Anda di halaman 1dari 26

Deteksi Masalah Medikolegal di Indonesia

(Kelalaian, Resiko, dan Komplikasi Medik)


Galih Endradita M, Edy Suyanto
MAKERSI – PERSI JAWA TIMUR 2022

MAKERSI-PERSI JAWA TIMUR 1


Pasal 52 PP No 47 Tahun 2021

Kewajiban Rumah Sakit melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi


semua petugas Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud dalam pasal 27 ayat (1) huruf s dilaksanakan dengan:
1.memberikan konsultasi hukum;
2.memfasiiitasi proses mediasi dan proses peradilan;
3.memberikan advokasi hukum;
4.memberikan pendampingan dalam penyelesaian sengketa medik; dan
5.mengalokasikan anggaran untuk pendanaan proses
6.hukum dan ganti rugi.

MAKERSI-PERSI JAWA TIMUR 2


Kodersi – PERSI 2015

• Pasal 5
• Rumah sakit harus dapat mengawasi serta bertanggungjawab terhadap semua kejadian di rumah sakit. Dalam
penyelenggaraan rumah sakit dilakukan audit berupa audit kinerja dan audit klinis.

• Pasal 6
• Rumah sakit berkewajiban menetapkan kerangka kerja untuk manajemen yang menjamin asuhan pasien yang baik
diberikan sesuai norma etik, moral, bisnis, dan hukum yang berlaku.

• Pasal 13
• Rumah sakit harus jujur dan terbuka, peka terhadap saran dan kritik, serta berusaha menanggapi keluhan pasien dan
masyarakat.

• Pasal 31
• Rumah sakit harus mengawasi agar penyelenggaraan pelayanan dilakukan berdasarkan standar profesi yang berlaku.
Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan
rumah sakit, standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien, dan mengutamakan
keselamatan pasien.

MAKERSI-PERSI JAWA TIMUR 3


Pasal 5 Kodersi-PERSI

Yang dimaksud dengan tanggung jawab rumah sakit disini ialah:


1.Tanggung jawab umum.
2.Tanggung jawab khusus yang meliputi tanggung jawab hukum, etik, dan disiplin.
3.Tanggung jawab umum rumah sakit merupakan kewajiban pimpinan
• rumah sakit menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai permasalahan-
permasalahan peristiwa, kejadian dan keadaan di rumah sakit. Tanggung jawab
khusus muncul jika ada anggapan bahwa rumah sakit telah melanggar kaidah-
kaidah, baik dalam bidang hukum, etik dan atau disiplin.

MAKERSI-PERSI JAWA TIMUR 4


Definisi

• kelalaian medis merupakan kondisi dimana seorang dokter atau tenaga


medis melakukan penyimpangan terhadap kode etik kedokteran,standar
profesi dokter dan standar operasional prosedur (SOP) saat melakukan
tindakan medis terhadap pasiennya sehingga mengakibatkan kerugian
yang diderita pasien akibat dari tindakan medis tersebut.
• Risiko Medis adalah kemungkinan terjadinya sesuatu yang tidak baik di
kemudian hari akibat atau dalam proses tindakan medik; merupakan situasi
yang dapat membahayakan atau mempunyai hasil yang tidak baik
• Komplikasi Medik adalah sebuah perubahan tak diinginkan dari
sebuah perjalanan penyakit dan kondisi kesehatan.

MAKERSI-PERSI JAWA TIMUR 5


Kewajiban Rumah Sakit

Pasal 27 ayat 1 huruf (s)


• melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas Rumah Sakit dalam
melaksanakan tugas
Pasal 52 PP Nomor 47 Tahun 2021
• Kewajiban Rumah Sakit melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas Rumah
Sakit dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (1) huruf s
dilaksanakan dengan:
a. memberikan konsultasi hukum;
b. memfasiiitasi proses mediasi dan proses peradilan;
c. memberikan advokasi hukum;
d. memberikan pendampingan dalam penyelesaian sengketa medik; dan
e. mengalokasikan anggaran untuk pendanaan proses hukum dan ganti rugi.

MAKERSI-PERSI JAWA TIMUR 6


Sengketa Medik

• Kelalaian, resiko dan komplikasi medik à sengketa medik


• Sengketa medik (sengketa medicolegal) adalah sengketa antara
pasien/keluarga sebagai penerima asuhan dengan dokter/ fasilitas
kesehatan sebagai pemberi asuhan kesehatan, dengan tuduhan, bahwa
dalam proses pemberian asuhan kesehatan itu telah terjadi kelalaian atau
kesalahan oleh pemberi asuhan dengan akibat cidera dan kerugian pada
pasien
• Dari berbagai bentuk risiko medis tidak semuanya dapat digolongkan dalam
kelalaian medis, namuns seringkali“preventable medical error”, dianggap
sebagai kelalaian yang dapat berdampak pada masalah hukum atau
malpraktik
MAKERSI-PERSI JAWA TIMUR 7
Resiko Klinis

• Risiko klinis adalah bahaya, musibah, atau kemalangan yang menimpa dan merugikan pasien
yang terkait dengan atau sebagai dampak asuhan klinis yang diberikan kepadanya.
• Risiko klinis dapat ditelusuri darimana asal sumbernya. Kemungkinan sumber tersebut adalah:
• ‘Struktur’, yakni organisasi dan manajemen institusi pemberi Asuhan Kesehatan beserta unsur-unsur
kelengkapannya, seperti : Sumber Daya Manusia, perangkat keras, perangkat lunak, atau logistik
pendukung Asuhan Klinis yang tidak tersedia, tidak efektif, atau gagal berfungsi ketika dibutuhkan.
• Ketidaklayakan (unfit) Pelaku Asuhan Klinis. Dokter sedang tidak sehat atau bugar pada waktu
melakukan tindakan medis pada pasien. Dokter tidak cukup berpengalaman atau tidak cukup terampil
menangani kasus tertentu, sehingga kinerjanya buruk.
• Ketidakpatutan (unproper) Pelaku Asuhan Klinis.
• Dokter melakukan kelalaian.

MAKERSI-PERSI JAWA TIMUR 8


Dokter tidak melakukan apa yang
seharusnya dilakukan

1. Persiapan atau pemeriksaan pendahuluan yang tidak lengkap, sehingga luput menemukan kelainan yang kemudian
berpengaruh buruk pada pasien ketika dilakukan tindakan medis sesuai rencana.
2. Tidak merujuk pasien seharusnya dirujuk ke dokter spesialis yang sesuai.
3. Melakukan apa yang seharusnya dilakukan, tapi terlambat.
4. Dokter melakukan kesalahan:
• Tidak memahami hak-hak pasien, dan karena itu tidak menghormati hak-hak tersebut.
• Salah interpretasi hasil pemeriksaan penunjang yang penting, seperti salah membaca ECG, hasil laboratorium, gambar radiologi, USG, dlsb.
• Melakukan tindakan medis di luar kompetensi.
• Pada tindakan operasi: salah pasien, salah alat tubuh, salah sisi tubuh yang dioperasi, dan salah cara operasi yang diterapkan.
• Kesalahan medikasi: salah tulis nama obat, salah obat, salah dosis (overuse/underuse/ missused), salah kombinasi (memberi bersama-sama
obat- obat yang saling bertentangan atau saling menguatkan khasiat), salah frekuensi pemberian, reaksi obat (anaphilaksi) yang tidak cepat dan
tepat diatasi.
• Kesalahan transfusi: salah darah yang diberikan, salah pasien.
• Tidak berkomunikasi dan tidak memberi informasi secara efektif kepada pasien/ keluarga sesuai dengan tingkat pendidikan mereka, sehingga
terjadi salah pengertian dengan akibat salah tindakan dengan akibat yang merugikan.

5. Proses-proses Asuhan Klinis di bawah Standar.

MAKERSI-PERSI JAWA TIMUR 9


Dokter melakukan sesuatu yang seharusnya
tidak dilakukan

• Dokter melakukan Asuhan klinis


1. tidak sesuai standar asuhan,
2. tidak sesuai dengan standar prosedur operasional,
3. tidak mematuhi pedoman klinis, atau protokol yang ditetapkan

• Faktor Pasien.
• Faktor-faktor pada pasien sendiri yang luput dari perhatian khusus,
seperti usia, status gizi, alergi, idiosinkrasi, tidak mematuhi instruksi dokter atau
perawat, salah memahami instruksi dokter, ada informasi yang tidak
disampaikan kepada dokter.

MAKERSI-PERSI JAWA TIMUR 10


Deteksi suatu tindakan tenaga medis dianggap
lalai apabila telah memenuhi tolak ukur 4D

1. Duty of Care (kewajiban)


• kewajiban profesi, dan kewajiban akibat kontrak dengan pasien. Dalam hubungan perjanjian tenaga kesehatan dengan pasien, tenaga kesehatan
haruslah bertindak berdasarkan : indikasi medis, bertindak secara hati-hati dan teliti, bekerja sesuai standar profesi, sudah ada informed concent

2. Dereliction of Duty (penyimpangan dari kewajiban)


• Berarti pelanggaran kewajiban tersebut, sehingga mengakibatkan timbulnya kerugian kepada pasien artinya tidak memenuhinya standard
profesi medik

3. Damage (kerugian)
• Berarti kerugian yang diderita pasien itu harus berwujud dalam bentuk fisik, financial, emosional atau berbagai kategori kerugian lainnya

4. Direct Causation (penyebab langsung)


• Berarti bahwa harus ada kaitan kausal antara tindakan yang dilakukan dan kerugian yang diderita. Penggugat harus membuktikan bahwa
terdapat suatu “breach of duty” dan bahwa penyimpangan itu merupakan sebab (proximite cause) dari kerugian/ luka yang diderita pasien
• Gugatan ganti rugi akibat suatu kelalaian medik harus membuktikan adanya ke-empat unsur diatas, dan apabila salah satu unsur saja
diantaranya tidak dapat dibuktikan maka gugatan tersebut dinilai tidak cukup bukti

MAKERSI-PERSI JAWA TIMUR 11


Bila dijabarkan lebih lanjut, maka malawan
hukumnya suatu perbuatan/perlakuan medis yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter), adalah
apabila perbuatan tersebut melanggar :

Unsur-unsur 1.
2.
standar profesi kedokteran
standar prosedur operasional
Penting 3. ketentuan informed consent
MALPRAKTEK 4. rahasia kedokteran

MEDIS 5. kewajiban-kewajiban dokter


6. prinsip-prinsip profesional kedokteran atau
kebiasaan yang wajar di bidang kedokteran
7. tidak sesuai dengan kebutuhan medis pasien
8. dilanggarnya hak-hak pasien

MAKERSI-PERSI JAWA TIMUR 12


MALPRAKTEK

MISCONDUCTS – sikap buruk, perilaku tidak baik


• misal : Penahanan Pasien, Buka Rahasia Kedokteran Tanpa Hak, Aborsi Ilegal, Euthanasia,
Penyerangan Seksual, Keterangan Palsu, Praktek Tanpa Izin

NEGLIGENCE – kelalaian (kurang hati-hati, kurang peduli)


• - Malfeasance (melakukan tindakan tidak layak, lalai membuat keputusan)
• - Misfeasance (melakukan pilihan yang tidak tepat, lalai eksekusi)
• - Nonfeasance (tidak melakukan kewajiban)

LACK OF SKILL - kekurangan kemampuan


• - Dibawah standar kompetensi
• - Di luar kompetensi (bukan kompetensi / kewenangan)

MAKERSI-PERSI JAWA TIMUR 13 13


Causalitas

• Ajaran kausalitas adalah ajaran tentang sebab akibat. Untuk delik materil
permasalahan sebab akibat menjadi sangat penting
• Kausalitas berlaku ketika suatu peraturan pidana tidak berbicara tentang
perbuatan atau tindak pidananya (yang dilakukan dengan sengaja), namun
menekankan pada hubungan antara kesalahan atau ketidaksengajaan (culpa)
dengan akibat.
• sebelum mengulas unsur kesalahan, hakim pertama-tama menetapkan ada
tidaknya hubungan kausal antara suatu tindakan dan akibat yang muncul.
• Jadi ajaran kausalitas menentukan pertanggungjawaban untuk delik yang
dirumuskan secara materil, mengingat akibat yang ditimbulkan merupakan unsur
dari delik itu sendiri.

MAKERSI-PERSI JAWA TIMUR 14


Causality

• Dalam perkara hukum kelalaian medik, harus


dibuktikan adanya cedera atau kerugian atau
kematian yang disebabkan oleh pelanggaran
kewajiban profesi tersebut;
• Pengujian yang paling umum dilakukan adalah
dengan uji : “cedera tidak terjadi jika tidak
terjadi kelalaian tersebut” (but for test)
MAKERSI-PERSI JAWA TIMUR 15
Legal causation or
Remoteness of the damage

• A person cannot be liable for damages for failure to take care to prevent
personal injury or death unless negligent conduct on his or her part (whether
act or omission) caused the harm, and unless that harm was not too ‘remote’
from the negligent conduct.
• Seseorang tidak bertanggungjawab atas kerugian / cedera akibat “tidak melakukan
pencegahan”, kecuali “kelalaian” tersebutlah penyebab cedera tsb dan kecuali apabila
cedera tsb tidak terlalu jauh dari kelalaian tsb

MAKERSI-PERSI JAWA TIMUR 16


Contributory Negligence, Assumption of
Risk and Duties of Protection

• Adanya salah satu dari ketiga kemungkinan di atas, oleh pihak penggugat
ataupun oleh pihak ketiga, dapat menurunkan “jumlah ganti rugi” yang harus
dibayar oleh pihak tergugat

MAKERSI-PERSI JAWA TIMUR 17


Evidentiary Gap

• Bila suatu cedera / kerugian terjadi mengikuti dua atau lebih perbuatan
yang masing-masing memiliki peluang sebagai penyebab yang tak dapat
ditentukan salah satunya, maka keduanya dianggap bersama-sama menjadi
penyebabnya.

MAKERSI-PERSI JAWA TIMUR 18


Proportionate Liability

• Apabila suatu cedera atau kerugian diakibatkan oleh perbuatan kelalaian


yang dilakukan oleh lebih dari satu orang, maka tanggungjawab masing-
masing dibagi secara proporsional sesuai dengan kontribusi
tanggungjawabnya
• Terdapat pendapat lain: tanggung renteng lebih tepat

MAKERSI-PERSI JAWA TIMUR 19


The Bolam principle

• Bahwa tenaga kesehatan dianggap TIDAK LALAI apabila dia bertindak sesuai
dengan praktik yang diterima, pada saat yang sesuai, berdasarkan pendapat
dari sebuah badan kedokteran yang bertanggungjawab (untuk itu), meskipun
terdapat praktisi lain melakukan praktik yang berbeda.

MAKERSI-PERSI JAWA TIMUR 20


DASAR HUKUM TUNTUTAN PIDANA (1)

• Saat ini dugaan sengketa medis mulai digeser ke kasus pidana


• Keluarga melapor ke Polisi à Kejaksaan, Pengadilan
• Dasar Hukum dilihat dari KUHP :
- kelalaian menyebabkan meninggal (Pasal 359)
- kelalaian menyebabkan luka berat (Pasal 360)
- membiarkan orang yang perlu pertolongan (Pasal 304)
- Aborsi (Pasal 349)
- Euthanasia (Pasal 344)
- penyerangan seksual (Pasal 284)
- keterangan palsu (Pasal 267-268)
- membocorkan rahasia kedokteran (Pasal 322 jo PP 10/66)

MAKERSI-PERSI JAWA TIMUR 21


DASAR HUKUM TUNTUTAN PIDANA (2)
Berkaitan dengan pelayanan kesehatan (lex spesialis) antara lain :

Dokter
• Praktek Tanpa STR / SIP (Ps. 75-76 UU No. 29 / 2004)
• Tidak memberikan pelayanan sesuai standar yang berlaku (Ps. 79 UU No.
29 /2004)
• Tidak membuat rekam medis (Ps. 79 UU No. 29 /2004) (Ps. 79 UU No. 29
/2004)
• Tidak merujuk pasien apabila tidak mampu menangani (Ps. 79 UU No. 29
/2004)
• Tidak merahasiakan segala sesuatu yang perlu dirahasiakan (Ps. 79 UU No.
29 /2004)
• Tidak melakukan pertolongan darurat (Ps. 79 UU No. 29 /2004)
• Tidak menambah pengetahuan di bidang kedokteran (Ps. 79 UU No. 29
/2004)

MAKERSI-PERSI JAWA TIMUR 22


DASAR HUKUM TUNTUTAN PIDANA (3)
Berkaitan dengan pelayanan kesehatan (lex spesialis) antara lain :

Setiap Orang

• Sengaja memperjual belikan organ atau bagian tubuh (Ps. 192 UU No. 36 /
2009)
• Melakukan operasi plastik dan rekonstruksi untuk merubah identitas (Ps.
193 UU. No. 36 / 2009)
• Aborsi tidak sesuai ketentuan ( Ps. 194 UU. No. 36 /2009)
• Sengaja memperjualbelikan darah (Ps. 195 UU No. 36 / 2009)

Nakes

• Melakukan kelalaian berat mengakibatkan luka berat (Ps. 84 UU No. 36 /


2014)
MAKERSI-PERSI JAWA TIMUR 23
DASAR GUGATAN PERDATA

Gugatan dugaan malpraktek umumnya Perbuatan Melawan Hukum


• Ps. 58 UU/2009 – UU Kesehatan (Ganti Rugi)
• Ps. 46 UU 44/2009 Tentang Rumah Sakit (Ganti Rugi)
• Ps. 1365 KUH Perdata (PMH dpt diminta ganti rugi atas kelalaian)
• Ps. 1366 KUH Perdata (Ganti rugi akibat kelalaian / kurang hati-hati)
• Ps. 1367 KUH Perdata (Atasan bertanggung jawab atas tindakan bawahan)
Tuntutan Ganti Rugi :
• Materil : (Biaya yang diberlakukan)
• Imateril : (Pengganti rasa sakit, rasa malu, sedih, penderitaan batin,dll)
Siapa Yang Digugat :
• Nakes yang bersangkutan
• Atasan yang bersangkutan
• Yang ikut merawat (rawat bersama, dokter anastesi, pernah dikonsultasikan)
• Pimpinan Saryankes
• Otoritas Kesehatan (Dinkes, Dirjen, Menteri)

MAKERSI-PERSI JAWA TIMUR 24


DAMPAK GUGATAN

1. CITRA SARANA PELAYANAN KESEHATAN MENURUN


2. REPUTASI TENAGA KESEHATAN TERCEMAR
3. TEKANAN PSIKOLOGIS (KURANG PERCAYA DIRI)
4. BEBAN PIKIRAN, WAKTU, BIAYA
5. SANKSI (ETIK & HUKUM)
6. TIMBUL TUNTUTAN HUKUM
• Perdata
• Pidana
• TUN

MAKERSI-PERSI JAWA TIMUR 25


Studi Kasus

MAKERSI-PERSI JAWA TIMUR 26

Anda mungkin juga menyukai