Anda di halaman 1dari 54

PERMASALAHAN ETIK

MORAL DAN DILEMA


DALAM PRAKTEK
KEBIDANAN
Dina Dewi Anggraini
1. Malpraktik
• Malpraktik berasal dari kata “mal” yang berarti salah
dan “praktik” yang berarti pelaksanaan atau tindakan.

• Sebagai arti harafiahnya adalah pelaksanaan atau


tindakan yang salah.

• Lazimnya istilah ini hanya digunakan untuk


menyatakan adanya tindakan yang salah dalam rangka
pelaksanaan suatu profesi (profesional misconduct).
• Kesalahan dari sudut pandang etika disebut ethical
malpractice dan dari sudut pandang hukum disebut
legal malpractice.

• Setiap malpraktik yuridik sudah pasti malpraktik etik,


tetapi tidak semua malpraktik etika merupakan
malpraktik yuridik.
Unsur
1. Kewajiban (duty)

• Pada saat terjadinya cedera terkait dengan


kewajibannya yaitu kewajiban mempergunakan segala
ilmu dan kepandaiannya untuk menyembuhkan atau
setidak-tidaknya meringankan beban penderitaan
pasiennya berdasarkan standar profesi.
Contoh:

Perawat rumah sakit bertanggung jawab untuk:


a. Pengkajian yang aktual bagi pasien yang ditugaskan
untuk memberikan asuhan keperawatan.
b. Mengingat tanggung jawab asuhan keperawatan
professional untuk mengubah kondisi klien.
c. Kompeten melaksanakan cara-cara yang aman untuk
klien.
2. Breach of the duty
(Tidak melasanakan kewajiban)

• Pelanggaran terjadi sehubungan dengan kewajibannya,


artinya menyimpang dari apa yang seharusnya
dilakukan menurut standar profesinya.
Contoh:

a. Gagal mencatat dan melaporkan apa yang dikaji dari


pasien. Seperti tingkat kesadaran pada saat masuk.
b. Kegagalan dalam memenuhi standar keperawatan
yang ditetapkan sebagai kebijakan rumah sakit.
c. Gagal melaksanakan dan mendokumentasikan cara-
cara pengamanan yang tepat (pengaman tempat tidur,
restrain, dll)
3. Proximate caused (sebab-akibat)
• Pelanggaran terhadap kewajibannya menyebabkan
atau terkait dengan cedera yang dialami klien.

Contoh:
• Cedera yang terjadi secara langsung berhubungan
dengan pelanggaran terhadap kewajiban perawat
terhadap pasien atau gagal menggunakan cara
pengaman yang tepat yang menyebabkan klien jatuh
dan mengakibatkan fraktur.
4. Injury (Cedera)

• Seseorang mengalami cedera atau kerusakan yang


dapat dituntut secara hukum.

Contoh:
• Fraktur panggul, nyeri, waktu rawat inap lama dan
memerlukan rehabilitasi.
Jenis
Malpraktik
1. Malpraktik Medik
(medical malpractice)

• John.D.Blum merumuskan: Medical malpractice is a


form of professional negligence in whice miserable
injury occurs to a plaintiff patient as the direct result of
an act or omission by defendant practitioner.
(malpraktik medik merupakan bentuk kelalaian
professional yang menyebabkan terjadinya luka berat
pada pasien / penggugat sebagai akibat langsung dari
perbuatan ataupun pembiaran oleh dokter/terguguat).
• Sedangkan rumusan yang berlaku di dunia kedokteran
adalah Professional misconduct or lack of ordinary skill
in the performance of professional act, a practitioner is
liable for demage or injuries caused by malpractice. 

• (Malpraktek adalah perbuatan yang tidak benar dari


suatu profesi atau kurangnya kemampuan dasar dalam
melaksanakan pekerjaan. Seorang dokter bertanggung
jawab atas terjadinya kerugian atau luka yang
disebabkan karena malpraktik).
• Junus Hanafiah merumuskan malpraktik medik adalah
kelalaian seorang dokter untuk mempergunakan
tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim
dipergunakan dalam mengobati pasien atau orang
yang terluka menurut lingkungan yang sama.
2. Malpraktik Etik
(ethical malpractice)
• Malpraktik etik adalah tindakan dokter yang
bertentangan dengan etika kedokteran, sebagaimana
yang diatur dalam kode etik kedokteran Indonesia
yang merupakan seperangkat standar etika, prinsip,
aturan, norma yang berlaku untuk dokter dan tenaga
medis lainnya sesuai dg profesinya.
3. Malpraktik Yuridis
(juridical malpractice)
• Malpraktik yuridik adalah pelanggaran ataupun
kelalaian dalam pelaksanaan profesi
kedokteran/tenaga kesehatan yang melanggar
ketentuan hukum positif yang berlaku.
Malpraktik Yuridik meliputi:
a. Malpraktik perdata
(civil malpractice)
Malpraktik perdata terjadi jika dokter/tenaga kesehatan
lainnya tidak melakukan kewajiban (ingkar janji) yaitu tidak
memberikan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati.
Tindakan yang dapat dikatagorikan sebagai melpraktik
perdata antara lain :
1)Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatan wajib
dilakukan
2)Melakukan apa yang disepakati dilakukan tapi tidak
sempurna
3)Melakukan apa yang disepakati tetapi terlambat
4)Melakukan apa yang menurut kesepakatan tidak seharusnya
dilakukan
b. Malpraktik Pidana
(criminal malpractice)
• Malpraktik pidana terjadi, jika perbuatan yang
dilakukan maupun tidak dilakukan memenuhi rumusan
undang-undang hukum pidana. Perbuatan tersebut
dapat berupa perbuatan positif (melakukan sesuatu)
maupun negative (tidak melakukan sesuatu) yang
merupakan perbuatan tercela (actus reus), dilakukan
dengan sikap batin yang salah (mens rea) berupa
kesengajaan atau kelalaian.
Contoh malpraktik pidana dengan sengaja adalah :
1) Melakukan aborsi tanpa tindakan medik
2) Mengungkapkan rahasia kedokteran dengan sengaja
3) Tidak memberikan pertolongan kepada seseorang
yang dalam keadaan darurat
4) Membuat surat keterangan dokter yang isinya tidak
benar
5) Membuat visum et repertum (VeR) tidak benar
6) Memberikan keterangan yang tidak benar di
pengadilan dalam kapasitasnya sebagai ahli
Contoh malpraktik pidana karena kelalaian:
1) Kurang hati-hati sehingga menyebabkan gunting
tertinggal diperut
2) Kurang hati-hati sehingga menyebabkan pasien luka
berat atau meninggal
c. Malpraktik Administrasi Negara
(administrative malpractice)
Malpraktik administrasi terjadi jika dokter menjalankan
profesinya tidak mengindahkan ketentuan-ketentuan
hukum administrasi Negara. Misalnya:
1)Menjalankan praktik kedokteran/pelayanan kesehatan
sesuai dg profesinya tanpa ijin
2)Menjalankan praktik kedokteran/pelayanan kesehatan
sesuai dg profesinya tidak sesuai dengan kewenangannya
3)Melakukan praktik kedokteran/pelayanan kesehatan
sesuai dg profesinya dengan ijin yang sudah kadalwarsa.
4)Tidak membuat rekam medik.
Upaya
Pencegahan
Malpraktik (Perdata)
1) Melaksanakan tugas berdasarkan undang-undang yg
berlaku
 Mematuhi standar profesi
 Menghormati hak pasien
 Menjaga rahasisa identitas dan data kesalahan
pribadi pasien
 Memberikan informasi dan penjelasan yg berkaitan
dg kondisi dan tindakan yg akan dilakukan
 Memuat rekam medis
 Melaksanakan tugas dan kewenangannya
2) Melaksanakan tugas tanpa membedakan status,
sosial ekonomi, keturunan, golongan, bangsa dan
agama.
Hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yg baik
merupakan hak setiap warga negara yg dijamin dlm
amandemen UUD 1945 Pasal 28 H ayat (1) yg
menentukan bahwa : “Setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan hidup yg baik, sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.
3) Membina kerjasama, keutuhan dan kesetiakawanan
dg teman sejawat dlm melaksanakan tugas.

4) Menjaga rahasia yg berkaitan dg tugas, kecuali


diminta oleh yg berwenang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yg berlaku.
Menyimpan rahasia pasien juga merupakan
kewajiban moral, yg apabila dilanggar akan
menimbulkan sanksi hukum maupun sanksi
administratif karena telah melanggar norma hukum,
norma etik dan hak pasien
Upaya
Pencegahan
Malpraktik (Pidana)
1) Meningkatkan pengetahuan dlm pelayanan kesehatan
Shg dlm memberikan pelayanan yg baik dan dapat
mengurangi tingkat kelalaian yg dapat mengakibatkan
terjadinya malpraktek
2) Melakukan diagnosa dan penanganan secepatnya dg
baik dan benar kepada pasien yg sedang ditangani
sesuai standar pelayanan.
3) Tidak menjajikan atau memberi garansi akan
keberhasilan upayanya terhadap pasien yg
ditanganinya melainkan berusaha melakukan yg
terbaik untuk keselamatan pasien.
4) Sebelum melakukan tindakan medis selalu melakukan
persetujuan tindakan medis.
Persetujuan tindakan medis yg dimaksud adalah
persetujuan sepenuhnya yg diberikan oleh pasien
atau walinya untuk melakukan tindakan sesuai dg
kebutuhan.
5) Mencatat semua tindakan yg dilakukan dlm rekam
medis.
• Pengaturan mengenai rekam medis diatur dlm
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis.

• Pengertian Rekam Medis menurut Pasal 1 ayat (1)


adalah berkas yg berisikan catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,
tindakan, dan pelayanan lain yg telah diberikan kepada
pasien sesuai dg Standar Profesi. Dan untuk
menentukan kesalahan apabila terjadi tindakan
malpraktek.
6) Menjalani komunikasi yg baik dg pasien, keluarga dan
masyarakat secara umum.
Karena ketika mendapat pertolongan pelayanan
kesehatan, pasien merasa nyaman dan dapat
memberi kepercayaan agar pasien lebih terbuka
untuk mengungkapkan keluhannya. Shg pelayan
kesehatan dapat membantu dg lebih maksimal.
Upaya pencegahan malpraktek yg dapat dilakukan oleh
pihak-pihak yg terkait dg pelayanan kesehatan
1) Terhadap lembaga pendidikan meningkatkan
pembinaan yg lebih baik, maupun yg dimiliki
pemerintah, daerah, ataupun swasta. Agar dapat
menghasilkan pelayan-pelayan kesehatan yg
berkualitas.

2) Memaksimalkan peran organisasi profesi sebagai


wadah organisasi yg diharapkan agar dapat
mengawasi dan membina anggotanya agar dapat
memberikan pelayanan kesehatan yg memuaskan
kpd masyarakat.
4) Meningkatkan peran dan pengawasan dari
pemerintah khususnya dinas kesehatan.

5) Partisipasi dari masyarakat untuk ikut mengawasi jika


terjadinya tindakan malpraktek yg dilakukan oleh
pelayan kesehatan dan kesadaran hukum dari
masyarakat untuk menempuh jalur hukum apabila
menjadi korban dari tindakan malpraktek shg
kemudian muncul efek jera bagi pelayan kesehatan.
Penanganan
Malpraktik

Upaya menghadapi tuntutan hukum


• Apabila upaya kesehatan yang dilakukan kepada pasie
n tidak memuaskan sehingga dokter/bidan/tenaga
kesehatan lainnya menghadapi tuntutan hukum maka
nakes seharusnya bersifat pasif dan pasien atau
keluarganya yang aktif membuktikan kelalaian pelayan
kesehatan.
• Apabila tuduhan kepada nakes merupakan kriminal ma
lpraktek maka pelayan kesehatan dapat melakukan :
a. Informal defence

• Dengan mengajukan bukti untuk menangkis/menyangal 
bahwa tuduhan yang diajukan tidak berdasar atau tidak
menunjuk pada doktrin-doktrin yang ada, misalnya
dokter/bidan/tenaga kesehatan lainnya mengajukan
bukti bahwa yang terjadi bukan disengaja, akan tetapi
merupakan risiko medik (risiko of treatment).
b. Formal/legal defence

• Yakni melakukan pembelaan dengan mengajukan atau


menunjuk pada doktrin-doktrin hukum, yakni dengan
menyangkal tuntutan dengan cara menolak unsur-unsur
pertanggung jawaban atau melakukan pembelaan untuk
membebaskan diri dari pertanggung jawaban, dengan
mengajukan bukti bahwa yang dilakukan adalah
pengaruh daya paksa.
• Berbicara mengenai pembelaan, ada baiknya pelayan
kesehatan menggunakan jasa penasehat hukum,
sehingga yang sifatnya teknis pembelaan diserahkan
kepadanya.
2. Informed choise
Pengertian

• Informed choice yaitu membuat pilihan setelah


mendapat penjelasan dalam pelayanan kebidanan
tentang alternatif asuhan yang akan dialaminya.

• Peran Bidan dalam Informed Choice tidak hanya


membuat asuhan dalam manajemen asuhan
kebidanan tetapi juga menjamin bahwa hak wanita
untuk memilih asuhan dan keinginannya terpenuhi.
• Sebagai seorang bidan dalam memberikan Informed
Choice kepada klien harus:

1) Memperlakukan klien dengan baik.


2) Berinteraksi dengan nyaman
3) Memberikan informasi obyektif, mudah dimengerti
dan diingat serta tidak berlebihan.
4) Membantu klien mengenali kebutuhannya dan
membuat pilihan yang sesuai dengan kondisinya.
5) Mendorong wanita memilih asuhannya.
• Selain itu, beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses
Informed Choice :

1) Bidan harus terus meningkatkan pengetahuan dan


keterampilan
2) Bidan wajib memberikan informasi secara rinci, jujur dan
dimengerti klien
3) Bidan harus belajar untuk membantu klien melatih diri dalam
menggunakan haknya dan menerima tanggung jawab untuk
keputusan yang mereka ambil
4) Asuhan berpusat pada klien
5) Tidak perlu takut pada konflik tetapi menganggapnya sebagai
suatu kesempatan untuk saling memberi dan mungkin suatu
penilaian ulang yang objektif, bermitra dengan klien dan
suatu tekanan positif terhadap perubahan
Prinsip Informed
Choice

1. Informed Choice bukan sekedar mengetahui berbagai


pilihan namun mengerti manfaat dan risiko dari
pilihan yang ditawarkan

2. Informed Choice tidak sama dengan membujuk /


memaksa klien mengambil keputusan yang menurut
orang lain baik (“....biasanya saya / rumah sakit.....”)
• Contoh Informed Choice Dalam Pelayanan Kebidanan

Beberapa jenis pelayanan kebidanan yang dapat dipilih oleh klien :


1. Pemeriksaan laboratorium dan screening antenatal
2. Tempat melahirkan dan kelas perawatan
3. Masuk kamar bersalin pada tahap awal persalinan
4. Pendamping waktu melahirkan
5. Percepatan persalinan / augmentasi
6. Diet selama proses persalinan
7. Mobilisasi selama proses persalinan
8. Pemakaian obat penghilang sakit
9. Posisi ketika melahirkan
10.Episiotomi
3. Informed consent
Pengertian
• Ada beberapa pengertian Informed Consent yaitu :

1. Secara etimologis : informed (sudah diberikan informasi)


dan consent (persetujuan atau izin)

2. Persetujuan dari pasien atau keluarganya terhadap


tindakan medik yang akan dilakukan terhadap dirinya
atau keluarganya setelah mendapat penjelasan yang kuat
dari dokter / tenaga medis
3. Menurut D. Veronika Komalawati, SH , “Informed
Consent” dirumuskan sebagai “suatu kesepakatan /
persetujuan pasien atas upaya medis yang akan
dilakukan dokter/bidan/tenaga medis lainnya
terhadap dirinya setelah memperoleh informasi
mengenai upaya medis yang dapat dilakukan untuk
menolong dirinya disertai informasi mengenai
segala risiko yang mungkin terjadi.
Dasar Hukum
Informed Consent
1. PP No. 32/1998 tentang Nakes
2. Permenkes Ri No. 159b/Menkes/SK/Per/II/1998 tentang RS
3. Permenkes RI No. 749A/Menkes/ Per/IX/1989 tentang
Rekam Medis / Medical Report
4. Permenkes RI No. 585/Menkes/ Per/IX/1989 tentang
Persetujuan Tindakan Medis
5. Kepmenkes I No. 466/Menkes/ SK dan Standar Pelayanan
Medis di RS
6. Fatwa Pengurus IDI No. 319/ PB/A.4/88 tanggal 22 Februari
1988 tentang Informed Consent
• Aspek hukum persetujuan tindakan medis :

1. Pasal 1320 KUH Perdata syarat sahnya persetujuan


2. KUH Pidana pasal 351
3. UU No. 36 Th 2009 tentang Kesehatan
4. UU No. 29/2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 45
ayat 1-6
Bentuk
Informed Consent

1. Implied consent
Yaitu persetujuan yang dianggap telah diberikan
walaupun tanpa pernyataan resmi yaitu pada
keadaan darurat yang mengancam jiwa pasien,
tindakan penyelamatan kehidupan tidak memerlukan
persetujuan tindakan medik.

2. Expressed consent
Yaitu persetujuan tindakan medik yang diberikan
secara explisit baik secara lisan maupun tertulis.
Fungsi
Informed Consent
1. Penghormatan terhadap harkat dan martabat pasien
selaku manusia
2. Promosi terhadap hak untuk menentukan nasibnya
sendiri
3. Membantu kelancaran tindakan medis sehingga
diharapkan dapat mempercepat proses pemulihan
4. Untuk mendorong dokter melakukan kehati-
hatian dalam mengobati pasien (rangsangan pada
profesi medis untuk instrospeksi / evaluasi diri)
sehingga dapat mengurangi efek samping pelayanan
yang diberikan
5. Menghindari penipuan oleh dokter/bidan/tenaga
kesehatan lainnya
6. Mendorong diambil keputusan yang lebih rasional
7. Mendorong keterlibatan publik dalam masalah
kedokteran dan kesehatan
8. Sebagai suatu proses edukasi masyarakat dalam
bidang kedokteran dan kesehatan (keterlibatan
masyarakat)
9. Meningkatkan mutu pelayanan
Tujuan
Informed Consent

• Melindungi pasien dan tenaga kesehatan dalam


memberikan tindakan medik baik tindakan
pembedahan, invasif, tindakan lain yang mengandung
risiko tinggi maupun tindakan medik / pemeriksaan
yang bukan pembedahan, tidak invasif, tidak
mengandung risiko tinggi, pasien tidak sadar, dalam
keadaan darurat untuk menyelamatkan jiwa pasien.
Dimensi
Informed Consent
1) Dimensi hukum
Merupakan perlindungan baik untuk pasien maupun
bidan yang berperilaku memaksakan kehendak,
memuat keterbukaan informasi antara bidan dengan
pasien, informasi yang diberikan harus dimengerti
pasien, memberi kesempatan pasien untuk
memperoleh yang terbaik
2) Dimensi Etik
Mengandung nilai – nilai sebagai berikut menghargai
kemandirian / otonomi pasien, tidak melakukan
intervensi melainkan membantu pasien bila diminta
atau dibutuhkan sesuai dengan informasi yang
diberikan, bidan menggali keinginan pasien baik
secara subyektif atau hasil pemikiran rasional
Pembuatan dan Penggunaan
Informed Consent

• Hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan


Informed consent :

1. Tidak harus selalu tertulis


2. Tindakan bedah (invatif) sebaiknya dibuat tertulis
3. Fungsi informed consent tertulis untuk lebih
memudahkan pembuktian bila kelak ada tuntutan
4. Informed consent tidak berarti sama sekali bebas dari
tuntutan bila dokter melakukan kelalaian
• Menurut Culver and Gert ada 4 (empat) komponen
yang harus dipahami pada suatu consent atau
persetujuan :

Anda mungkin juga menyukai