Rahasia Kedokteran
RAHASIA KEDOKTERAN
A. Pengertian Rahasia Kedokteran
Rahasia kedokteran adalah segala sesuatu yang harus dirahasiakan mengenai apa yang
diketahui dan didapatkan selama menjalani praktek lapangan kedokteran, baik yang
menyangkut masa sekarang maupun masa yang sudah lampau, baik pasien yang masih hidup
maupun sudah meninggal. Ketentuan ini diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 10 tahun
1996 pasal 1, pasal 2, pasal 3. Rahasia kedokteran ini meliputi 2 hal yaitu :
1. Rahasia pekerjaan adalah segala sesuatu yang diketahui dan harus dirahasiakan
berdasarkan lafal sumpah yang diucapkan pada waktu menerima gelar seorang
dokter.
2. Rahasia jabatan adalah segala sesuatu yang diketahui dan harus dirahasiakan
berdasarkan lafal sumpah yang diucapkan pada waktu diangkat sebagai pegawai
negeri, yang berbunyi : “Bahwa saya akan memegang rahasia sesuai menurut sifat
atau menurut perintah harus saya rahasiakan”, Yang termasuk dalam rahasia
kedokteran mencakup aspek moril dan yuridis, tidak hanya mencakup segala
sesuatu yang diketahui karena pekerjaannya atau keilmuannya mengenai hal-hal
yang diceritakan atau dipercayakan kepada seorang dokter secara eksplisit
(permintaan khusus untuk dirahasiakan), tetapi juga meliputi hal-hal yang
disampaikan secara implisit (tanpa permintaan khusus), termasuk dalam hal ini
segala fakta yang didapatkan dari pemeriksaan penderita, interpretasi untuk
menegakkan diagnose dan melakukan pengobatan, dari anamnesa dan
pemeriksaan dengan alat-alat kedokteran.
b. Hubungan hukum antara dokter pasien untuk berdaya upaya menyembuhkan pasien
(inspanning verbintenis)
Hak akses terhadap rahasia kedokteran bisa disimpulkan sebagai kelanjutan dari hak
atas informasi. Atau berdasarkan itikad baik dari pihak dokternya untuk memberikan akses
terhadap rekam mediknya yang di dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
269/Menkes/Per/III /2008 diberikan dalam bentuk ringkasan rekam medis.
c. Hak akses terhadap rekam medis adalah sebagai kelanjutan dari kewajiban dokter untuk
memberikan informasi kepada pasien.
Markenstein tentang kepentingan pasien untuk melihat data-data rekam medis adalah :
1. kepentingan yang terletak di bidang finansial dalam arti untuk dapat menilai
apakah ia boleh memperoleh pembayaran kembali ataupun ganti kerugian;
2. kepentingan proses peradilan yang menurut rasa keadilan kedua pihak yang
berperkara seharusnya mempunyai hak akses yang sama terhadap informasi
yang relevan untuk diajukan pada proses peradilan;
3. kepentingan pengobatan yang diperlukan untuk meneruskan pengobatannya
pada pemberi pelayanan lain atas dasar data-data yang ada;
4. kepentingan yang bersangkutan dalam pengamanan yang menyangkut data
pribadinya (privacy).
Secara umum telah disadari bahwa informasi yang didapat dari rekam medis
sifatnya rahasia. Informasi di dalam rekam medis bersifat rahasia karena hal ini
menjelaskan hubungan yang khusus antara pasien dengan dokter yang wajib
dilindungi sesuai dengan kode etik kedokteran dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Dalam Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1966 pasal 3 disebutkan
bahwa yang wajib menyimpan rahasia antara lain tenaga kesehatan dan perawat
(DepKes, RI. 1997).
Pasal 12 :
(3) Isi rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk
ringkasan rekam medis.
Pasal 13 :
Pasal 14:
Dalam kaitannya dengan pengungkapan informasi terdapat tiga masalah etik, yaitu :
Pelepasan adalah proses, cara atau perbuatan (hal dan sebagainya) menjadikan
bebas atau tidak ada ikatan (DepDiknas, 2008)
1) Identitas pasien
Resume ini harus disingkat dan hanya menjelaskan informasi penting tentang
penyakit, pemeriksaan yang dilakukan dan pengobatannya. Resume ini harus
ditulis segera setelah pasien keluar dan isinya menjawab pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut:
1) Identitas pasien
3) Hasil anamneses
5) Diagnosis
6) Rencana penatalaksanaan
a. Menerima konsep resume yang telah dibuat oleh dokter yang merawat dari
berkas rekam medis pasien keluar yang telah di assembling dan dilakukan
pengecekan data pasien berdasarkan berkas rekam medis pasien tersebut.
b. Konsep resume yang telah diteliti kebenarannya diketik dan diprint rangkap
dua.
e. Membuat surat bukti penerimaan atas klaim biaya perawatan pasien baik
dari perusahaan penanggung biaya pasien, perusahaan asuransi maupun
pihak ketiga yang memerlukan informasi kesehatan berdasarkan surat kuasa
atau surat ijin tertulis dari dokter dan pasien untuk kepentingan pasien.
Pelepasan Informasi Data Rekam Medis
Peminjaman rekam medis untuk keperluan pembuatan makalah, riset, dan lain-lain
oleh seorang dokter/tenaga kesehatan lainnya sebaiknya dikerjakan di kantor rekam
medis. Mahasiswa kedokteran dapat meminjam rekam medis jika dapat menunjukkan
surat pengantar dari dokter ruangan. Dalam hal pasien mendapat perawatan lanjutan di
rumah sakit/institusi lain, berkas rekam medis tidak boleh dikirimkan, akan tetapi cukup
diberikan resume akhir pelayanan.
Penyampaian informasi rekam medis kepada orang atau badan yang diberi kuasa
pasien, misalnya pihak asuransi yang menanggung biaya pengobatan, dipelukan surat kuasa
pasien atau yang bertanggungjawab terhadap pasien tersebut (bila pasien tak kuasa membuat
surat kuasa). Surat kuasa ini dapat disediakan oleh sarana kesehatan atau rumah sakit
yang bersangkutan. Selanjutnya pemegang kuasa harus menunjukkan identitas diri dan
kemudian harus memperoleh ijin dari pimpinan sarana kesehatan setelah disetujui oleh
komite medis dan rekam medis. Untuk data sosial boleh disampaikan tanpa perlu
memperoleh ijin pimpinaan sarana kesehatan.
Apabila diperlukan untuk pengadilan, maka bukti pelayanan yang terrekam dan
tercatat dalam formulir rekam medis harus dianggap sebagai dokumen resmi kegiatan
pemberi pelayanan yang dapat dipertanggung jawabkan kebenaran isinya. Pimpinan
sarana kesehatan dapat memberikan salinan rekam medisnya atas pemintaan pengadilan.
Bila diminta aslinya harus ada permintaan secara tertulis dan pada saat diserahkan harus
ada tanda terima dari pengadilan pada setiap lembar rekam medis yang diserahkan dengan
tanda bukti penerimaan. Bila dijumpai keraguan terhadap isi DRM pengadilan
dapat memerintahkan saksi ahli untuk menanyakan arti dan maksud yang terkandung
di dalammya.
Perlindungan data Informasi Kesehatan Elektronik
Kasus penyalahgunaan data rekam medis di Indonesia memang masih jarang. Namun
dengan semakin berkembangnya bidang rekam medis dan informasi kesehatan seiring dengan
semakin berkembangnya teknologi informasi maka penyalahgunaan data rekam medis
(terutama data elektronik) menjadi sangat mungkin. Berikut adalah beberapa tips untuk
melindungi data rekam medis elektronik:
1. Membuat SOP yang tepat untuk pelepasan informasi kesehatan pasien dan
memberikan pemahaman kepada seluruh petugas medis bahwa rekam medis
pasien bersifat rahasia.
2. Melakukan pembatasan hak akses terhadap informasi pasien sesuai dengan hak
dan wewenangnya.
3. Membuat fire wall untuk melindungi data dari luar.
4. Merekrut SDM yang memiliki kompetensi di bidang cyber security untuk
mengetahui dengan cepat apabila terjadi penyalahgunaan informasi dan
meminimalisir informasi yang telah disalahgunakan tersebar luas.
Malpraktek merupakan istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak selalu
berkonotasi yuridis. Secara harfiah “mal” mempunyai arti “salah” sedangkan
“praktek” mempunyai arti “pelaksanaan” atau “tindakan”, sehingga malpraktek
berarti “pelaksanaan atau tindakan yang salah”. Meskipun arti harfiahnya demikian
tetapi kebanyakan istilah tersebut dipergunakan untuk menyatakan adanya tindakan
yang salah dalam rangka pelaksanaan suatu profesi. Sedangkan difinisi malpraktek
profesi kesehatan adalah “kelalaian dari seseorang dokter atau tenaga keperawatan
(perawat dan bidan) untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu
pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan
terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama”
(Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos, California, 1956)
a. Melalaikan kewajiban
b. Melakukan suatu hal yang tidak boleh diperbuat oleh seorang tenaga kerja
kesehatan mengingat sumpah jabatan maupun mengingat sumpah sebagai
tenaga kesehatan
2. Unsur Malpraktik
Contoh: :
Contoh:
1. Gagal mencatat dan melaporkan apa yang dikaji dari pasien. Seperti
tingkat kesadaran pada saat masuk.
Contoh:
Contoh: :
Fraktur panggul, nyeri, waktu rawat inap lama dan memerlukan rehabilitasi.
Kerugian ini kadang kala tidak memerlukan pembuktian dari pasien dengan
diberlakukannya doktrin les ipsa liquitur, yang berarti faktanya telah berbicara.
Misalnya terdapatnya kain kassa yang tertinggal dirongga perut pasien, sehingga
menimbulkan komplikasi pasca bedah. Dalam hal ini maka dokterlah yang harus
membuktikan tidak adanya kelalaian dalam dirinya. Namun tetap saja ada elemen
yuridis yang harus dipenuhi untuk menyatakan telah terjadi malpraktek yaitu :
1. Adanya tindakan dalam arti berbuat atau tidak berbuat. Tidak berbuat disini
adalah mengabaikan pasien dengan alasn tertentu seperti tidak ada biaya
atau tidak ada penjaminannya.
3. Jenis Malpraktik
Berpijak pada hakekat malpraktek adalan praktik yang buruk atau tidak
sesuai dengan standar profesi yang telah ditetepkan, maka ada bermacam-macam
malpraktek yang dapat dipiah dengan mendasarkan pada ketentuan hukum yang
dilanggar, walaupun kadang kala sebutan malpraktek secara langsung bisa
mencakup dua atau lebih jenis malpraktek. Secara garis besar malprakltek dibagi
dalam dua golongan besar yaitu mal praktik medik (medical malpractice) yang
biasanya juga meliputi malpraktik etik (etichal malpractice) dan malpraktek yuridik
(yuridical malpractice). Sedangkan malpraktik yurudik dibagi menjadi tiga yaitu
malpraktik perdata (civil malpractice), malpraktik pidana (criminal malpractice) dan
malpraktek administrasi Negara (administrative malpractice).
E. Penanganan Malpraktik