Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH BIOETIK

KERAHASIAAN MEDIK DAN KODE ETIK


KEDOKTERAN INDONESIA

ALMANDA NURHIKMA A. RAUF


C011191058
KELAS A
PENDIDIKAN DOKTER UMUM

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR, SULAWESI SELATAN
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur saya haturkan kepada Allah Subhanahu


Wata’ala yang telah memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kerahasiaan Medik dan Kode
Etik Kedokteran Indonesia “.
Makalah ini telah saya selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya sampaikan banyak terima kasih
kepada segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam
penyelesaian makalah ini.

Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa


masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata
bahasa, susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan
hati , saya selaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun
dari pembaca.

Dengan karya ini saya berharap dapat membantu menambah ilmu


penegtahuan baik dari kalangan muda dan masyarakat.

Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah
khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat
luas.

Makassar, 29 november 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kerahasiaan pasien merupakan isu yang terus berkembang dan
mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Kerahasiaan pasien dulunya
dianggap sebagai rahasia yang mutlak dan harus dijaga, namun
berdasarkan pasal UU No. 29 Tahun 2004 tentang praktk kedokteran yang
berbunyi “Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan
kesehatan pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam
rangka penegakan hukum, permintaan dari pasien, atau berdasarkan
peraturan perundang-undangan”.
Di samping terdapat pula rahasia kedokteran yang diatur dalam
Pemenkes No 269/Menkes/per/III/2008 menyatakan kerahasiaan pasien
dapat dibuka kepada pihak tertentu seperti diberikan kepada aparat
penegak hukum berdasarkan perintah pengadilan atau instansi/institusi
lain guna kepentingan penelitian pendidikan, atau audit medis. Serta
dalam kodeki pasal 12 di sebutan setiap dokter wajib merahasiakan segala
sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah
pasien itu meninggal dunia.
1.2 Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan Untuk mengetahui mengapa
kerahasiaan medik sangat penting dari beberapa aspek serta kode etik
kedokteran indonesia yang memuat kerahasiaan medik. Di samping itu,
makalah ini disusun untuk melengkapi tugas di akhir semester.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan rahasia medik?
2. Bagaimana Dasar hukum terkait kerahasiaan medik?
3. Mengapa Informed concent dan HAM dikaitkan dengan kerahasiaan
Medik?
4. apa saja aspek aspek yang memanfaatkan informasi kerahasia medik?
BAB II
PEMBAHASAN

“Rahasia Kedokteran”adalah segala sesuatu yang berhubungan


dengan hal yang ditemukan oleh dokter dan dokter gigi dalm rangka
pengobatan dan dicatat dalam rekam medis yang dimiliki pasien dan
bersifat rahasia, hal ini merupakan penjelasan pasal 38. Sejarah
menyimpan rahasia ini sudah ada bersamaan dengan sejarah ilmu
kedokteran, dan terdapat dijaman hipokrates. Hipokrates menganggap
pentingnya hal ini, maka memasukkannya dalam sumpah calon dokter.
Kewajiban menyimpan rahasia medis ini juga terdapat pada Declaration
of Generve suatu sumpah Hippokrates yang di mordenisasi dan di
introduksikan oleh Medical Association yang berbunyi “i will respect the
Secret which are confied in me, even after teh patient has died”.
Kewajiban menjaga rahasia kedokteran ini harus di junjung tinggi
oleh dokter dan tenaga kesehatan lain, karena kerahasiaan ini merupakan
hak atas privacy oleh pasien dan haknya kepada siapa ia akan
mengungkapkannya. Masalah kerahasiaan kedokteran ini mempunyai
dasar perbuatan melawan hukum, antara lain karena adanya kewajiban
kepedulian dari dokter terhadap pasiennya. Kewajiban tersebut
merupakan salah satu unsur utama dari setiap perbuatan melawan
hukum, sehingga apabila dokter tanpa alasan yang sah membuka rahasia
pasiennya, maka tindakan dokter tersebut secara hukum dapat
digolongkan kedalam suatu perbuatan melawan hukum.
Dasar hukum yang mengatur tentang kerahasiaan medik :
 PP No 10 tahun 1966 tentang wajib simpan rahasia
kedokteran tanggal 21 mei 1966
 Pasal 55 undang-undang No. 23/1992 beserta penjelasan,
menekankan lagi kewajiban simpan rahasia medik
 Pasal 11 PP 749 MENKES/PER/XII/1989 Tentang REKAM
MEDIS “ Rekam medis merupakan berkas yang wajib
disimpan kerahasiaannya”
 KUHP pasal 322
o Ayat 1 : Barang siapa dengan sengaja membuka
rahasia yang ia wajib menyimpannya oleh karena
jabatan atau pekerjaannya, baik sekarang maupun
dahulu, dihukum dengan hukuman penjara selama-
lamanya 9 bulan atau denda sebanyak-banyaknya
600 rupiah
o Ayat 2 : Jika kejahatan ini dilakukan terhadap orang
tertentu, maka ini hanya dituntut atas pengaduan
orang itu.
 Membocorkan kesehatan presiden diatur dalam pasal 12,
maka akan dihukum lebih berat
 BAB IV butir 2 keputusan Dirjen. Yanmed No.
78/Yan.Med/RS.UM.DIK/YMU/1/91 “Isi rekam medik
adalah milik pasien yang wajib dijaga kerahasiaannya”
 Undang-Undang Rumah Sakit
o Pasal 38
 Setiap rumah sakit harus menyimpan rahasia
kedokteran
 Rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) hanya dapat dibuka untuk
kepentingan kesehatan pasien, untuk
pemenuhan permintaan aparat penegak
hukum dalam rangka penegakkan hukum,
atas persetujuan pasien sendiri, atau
berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan
o Pasal 44
 Rumah sakit dapat menolak mengungkapkan
segala informasi kepada publik yang
berkaitan dengan rahasia kedokteran
 Pasien dan/atau keluarga yang menuntut
Rumah sakit dan menginformasikannya
melalui media massa, dianggap telah
melepaskan hak rahasia kedokterannya
kepada umum
 Pasal 5 Kode Etik profesi rekam Medik “setiap pelaksana
rekam medik dan informasi kesehatan selalu menjunjung
tinggi doktrin kerahasiaan dan hak kerahasiaan perorangan
pasien dalam memberikan infromasi yang terkait dengan
identitas individu dan sosial
 Sanksi administrasi tetap dapat diberikan berdasarkan
pasal 4 PP No. 10/1966, walaupun pasien telah memaafkan
 Pasal 22 PP No. 32 tahun 1966 tentang tenaga kesehatan
bagi setiap tenaga kesehatan
 Di dalam Undang-Undang Praktik kedokteran pasal 46 ayat
(1) disebutkan bahwa setiap dokter diwajibakn untuk
membuat rekam medik, dan rekam medik harus segera
dibuat atau dilengkapi setelah pasien selesai mendapat
pelayanan kesehatan
 Dalam melaksanakan perekaman medis tentang masalah
terkait pasien yaitu berupa nama yang memberikan
tindakan, waku melakukan tindakan, proses tindakan
mediknya, serta tanda tangan petugas yang melakukan hal
ini diatur dalam pasal 46 ayat 3.
 Pasa 47
o Ayat 1, Undang-Undang Praktik Kedokteran
ditekankan bahwa rekam tersebut adalah milik
dokter atau sarana pelayanan kesehatan, sedang
isinya adalah milik pasien
o Ayat 2 rekam medis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus disimpan dan dijaga kerahasiaanya
oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana
pelayanan kesehatan.
 Pasal 48
o Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan
praktik kedokteran wajib menyimpan rahasia
kedokteran
o Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk
kepentingan kesehatan pasien, memenuhi
permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka
penegakan hukum, permintaan pasien sendiri, atau
berdasarkan ketentuan perundan-undangan
 Undang-Undang Rumah Sakit
o Pasal 3 tentang Hak pasien mendapatkan privasi dan
kerahasiaannya penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya
Adapun cara melindungi rahasia medik yakni hanya petugas rekam medik
yang diijinkan masuk ruang penyimpanan berkas rekam medis, dilarang
mengutip sebagian atau seluruh isi rekam medis untuk badan-badan atau
perorangan, kecuali yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan
yang berlaku, adapun selama penderita dirawat, rekam medis menjadi tanggung
jawab perawat ruangan dan menjaga kerahasiaannya.
Pembahasan tentang rahasia kedokteran tidak mungking dapat dilepaskan
dari pembahasan tentang informed concent dna medical record. Dalam pelayanan
kesehatan, hal ini dikenal dengan konsep trilogy rahasia kedokteran. Pengertian
trylogi rahasia kedokteran muncul, mengingat bahwa dalam setiap upaya
pelayanan kesehatan terdapat tiga hal penting yang merupakan satu rangkaian
yang saling terkait antara tindakan yang satu dengan tindakan lainnya.
Informed consent merupakan hak pasien untuk memberikan persetujuan
atas tindakan medis terhadap dirinya. Informed concent dilakukan setelah pasien
menerima informasi yang cukup tentang kondisi kesehatannya, tindakan medis
yang akan dilakukan,bahkan biaya yang akan ditanggung. Dalam pelaksanaan
prosedur informed concent tersebut, informasi harus diberikan dengan itikad
baik, jujur, tidak menakut nakuti. Informasi kepada pasien merupakan hak pasien,
jadi harus diberikan baik diminta maupun tidak diminta. Informasi yang
diberikan tersebut harus selengkap-lengkapnya yaitu mencakup tentang
keuntungan dan kerugian dari tindakan kedokteran yang akan dilakukan, yaitu
diagnostik maupun terapeutik dan sebaiknya informasi atau penjelasan, sesuai
dengan pendapat leenen, yaitu minimal mencakup informasi atau penjelasan
tentang :
1. Diagnosis;
2. Terapi, dengan kemungkinan terapi;
3. Tentang cara kerja dan pengalaman dokter;
4. Risiko bila dilakukan atau tidak dilakukan tindakan kedokteran
tersebut;
5. Kemungkinan perasaan sakit ataupun perasaan lainnya;
6. Keuntungan terapi;
7. Pragnosa
Setelah dilakukan aspek aspek di atas, Data dan hasil kesehatan pasien dicatat
dalam suatu berkas yang disebut rekam medis (medical record ), yang memiliki
nilai kerahasiaan. Medical record adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen
antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan,
serta tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Medical
record yang berisi data pasien merupakan hak pasien dan menjadi kewajiban
dokter untuk membuatnya.
Problem HAM dalam pelayanan kesehatan merupakan problem yang selalu
dihadapi dalam perkembangan penerapan dibidang pelayanan kesehatan. HAM
dapat dimaknai sebagai seperangkat hak yang melekat pada diri manusia semata-
mata karena kodrat kemanusiaannya. Oleh karena itu dalam diri manusia melekat
hak hidup, kebebasan, integritas pribadi, dan lain-lain dalam rangka
mengartikulasikan kehidupan sesuai kodratnya secara bermartabat. HAM adalah
klaim dari rakyat/warga negara terhadap negaranya supaya dipenuhi apa yang
menjadi hak asasinya. Oleh karena itu, HAM harus dilindungi, dihormati,
dipertahankan dan tidak boleh diabaikan, dikurangi, atau dirampas oelh
siapapun.
HAM bersifat universal, artinya berlaku di mana saja dan untuk siapa saja dan
tidak dapat diambil oleh siapapun. Hak ini dibutuhkan manusia selain untuk
melindungi diri martabat kemanusiaannya juga digunakan sebagai landasan
moral dalam bergaul atau berhubungan dengan sesama manusia.
Dalam konsep hukum, Hak mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak
merupakan hak konstitusional bagi setiap warga negara, sebagaiman
diamanatkan dalam pasal 28 H ayat (1) Undang-undang Dasar 1945 bahwa
:”setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendaptkan lingkungan hidup yan baik dan sehat berhak memperoleh pelayanan
kesehatan”. Dalam ruang lingkup HAM terdapat dua hak yang seringkali
berbenturan, padahal kedudukannya sama penting dan keduanya harus dijamin
perlindungannya. Hak atas informasi kesehatan dalam ruang lingkup (publik)
yang utama adalah hak akses terhadap pelayanan kesehatan. Sementara hak
mementukan diri sendiri diturunkan dalam beberapa hak antara lain hak atas
rahasia medis merupakan hak individu yang juga harus dilindungi. Sebagai
contoh, hak atas informasi kesehatan bagi masyarakat terkait dengan penularan
penyakit yang membahayakan merupakan hak yang harus dipenuhi agar melalui
informasi terssebut masyarakat dapat terhindar dari penularan penyakit. Hak ini
merupakan salah satu hak dasar sosial yang bersumber dari HAM, sementara hal
ini berlawanan hak atas rahasia medis dari seorang yang diduga terindikasi
penyakit menular yang merupakan hak dasar individualnya yang harus juga
dihormati. Dalam kasus lain seseorang atas dasar hak individualnya dapat
memilih untuk tidak mengimunisasikan anaknya, tetapi di lain pihak dalam
rangka pencegahan penyakit menular maka pemerintah mewajibkan setiap anak
lahir sampai dengan usia 9 bulan.
Selain itu, adapun kegunaan rekam medik dapat dilihat dari beberapa aspek
anatra lain :
a) Aspek administrasi
Rekam medik mempunyai arti administrasi karena isinya
menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan pertanggung
jawab bagi tenaga kesehatan
b) Aspek medis
Rekam medik mempunyai niali medis karena catatan
tersebut dipakai sebagai dasar merencanakan pengobatan dan
perawatan yang akan diberikan
c) Aspek hukum
Rekam medik mempunyai nilai hukum karena isinya
menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar
keadilan dalam usaha menegakkan hukum serta bukti untuk
menegakkan keadilan
d) Aspek keuangan
Rekam medik dapat menjadi bahan unutk menetapkan
pembayaran baiya pelayanan kesehatan
e) Aspek penelitian
Rekam medik mempunyai nilai penelitian karena
mengandung data atau informasi sebagai aspek penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan
f) Aspek pendidikan
Rekam medik mempunyai nilai pendidikan karena
menyangkut data informasi tentang perkembangan kronologis
pelayanan medik terhadap pasien yang dipelajari
g) Aspek dokumentasi
Rekam medik memepunyai nilai dokumentasi karena
merupakan sumber yang harus di dokumentasikan yang dipakai
sebagai bahan pertanggung jawaban dan laporan.

PENUTUP
Rahasia medis adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan hal yang
ditemukan oleh dokter dan dokter gigi dalm rangka pengobatan dan dicatat dalam
rekam medis yang dimiliki pasien dan bersifat rahasia, hal ini merupakan
penjelasan pasal 38. Dasar hukum yang telah mengatur adanya kerahasiaan
medis ini, oleh karena itu apabila kerahasiaan medis dilanggar maka akan diberi
sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Adapun cara
melindungi rahasia medik yakni hanya petugas rekam medik yang diijinkan
masuk ruang penyimpanan berkas rekam medis, dilarang mengutip sebagian atau
seluruh isi rekam medis untuk badan-badan atau perorangan, kecuali yang telah
ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, adapun selama
penderita dirawat, rekam medis menjadi tanggung jawab perawat ruangan dan
menjaga kerahasiaannya. Pembahasan tentang rahasia kedokteran tidak mungkin
dapat dilepaskan dari pembahasan tentang informed concent dan medical record.
Dalam pelayanan kesehatan, hal ini dikenal dengan konsep trilogy rahasia
kedokteran.
Dalam atas rahasia medis merupakan suatu hak yang bersumber dari hak
dasar individual. Dalam konteks hak dasar individual ini terdapat pula hak atas
informasi medis yang merupakan informasi yang bersifat privat. Problem HAM
dalam pelayanan kesehatan seringkali terjadi, khususnya terkait kepentingan
perlindungan antara hak dasar sosial dengan hak dasar individual. Hak dasar
informasi publik maupun hak atas rahasia medis, keduanya merupakan hak
bersumber dari HAM. Dalam beberapa kasus seringkali penyelenggara pelayanan
kesehatan dihadapkan pada pilihan antara memberikan informasi kesehatan,
sebagai peringatan, agar masyarakat terhindar dari penularan penyakit atau
harus menjaga rahasia medis pasiennya.
Berdasarkan berbagai ketentuan perundang-undangan, infromasi medis
bersifat rahasia dan merupakan salah satu informasi yang dikecualikan untuk
dbeberkan . Maka dapat disimpulkan bahwa data kesehatan pasien bukan
termasuk informasi yang dapat disampaikan kepada masyarakat (publik).
Rahasia kedokteran/rahasia medis merupakan hak pasien yang harus dihormati.
Jadi, dapat ditafsirkan bahwa hak atas informasi kesehatan merupakan hak setiap
orang yang dibatasi oleh hak atas rahasia kedokteran. Namun, untuk kepentingan
pasien yanng bersangkutan maka rahasia kedokteran dapat dibuka dengan syarat
adanya persetujuan dari pasien. Sementara itu, terkait dengan kepentingan
umum atas perintah undang-undang, misalnya dalam hubungannya dengan
penyakit menular yang membahayakan kepentingan umum, maka rahasia dapat
dibuka tanpa persetujuan pasien, meskipun dengan syarat tidak boleh membuka
identitas pasien yang di indikasikan memiliki penyakit tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
1. https://kumparan.com/potongan-nostalgia/hippocrates-dan-gagasan-ilmu-
kedokteran-modern-1538801050277228921
2. https://hukumkes.wordpress.com/2008/03/06/aspek-hukum-rekam-medik-
di-indonesia/
3. EVALUASI PROSEDUR PELEPASAN INFORMASI MEDIS DALAM MENJAMIN
ASPEK HUKUM KERAHASIAAN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT ONKOLOGI
SURABAYA; Eka Wilda Faida ; STIKES Yayasan RS Dr. Soetomo Surabaya
4. https://www.adzanri.com/2019/05/perlindungan-hukum-kerahasiaan-dan-
hak.html
5. PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELANGGARAN
RAHASIA MEDIS ; Ridwan ; Mahasiswa Magister Hukum Universitas Sebelas
Maret
6. PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK PASIEN DALAM
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG KESEHATAN DI INDONESIA;
Valeri M.P. Siringoringo , Dewi Hendrawati, R.Suharto ; Program Studi S1 Ilmu
Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
7. Hak atas Informasi Publik dan Hak atas Rahasia Medis: Problem Hak Asasi
Manusia dalam Pelayanan Kesehatan; Endang Wahya Yusna
8. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG
PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
9. PELANGGARAN RAHASIA KEDOKTERAN MENURUT HUKUM POSITIF
INDONESIA1; Oleh Ryan Rakian
10. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG
RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai