Anda di halaman 1dari 68

1.

Affandi Zulkarnain
2. Najmiyatus Tsaniyah

Bagian Forensik
RS Ahmad Mochtar Bukittinggi
Fakultas Kedokteran Universtas Baiturrahmah
1
Pengertian Hukum
Kesehatan

Hukum kesehatan menurut Prof.H.J.J.Leene adalah
semua peraturan hukum yang berhubungan
langsung pada pemberian pelayanan kesehatan dan
penerapanya pada hukum perdata, hukum
administrasi dan hukum pidana.

2

Hukum kesehatan menurut Anggaran Dasar
Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia (PERHUKI)
merupakan semua ketentuan hukum yang berhubungan
langsung dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan
dan penerapannya serta hak dan kewajiban baik dari
perorangan dan segenap lapisan masyarakat sebagai
penerima pelayanan kesehatan maupun dari pihak
penyelenggara pelayanan kesehatan dalam segala aspek
organisasi, sarana, pedoman-pedoman standar pelayanan
medik, hukum di bidang kesehatan yurispudensi serta
ilmu pengetahuan bidang kedokteran/kesehatan.
3
Ruang Lingkup Hukum
Kesehatan / Kedokteran

Hal-hal yang perlu mendapat perhatian dalam hukum
kesehatan dikemukakan olehLeenen, sebagai berikut:
1. Hak atas pemeliharaan kesehatan
2. Hak untuk hidup
3. Mengenai pelaksanaan profesi kesehatan
4. Mengenai hubungan perdata
5. Mengenai aspek-aspek hukum pidana
6. Mengenai pemeliharaan kesehatan kuratif

4

7. Mengenai pemeliharaan kesehatan preventif dan
social
8. Undang-undang candu, undang-undang absint,
peraturan-peraturan internasional
9. Mengenai kesehatan lingkungan
10. Undang-undang tentang barang dan dewan urusan
makanan
11. Peraturan perundang-undangan tentang organisasi
12. Menyangkut pembiayaan sakit
13. Hukum kesehatan internasional (yang dikeluarkan
WHO, Konvensi Jenewa, dll)
5

Ruang lingkup hukum kedokteran:
1. Hubungan dokter dengan pasien
2. Kewajiban untuk merawat
3. Kekeliruan diagnosis
4. Kesalahan pengobatan
5. Cedera karena sarana fisik
6. Cedera karena peralatan dan janji dokter
7. Tanggungjawab terhadap perbuatan pihak ketiga
8. Persetujuan untuk dirawat

6
Fungsi hukum
kesehatan adalah:

1. Menjaga ketertiban di dalam masyarakat.
2. Menyelesaikan sengketa yang timbul di dalam
masyarakat (khususnyadi bidang kesehatan).
Benturan antara kepentingan individu dengan
kepentingan masyarakat
3. Merekayasa masyarakat (social engineering).

7
Tanggung Jawab
Hukum Dokter

Hukum Perdata
A. Tanggung Jawab Hukum Perdata Karena
Wanprestasi
Pengertian wanprestasi ialah suatu keadaan dimana seseorang
tidak memenuhi kewajibannya yang didasarkan pada suatu
perjanjian atau kontrak.
Menurut ilmu hukum perdata, seseorang dapat dianggap
melakukan wanprestasi apabila :
1. tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan
2. melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat
3. melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana
dijanjikan
4. melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh
dilakukannya
8

Dokter dan Pasien dapat digolongkan sebagai
persetujuan untuk melakukan atau berbuat sesuatu.
Tetapi penyembuhan itu tidak pasti selalu dapat
dilakukan sehingga seorang dokter hanya
mengikatkan dirinya untuk memberikan bantuan
sedapat-dapatnya, sesuai dengan ilmu dan
ketrampilan yang dikuasainya. Artinya, dia berjanji
akan berdaya upaya sekuat-kuatnya untuk
menyembuhkan pasien.

9

B. Tanggung Jawab Perdata Dokter Karena
Perbuatan Melanggar Hukum (onrechtmatige daad)
Tanggung jawab karena kesalahan
merupakan bentuk klasik pertanggungjawaban
perdata. Berdasar tiga prinsip yang diatur dalam
Pasal 1365, 1366, 1367 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yaitu sebagai berikut :

10

Pasal 1365 KUHPerTiap perbuatan melanggar
hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya
menerbitkan kesalahan itu, mengganti kerugian
tersebut.
Pasal 1366 KUHper : Setiap orang bertanggung
jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan
karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian
yang disebabkan karena kelalaian atau kurang hati-
hatinya.
11

Seseorang harus memberikan pertanggungjawaban
tidak hanya atas kerugian yang ditimbulkan dari
tindakannya sendiri, tetapi juga atas kerugian yang
ditimbulkan dari tindakan orang lain yang berada di
bawah pengawasannya. (Pasal 1367 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata).

12

Hukum Pidana
Suatu perbuatan dapat dikategorikan sebagai criminal
malpractice apabila memenuhi rumusan delik pidana
yaitu : Perbuatan tersebut harus merupakan perbuatan
tercela dan dilakukan sikap batin yang salah yaitu
berupa kesengajaan, kecerobohan atau kelapaan.
Kesalahan atau kelalaian tenaga kesehatan dapat terjadi
di bidang hukum pidana, diatur antara lain dalam :
Pasal 263, 267, 294 ayat (2), 299, 304, 322, 344, 347, 348,
349, 351, 359, 360, 361, 531 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana.
13

Dalam literatur hukum kedokteran negara Anglo-
Saxon antara lain dari Taylor14 dikatakan bahwa
seorang dokter baru dapat dipersalahkan dan
digugat menurut hukum apabila dia sudah
memenuhi syarat 4 D, yaitu : Duty (Kewajiban),
Derelictions of That Duty (Penyimpangan
kewajiban), Damage (Kerugian), Direct Causal
Relationship (Berkaitan langsung)

14

Hukum Administrasi
Dikatakan pelanggaran administrative malpractice jika
dokter melanggar hukum tata usaaha negara. Contoh
tindakan dokter yang dikategorikan sebagai
administrative malpractice adalah menjalankan praktek
tanpa ijin, melakukan tindakan medis yang tidak sesuai
dengan ijin yang dimiliki, melakukan praktek dengan
menggunakan ijin yang sudah daluwarsa dan tidak
membuat rekam medis.

15
Hak dan kewajiban
pasien

A. Hak pasien:
Menurut UU No.29 thn 2004
a. Mendapatkan penjelasan tindakan medis. Mencakup
diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan
medis, alternative tindakan medis dan risikonya, dan
komplikasi yangmungkinterjadi.
b. Meminta pendapat dokter lain.
c. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pasien
d. Menolak tindakan medis.
e. Mendapatkan isi rekam medis.
16

Hak pasien berdasarkan uu no.8 / 1999 tentang
perlindungan konsumen :
Kenyamanan, keamanan, dan keselamatan
Memilih
Informasi yang benar, jelas, dan jujur
Didengar pendapat dan keluhannya
Mendapatkan advokasi, pendidikan dan perlindungan
konsumen
Dilayani secara benar, jujur, tidak diskriminatif
Memperoleh kompensasi, ganti rugi dan atau
penggantian

17

B. Kewajiban Pasien :
1. Berdasarkan uu no.8 / 1999 tentang perlindungan
konsumen
Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan
prosedur
Beritikad baik
Membayar sesuai dengan nilai tukar yang
disepakati
Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa
perlindungan konsumen secara patut.
18

2. Berdasarkan uu.no.29/2004 tentang praktik
kedokteran
- Memberikan informasi yang lengkap dan jujur
tentang masalah kesehatannya
- Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter dan
dokter gigi
- Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana
kesehatan
- Memberikan imbalan jasa atas pelayan yang
diterima
19
Hak dan Kewajiban
Dokter

A. Hak Dokter
Peroleh perlindungan hukum sepanjang sesuai
dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional
Melakukan praktik kedokteran sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional
Memperoleh informasi yang jujur dan lengkap dari
pasien atau keluarga
Menerima imbalan jasa

20

B. Kewajiban Dokter
Memberi pelayanan medis sesuai standar profesi, spo serta
kebutuhan pasien
Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
pasien bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia
Melakukan pertolongan darurat atas dasar
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang
bertugas dan mampu melakukannya
Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti
perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran gigi
Kewajiban lain diatur dalam sumpah dokter dan kode etik
kedokteran.

21
Inform Consent

informed artinya telah disampaikan atau
diinformasikan, consent artinya persetujuan yang
diberikan kepada seseorang untuk berbuat sesuatu.
Persetujuan tindakan medik menurut Peraturan
Menteri Kesehatan No. 589 thn 1989 adalah
persetujuan yang diberikan pasien atau keluarga
atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik
yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.

22

Beberapa hal yg perlu disampaikan dokter sebelum
melakukan tindakan medis :
informasi dan penjelasan tentang tujuan dan prospek
keberhasilan tindakan medik yang akan dilakukan.
(purpose of medical procedures).
Informasi dan penjelasan tentang tata cara tindakan
medis yang akan dilakukan. (contempleted medical
procedures).
Informasi dan penjelasan tentang resiko (risk inherent
in such medical procedures) dan komplikasi yang
mungkin terjadi.

23

Informasi dan penjelasan tentang alternatif tindakan
medis lain yang tersedia dan serta resikonya masing-
masing. (alternative medical procedures and risk).
Informasi dan penjelasan tentang prognosis penyakit
apabila tindakan medis tersebut dilakukan. (prognosis
with and without medical procedures).
Diagnosis.

24
Rekam Medis

Menurut PERMENKES No:
269/MENKES/PER/III/2008 yang dimaksud rekam
medis adalah berkas yang berisi catatan dan
dokumen antara lain identitas pasien, hasil
pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta
tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien.

25

Pasien Rawat Jalan
Data pasien rawat jalan yang dimasukkan dalam medical record
sekurang-kurangnya antara lain:
a. Identitas Pasien
b. Tanggal dan waktu.
c. Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit).
d. Hasil Pemeriksaan fisik dan penunjang medis.
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
g. Pengobatan dan atau tindakan
h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
i. Untuk kasus gigi dan dilengkapi dengan odontogram klinik dan
j. Persetujuan tindakan bila perlu.

26

Pasien Rawat Inap
Data pasien rawat inap yang dimasukkan dalam medical
record sekurang-kurangnya antara lain:
a. Identitas Pasien
b. Tanggal dan waktu.
c. Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat
penyakit.
d. Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang medis.
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
g. Pengobatan dan atau tindakan

27

h. Persetujuan tindakan bila perlu
i. Catatan obsservasi klinis dan hasil pengobatan
j. Ringkasan pulang (discharge summary)
k. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau
tenaga kesehatan tertentu yang
memberikan pelayanan ksehatan.
l. Pelayanan lain yang telah diberikan oleh tenaga
kesehatan tertentu.
m. Untuk kasus gigi dan dilengkapi dengan
odontogram klinik
28

Ruang Gawat Darurat
Data pasien rawat inap yang harus dimasukkan dalam
medical record sekurang-kurangnya antara lain:
a. Identitas Pasien
b. Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan
c. Identitas pengantar pasien
d. Tanggal dan waktu.
e. Hasil Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat
penyakit.
f. Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang medis.
g. Diagnosis

29

h. Pengobatan dan/atau tindakan
i. Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan
pelayanan unit gawat darurat dan
rencana tindak lanjut.
j. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga
kesehatan tertentu yang
memberikan pelayanan kesehatan.
k. Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang
akan dipindahkan ke sarana
pelayanan kesehatan lain dan
l. Pelayanan lain yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan
tertentu.
30
Malpraktek

Definisi malpraktek profesi kesehatan adalah kelalaian
dari seseorang dokter atau perawat untuk
mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu
pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien,
yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang
yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang
sama (Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle
de Los Angelos, California, 1956).

31

malpraktek hukum atau yuridical malpractice dibagi
dalam 3 kategori sesuai bidang hukum yang
dilanggar, yakni
Criminal malpractice
Civil malpractice
Administrative malpractice.

32

Kriminal malpraktek
a. Perbuatan tersebut (positive act maupun negative
act) merupakan perbuatan tercela.
b. Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea)
yang berupa kesengajaan (intensional), kecerobohan
(reklessness) atau kealpaan (negligence).

33

Criminal malpractice yang bersifat sengaja (intensional)
misalnya melakukan euthanasia (pasal 344 KUHP),
membuka rahasia jabatan (pasal 332 KUHP), membuat
surat keterangan palsu (pasal 263 KUHP), melakukan
aborsi tanpa indikasi medis pasal 299 KUHP).
Criminal malpractice yang bersifat ceroboh (recklessness)
misalnya melakukan tindakan medis tanpa persetujuan
pasien informed consent.
Criminal malpractice yang bersifat negligence (lalai)
misalnya kurang hati-hati mengakibatkan luka, cacat atau
meninggalnya pasien, ketinggalan klem dalam perut
pasien saat melakukan operasi.
34

Civil Malpractice
Tindakan tenaga kesehatan yang dapat dikategorikan
civil malpractice antara lain:
Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya
wajib dilakukan.
Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib
dilakukan tetapi terlambat melakukannya.
Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib
dilakukan tetapi tidak sempurna.
Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak
seharusnya dilakukan.
35

Administrasi Malpraktek
Tenaga perawatan dikatakan telah melakukan
administrative malpractice manakala tenaga perawatan
tersebut telah melanggar hukum administrasi. Perlu
diketahui bahwa dalam melakukan police power,
pemerintah mempunyai kewenangan menerbitkan
berbagai ketentuan di bidang kesehatan, misalnya
tentang persyaratan bagi tenaga perawatan untuk
menjalankan profesinya (Surat Ijin Kerja, Surat Ijin
Praktek), batas kewenangan serta kewajiban tenaga
perawatan. Apabila aturan tersebut dilanggar maka
tenaga kesehatan yang bersangkutan dapat dipersalahkan
melanggar hukum administrasi.

36

Pembuktian
Lansung
4D
Duty
Dereliction of Duty (penyimpangan dari kewajiban)
Direct Causation (penyebab langsung)
Damage (kerugian)

37

Tidak Langsung
Cara tidak langsung merupakan cara pembuktian yang
mudah bagi pasien, yakni dengan mengajukan fakta-fakta
yang diderita olehnya sebagai hasil layanan perawatan
(doktrin res ipsa loquitur).
Doktrin res ipsa loquitur dapat diterapkan apabila
fakta-fakta yang ada memenuhi kriteria:
Fakta tidak mungkin ada/terjadi apabila tenaga perawatan
tidak lalai
Fakta itu terjadi memang berada dalam tanggung jawab
tenaga perawatan
Fakta itu terjadi tanpa ada kontribusi dari pasien dengan
perkataan lain tidak ada contributory negligence.
38

Upaya Pencegahan
Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan
keberhasilan upaya-nya, karena perjanjian berbentuk
daya upaya (inspaning verbintenis)bukan perjanjian
akan berhasil (resultaat verbintenis).
Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan
informedconsent.
Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam
rekam medis.

39

Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada
senior atau dokter.
Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan
memperhatikan segala kebutuhannya.
Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien,
keluarga danmasyarakat sekitarnya.

40
Euthanasia

Euthanasia artinya mati dengan baik atau mati
dengan tanpa penderitaan atau mati cepat tanpa
derita. Dari sudut pandangan kedokteran,
euthanasia adalah sengaja tidak melakukan sesuatu
untuk memperpanjang hidup seorang pasien atau
sengaja melakukan sesuatu untuk memperpendek
hidup atau mengakhiri hidup seorang pasien yang
dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri.

41

Dari cara pelaksanaannya dibagi menjadi 2 :
Euthanasia pasif adalah menghentikan atau
mencabut segala tindakan atau pengobatan yang
sedang berlangsung untuk mempertahankan
hidupnya.
Euthanasia aktif adalah perbuatan yang dilakukan
dengan sengaja secara medis melalui intervensi aktif
oleh seorang petugas kesehatan atau dokter dengan
tujuan untuk mengakhiri hidup manusia (pasien).

42

Dari permintaan juga dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Euthanasia voluntir adalah euthanasia yang
dilakukan oleh petugas medis berdasarkan
permintaan dari pasien sendiri.
b. Euthanasia involuntir adalah euthanasia yang
dilakukan oleh petugas medis kepada pasien yang
sudah tidak sadar. Biasanya permintaan dilakukan
oleh keluarga pasien, dengan berbagai alasan, antara
lain: biaya perawatan, kasihan kepada penderitaan
(pasien) dsb.

43

Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun
2009, Pasal 117 berbunyi seseorang dikatakan mati
apabila fungsi sistem jantung, sirkulasi dan sistem
pernafasan terbukti telah berhenti secara permanen,
atau apabila kematian batang otak telah dapat
dibuktikan. Dari pernyataan pasal undang-undang
tersebut, mati merupakan suatu bentuk akomodasi
dari berbagai batasan tentang kematian atau mati,
yang sebelumnya telah ada atau dirumuskan.

44

Ketentuan hukum yang berkaitan lansung dengan Euthanasia
terdapat dalam beberapa pasal dalam KUHP, yakni :
KUHP Pasal 344 berbunyi Barang siapa menghilangkan
jiwa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang
disebutnya dengan nyata dan dengan sungguh-sungguh,
dihukum penjara selama-lamanya dua belas tahun.
KUHP Pasal 340 berbunyi Barang siapa dengan sengaja
dan direncankan lebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain.
Dihukum karena pembunuhan direncanakan dengan hukuman
mati atau penjara selama-lamnya seumur hidup atau penjara
sementara selama-lamanya dua puluh tahun.

45

KUHP Pasal 359 berbunyi Barang siapa karena
kesalahnya menyebabkan matinya orang lain
dihukum penjara selama-lamanya lima tahun atau
kurang selama-lamanya setahun.
KUHP Pasal 345 berbunyi Barang siapa dengan
sengaja menghasut orang lain untuk bunuh diri,
menolongnya dalam perbuatan itu, atau
memberikan daya upaya itu jadi bunuh diri,
dihukum penjara selama-lamanya empat tahun.

46
Transplantasi Organ

Transplantasi organ adalah pemindahan suatu
jaringan atau organ manusia tertentu dari suatu
tempat ketempat lain pada tubuhnya sendiri atau
tubuh orang lain dengan persyaratan dan kondisi
tertentu.
1) Autotransplantasi.
2) Homotransplantasi
3) Heterotransplantasi

47

1) Autograft, yaitu pemindahan dari satu tempat ke
tempat lain dalam tubuh itu sendiri.
2) Allograft, yaitu pemindahan dari satu tubuh ke
tubuh lain yang sama spesiesnya.
3) Isograft, yaitu pemindahan dari satu tubuh ke
tubuh lain yang identik, misalnya pada kembar
identik.
4) Xenograft, yaitu pemindahan dari satu tubuh ke
tubuh yang lain yang tidak sama ke spesiesnya.

48

Beberapa pihak yang ikut terlibat dalam usaha
transplantasi adalah
donor hidup
jenazah dan donor mati
keluarga dan ahli waris
resepien
dokter dan pelaksana lain
dan masyarakat.

49

UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan di
cantumkan beberapa pasal tentang transplantasi :
Pasal 64, 65, 66, 67, 68, 69 dan 70

50

Pasal 64
(1) Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
dapat dilakukan melalui transplantasi organ dan/atau
jaringan tubuh, implan obat dan/atau alat kesehatan,
bedah plastik dan rekonstruksi serta penggunaan sel
punca.
(2)Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh
sebagaiman dimaksud pada ayat (1) dilakukan hanya
untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk
dikomersialkan.
(3) Organ dan/atau jaringan tubuh dilarang
diperjualbelikan dengan dalih apapun.

51

Pasal 65
(1) Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh hanya
dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang menpunyai
keahlian untuk itu dan dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan tertentu.
(2) Pengambilan organ dan/atau jaringan tubuh dari
seorang donor harus memperhatikan kesehatan pendonor
yang bersangkutan dan mendapat persetujuan pendonor
dan/atau ahli waris atau keluarganya.
(3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara
penyelenggaraan transplantasi organ dan/arau jaringan
tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2)
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
52

Pasal 66
Transplantasi sel, baik yang berasal dari manusia maupun dari
hewan, hanya dapat dilakukan apabila telah terbukti keamnan
dan kemanfaatannya.

IV. Pasal 67
(1) Pengambilan dan pengiriman spesimen atau bagian organ
tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan serta dilakukan di
fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.
(2)Ketentuan mengenai syarat dan tata cara pengambilan dan
pengiriman spesimen atau bagian organ tubuh sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
53

Pasal 68
(1) Pemasangan implan obat dan/atau alat
kesehatan ke dalam tubuh manusia hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan serta dilakukan di
fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.
(2)Ketentuan mengenai syarat dan tatacara
penyelenggaraan pemasangan implan dan/atau alat
kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Peraturan pemerintah.

54

Pasal 69
(1) Bedah plastik dan rekonstruksi hanya dapat dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu.
(2)Bedah plastik dan rekonstruksi tidak boleh
bertentangan dengan norma yang berlaku dalam
masyarakat dan tidak ditujukan untuk mengubah
identitas.
(3)Ketentuan mengenai syarat dan tata cara bedah plastik
dan rekonstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Penerintah.

55

Pasal 70
(1) Penggunaan sel punca hanya dapat dilakukan
untuk ytujuan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan, serta dilarang digunakan
untuk tujuan reproduksi.
(2)Sel punca sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak boleh berasal dari sel punca embrionik.
(3)Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan sel
punca sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (ayat (2)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.

56
Aborsi

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan
bahwa aborsi sebagai penghentian kehamilan
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan atau
kurang dari 22 minggu.
Pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi 28
minggu atau sebelum janin mencapai berat 1.000
gram.(KBBI)

57

Abortus dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
Abortus spontan/alami atau Abortus Spontaneus
Abortus Buatan/Sengaja atau Abortus Provocatus
Criminalis
Abortus Terapeutik/Medis atau Abortus Provocatus
Therapeuticum

58

Yang dikenai hukuman dalam hal ini :

Ibu yang melakukan abortus


Dokter/bidan/dukun/tenaga kesehatan lain yang
melakukan aborsi
Orang-orang/pihak yang mendukung terlaksananya
aborsi

59

Beberapa pasal yang terkait adalah :
KUHP pasal 299, 346, 347, 348, 349 tentang larangan
pengguguran kandungan.
UU no 32 th 2009 Pasal 75 UU Kesehatan:
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia
dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu
dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat
dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat
diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di
luar kandungan; atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat
menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan.

60

Aspek Etika Kedokteran

Bunyi lafal sumpah dokter : Saya akan merahasiakan


segala sesuatu yang saya ketahui dari pasien bahkan
hingga pasien meninggal.
Bunyi lafal sumpah dokter : Saya akan menghormati
setiap hidup insane mulai dari pembuahan.
Penjelasan Pasal 7c KODEKI : Abortus Provokatus
dapat dibenarkan dalam tindakan pengobatan/media
Pasal 10 KODEKI : Dokter wajib mengingat akan
kewajibannya melindungi hidup tiap insani.
61

Pasal 31 ayat (1) dan (2) PP 61/2014 yang antara lain
mengatakan bahwa tindakan aborsi hanya dapat
dilakukan berdasarkan kehamilan akibat perkosaan
dan hanya dapat dilakukan apabila usia kehamilan
paling lama berusia 40 (empat puluh) hari dihitung
sejak hari pertama haid terakhir.

62

Pasal 37 PP 61/2014 yang pada intinya mengatakan
bahwa tindakan aborsi berdasarkan kehamilan
akibat perkosaan hanya dapat dilakukan melalui
konseling, yakni pra konseling dan pasca konseling.

63

Adapun tujuan pra konseling adalah (Pasal 37 ayat (3) PP
61/2014):
menjajaki kebutuhan dari perempuan yang ingin
melakukan aborsi;
menyampaikan dan menjelaskan kepada perempuan
yang ingin melakukan aborsi
menjelaskan tahapan tindakan aborsi yang akan
dilakukan dan kemungkinan efek samping atau
komplikasinya;
membantu perempuan yang ingin melakukan aborsi
untuk mengambil keputusan sendiri
menilai kesiapan pasien untuk menjalani aborsi.

64

Sedangkan konseling pasca tindakan dilakukan
dengan tujuan (Pasal 37 ayat (4) PP 61/2014):
mengobservasi dan mengevaluasi kondisi pasien
setelah tindakan aborsi;
bmembantu pasien memahami keadaan atau kondisi
fisik setelah menjalani aborsi;
cmenjelaskan perlunya kunjungan ulang untuk
pemeriksaan dan konseling lanjutan atau tindakan
rujukan bila diperlukan; dan
dmenjelaskan pentingnya penggunaan alat
kontrasepsi untuk mencegah terjadinya kehamilan.
65
Kesimpulan

Hukum kesehatan adalah semua peraturan hukum
yang berhubungan langsung pada pemberian
pelayanan kesehatan dan penerapanya pada hukum
perdata, hukum administrasi dan hukum pidana.
Hukum kesehatan mencangkup komponen hukum
bidang kesehatan yang bersinggungan satu sama
lain, yaitu hukum kedokteran/kedokteran gigi,
hukum keperawatan, hukum farmasi klinik, hukum
rumah sakit, hukum kesehatan masyarakat, hukum
kesehatan lingkungan, dsb.
66

Tanggung jawab hukum dokter adalah suatu
keterikatan dokter terhadap ketentuan-ketentuan
hukum dalam menjalankan profesinya. Tanggung jawab
seorang dokter dalam bidang hukum terbagi dalam 3
(tiga) bagian, yaitu: Hukum pidana, hokum perdata, dan
hokum administrasi. Dalam hokum kesehatan diatur
mengenai hak dan kewajiban dokter serta hak dan
kewajiban pasien agar terjadi hubungan yang baik antara
dokter dan pasien dalam penyembuhan penyakitnya.
Aspek-aspek yang perlu dibahas dalam huku kesehatan
diantaranya tentang rekam medis, malpraktek,
euthanasia, aborsi dan transplantasi organ.
67
DAFTAR PUSTAKA

1. UU no 36 th 2009 tentang kesehatan. Republik Indonesia
2. UU no 29 th 2004 tentang praktik kedokteran. Republik
Indonesia.
3. Dorland. 2002. Kamus Kedokteran Edisi 29. Jakarta :
EGC.
4. Majelis Kehormatan Etika Kedokteran. 2002. Kode Etik
Kedokteran Indonesia. Jakarta : Majelis Kehormatan Etika
Kedokteran.
5. Syafruddin, SH, MH. 2015. Abortus Provocatus dan
Hukum.
library.usu.ac.id/modules.php?op=modload&name=Downloa
ds&file=index&req=getit&lid=447 (diakses tanggal 10
agustus 2015)

68

Anda mungkin juga menyukai