda sebanyak-
banyaknya enam ratus rupiah.
2. Jika kejahatan ini dilakukan terhadap seorang yang tertentu, ia
hanya dituntut atas pengaduan orang itu.
14
DAFTAR PUSTAKA
15