Anda di halaman 1dari 14

PRINSIP-PRINSIP LEGAL

DALAM PRAKTEK
KEPERAWATAN
Disusun Oleh

Thareq Muhammad F Ria Laelasari


Zulfan Kustyana Iis Hendrawati
Lalan Sahril Sidik Ushi Apriani
Deden Rusmana Neng Mimin
Hudan Nurjaman Indriani Ferdiana
Aldi Baihaqi Rima Fitriyani
Yoga Purnama Nelly Solihati
MALPRAKTIK

Malpraktik adalah praktek kedokteran/keperawatan yang salah atau


tidak sesuai dengan standar profesi atau standar prosedur
operasional.
Malpraktik adalah kelalaian dari tenaga kesehatan dalam
menerapkan keterampilan dan pengetahuannya di dalam
memberikan pelayanan pengobatan dan perawatan terhadap
seorang pasien yang lazim diterapkan dalam mengobati dan
merawat orang yang sakit atau terluka.
Kategori Malpraktik

1. Kriminal Malpraktik
• Suatu malpraktik dikatakan kriminal malpraktik apabila perbuatan tersebut
merupakan kesengajaan, kelalaian, atau kecerobohan. Pertanggungjawaban
di depan hukum adalah bersifat personal/individual. Contoh:
• Kesengajaan : Melakukan euthanasia tanpa indikasi medis (pasal 344 KUHP),
melakukan aborsi tanpa indikasi medis (pasal 299 KUHP).
• Kecerobohan : Melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasien
(informed consent).
• Kelalaian : Kurang hati-hati mengakibatkan luka, cacat, meninggalnya
pasien; atau ketinggalan klem di dalam perut saat melakukan operasi.
2. Civil Malpraktik

Suatu malpraktik dikatakan civil malpraktik apabila:


• Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib
dilakukan.
• Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan
tetapi terlambat melakukannya.
• Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan
tetapi tidak sempurna melakukannya.
• Melakukan apa yang menurut kesepakatan tidak seharusnya
dilakukan.
3. Administratif Malpraktik

Terjadi apabila tenaga kesehatan telah melanggar hukum


administrasi, contohnya tentang persyaratan bagi tenaga
keperawatan untuk menjalankan profesinya (SIK, SIP), atau batas
kewenangan serta kewajiban tenaga keperawatan.
Tindakan yang termasuk Malpraktik

1. Kesalahan diagnosa
2. Penyuapan
3. Penyalahgunaan alat-alat kesehatan
4. Pemberian dosis obat yang salah
5. Salah dalam pemberian obat kepada pasien
6. Alat-alat yang tidak memenuhi standart kesehatan atau tidak
steril
7. Kesalahan prosedur operasi
Dampak yang terjadi akibat malpraktik

• Merugikan pasien terutama pada fisiknya dapat menimbulkan


kecacatan yang permanen
• Bagi petugas kesehatan mengalami gangguan psikologisnya, karena
merasa bersalah
• Dari segi hukum dapat dijerat hukum pidana
• Dari segi sosial dapat dikucilkan oleh masyarakat
• Dari segi agama mendapat dosa
• Dari etika keperawatan, melanggar kode etik keperawatan
KELALAIAN

Kelalaian dapat bersifat ketidaksengajaan, kurang teliti, kurang


hati-hati, acuh tak acuh, sembrono, dan tidak perduli terhadap
kepentingan orang lain.
Kelalaian bukan suatu pelanggaran hukum atau kejahatan, jika
kelalaian tidak sampai membawa kerugian atau cedera kepada
orang lain dan orang tersebut menerimanya.
Kelalaian yang mengakibatkan kerugian materi, mencelakakan dan
sampai merenggut nyawa orang dinamakan kelalaian berat
Pertanggung Gugatan dan
Pertanggung Jawaban

PERTANGGUNG GUGATAN PERTANGGUNG JAWABAN


• Yaitu suatu tindak gugatan apabila • Yaitu suatu konsekuensi yang
terjadi suatu kasus tertentu. Contoh: harus diterima seseorang atas
• Ketika dokter memberi instruksi perbuatannya. Contoh :
kepada perawat untuk memberikan
obat kepada pasien tetapi ternyata
• Jika ada kesalahan atau kelalaian
obat yang diberikan itu salah, dan yang dilakukan oleh tenaga
mengakibatkan penyakit pasien kesehatan dan tidak bisa diterima
bertambah parah dan merenggut oleh keluarga pasien maka tenaga
nyawa pihak keluarga dapat menggugat kesehatan bertanggung jawab atas
dokter atau perawat tersebut. kelalaian dan kesalahannya.
Aspek Hukum Dalam Keperawatan

• Ada beberapa alasan mengapa Undang-Undang Praktik Keperawatan dibutuhkan.


• Perawat telah memberikan konstribusi besar dalam peningkatan derajat kesehatan.
Perawat berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan mulai dari pelayanan
pemerintah dan swasta, dari perkotaan hingga pelosok desa terpencil dan perbatasan.
Tetapi pengabdian tersebut pada kenyataannya belum diimbangi dengan pemberian
perlindungan hukum, bahkan cenderung menjadi objek hukum.
• Perawat juga memiliki kompetensi keilmuan, sikap rasional, etis dan profesional,
semangat pengabdian yang tinggi, berdisiplin, kreatif, terampil, berbudi luhur dan
dapat memegang teguh etika profesi. Disamping itu, Undang-Undang ini memiliki
tujuan, lingkup profesi yang jelas, kemutlakan profesi, kepentingan bersama berbagai
pihak (masyarakat, profesi, pemerintah dan pihak terkait lainnya), keterwakilan yang
seimbang, optimalisasi profesi, fleksibilitas, efisiensi dan keselarasan.
Berikut beberapa undang-undang tentang
praktek keperawatan :
• UU No.36/ tahun 2009 tentang Kesehatan
• UU no.38 tahun 2014 tentang Keperawatan.
• Permenkes 26 tahun 2019 tentang Peraturan pelaksana UU no 38 tahun 2014
tentang Keperawatan
• UU No. 6 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan
• UU Kesehatan No. 18 tahun 1964 tentang Wajib Kerja Paramedis.
• SK Menkes No. 262/Per/Vll/1979 tahun 1979
• Permenkes No. 363/Menkes/Per/XX/1980 tahun 1980, pemerintah membuat
suatu peryataan yang jelas perbedaan antara tenaga keperawatan dan bidan.
Lanjutan ….

• UU Kesehatan No. 23 tahun 1992


• Pasal 53 ayat 1 mengatakan ; Tenaga kesehatan berhak memperoleh
perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
• Pasal 53 ayat 4 menyebutkan bahwa ketentuan mengenai standar profesi
dan hak-hak pasien ditetepkan dengan peraturan pemerintah.
• Pasal 50 ayat 1 menyatakan bahwa tenaga kesehatan bertugas
menyelengarakan atau melaksakan kegiatan sesuai dengan bidang keahlian
dan kewenagannya.
• Pasal 53 ayat 3 menyatakan bahwa; Tenaga kesehatan, untuk kepentingan
pembuktian, dapat melakukan tindakan medis terhadap seseorang dengan
memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan.
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai