Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MALPRATIK KEBIDANAN

Oleh :

IDA FAUZIAH KASBEN

NIM NH0415058

KELAS A

D3 KEBIDANAN 2015

STIKES NANI HASANUDDIN MAKASSAR


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan pengetahuan dan teknologi yang sedemikian cepat dalam segala bidang serta
meningkatnya pengetahuan masyarakat berpengaruh pula terhadap meningkatnya tuntutan
masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan atau kebidanan.
Hal ini merupakan tantangan bagi profesi keperawatan dan kebidanan dalam mengembangkan
profesionalisme selama memberi pelayanan yang berkualitas. Kualitas pelayanan yang tinggi
memerlukan landasan komitmen yang kuat dengan basis pada etik dan moral yang tinggi.

Sikap etis profesional yang kokoh dari setiap bidan akan tercermin dalam setiap
langkahnya, termasuk penampilan diri serta keputusan yang diambil dalam merespon situasi
yang muncul. Oleh karena itu pemahaman yang mendalam tentang etika dan moral serta
penerapannya menjadi bagian yang sangat penting dan mendasar dalam memberikan asuhan
keperawatan atau kebidanan dimana nilai-nilai pasien selalu menjadi pertimbangan dan
dihormati.

B. Rumusan Masalah

1. PengertianHukum?
2. pengertian malpraktik ?
3. jenis - jenis malpraktik?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini yaitu:


1. Untuk memahami hukum
2. Untuk mengetahui pengertian malpraktek
3. Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis malpraktek
4. Untuk memahami dan menganalisis contoh kasus mal
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengantar Ilmu Hukum

. Hukum adalah seperangkat dari norma-norma tentang mana yang salah dan mana yang benar,
hukum ini diakui dan dibuat eksistensinya berdasarkan pemerintah, baik dalam bentuk tertulis
maupun tidak tertulis. Sifatnya terikat serta disesuaikan berdasarkan kebutuhan masyarakat
dengan menyeluruh. Pengertian hukum menurut tokoh Indonesia ini berarti setiap warga
masyarakat harus mematuhinya dan apabila dilanggar norma tersebut akan dikenakan sanksi
untuk pelanggarnya.

B. Pengertian Malpraktek

Malpraktek merupakan istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak selalu berkonotasi
yuridis. Secara harfiah “mal” mempunyai arti “salah” sedangkan “praktek” mempunyai arti
“pelaksanaan” atau “tindakan”, sehingga malpraktek berarti “pelaksanaan atau tindakan yang
salah”. Meskipun arti harfiahnya demikian tetapi kebanyakan istilah tersebut dipergunakan untuk
menyatakan adanya tindakan yang salah dalam rangka pelaksanaan suatu profesi.Sedangkan
difinisi malpraktek profesi kesehatan adalah “kelalaian dari seseorang dokter atau bidan untuk
mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat
pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran
dilingkungan yang sama” (Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos,
California, 1956).Berlakunya norma etika dan norma hukum dalam profesi kesehatan. Di dalam
setiap profesi termasuk profesi tenaga bidan berlaku norma etika dan norma hukum. Oleh sebab
itu apabila timbul dugaan adanya kesalahan praktek sudah seharusnyalah diukur atau dilihat dari
sudut pandang kedua norma tersebut. Kesalahan dari sudut pandang etika disebut ethical
malpractice dan dari sudut pandang hukum disebut yuridical malpractice.

Dalam UU Kesehatan No.36 Tahun 2009, kebidanan telah diakui sebagai salah satu profesi di
bidang kesehatan. Bidan dalam menjalankan praktik kebidanan, terkadang mengalami kesulitan
dalam mengatasi situasi karena kerumitan situasi dan keterbatasan pengetahuan dan pengertian
terhadap situasi sering diperburuk oleh kepentingan prasangka,dan factor-faktor subjektif
lainnya.

C. Jenis- jenis Malpraktek

Untuk malpraktek hukum atau yuridical malpractice dibagi dalam 3 kategori sesuai bidang
hukum yang dilanggar, yakni Criminal malpractice, Civil malpractice dan Administrative
malpractice.

1. Criminal malpractice
Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal malpractice manakala
perbuatan tersebut memenuhi rumusan delik pidana yakni :

a. Perbuatan tersebut merupakan perbuatan tercela.

b. Dilakukan dengan sikap batin yang salah yang berupa kesengajaan, kecerobohan.

Criminal malpractice yang bersifat sengaja misalnya melakukan euthanasia (pasal 344
KUHP), membuka rahasia jabatan (pasal 332 KUHP), membuat surat keterangan palsu (pasal
263 KUHP), melakukan aborsi tanpa indikasi medis pasal 299 KUHP).

Criminal malpractice yang bersifat ceroboh misalnya melakukan tindakan medis tanpa
persetujuan pasien informed consent.

Criminal malpractice yang bersifat lalai misalnya kurang hati-hati mengakibatkan luka, cacat
atau pasien meninggalkannnya.
Pertanggung jawaban didepan hukum pada criminal malpractice adalah bersifat
individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau kepada
rumah sakit/sarana kesehatan

2. Civil malpractice
Seorang tenaga kesehatan akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak
melaksanakan kewajiban atau tidak memberikan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati
(ingkar janji).
Tindakan tenaga kesehatan yang dapat dikategorikan civil malpractice
antara lain:
a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan.
b. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat melakukannya.
c. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak sempurna.
d. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan.

Pertanggung jawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan dapat
pula dialihkan pihak lain berdasarkan principle of vicarius liability. Dengan prinsip ini maka
rumah sakit/sarana kesehatan dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang dilakukan
karyawannya (tenaga kesehatan) selama tenaga kesehatan tersebut dalam rangka melaksanakan
tugas kewajibannya.

3. Administrative malpractice
Tenaga bidan dikatakan telah melakukan administrative malpractice manakala tenaga bidan
tersebut telah melanggar hukum administrasi. Perlu diketahui bahwa dalam melakukan police
power, pemerintah mempunyai kewenangan menerbitkan berbagai ketentuan di bidang
kesehatan, misalnya tentang persyaratan bagi tenaga bidan untuk menjalankan profesinya (Surat
Ijin Kerja, Surat Ijin Praktek), batas kewenangan serta kewajiban tenaga bidan. Apabila aturan
tersebut dilanggar maka tenaga kesehatan yang bersangkutan dapat dipersalahkan melanggar
hukum administrasi.

D.Malpraktik Menurut Hukum di Indonesia


a. Sanksi Pidana
KUHP 359
Barangsiapa karena salahnya menyebabkan matinya orang dihukum penjara selama-lamanya
lima tahun atau kurungan selama-lamanya satu tahun.
KUHP 360
Ayat 1:
Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan orang luka berat dihukum dengan hukuman
penjara selama-lamanya lima tahun atau hukuman kurungan selam-lamanya satu tahun.
Ayat 2:
Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan orang luka sedemikian rupa sehingga orang itu
menjadi sakit sementara atau tidak dapat menjalankan jabatannya atau pekerjaannya sementara,
dihukum dengan hukuman penjara selamalamanya sembilan bulan atau hukuman kurungan
selamalamanya enam bulan atau hukuman denda setinggi-tingginya Rp.4500,-
KUHP 361
Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini dilakukan dalam melakukan sesuatu jabatan atau
pekerjaan, maka hukuman dapat ditambah dengan sepertiganya dan sitersalah dapat dipecat dari
pekerjaannya, dalam waktu mana kejahatan itu dilakukan dan hakim dapat memerintahkan
supaya keputusannya itu diumumkan.

b. Sanksi perdata
KUH Perdata 1366
Setiap orang bertanggung jawab tidak saja atas kerugian yang disebabkan karena perbuatannya,
tetapi juga atas kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau kurang hati-hatinya.
KUH Perdata 1367
Mengatur tentang kewajiban pemimpin atau majikan untuk mengganti kerugian yang disebabkan
oleh kelalaian yang dilakukan oleh anak buah atau bawahannya.
KUH Perdata 1370
Dalam hal pembunuhan (menyebabkan matinya orang lain) dengan sengaja atau kurang hati-
hatinya seseorang, maka suami dan istri yang ditinggalkan, anak atau orang tua korban yang
biasanya mendapat nafkah dari pekerjaan korban, mempunyai hak untuk menuntut suatu ganti
rugi, yang harus dinilai menurut kedudukannya dan kekayaan kedua belah pihak serta menurut
keadaan.
KUH Perdata 1371
Penyebab luka atau cacatnya suatu anggota badan dengan sengaja atau kurang hati-hati,
memberikan hak kepada korban, selain penggantian biaya-biaya penyembuhan, juga menuntut
penggantian kerugian yang disebabkan oleh luka atau cacat tersebut.
E. Kajian kasus malpraktek

Senin, 24 Maret 2008, Pukul 12.30 WIB

“ Maulana adalah seorang anak berusia 18 tahun. Dulunya adalah anak yang mengemaskan dan
pernah menjadi juara bayi sehat. Namun makin hari tubuhnya makin kurus. Dan organ tubuhnya
tidak bisa berfungsi secara normal. Tragedi ini terjadi ketika Maulana mendapat imunisasi dari
petugas kesehatan. Diduga korban kuat Maulana adalah korban mal praktek. Maulana, kini
berusia 18 tahun. Namun ia hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur. Tidak ada aktivitas yang
bisa dilakukan. Ia juga tidak bisa berbicara. Berat badannya hanya enam koma delapan kilogram,
seperti anak berusia lima tahun. Bungsu dari empat bersaudara, anak pasangan Lina dan Adul ini
mengalami kegagalan multi organ. Tragedi ini bermula saat usianya empat puluh lima hari.
Seperti balita pada umumnya, Maulana mendapatkan imunisasi dari petugas Dinas Kesehatan.
Petugas memberikan tiga imunisasi sekaligus, yaitu imunisasi BCG, imunisasi DPT dan
imunisasi Polio. Namun setelah dua jam menerima imunisasi, Maulana mengalami kejang-
kejang, dan suhu tubuhnya naik tajam. Sehingga orang tuanya panik dan langsung membawanya
ke rumah sakit. Namun kondisinya justru makin memburuk. Setelah lima hari dirawat, Maulana
malah tidak sadarkan diri, selama tiga minggu. Sejak itu, tubuh Maulana selalu sakit sakitan dan
hampir seluruh organ tubuhnya tidak berfungsi normal. Dokter mendiagnosa Maulana
mengalami radang otak. Namun setelah itu, satu persatu penyakit akut menggerogoti
kesehatannya. Semakin hari badannya semakin kecil, dan mengerut. Maulana sering mengalami
sesak nafas, dan kejang kejang.Lina yakin, Maulana menjadi korban malpraktek. Karena
beberapa dokter yang perawat Maulana menyatakan, anaknya mengalami kesalahan
imunisasi.Kini Lina, hanya bisa pasrah. Ia merawat Maulana, seperti merawat bayi. Saat makan
Maulana tetap harus disuapi, demikian juga ketika buang air besar dan kencing. Orangtuanya
selalu memakaikan popok.

Sebelum tragedi itu datang, Maulana adalah bayi yang menggemaskan. Tubuhnya montok,
dan sangat sehat. Bahkan Maulana sempat dinobatkan sebagai pemenang bayi sehat. Karena lahir
dengan bobot tiga koma delapan kilogram dan panjang lima puluh satu cintimeter.Orang tua
Maulana sudah berusaha untuk membawa ke rumah sakit di kawasan Kota Siantan, Pontianak.
Namun Maulana tidak juga kunjung sembuh. Orangtuanya pun menyerah. Yang lebih
menyedihkan, Lina pun kemudian diceraikan suaminya, di saat harus menanggung beban berat
merawat Maulana. Ayah Maulana kesal dan marah dengan Lina, karena mengijinkan petugas
kesehatan memberikan imunisasi kepada Maulana. Kini tubuh Maulana makin lemah, dan tidak
berdaya. Ia hanya bisa berbaring ditempat tidur. Jika ingin menghirup udara segar, linapun
membawanya ke luar rumah. Lina sudah tidak berpikir lagi untuk membawa Maulana ke rumah
sakit, karena tidak memiliki biaya. Sejak anaknya menderita sakit, Lina telah mengeluarkan uang
jutaan rupiah. Bahkan rumahnya dijual untuk biaya pengobatan.

Lina juga beberapa kali berusaha meminta pertanggungjawaban kepada pemerintah


Kalimantan Barat, dengan mengajukan tuntutan di pengadilan. Lina kemudian menemui
sejumlah instansi pemerintah daerah, termasuk menemui Walikota Pontianak, dan Gubernur
Kalimantan Barat, untuk menuntut keadilan.Namun para pejabat tersebut tidak menanggapi
pengaduan Lina. Lina tidak menyerah. Ia kemudian membawa Maulana ke Jakarta, untuk
menemui Menteri Kesehatan. Namun lagi lagi usahanya kembali menemui jalan buntu.Lina
kemudian memilih prosedur hukum. Ia melaporkan pemerintah Kalimantan Barat secara pidana,
dan juga menggugatnya secara perdata. Namun di pengadilan, hakim meminta Lina dan
perwakilan pemerintah sebagai tergugat, untuk berdamai. Hasilnya cukup menjanjikan.
Pemerintah Daerah Kalimantan Barat, berjanji akan menanggung penuh obat dan kebutuhan
perawatan maulana di rumah sakit seumur hidup.

janji Pemerintah Daerah Kalimantan Barat, sungguh melegakan. Karena upayanya mencari
keadilan, kini menemui titik terang. Namun harapan lina kembali pupus. Ternyata kesanggupan
Pemerintah Daerah Kalimantan Barat hanya janji janji kosong. Setelah berjalan lebih sepuluh
tahun, Pemerintah Daerah Kalimantan Barat tidak memenuhi janjinya.Kini Lina hanya bisa
pasrah menerima kenyataan pahit. Lina dan Maulana bersama ketiga anaknya yang lain, tinggal
di rumah sangat sederhana, di Komplek Perumahan Kopri, di kawasan Pinggiran Sungai Raya
Dalam Kabupaten Kubu Raya. Untuk hidup sehari hari, Linapun membuka warung kecil-kecilan
di teras rumahnya. Lina sebenarnya masih punya keinginan untuk kembali menggugat
Pemerintah Daerah Kalimantan Barat. Namun ia mengaku tidak lagi memiliki dana. Yang
membuat Lina pasrah, adalah tidak ada dokter yang bersedia menjadi saksi ahli dalamkasusini.
Sementara itu, Lembaga Bantuan Hukum Kesehatan, meminta pihak pemerintah
bertanggungjawab atas kasus yang menimpa Maulana. Menurut Direktur LBH Kesehatan,
Iskandar Sitorus, kasus dugaan mal praktik yang menimpa Maulana, mencerminkan lemahnya
tanggung jawab pemerintah, dalam hal ini Departemen Kesehatan.Aturan atau kebijakan yang
diterapkan sudah kadaluarsa. Sementara hingga saat ini publik sendiri masih menunggu kapan
akan disosialisasikan rancangan undang undang tentang pasien. Jika UU Pasien sudah ada,
diharapkan tidak akan ada lagi Maulana Maulana lainnya.Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia,
Fachmi Idris menyatakan, profesi dokter, diikat oleh sebuah etika profesi dalam sebuah payung
Majelis Kode Etik Kedokteran atau MKEK. Seorang dokter dapat dikatakan melakukan
pelanggaran saat praktek, jika sudah dibuktikan dalam suatu sidang majelis kode etik.Hukuman
yang dijatuhkan majelis kode etik biasanya berkisar pada skorsing praktek, disuruh kembali
sekolah untuk memperdalam ilmunya hingga dicabut ijin praktek kedokterannya.

Kasus dugaan mal praktek seperti kasus Maulana memang tak sedikit jumlahnya. Beberapa
kasus yang sempat terangkat ke masyarakat umumnya terjadi setelah pasca imunisasi, operasi
bahkan tak jarang setelah si pasien berobat ke ahli kesehatan karena sebelumnya diindikasikan
menderita suatu penyakit.Seperti halnya kasus kasus sejenis, kasus Maulana pun membutuhkan
waktu berbulan bulan bahkan bertahun tahun duduk dikursi persidangan untuk memperoleh
keadilan. Dan ironisnya perdebatan sengit menyoal kasus dugaan mal praktik di pengadilan
hampir dipastikan berakhir dengan bertambahnya sakit hati bagi sang korban. Sakit hati karena
kasusnya tak bisa diteruskan, atau bahkan ditolak majelis hakim karena kurang lengkapnya data
pendukung. LBH Kesehatan, sebagai wadah bantuan hukum bagi mereka yang merasa abaikan
haknya oleh oknum aparat kesehatan memiliki data yang tidak sedikit. Saat ini saja LBH
Kesehatan membantu menangani 58 kasus dugaam mal praktik di sejumlah wilayah Indonesia.
Sementara kasus yang telah dilaporkan di sejumlah aparat penegak hukum mencapai 130 kasus.
Namun ironisnya, hanya sedikit kasus dugaan mal praktek yang maju ke meja hijau yang
menang dalam persidangan.Upaya hukum untuk mencari keadilan bagi korban dugan mal praktik
kerap berlangsung di sejumlah ruang pengadilan. Dari upaya hukum pidana, perdata bahkan
hingga tun atau tata usaha negara. Dari catatan LBH Kesehatan, dari beberapa bentuk tata
peradilan tersebut, bisa dibilang peradilan perdatalah yang paling memungkinkan seorang korban
dugaan mal praktik memperoleh haknya. Sementara tata peradilan lainnya umumnya jauh
panggang dari api”.
1.1 Pertanggung Jawaban dalam Hukum Pidana

Untuk memidana seseorang disamping orang tersebut melakukan perbuatan yang dilarang
dikenal pula azas Geen Straf Zonder Schuld (tiada pidana tanpa kesalahan). Azas ini merupakan
hukum yang tidak tertulis tetapi berlaku dimasyarakat dan juga berlaku dalam KUHP, misalnya
pasal 48 tidak memberlakukan ancaman pidana bagi pelaku yang melakukan perbuatan pidana
karena adanya daya paksa. Oleh karena itu untuk dapat dipidananya suatu kesalahan yang dapat
diartikan sebagai pertanggungjawaban dalam hukum pidana haruslah memenuhi 3 unsur, sebagai
berikut :

1. Adanya kemampuan bertanggung jawab pada petindak artinya keadaan jiwa petindak
harus normal.
2. Adanya hubungan batin antara petindak dengan perbuatannya yang dapat berupa
kesengajaan (dolus) atau kealpaan (culpa).
3. Tidak adanya alasan penghapus kesalahan atau pemaaf.

Mengenai kesengajaan, KUHP tidak menjelaskan apa arti kesengajaan tersebut. Dalam
Memorie van Toelichting (MvT), kesengajaan diartikan yaitu melakukan perbuatan yang
dilarang dengan dikehendaki dan diketahui. Moeljatno menyatakan bahwa kesengajaan
merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan dengan menentang larangan, sedangkan
kealpaan adalah kekurang perhatian pelaku terhadap obyek dengan tidak disadari bahwa
akibatnya merupakan keadaan yang dilarang, sehingga kesalahan yang berbentuk kealpaan pada
hakekatnya sama dengan kesengajaan hanya berbeda gradasi saja.

1.2 Upaya pencegahan dalam menghadapi malpraktik


Dengan adanya kecenderungan masyarakat untuk menggugat tenaga bidan karena adanya
malpraktek diharapkan para bidan dalam menjalankan tugasnya selalu bertindak hati-hati, yakni:

1. Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, karena perjanjian
berbentuk daya upaya bukan perjanjian akan berhasil.
2. Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent.
3. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.
4. Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter
5. Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala kebutuhannya
6. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat sekitarnya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hukum kesehatan yang terkait dengan etika profesi dan pelanyanan kebidanan. Ada
keterkaitan atau daerah bersinggunan antara pelanyanan kebidanan, etika dan hukum atau
terdapat “grey area”. Sebagaimana di ketahui bahwa bidan merupakan salah satu tenaga
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan.

Bidan adalah seorang yang telah menyelesaikan Program Pendidikan Bidan yang diakui
Negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktek kebidanan di
Negara itu. Dia harus mampu memberikan supervise, asuhan dan memberikan nasehat yang
dibutuhkan kepada wanita selama masa hmil, persalinan dan masa pasca persalinan, memimpin
persalianan atas tanggung jawab sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak.

B. Saran

Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi, keadaan
tersebut akan dapat memberi jaminan bagi keselamatan pasen, penghormatan terhadap hak-hak
pasen, akan berdampak terhadap peningkatan kualitas asuhan kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA

Ameln,F. 1991. Kapita Selekta Hukum Kedokteran. Grafikatama Jaya: Jakarta.


Carol Taylor, Carol Lillies, Priscilla Le Mone. 1997. Fundamental Of Nursing Care. Third
Edition. Lippicot Philadelpia: New York.
Dahlan, S. 2002. Hukum Kesehatan: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Guwandi, J. 1993. Malpraktek Medik: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Marimba, Hanum. 2008. Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan. Mitra Cendikia Press:
Yogyakarta.
Wahyuningsih, Heni Puji. 2008. Etika Profesi Kebidanan. Fitramaya: Yogyakarta.
http://bidankita.com. Diakses 14 April 2013
http://dinopawesambon.blogspot.com/2011/07/hukum-kesehatan-dalam-kebidanan.html. Diakses
14 April 201311
www.panglimaw1.blogspot.com. Diakses 14 April 2013.

Anda mungkin juga menyukai