Disusun oleh : Nuzulul W. Laras 22010112210062 Ignatius Erik Dwi W. 22010112210164 Andita D. Erwidodo 22010113210009 Carolina Innesa 22010113210011 Annisa Rizqi 22010113210075 Fajar Akbar R. 22010113210114
Dosen Penguji: dr. Santosa, Sp. F Residen Pembimbing: dr. Suryo Wijoyo
Kasus 1. Meninggal setelah operasi usus buntu Senin tanggal 27 Januari 2014 pukul 15.00 17.30 WITA, pasien berinisial A ( 19 tahun) menjalani operasi usus buntu oleh dokter ahli di Rumah Sakit Prayoga, Kendari. Menurut orang tua A, setelah menjalani operasi, anaknya merasa kesakitan dan perutnya membengkak, serta suhu badannya naik secara drastis. Kemudian dia menanyakan keluhan tersebut ke perawat penjaga dan dikatakan bahwa hal tersebut adalah hal yang biasa setelah operasi usus buntu. Setelah itu, seorang perawat jaga mendatangi pasien dan menyuntikan obat pada infus pasien tanpa memberitahukan kepada mereka tentang isi maupun kegunaan obat tersebut. Keesokan harinya (28 Januari 2014) pukul 11.30 WITA, pasien meninggal dunia.
Kasus 2. Salah transfusi darah Pada Januari 2013, pasien berinisial S M berobat ke RSU Pringadi Medan dan didiagnosa dengan penyakit anemia dan bronkitis. Pasien kemudian mendapatkan transfusi darah golongan AB dan ternyata pasien memiliki golongan darah B. Setelah transfusi tersebut, pasien mengalami demam, lemas dan sampai lumpuh, bahkan kondisinya makin memburuk dan akhirnya beberapa hari kemudian pasien meninggal. Keluarga pasien kemudian melaporkan kasus tersebut secara perdata ke PN Medan menutut kerugian material Rp. 200 jt dan inmaterial Rp. 3,5 M kepada pihak tergugat yakni direktur RSU dr. Pringadi
DEFINISI Medical malpractice involves the physician failure to conform the standard of care for treatment of the patient condition, or lack of skill or negligence in providing care to the patient which is the direct cause of an injury to the patient World Medical Association (1992) "An injury occurring in the course of medical treatment which could not be foreseen and was not the result of the lack of skill or knowledge on the part of the treating physician is untoward result, for which the physician should not bear any liability" DEFINISI "professional misconduct or unreasonable lack of skill" atau "failure of one rendering professional services to exercise that degree of skill and learning commonly applied under all the circumstances in the community by the average prudent reputable member of the profession with the result of injury, loss or damage to the recipient of those services or to those entitled to rely upon them" Black's Law Dictionary Beberapa kemungkinan dari hasil yang tidak diharapkan di bidang kedokteran : Hasil dari suatu perjalanan penyakitnya sendiri Hasil dari suatu risiko Hasil dari suatu kelalaian (culpa). Hasil dari suatu kesengajaan (dolus). Malpraktek dapat dibedakan menjadi : -Tidak dengan sengaja (negligance, culpa) atau karena kelalaian - Dengan sengaja (dolus, vorsatz, intentional ) yang dilarang oleh peraturan perundang- undangan. Dari segi hukum, kelalain dibagi menjadi : 1. Malfeasance (unlawful atau improper) 2. Misfeasance (improper performance) 3. Nonfeasance Menurut ukurannya kelalaian dibagi menjadi : 1. culpa lata (gross fault/neglect) 2. culpa levis(ordinary fault/neglect) 3. culpa levissima (slight fault/neglect)
Suatu perbuatan tenaga medis dianggap lalai apabila memenuhi 4 yaitu: Duty atau kewajiban tenaga medis Dereliction of the duty atau penyimpangan kewajiban Damage atau kerugian Direct causal relationship atau hubungan sebab akibat yang nyata Malpraktek Medik malpraktik etik (ethical malpractice) malpraktik yuridis (yuridical malpractice).
Malpraktik Etik Tenaga kesehatan melakukan tindakan yang bertentangan dengan etika profesinya Etika kedokteran = KODEKI (seperangkat standar etis, prinsip, aturan dan norma). Dampak negatif dari kemajuan teknologi kedokteran Contoh konkrit : pada bidang diagnostik dan bidang terapi Malpraktik Yuridis malpraktik perdata (civil malpractice) malpraktik pidana (criminal malpractice) malpraktik administratif (administrative malpractice).
Malpraktik Perdata (Civil Malpractice) Tidak terpenuhinya isi perjanjian (wanprestasi) kerugian Bukti tindak perdata : a. Ada perbuatan (berbuat/tidak berbuat). b. Melanggar hukum (tertulis /tidak tertulis). c. Ada kerugian d. Ada hubungan sebab akibat (hukum kausal) e. Adanya kesalahan (schuld)
Malpraktik Pidana (criminal malpractice) Tenaga kesehatan kurang cermat dalam melakukan upaya perawatan Pasien meninggal dunia/cacat 3 bentuk malpraktek pidana : a. Malpraktik pidana karena kesengajaan (intensional) b. Malpraktik pidana karena kecerobohan (recklessness) c. Malpraktik pidana karena kealpaan (negligence) Bukti tindak pidana : a. Perbuatan (positif act/negatif act) = tercela b. Sikap batin (mens rea) yang salah (sengaja, ceroboh) c. Kerugian d. Hubungan sebab akibat (hukum kausal) e. Kesalahan (schuld)
Syarat untuk menuntut pergantian kerugian (ganti rugi) : a. Kewajiban tenaga kesehatan terhadap pasien. b. Tenaga kesehatan melanggar standar pelayanan medik c. Penggugat (pasien) menderita kerugian d. Disebabkan oleh tindakan dibawah standar. Tenaga kesehatan dapat melakukan : Informal defence, mengajukan bukti tidak menunjuk pada doktrin-doktrin yang ada Formal/legal defence, mengajukan atau menunjuk pada doktrin-doktrin hukum Malpraktik Administratif Tenaga kesehatan melakukan pelanggaran terhadap hukum administrasi negara yang berlaku. Sanksi Malpraktik 1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) a. Pasal 359 b. Pasal 360 c. Pasal 361 2. Undang-Undang Praktik Kedokteran a. Pasal 75 ayat 1 b. Pasal 76 c. Pasal 79
MANAJEMEN PENCEGAHAN Dalam menyingkapi isu malpraktek harus bersifat Komprehensif dan Prospektif. Komprehensif : promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif Prospektif : menangani isu malpraktik dengan paradigma baru menuju masa depan, yaitu patient safety dengan cara mengendalikan risiko (risk management).
Usaha menghindari malpraktik : Defensive Medicine Semua tindakan sesuai indikasi medis Bekerja sesuai standar profesi Informed consent. Rekam medis. Konsultasikan kepada senior atau dokter. Memperlakukan pasien secara manusiawi. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat sekitarnya.
Penanganan Malpraktik Cara Hukum Kesehatan Mengatasi Tindakan Malpraktik -Permenkes no. 585/1989 - informed consent, mencatat benar/rinci - Tenaga kesehatan bekerja dengan standar profesi medik. - Menghargai hak-hak pasien. - Tenaga kesehatan mengerti,mengetahui tentang hukum. - Menghadapi gugatan/tuntutan hukum, jangan bertindak sendiri. Cara Tim Kesehatan : Mentaati kode etik dan sumpah Mentaati disiplin Mentaati peraturan perundang undangan Mempunyai SIP, STR,Sertifikasi Melaksanakan standar profesi medis informed consent medical record Memegang rahasia kedokteran audit medis Melaksanakan hak dan kewajiban Melakukan komunikasi yang baik dengan pasien Tidak melakukan kesalahan Melaksanakan HAM
Memiliki perlindungan asuransi Memberikan kasih sayang pada pasien Menggunakan pengetahuan untuk mendiagnosa Mengutamakan kepentingan pasien. Mengikuti perkembangan terbaru Melakukan konsultasi dengan anggota tim lainnya. Pelimpahan tugas secara bijaksana dan menerima atau meminta orang lain menerima tanggungjawab yang tidak dapat kita tangani.
TERIMA KASIH
KEPANITRAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO RSUP DR. KARIADI PERIODE 7 APRIL 2014 - 5 MEI 2014