Telaah sistematis mencakup kegiatan audit medis, audit keperawatan dan audit
pelayanan klinis lainnya yang dilakukan secara terintegrasi oleh tenaga medis,
Audit Klinis tenaga keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya, dengan menggunakan
kriteria dan standar yang dinyatakan secara eksplisit dan diikuti dengan
upaya perbaikan (Pasal 184 ayat 4 UU 17/2023, Kepdirjen 522/2022)
By galihendradita, 2023
Audit Kematian
5 • Dalam rangka upaya penentuan sebab kematian seseorang dapat dilakukan audit kematian,
termasuk
1. Autopsi Verbal,
2. Bedah Mayat Klinis,
3. Bedah Mayat Forensik,
4. Pemeriksaan Laboratorium,
5. Autopsi Virtual Pascakematian.
Penjelasan Pasal 157 ayat 2
"audit kematian" adalah serangkaian kegiatan penelusuran sebab kematian dan penentuan faktor
yang berkontribusi terhadap kematian seseorang.
Audit Pelayanan Kesehatan
6
Audit Kausalitas
• Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan/ atau pihak swasta terkait bertanggung jawab terhadap pendanaan yang timbul dalam hal terdapat kejadian ikutan
pascapemberian Obat pencegahan massal dan imunisasi dalam penanggulangan penyakit, termasuk penanggulangan KLB dan Wabah.
Audit kausalitas adalah suatu kajian sistematis mengenai kasus kejadian ikutan akibat pemberian pengobatan massal dan imunisasi yang dilaporkan
berdasarkan data dan literatur medis dari para ahli di bidangnya serta yang dilakukan oleh lembaga independen untuk menentukan kemungkinan keterkaitan
antara kejadian ikutan dan Obat dan/ atau vaksin yang diberikan.
7
Audit Klinis
• tata kelola Rumah Sakit yang baik adalah penerapan fungsi manajemen Rumah Sakit yang berdasarkan prinsip tranparansi, akuntabilitas, independensi,
responsibilitas, kesetaraan, dan kewajaran.
• tata kelola klinis yang baik adalah penerapan fungsi manajemen klinis yang meliputi
• kepemimpinan klinis,
• audit klinis,
• data klinis,
• risiko klinis berbasis bukti,
• peningkatan kinerja,
• pengelolaan keluhan,
• mekanisme monitor hasil pelayanan,
• pengembangan profesional, dan
• akreditasi Rumah Sakit.
8
Audit Klinis
• Audit Klinis adalah telaah sistematis mencakup kegiatan
• audit medis,
• audit keperawatan dan
• audit pelayanan klinis lainnya
yang dilakukan secara terintegrasi oleh tenaga medis, tenaga keperawatan dan tenaga kesehatan
lainnya, dengan menggunakan kriteria dan standar yang dinyatakan secara eksplisit dan diikuti
dengan upaya perbaikan
Audit medis adalah upaya evaluasi Audit keperawatan adalah upaya Audit pelayanan klinis lainnya
secara profesional terhadap mutu evaluasi secara profesional adalah upaya evaluasi secara
pelayanan medis yang diberikan terhadap mutu pelayanan profesional terhadap mutu
kepada pasien dengan keperawatan yang diberikan kepada pelayanan klinis lainnya yang
menggunakan rekam medis nya yang pasien dengan menggunakan rekam diberikan kepada pasien dengan
dilaksanakan oleh profesi medis medisnya yang dilaksanakan profesi menggunakan rekam medis nya yang
perawat dan bidan dilaksanakan oleh tenaga kesehatan
pemberi pelayanan klinis lainnya
9
Audit Klinis dalam Kepmenkes 1128
tahun 2022
14
KODERSI 2022 Pasal 8
Tata Kelola Rumah Sakit
Rumah sakit wajib secara terintegrasi Penjelasan
menerapkan tata kelola rumah sakit yang baik • Tata kelola rumah sakit yang baik adalah penerapan fungsi-fungsi
manajemen rumah sakit yang berdasarkan prinsip-prinsip
(good corporate governance), tata kelola klinis tranparansi, akuntabilitas, independensi dan responsibilitas,
yang baik (good clinical governance), dan tata kesetaraan dan kewajaran.
kelola etik yang baik (good ethical governance) • Tata kelola klinis yang baik adalah penerapan fungsi manajemen
yang menjamin asuhan pasien diberikan sesuai klinis yang meliputi kepemimpinan klinik, audit klinis, data klinis,
risiko klinis berbasis bukti, peningkatan kinerja, pengelolaan
norma moral, bisnis, sosial, dan hukum yang keluhan, mekanisme monitor hasil pelayanan, pengembangan
berlaku. profesional dan akreditasi rumah sakit.
• Tata kelola etik yang baik adalah penerapan etika rumah sakit
dalam pelayanan, penelitian, pendidikan, pelatihan, serta
manajemen rumah sakit tertuju kepada tata kelola pasien dan
keluarga, agar keseluruhannya menjadi etis.
15
Ketentuan Etika dalam Audit Klinis
• Hormati hak setiap pengguna layanan untuk membuat pilihan mengenai
kehidupan mereka sendiri à pada beberapa kondisi pertimbangan etika
menjadi faktor pengecualian
• Menguntungkan pengguna jasa dan tidak menimbulkan kerugian à
penentuan standar dan kriteria adalah upaya meningkatkan mutu dan
keselamatan pasien
• Perlakukan semua pengguna layanan dengan adil à audit klinis tidak boleh
membedakan hanya untuk pembayar tertentu
• Audit klinis tidak boleh memeriksa pekerjaan profesional atau spesialisasi
lain tanpa sepengetahuan mereka. Semua orang yang akan terkena dampak
langsung dari audit klinis harus diberitahu dan, jika mungkin, dilibatkan
dalam audit klinis .
• Pengguna layanan harus didekati dengan cara yang sensitif dan penuh
hormat dan harus dijelaskan bahwa mereka tidak diwajibkan untuk menjadi
bagian dari audit klinis dan penolakan untuk mengambil bagian tidak akan
mempengaruhi layanan dengan cara apapun
Apakah Tinjauan Etis
Diperlukan untuk Audit
Klinis?
• Jika suatu kegiatan digolongkan sebagai audit klinis maka
secara otomatis dianggap tidak memerlukan tinjauan etis,
sedangkan proposal penelitian memerlukan tinjauan dan
persetujuan etis
• karena banyaknya kesamaan antara audit klinis dan
penelitian klinis, batasan di antara keduanya dapat
menjadi kabur.
• 'Keputusan tentang perlunya tinjauan etika harus didasarkan
pada moralitas dari semua tindakan dan bukannya
pembedaan sewenang-wenang antara audit klinis dan
penelitian’
• National Office of Clinical audit (NOCA) memberikan
panduan yang menyatakan bahwa audit klinis tidak
memerlukan persetujuan etis namun, seperti biasa dan
sejalan dengan praktik terbaik, masalah etika tetap harus
dipertimbangkan dengan tetap mematuhi prinsip-prinsip
perlindungan data (NOCA, 2019)
Apakah Audit Klinis memerlukan Persetujuan
dari Pasien ?
• Secara umum, audit klinis tidak memerlukan informed consent (HSE, 2013). Anggota tim layanan
kesehatan (atau staf pendukungnya, misalnya, staf audit klinis) yang memberikan perawatan
langsung kepada pengguna layanan dapat melakukan peninjauan data pengguna layanan tanpa
persetujuan
• Persetujuan tidak diperlukan jika informasi kesehatan pribadi dianonimkan secara permanen oleh
pengontrol data sebelum diungkapkan kepada pihak ketiga. Kehati-hatian harus diberikan untuk
memastikan bahwa pengguna layanan benar-benar tidak dapat diidentifikasi bahkan ketika datanya
dianonimkan
• Apabila audit klinis dilakukan oleh orang yang tidak terlibat dalam layanan pengguna layanan (yaitu
orang yang berada di luar pengontrol data (penyedia layanan)), persetujuan yang diinformasikan
(informed consent) diperlukan untuk memungkinkan orang tersebut mengakses data pribadi
• Jika pengguna jasa memberikan persetujuan terhadap pengungkapan catatan kepada pihak ketiga,
profesional kesehatan memastikan bahwa mereka memahami konsekuensi dari pengungkapan
tersebut, apa yang akan diungkapkan, alasan pengungkapan dan konsekuensi dari pemberian
persetujuan
Kerahasiaan dan Akses terhadap
Informasi Kesehatan Pengguna Jasa