BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Praktik Kedokteran Kelompok profesional tertentu Berkompetensi Memenuhi standar Diberi kewenangan Bekerja sesuai standar dan profesionalisme
Teoritis-konseptual Masyarakat profesi dan masyarakat umum = kontrak Masyarakat profesi memiliki hak self regulating dan kewajiban menjamin pelayanan yang berkompetensi
Saat ini Masyarakat umum mengeluhkan pelayanan oleh masyarakat profesi Tidak mendapat yang semestinya didapat dan hal-hal yang tidak perlu didapatkan Kecaman terhadap masyarakat profesi = malpraktik
Latar Belakang
MALPRAKTIK Awal tahun 1981 dr. Setianingrum, vs Ny. Rukmini Pasal 359 KUHP. Pasien akibat syok anafilaktik (Streptomisin)
RS Omni Inter.
- Prita Mulyasari - Bayi Juliana (Jayden-Jared)
Latar Belakang
Malpraktik Medik Kelalaian Medik
Batasan Masalah
Penulisan referat ini dibatasi pada: aspek hukum hubungan dokter dan pasien definisi malpraktik medik dari segi medik dan hukum jenis-jenis malpraktik medik kriteria dan unsur malpraktik medik pembuktian kasus malpraktik medik kelalaian medik
Tujuan Penulisan
Referat ini disusun dengan tujuan sebagai berikut: 1. Memenuhi syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik senior di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang. 2. Sarana dalam memberikan pemahaman tentang malpraktik medik dan kelalaian medik.
Metode Penulisan
Referat ini disusun berdasarkan tinjauan kepustakaan yang diambil dari berbagai literatur.
Horizontal Kontraktual
Inspannings Verbitenis - Kedudukan sejajar - Tidak menjanjikan sesuatu - Upaya dokter berdasar ilmu pengetahuan dan pengalamannya
Dokter dan pasien sama-sama menyatakan persetujuan (eksplisit, implisit) Paling utama dalam hubungan kontraktual
Azas bebas
Hak Sekunder
Memperoleh informasi medik tentang penyakitnya. Memperoleh informasi tentang tindakan medik yang akan dilakukan oleh dokter. Memutuskan hubungan kontraktual setiap saat (sesuai azas kepatutan dan kebiasaan). Hak atas rahasia kedokteran. Hak atas surat keterangan dokter bagi kepentingan pasien yang bersifat nonyustisial. Hak atas second opinion.
Kewajiban Sekunder
Memberikan informasi medik tentang penyakit pasien. Memberikan informasi tentang tindakan medik yang akan dilakukan. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk memutuskan apakah akan menerima atau menolak tindakan medik yang akan dilakukan oleh dokter. Menyimpan rahasia kedokteran. Memberikan surat keterangan dokter. Memberikan hak kepada pasien atas second opinion.
Hak Dokter
Hak untuk memperoleh informasi yang sejujurjujurnya dan selengkap-lengkapnya bagi kepentingan diagnosis dan terapi. Hak untuk memperoleh imbalan yang layak.
Dinyatakan netral, apabila: 1. Orang yang dilukai memberikan persetujuan 2. Tindakan berdasarkan indikasi medik tertentu 3. Tindakan dilakukan melalui kaidah ilmu kedokteran
Malpraktik Hukum
Malpraktik Administratif
Bertindak tidak sesuai standar profesi atau tanpa persetujuan pasien Menyebabkan kematian atau luka berat (Pasal 359-361 KUHP)
Standar Profesi Kemampuan rata-rata dibanding kategori keahlian medik yang sama. Kedokteran (Leneen)
Situasi dan kondisi yang sama.
Sarana upaya yang sebanding atau proporsional dengan tujuan konkrit tindakan atau perbuatan tersebut.
pembuktian : kausanya
Pasal 183 KUHP: Larangan hakim menjatuhkan hukuman kecuali didasarkan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah Kasus tidak melanggar kode etik masalah selesai Melanggar kode etik diberikan peringatan Melanggar hukum diserahkan ke pengadilan hukum pidana
Hakim secara bebas diperkenankan memakai alat bukti selain yang termaktub dalam undang-undang, asalkan dilandaskan alasan logis. Pembuktian berdasarkan alat bukti yang ditentukan oleh undang-undang saja.
Pembuktian harus dilakukan menurut cara dan dengan alat-alat bukti yang sah menurut undang- undang
MKEK di bawah IDI Aduan masyarakat ke penyidik (polisi) Kasus kriminal (culpa lata), bukan sekadar pelanggaran etik profesi Kendala 1: Kurang pengetahuan medik perlu saksi ahli
Kelalaian Medik
Informed consent - Informasi & alternatif tidak lengkap - Informasi tidak diberikan sebelum tindakan medik risiko tinggi dilakukan - Cara penyampaian tidak memuaskan - Pasien tidak diberi kesempatan memilih alternatif tindakan medik - Tidak disampaikan langsung oleh dokter
Kelalaian Medik
medical negligence Kegagalan melakukan pelayanan yang adekuat oleh dokter, rumah sakit, atau penyedia leyanan kesehatan lainnya. de minimus not curat lex, the law does not concern itself with trifles Selama akibat dari kelalaian ini tidak membawa kerugian atau mencederai orang lain, tidak ada akibat hukum yang dibebankan kepada orang tersebut.
Kelalaian Medik
Yurisprudensi Keputusan Pengadilan Boston (1979)
Negligence is the lack of ordinary care. It is a failure to do what a reasonable careful and prudent person would done on the occasion in question. Medical Injury Compensation Reform Act
Professional negligence is a negligence act or omission to act by a healthcare provider in the rendering of professional services, which is the proximate cause of personal injury or wrongful death, provided that the service are within the scope of service for which the provider is licensed and which are not within any restriction imposed by the licensing agency or licensed hospital.
Kelalaian Medik
Klasifikasi menurut Hukum Pidana
Kealpaan perbuatan
Perbuatannya sendiri sudah merupakan suatu peristiwa pidana, sehingga untuk dipidananya pelaku tidak perlu melihat akibat yang timbul dari perbuatan tersebut (Pasal 205 KUHP).
Kealpaan akibat
Akibat yang timbul merupakan suatu peristiwa pidana bila akibat dari kealpaan tersebut merupakan akibat yang dilarang oleh hukum pidana, misalnya terjadinya cacat atau kematian sebagai akibat yang timbul dari suatu perbuatan (Pasal 359, 360, dan 361 KUHP).
Kelalaian Medik
Unsur Kelalaian Medik
Jonkers
Bertentangan dengan hukum (wederrechtelijkheid) Akibat perbuatan bisa dibayangkan (voorzeinbaarheid) Akibat perbuatan sebenarnya bisa dihindari (vermijdbaarheid) Perbuatan dapat dipersalahkan kepadanya (verwijtbaarheid), karena sebenarnya pelaku sudah dapat membayangkan dan dapat menghindarinya.
Nasution (2005)
Pelaku berbuat lain dari apa yang seharusnya diperbuat menurut hukum tertulis maupun tidak tertulis. Pelaku telah berlaku kurang hatihati, ceroboh, dan kurang berpikir panjang. Perbuatan pelaku itu dapat dicela, oleh karenanya pelaku harus bertanggungjawab atas akibat perbuatan tersebut.
Kelalaian Medik
Pedoman menentukan kelalaian medik (Picard, 1984)
Pendidikan, pengalaman, dan kualifikasi-kualifikasi lain yang berlaku untuk tenaga kesehatan Tingkat resiko dalam prosedur penyembuhan / perawatan Suasana, peralatan, fasilitas, dan sumber-sumber lain yang tersedia bagi tenaga kesehatan.
Kelalaian Medik
Kelalaian Medik vs Kecelakaan Medik (Guwandi (2005) Kelalaian Medik
Bertentangan dengan etika, moral dan disiplin. Bertentangan dengan hukum. Bertentangan dengan standar profesi medik. Kekurangan ilmu pengetahuan atau tertinggal ilmu di dalam profesinya yang sudah berlaku umum di kalangan tersebut. Menelantarkan, kelalaian, kurang hati-hati, acuh, kurang peduli terhadap keselamatan pasien, kesalahan menyolok.
Kelalaian Medik vs Kecelakaan Medik (Guwandi (2005) Kecelakaan Medik Tidak terduga, tidak disengaja. Tidak ada unsur kesalahan. Sesuai dengan standar dan etika profesi. Tidak dapat dipersalahkan, dicegah, dan diduga sebelumnya. Dokter sudah berhati-hati, bersungguh-sungguh dengan menggunakan segala ilmunya, keterampilan dan pengalaman yang dimilikinya. Meminimalisasi risiko yang mungkin terjadi. Melakukan terapi awal terhadap kelaianan yang ditemukan atau berkonsultasi dengan ahli spesialis.
Kelalaian Medik
Istilah-istilah bahasa Inggris
Malfeasance
Apabila seseorang melakukan suatu tindakan yang bertentangan dengan hukum atau melakukan perbuatan yang tidak patut (execution of an unlawful or improper act).
Misfeasance
Pelaksanaan suatu tindakan tidak secara benar (the improper performance of an act).
Nonfeasance
Tidak melakukan suatu tindakan yang sebenarnya ada kewajiban untuk melakukan (the failure to act when there is a duty to act).
Kelalaian Medik
Istilah-istilah bahasa Inggris
Malpractice
Kelalaian atau tidak berhati-hati dari seorang yang memegang suatu profesi, dalam menjalankan kewajibannya (negligence or carelessness of professional person). Cara penanganan sembarangan, misalnya suatu operasi yang dilakukan tidak secera benar atau terampil (improper or unskillful treatement). Sifat acuh, dengan sengaja atau sikap yang tidak peduli terhadap keselamatan orang lain, walaupun ia mengetahui bahwa tindakannya itu bisa mengakibatkan cedera/merugikan kepada orang lain
Maltreatment
Criminal negligence
Kesimpulan
Hubungan Dokter Pasien Vertikal horizontal dokter-pasien sama-sama memiliki hak dan kewajiban
Tanggung jawab utama dokter: - informed consent - standar pelayanan medik. Pelanggaran salah satu atau keduanya dapat berujung pada tuntutan hukum, baik pidana maupun perdata.
Kesimpulan
Malpraktik medik Kesalahan dokter dalam melaksanakan standar pelayanan medik terhadap pasien atau keterbatasan kemampuan atau kelalaian dalam memberikan pelayanan kepada pasien yang dapat menyebabkan kecacatan secara langsung kepada pasien.
Kesimpulan
Segi etika profesi dan segi hukum
Malpraktik hukum
Malpraktik etik
Malpraktik pidana
Malpraktik perdata
Malpraktik administratif
Kesimpulan
Sistem Pembuktian Malpraktik Medik Pasal 183 KUHAP Sistem pembuktian negatif Berdasarkan UU dan keyakinan hakim Alur Pembuktian Kendala
Melalui MKEK bukan pelanggaran etik, tapi pelanggaran hukum penyidik Pengadilan Umum Pidana Tanpa melalui MKEK
Kurangnya pengetahuan penegak hukum dalam bidang medik saksi ahli Keterbatasan memperoleh berkas catatan layanan medik
Kesimpulan
Kelalaian Medik Kegagalan melakukan pelayanan yang adekuat oleh dokter rumah sakit atau penyedia layanan kesehatan lainnya. Akibat Hukum Selama akibat kelalaian ini tidak membawa kerugian atau mencelakai orang lain, maka tidak ada akibat hukum yang dibebankan kepada orang tersebut.
Daftar Pustaka
1. Achadiat CM. Hukum Kedokteran. Dalam: Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran Dalam Tantangan Zaman. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007; h.1-59. 2. Yunanto. Tesis: Pertanggungjawaban dokter dalam transaksi terapeutik. Semarang: Magister Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. 2009. h.14-23. 3. Komalawati V. Hukum dan Etika Dalam Praktek Dokter. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 1989; h.19-20. 4. Flynn M. Medical Malpractice: Negligence Duty of Care. Dalam: Encyclopedia of Forensic Medicine, Volume 4. Florida: Elsevier Ltd. Nova South Eastern University. 2005; h.324-5. 5. Astuti EK. Tesis: Hubungan Hukum Antara Dokter dengan Pasien dalam Upaya Pelayanan Medis. Medan: Magister Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. 2003; h.34-42. 6. Lusiana KI. Skripsi: Kebijakan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana di Bidang Medis. Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 2010; h.10-9. 7. Isfandyarie A. Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi Bagi Dokter. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. 2006, h.5-17. 8. Poernomo B. Pokok-pokok Tata Acara Peradilan Pidana Indonesia dalam Undangundang RI, edisi kedua. Yogyakarta: Liberty. 1993; h.41.
Daftar Pustaka
9. Harahap Y. Pembahasan dan Penerapan KUHAP: Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding Kasasi, dan Peninjauan Kembali, edisi kedua. Jakarta: Sinar Grafika. 2000. h.279. 10. Maryanti N. Malpraktek Kedokteran. Jakarta: Bina Aksara. 1998. h.1-10. 11. Ameln F. Kapita Selekta Hukum Kedokteran. Jakarta: Grafika Tama Jaya. 1991. h.87. 12. Hariyani S. Sengketa Medik. Jakarta: Diadit Media. 2005; h.64. 13. Adi P. Tesis: Kebijakan Formulasi Hukum Pidana Dalam Rangka Penanggulangan Tindak Pidana Malpraktik Kedokteran. Semarang: Magister Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. 2010; h.1-42. 14. Sutarto S. Hukum Acara Pidana. Semarang: Universitas Diponegoro. 2008; h.55. 15. Hamzah A. Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2001; h.234-59. 16. Subekti. Hukum Pembuktian. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. 2003; h.7. 17. Nugraha CI. 2011. Skripsi: Tinjauan Hukum Pidana Terhadap Kejahatan Malpraktek Dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran di Indonesia. Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 2011; h.1-55. 18. Guwandi. Berbagai Macam Kelalaian. Dalam: Dugaan Malpraktek Medik dan Draft RPP: Perjanjian Terapetik Antara Dokter dan Pasien. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. h.94-112.