Anda di halaman 1dari 51

i

KATA SAMBUTAN

Assalamualaikum, Wr.Wb. Salam sejahtera bagi kita semua.


SALAM SCOMEDIANS SETANAH AIR!

Center for Indonesian Medical Students’ Activities (CIMSA) adalah suatu organisasi
mahasiswa kedokteran yang bersifat independen, non-politis, non-profit, dan non-
partisan. Didirikan pada tahun 2001, CIMSA saat ini telah memiliki lebih dari 5000 orang
member dengan 18 universitas yang memiliki CIMSA dalam pergerakan mahasiswa
kedokterannya. Dalam melaksanakan kegiatannya CIMSA bergerak melalui 6 buah
Standing Committee, yaitu SCOME, SCORE, SCOPE, SCORA, SCOPH, dan SCORP.

Standing Committee on Medical Education adalah suatu Standing Committee yang


bergerak secara khusus dan terarah dalam meningkatkan status/ kualitas pendidikan
kedokteran. SCOME CIMSA merupakan forum diskusi atau dapat disebut sebagai
fasilitator mahasiswa kedokteran untuk mendapatkan akses dalam hal pendidikan
kedokteran termasuk didalamnya pengembangan wawasan dalam isu pendidikan
kedokteran dan kurikumlum pendidikan kedokteran. Sebagai mahasiwa yang langsung
berhadapan dengan rutinitas selama menjalani pendidikan kedokteran sudah
sepantasnya kita lebih memahami dalam hal pendidikan kedokteran.

Saat ini SCOME CIMSA memiliki representative di 18 lokal CIMSA. SCOME CIMSA telah
berkembang pesat begitu juga dengan kualitas dan kuantitas membernya. Salah satu
penunjang pengembangan member dalam hal kualitas adalah dengan memaparkan
secara dini kepada setiap member mengenai segala sesuatu tentang SCOME dengan
harapan dapat meningkatkan sense of belonging member SCOME CIMSA serta dapat
menjalankan peran sebagai agent of change dalam hal pendidikan kedokteran dan sama
– sama mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat dengan terus mengembangkan
sumber daya manusia sepanjang hayat sehingga masyarakat mendapatkan akses
pelayanan kedokteran secara komprehensif dan berkualitas.

Tepat 1 tahun lalu SCOME CIMSA telah meluncurkan Guideline Book SCOME untuk
pertama kalinya, namun kualitas isi dan konten yang sudah ada belum dapat diaplikasikan
secara maksimal dan msih terdapat beberapa kekurangan materi yang seharusnya
menjadi info dasar bagi para member. Tahun ini kami kembali meluncurkan SCOME
Manual Book dengan konten yang telah ditetapkan dan terstandar di semua SCO
CIMSA.Diharapkan Guideline ini dapat meningkatkan pengetahuan serta minat para
member SCOME dalam perkembangan dan penggunaannya. Dan juga diharapkan setelah
diterbitkannya Guideline Book ini, maka SCOME akan semakin berkembang dengan
sumber daya terbaik yang kita miliki.
“We Aim To Achieve Excellence In Medical Education Throughout The World”
ii

Kata Sambutan ........................................................................................................ i

Contents .................................................................................................................. ii

Sejarah CIMSA dan IFSMA ....................................................................................... 1

Regionalisasi oleh IFMSA......................................................................................... 7

SCOME ..................................................................................................................... 8

Milestones SCOME CIMSA ...................................................................................... 13

Basic SCOME ............................................................................................................ 14

Ranah Kerja SCOME................................................................................................. 26

Standarisasi Project SCOME .................................................................................... 28

Local Committee ..................................................................................................... 29

Observer .................................................................................................................. 31

SCOME National Meeting : Make Me Up ................................................................ 32

Pengurus SCOME CIMSA ......................................................................................... 36

Media Komunikasi SCOME ...................................................................................... 40

Daftar Hari Besar ..................................................................................................... 42

Database Eksternal SCOME ..................................................................................... 43

Contributor .............................................................................................................. 46
1

Sejarah CIMSA dan IFMSA

CIMSA
Center for Indonesian Medical Students’ Activities (CIMSA) adalah suatu organisasi
mahasiswa kedokteran yang bersifat independen, non-politis, non-partisan, non-profit,
nasionalis, dan inklusif. CIMSA sendiri didirikan pada tanggal 6 Mei 2001 di Jakarta oleh 6
buah universitas yang menjadi lokal-lokal pertama CIMSA. Pada saat ini, CIMSA sudah
berkembang dengan memiliki 18 buah lokal yang bersifat aktif, yang tersebar dari Aceh
hingga JawaTimur. Lokal-lokal tersebut adalah:
1. Universitas Syiah Kualah (UNSYIAH)
2. Universitas Islam Sumatra Utara (UISU)
3. Universitas Riau (UR)
4. Universitas Andalas (UNAND)
5. Universitas Indonesia (UI)
6. Universitas Pelita Harapan (UPH)
7. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN Jakarta)
8. Universitas Padjadjaran (UNPAD)
9. Universitas Gadjah Mada (UGM)
10. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)
11. Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW)
12. Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)
13. Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS)
14. Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA)
15. Universitas Airlangga (UA)
16. Universitas Brawijaya (UB)
17. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS)
18. Universitas Malikulsaleh (UNIMAL)

Dalam sistem kepengurusannya CIMSA dibagi menjadi 7 (tujuh) buah kaukus, yang dibagi
berdasarkan provinsinya masing-masing:
1. Kaukus 1 (Aceh & Sumatra Utara) : UNSYIAH, UNIMAL, UISU
2. Kaukus 2 (Sumatra bagian tengah) : UR, UNAND
3. Kaukus 3 (Jakarta & sekitarnya) : UI, UPH, dan UIN
4. Kaukus 4 (Jawa Barat) : UNPAD
5. Kaukus 5 (D.I Yogyakarta) : UGM, UMY, UKDW
6. Kaukus 6 (Jawa Tengah) : UNISSULA, UMS, UNS
7. Kaukus 7 (Jawa Timur) : UA, UB, UWKS
2

Hingga kini, dalam menjalankan aktivitasnya, CIMSA telah menjalin kerja sama dengan
organisasi pemerintah seperti Depkes, Dikti, Deplu, IDI, KNPI (Komite Nasional Pemuda
Indonesia), organisasi non pemerintah seperti LSM, dan organisasi internasional seperti
PBB. Dan kerjasama ini akan terus ditingkatkan agar segala tujuan yang diinginkan oleh
CIMSA dapat tercapai dengan baik.

TUJUAN, VISI, DAN MISI CIMSA

 Tujuan CIMSA secara umum adalah :


a. Meningkatkan kapasitas mahasiswa kedokteran Indonesia, dan menggunakan
kapastias dan kemampuan yang dimiliki sebagai mahasiswa kedokteran untuk
usaha-usaha menyehatkan dan mencerdaskan bangsa Indonesia.
b. Turut aktif bekerja sama dengan dunia internasional dalam usaha penyehatan
dunia, dan memperjuangkan harkat dan kedaulatan bangsa Indonesia di mata
bangsa lain di dunia internasional.

 Visi CIMSA
a. Terciptanya bangsa Indonesia yang lebih sehat, makmur, dan sejahtera. Dimana
rakyatnya bisa menikmati kesempatan yang sama dalam pendidikan dan
kesehatan, serta dalam usaha untuk memajukan kehidupan serta meraih
kesejahtaraan dan keadilan sosial.
b. Tercapainya kehidupan sehat secara universal merata, untuk dunia yang lebih
sehat.

 Misi CIMSA
a. Misi organisasi adalah untuk mendorong mahasiswa kedokteran agar bisa belajar
dan aktif berkarya, serta merancang strategi dan melaksanakan pergerakan untuk
memajukan kesehatan dan kesejahteraan bangsa.
b. Selanjutnya akan disebarluaskan secara resmi dengan artikel ”Empowering
Medical Students. Improving Nation Health”

STRUKTUR ORGANISASI CIMSA


 Pergerakan organisasi dilaksanakan oleh badan-badan sebagai berikut :
a. Kongres Mahasiswa Kedokteran (selanjutnya disebut kongres)  sidang umum
Merupakan badan tertinggi dalam organisasi. Dengan fungsi utama pengambilan
keputusan. Keputusan yang diambil mempunyai kekuatan tertinggi dalam
organisasi. Kongres terdiri dari Badan legislatif, Badan Eksekutif, National Officer,
dan Konsil Pengawas.
b. Badan Eksekutif
3

Menjalankan fungsi pelaksanaan keputusan, manajemen, administrasi, serta


pengembangan organisasi, yang terdiri atas presiden, wakil presiden urusan
internal, wakil presiden urusan eksternal, bendahara, dan sekretaris umum.
Dimana presiden memiliki fungsi utama sebagai pemimpin organisasi yang
membawahi badan eksekutif, national officer, divisi pendukung, lokal universitas
dan badan lain yang dibentuk dibawah presiden.
c. National Officer dan Komite Nasional
Memimpin komite nasional menjalankan fungsi pelaksanaan keputusan,
manajemen, administrasi serta pengembangan organisasi secara spesifik seusai
dengan bidang yang dibawahi oleh masing-masing standing committee.
d. Divisi Pendukung
Adalah badan yang mempunyai kapasitas teknis khusus, untuk membantu
memenuhi kebutuhan organisasi dibidang tertentu. Divisi pendukung dijalankan
oleh direktur divisi beserta tim, dan terdiri atas:
 Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia
 Divisi Riset dan Pengembangan
 Divisi Pemasaran, Kampanye serta Advokasi
 Divisi Media dan Hubungan Masyarakat
 Divisi Pengembangan Proyek
 Divisi Usaha Dana
 Divisi Alumni
e. Badan legislatif
Menjalankan fungsi mewakili anggota-anggota individu organisasi, untuk
mengawasi kinerja organisasi dan membuat rekomendasi. Badan legislatif terdiri
atas koordinator dan anggota. Anggota badan legislatif adalah perwakilan dari tiap
kaukus yang diputuskan oleh kongres. Badan legislatif memiliki posisi sejajar
dengan badan eksekutif.
f. Konsil Pengawas
g. Lokal Universitas
Adalah perangkat organisasi untuk mewadahi anggota-anggota individu di setiap
universitas. Lokal dipimpin oleh Local Coodinator (Loco), dan memiliki mekanisme
kerja dan administrasi sesuai dengan sistem yang berlaku di masing-masing
fakultas serta tidak bertentangan dengan konstitusi dan statuta yang berlaku di
organisasi. Struktur organisasi pusat-lokal dilaksanakan dengan sistem
desentralisasi.

IFMSA

IFMSA adalah singkatan dari International Federation of Medical Students’ Associations.


Merupakan organisasi internasional mahasiswa kedokteran Indonesia yang merupakan
4

Non Govermental Organization (NGO) dalam sistem PBB. Di bentuk pada tahun 1951 di
Belanda, IFMSA di kenali sebagai organisasi kemanusiaan. Sampai saat ini, IFMSA sudah
memiliki lebih dari 100 National Member Organization di 5 regional yang berbeda:
1) Asia-Pasific Region
2) East Mediteranian Region
3) Europe Region
4) Africa Region
5) America Region

TUJUAN, VISI, DAN MISI IFMSA

 Tujuan dari organisasi ini adalah melayani masyarakat dan mahasiswa kedokteran di
seluruh dunia melalui anggotanya dengan :
a. Mengembangkan dan mendorong mahasiswa kedokteran untuk menggunakan
ilmu dan kemampuannya untuk memberikan manfaat kepada lingkungan.
b. Menyediakan forum untuk mahasiswa kedokteran seluruh dunia untuk
mendiskusikan topic yang
b. berhubungan kesehatan individu dan masyarakat, pendidikan, dan ilmu
pengetahuan, untuk
c. memformulasikan kebijakan dari diskusi mengenai hal tersebut.
d. Mengajukan dan memfasilitasi pertukaran professional dan penelitian/
ilmuwan, begitu juga dengan project dan training extrakuliluler untuk
mahasiswa kedokteran, yang oleh karena itu dapat membuat mereka peka
terhadap budaya dan lingkungan lain dan juga masalah kesehatannya.
e. Memfasilitasi hubungan antar anggota, antar organisasi mahasiswa kedokteran
dan organisasi internasional, dan untuk mendorong kerjasama antar mereka
yang memiliki tujuan dasar memberikan manfaat terhadap masyarakat.

 Misi dari IFMSA adalah dapat memberikan dokter-dokter masa depan pengenalan
secara komprehensif terhadap isu kesehatan global. Melalui program dan
kesempatan yang diberikan oleh IFMSA, dapat mengembangkan budaya sensitive
pada mahasiswa kedokteran, dengan maksud mempengaruhi transnational
inequalities yang membentuk kesehatan dari planet kita.
5

STRUKTUR ORGANISASI IFMSA

 General Assembly
- Terdiri dari seluruh anggota organisasi ini. Merupakan otoritas tertinggi dan
pengambil keputusan dalam organisasi ini. Setiap anggota penuh memiliki satu
suara dalam General Assembly meeting. Anggota lain dapat mengikuti meeting
tapi tidak memiliki hak suara.
- General Assembly harus melakukan pertemuan sedikitnya sekali dalam setahun.
General Asssembly memutuskan tempat dan waktu untuk pertemuan General
Assembly lainnya.
 Executive Board
- Organisasi ini diatur oleh Executive Board (EB). EB organisasi ini terdiri dari paling
sedikit 3 orang. General Assembly melantik satu anggota EB sebagai president,
secretary general, dan treasurer.
- EB dipilih dengan melalui General Assembly dalam periode 1 tahun.
- EB secara official mewakili federation.
- EB dapat mendelegsikan tugasnya pada orang lain, tetapi tetap bertanggungjawab
terhadap tugas-tugasnya setiap waktu
 Supervising Council
- Mensupervisi dan memberi saran serta masukan kepada EB dan Official IFMSA
lainnya.
- Supervising Council (SC) terdiri dari paling sedikit tiga orang. Mereka dipilih oleh
General Assembly paling sedikit dalam satu tahun sekali.
- Anggota SC tidak boleh memegang posisi official lainnya dalam organisasi ini.
6

- SC memiliki kekuatan untuk membatalkan keputusan EB karena alasan yang


pentng seperti yang dijelaskan dalam Bylaw organisasi, yang setelah itu dapat
dipresentasikan dalam General Assembly , yang nantinya merupakan keputusan
akhir.
- SC memiliki kekuatan untuk memberhentikan sementara waktu anggota EB dan
official IFMSA.
 Standing Committee, Divisions,Project, dan Working Groups
- Untuk melaksanakan, koordinasikan dan mendukung aktivitas dari organisasi,
Standing Committee, Divisions,Project and Working Groups dapat dibentuk
melalui General Assembly
- Aktivitas dari badan ini dikoordinasikan oleh seorang Director atau Coordinator,
dipilih melalui General Assembly.
 Official
- Official IFMSA adalah seseorang yang dipilih oleh General Assembly atau ditunjuk
oleh Executive Board.
- Semua official IFMSA harus bekerja sesuai dengan IFMSA Constitution dan Bylaws
organisasi dan secara tidak langsung menyebarluaskan prinsip dan tujuan dari
organisasi.
- Official IFMSA harus mempresentasikan activity report kepada General Assembly.
7

Regionalisasi Oleh IFMSA

Regionalisasi oleh IFMSA saat ini adalah : :

 Africa
 East Mediteranean
 Asia-Pacific
 Americas
 Europe

Setiap regional dipimpin oleh seorang regional coordinator adapun tugasnya adalah :

 Mengadakan meeting per regional.


 Memantau perkembangan, recruitment, hubungan anggota di masing-masing
regional.
 Membantu SCO director dlm mengembangkan masing-masding SCO di setiap
regional.
8

SCOME

Pengenalan SCOME

Pendidikan kedokteran sudah selayaknya menjadi perhatian setiap mahasiswa karena


pendidikan kedokteran tidak hanya menentukan kualitas dokter tetapi juga kualitas
pelayan kesehatan di masa depan. Dengan latar belakang inilah, dibentuk suatu wadah
bagi mahasiswa untuk memperjuangkan suatu pengembangan dan perbaikan di bidang
pendidikan kedokteran yaitu Standing Committee on Medical Education (SCOME).

Standing Committee On Medical Education – Center for Indonesian Medical Students’


Activities, disingkat SCOMECIMSA, merupakan salah satu bagian standing committee yang
bekerja untuk menangani program pengembangan pendidikan kedokteran Indonesia
sekaligus wadah bagi mahasiswa kedokteran untuk mengembangkan pengetahuannya
dalam bidang kedokteran. Melalui SCOMECIMSA, mahasiswa bekerja sama melakukan
usaha terbaiknya bagi
pengembangan pendidikan kedokteran Indonesia. Berbagai proyek dan kegiatan konkret,
serta bentuk pemikiran-pemikiran yang disampaikan pada Stake holder menjadi fokus
pergerakan SCOME CIMSA yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa kedokteran
Indonesia untuk berpartisipasi dalam skala lokal, nasional, dan internasional.

SCOME CIMSA berdiri atas inisiatif kepedulian mahasiswa terhadap pengembangan


pendidikan kedokteran Indonesia, perhatian terhadap mutu kualitas kehidupan,
penerapan prinsip belajar sepanjang hayat, dan peningkatan pertisipasi mahasiswa dalam
pengembangan pendidikan terutama dalam menghadapi era globalisasi. Saat ini SCOME
memiliki representasi mahasiswa di 18 fakultas kedokteran di Indonesia.

Aktivitas SCOME berdasarkan pada pergerakan aktivitas mahasiswa langsung dalam


menanggapi situasi dan kondisi sistem kedokteran baik di lokal masingmasing, nasional,
serta internasional. Oleh karena itu, SCOME didirikan dengan harapan akan mendukung
dan mewujudkan terciptanya mahasiswa dan lulusan yang kritis, analistis dan sistematis,
serta terlatih dan memiliki keterampilan yang diperlukan untuk mengembangkan sumber
daya manusia sepanjang hayat, sehingga masyarakat memiliki akses terhadap pelayanan
bidang kedokteran yang kompeten dan berkualitas.
9

Visi

Terciptanya sumber daya manusia kedokteran Indonesia yang berkualitas dan berdaya
saing tinggi sehingga cepat tanggap dan memiliki kemampuan menghadapi setiap
perubahan dalam skala lokal maupun global dengan kompetensi yang relevan.

Misi

SCOME berkomitmen untuk melakukan upaya aktif mendukung mahasiswa kedokteran


untuk mendapatkan pendidikan kedokteran yang komprehensif, termasuk usaha
persiapan dalam menghadapi perubahan global.

Tujuan dan Target

Menciptakan sumber daya manusia kedokteran Indonesia yang berkualitas dan berdaya
saing tinggi sehingga cepat tanggap dan memiliki kemampuan menghadapi setiap
perubahan dalam skala lokal maupun global dengan kompetensi yang relevan. Target
SCOME adalah seluruh mahasiswa kedokteran Indonesia pada umumnya dan anggota
CIMSA pada khususnya.

Komitmen SCOME CIMSA

SCOME CIMSA berkomitmen untuk melakukan upaya aktif mendukung mahasiswa


kedokteran untuk mendapatkan pendidikan kedokteran yang komprehensif, termasuk
usaha persiapan dalam menghadapi perubahan global. Hal ini berkaitan pula
komitmennya dalam pengembangan pendidikan kedokteran Indonesia dengan partisipasi
aktif mahasiswa melalui aktivitas secara nasional dan internasional. Sebagai kelompok
aktivitas mahasiswa, SCOME CIMSA bertekad untuk mewujudkan harapan bahwa
mahasiswa dipersiapkan dengan baik dalam pendidikan dengan pilihan karier dan
pelayanan bidang kedokteran yang luas.

Aktivitas SCOME

Berikut ini adalah aktivitas SCOME, yaitu:


1. Penggalakan reformasi sistem dan kurikulum pendidikan kedokteran untuk
mengembangkan pendidikan kedokteran.
2. Peningkatan dukungan mahasiswa, masyarakat dan pembuat kebijakan dalam
bidang Kedokteran dan pemerintahan untuk kesadaran akan urgensi
pengembangan pendidikan Kedokteran
10

3. Penguatan jaringan pendukung dan sumber daya bagi mahasiswa Kedokteran


untuk memperkuat pembentukan sumber daya manusia Kedokteran yang
berkualitas.
4. Perluasan kesempatan pendidikan dan pelatihan bagi mahasiswa kedokteran
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia kedokteran dalam
menghadapi perubahan berskala lokal maupun global.

Peranan SCOME dalam Pendidikan Kedokteran Indonesia


Aktivitas SCOME CIMSA berfokus pada pengembangan pendidikan kedokteran Indonesia
melalui berbagai program yang memiliki cakupan baik dalam skala lokal, nasional,
maupun internasional. SCOME CIMSA memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk
berpartisipasi aktif mengembangkan pendidikan kedokteran Indonesia melalui kegiatan
bersama secara lokal, nasional maupun internasional.

SCOMECIMSA mengupayakan inovasi pendidikan kedokteran Indonesia agar lulusan


pendidikan kedokteran Indonesia siap menghadapi tantangan pada masa mendatang,
karenanya advokasi, kajian, dan kegiatan-kegiatan yang ada selama ini ditujukan untuk
mendorong berbagai pihak, termasuk perguruan tinggi, para pakar, organisasi profesi,
departemen, dan badan nasional maupun internasional untuk maju bersama dalam
mengadakan penyempurnaan pendidikan kedokteran Indonesia. SCOME CIMSA
mengembangkan berbagai program yang dapat diikuti oleh mahasiswa kedokteran sebagi
wujud partisipasi meningkatkan kualitas pendidikan. Menggarap kemampuan analisis,
eksplanasi, dan prediksi dalam perumusan solusi. Berbagai program difokuskan untuk
mengasah wawasan global mahasiswa sehingga memiliki jiwa inovatif dan kreatif dalam
mengembangkan dunia kedokteran.

Dengan melihat dinamika dan tantangan yang ada, semangat kami terasah untuk
meningkatkan peran mahasiswa sebagai elemen dinamis sistem pendidikan, serta
meninggalkan sikap pasif dan pesimis dari mahasiswa kedokteran jauh di belakang.
Kedepannya kami berharap mahasiswa kedokteran Indonesia dapat menjadi aktor
pengembangan pendidikannya sendiri dan menjadi orang-orang terbaik yang dihasilkan
dari pendidikan terbaik bagi terciptanya kesehatan Indonesia yang optimal.

Struktur SCOME

SCOME-CIMSA menjalankan berbagai kegiatan dengan koordinasi SCOMEIFMSA. SCOME-


CIMSA bukan merupakan sub-struktur langsung yang tidak menjalankan seluruh program
SCOME-IFMSA tetapi memiliki otoritas sendiri dalam mengambil kebijakan dan
menjalankan program kerja secara mandiri. Struktur langsung SCOME CIMSA ada dalam
skala nasional dan lokal. Meskipun demikian, SCOME-CIMSA tetap melakukan komunikasi
11

ke berbagai pihak baik dalam skala internasional, regional, nasional, dan lokal. Berikut ini
adalah struktural SCOME dari skala internasional hingga lokal. SCOME IFMSA dipimpin
oleh IFMSA Director on Medical Education (SCOME Director). SCOME-D dipilih setiap
tahun oleh National Member Organizations saat General Assembly IFMSA bulan Agustus.
SCOME-D bertugas untuk berkoordinasi dengan National Officer, Regional Assistant, dan
seluruh SCOMEdians. Selain itu SCOME-D juga mengkoordinasikan berbagai kegiatan
SCOME IFMSA yang dilaksanakan secara internasional oleh negara anggota IFMSA.
Sepanjang tahun SCOME-IFMSA mengadakan dan menghadiri berbagai pertemuan dan
kegiatan sehubungan dengan dunia pendidikan
Kedokteran
.
Selain SCOME-Director terdapat suatu posisi pada IFMSA yang bukan merupakan
koordinator dari SCOME yaitu Liaison Officer for Medical Education Issues(LOMEi)yang
merupakan bagian dari Team of Official IFMSA yang bertanggung jawab untuk
mendapatkan setiap informasi dari
penggalakan dan perkembangan pendidikan kedokteran di dunia. LOMEi bekerjasama
dengan berbagai institusi yang berhubungan dengan pendidikan kedokteran di seluruh
Indonesia.
Regional Assistantson Medical Education (RAME) dipilih oleh SCOME-D dan merupakan
perpanjangan tangan dari SCOME-D. Tugas utama RAME adalah menjalin komunikasi
yang lebih intens dengan SCOME nasional sesuai dengan regional masing-masing,
mendukung kegiatan-kegiatan SCOME, dan membantu pengembangan SCOME di masing-
masing regional.

SCOME CIMSA dipimpin oleh seorang National Officer on Medical Education (NOME)
yang dipilih saat pertemuan nasional bulan Mei. NOME memiliki sebuah tim nasional yang
bernama National Committee on Medical Education (NCME) yang akan membantu NOME
dalam melakukan koordinasi dengan lokal-lokal SCOME CIMSA serta melaksanakan
kepengurusan nasional. NCME dibentuk oleh NOME dan terdiri dari Vice NOME for
Internal Affairs (VNI), Vice NOME for External Affairs (VNE), Secretary, Treasurer, Project
Coordinator (PC), Media and Communication Coordinator (MCC), Fundraise and
Merchandise Coordinator (FnMC), serta Advisory Board (AB).

Dalam menjalankan kepengurusannya, SCOME nasional selalu melakukan koordinasi


secara lokal, nasional, maupun internasional. Oleh karena itu, SCOME CIMSA, melalui
NOME, juga melakukan koordinasi dan menjalin hubungan dengan SCOME IFMSA yang
dipimpin oleh SCOME Director dan koordinator regional SCOME yang disebut dengan
RAME (Regional Assistant on Medical Education). Begitu pula untuk skala nasional dan
lokal, SCOME nasional juga melakukan koordinasi, menjalin hubungan dan komunikasi
dengan SCOME lokal melalui LOME dan juga seluruh scomedians. Lokal SCOME dipimpin
oleh seorang Local Officer on Medical Education (LOME) yang bertugas untuk
12

mengembangkan lokal dalam bidang pendidikan kedokteran dan mengadakan berbagai


aktivitas yang berkaitan dengan bidang
kerjanya. LOME bersama scomedians di masing-masing lokal melaksanakan kegiatan-
kegiatan SCOME-CIMSA di tingkat universitas dan bersama-sama mahasiswa kedokteran
di Indonesia membentuk komunitas mahasiswa yang bergerak bersama dalam rangka
pengembangan pendidikan kedokteran Indonesia.
Berikut ini adalah struktur NCME beserta koordinasi SCOME dalam lingkup
internasional, nasional, dan lokal.
13

Milestones SCOME CIMSA

 2001
Cimsa resmi terbentuk pada tanggal 6 Mei 2001
SCOME CIMSA resmi terbentuk
7 Universitas membentuk dan memiliki SCOME CIMSA
 2002
8 Universitas membentuk dan memiliki SCOME CIMSA
 2003
9 Universitas membentuk dan memiliki SCOME CIMSA
 2004
12 Universitas membentuk dan memiliki SCOME CIMSA
Fina Hidayati Tams sebagai Regional Assistant for Medical Education (RAME) Asia
Oceania 2004-2005
 2005
Satria Perwira sebagai Regional Assistant for Medical Education (RAME) Asia
Oceania 2005-2006
 2006
15 Universitas membentuk dan memiliki SCOME CIMSA
 2010
Fatia Masriati sebagai Asia Pasifik SCOME Regional Assistant 2010-2011
 2012
17 Universitas membentuk dan memiliki SCOME CIMSA
 2013
18 Universitas membentuk dan memiliki SCOME CIMSA
14

Basic SCOME

SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA

Dalam pasal 6 Undang Undang Praktik Kedokteran nomor 29 tahun 2004


(selanjutnya disebut UUPK), Konsil Kedokteran Indonesia mempunyai fungsi pengaturan,
pengesahan, penetapan, serta pembinaan dokter dan dokter gigi yang menjalankan
praktik kedokteran, dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan medis. Untuk
melaksanakan fungsinya, Konsil Kedokteran Indonesia mempunyai tugas, yaitu melakukan
registrasi dokter dan dokter gigi; mengesahkan standar pendidikan profesi dokter dan
dokter gigi; dan melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan praktik kedokteran
yang dilaksanakan bersama lembaga terkait sesuai dengan fungsi masing-masing (Pasal 7
UUPK).

Dalam rangka pelaksanaan amanah tersebut pada tahun 2006 Konsil Kedokteran
Indonesia (selanjutnya disebut KKI) telah mensahkan Standar pendidikan profesi
kedokteran yang terdiri atas Standar-standar Pendidikan Profesi Dokter, Dokter Spesialis,
Dokter Gigi, dan Dokter Gigi Spesialis, yang telah disusun oleh para pemangku
kepentingan terkait. Standar pendidikan profesi adalah perangkat penyetara mutu
pendidikan kedokteran dan juga perangkat untuk menjamin tercapainya tujuan
pendidikan sesuai kompetensi. Standar tersebut dipakai sebagai acuan dalam
penyelenggaraan pendidikan kedokteran.

Sebagai salah satu jawaban untuk menghadapi tuntutan tersebut serta


menyelesaikan masalah implementasi standar pendidikan profesi kedokteran dalam
penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran, maka akan dilakukan penyempurnaan standar
pendidikan profesi kedokteran agar dapat dipakai sebagai acuan dan pedoman yang jelas
dan terarah. Untuk ini disusunlah Naskah Akademik sebagai kerangka acuan. Naskah
akademik ini mencakupLandasan Filosofis, Landasan Historis, Landasan Yuridis, Jenjang
Pendidikan Kedokteran, Penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran, dan Penjaminan Mutu
Pendidikan Kedokteran, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari sistem pendidikan
kedokteran.

Dalam UU No. 20/2003 penjelasan pasal 15, disebutkan bahwa pendidikan profesi
merupakan pendidikan tinggi SETELAH program sarjana yang mempersiapkan peserta
didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan khusus. Oleh karena program profesi
dokter ditempuh setelah menyelesaikan program sarjana kedokteran, dan program
pendidikan dokter spesialis ditempuh setelah program profesi dokter, maka merupakan
15

masalah yangwajar apabila pendidikan profesi tersebut disetarakan dengan pendidikan


pascasarjana program magister dan program doktoral.

Historis Pendidikan Kedokteran Indonesia

Pendidikan kedokteran di Indonesia diawali pada tahun 1851 dengan Sekolah Dokter
Jawa dengan lama pendidikan sekitar 2 tahun yang kemudian menjadi 7 tahun. Setelah
sekolah dokter Jawa selanjutnya pendidikan dokter pada era penjajahan Belanda
mengalami beberapa pergantian sistem seperti dan School tot Opleiding von Indische
Artsen (STOVIA) tahun 1901, Nederlandsch Indische Artsenschool (NIAS) 1913, dan GH
tahun 1927. Pada jaman penjajahan Jepang, pendidikan dokter kembali mengalami
pergantian sistem untuk memenuhi kebutuhan pada saat itu. Pendidikan dokter pada
masa itu (1942) disebut Ika Dai Gaku dengan lama pendidikan diperpendek menjadi 5
tahun karena untuk memenuhi kebutuhan dokter tentara Jepang.

Setelah Jepang kalah dan Indonesia merdeka, maka pada tahun 1945 Perguruan
Tinggi Kedokteran dipindahkan ke daerah yang kemudian akan menjadi Balai Perguruan
Tinggi Kedokteran UGM. Selanjutnya setelah situasi tenang, berdiri Perguruan Tinggi
Kedokteran di Jakarta selanjutnya menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK
UI) dan di Surabaya menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair). Pada
tahun 2000 Indonesia memiliki 33 Fakultas Kedokteran. Di tahun 2010 terjadi
peningkatan jumlah FK yang cukup bermakna, tercatat telah ada 72 FK dengan 31
diantaranya FK negeri dan 41 FK swasta yang tersebar di seluruh Indonesia.

Pada tahun 1960 mulai dikembangkan studi terpimpin yang dilanjuti dengan
sistem kredit semester di tahun 1974. Selanjutnya terjadi beberapa kali perubahan sistem
pembelajaran dan juga kurikulum, yaitu 1982 (KIPDI I), 1992 (KIPDI II), dan 2004 (KIPDI III).
PadaKurikulum Inti Pendidikan Dokter Indonesia (KIPDI) III ini kemudian diperkenalkan
sistem pembelajaran dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).

Landasan Fisiologis Pendidikan Kedokteran Indonesia

Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal yang merupakan tujuan dari
pembangunan kesehatan diperlukan berbagai upaya melalui penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang berkualitas dan terjangkau bagi seluruh masyarakat. Penyelenggaraan
praktik kedokteran merupakan inti kegiatan pembangunan kesehatan. Salah satu
komponen utama pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat dilaksanakan oleh
dokter dan dokter gigi. Peranan dokter dan dokter gigi menjadi penting karena terkait
langsung dengan pemberian pelayanan kesehatan dan mutu pelayanan yang diberikan.

Agar dapat melakukan tindakan medis terhadap seseorang, dokter dan dokter gigi
harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan dan
16

pelatihan formal untuk mencapai kompetensi tertentu yang telah ditetapkan. Dalam
menjalankan praktiknya dokter dan dokter gigi juga harus memiliki etik dan moral yang
tinggi, sehingga dapat menjalankan praktik kedokteran dengan baik. Dengan perubahan
paradigma di masyarakat, dokter dan dokter gigi juga harus memahami kepentingan
pasien (patient oriented) dan memahami berbagai aspek hukum dan peraturan yang
berlaku untuk melindungi pasien dan dirinya. Dapat dikatakan dokter dan dokter gigi
harus mempunyai kemampuan akademis, keterampilan, dan profesionalitas yang amat
baik dengan standar yang tinggi.

Dalam rangka menghasilkan dokter dan dokter gigi yang baik sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan setiap anggota masyarakat, perlu ada sistem
pendidikan yang baik. Sistem pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi yang baik
seyogyanya mengacu pada perkembangan dan kebutuhan layanan kesehatan masyarakat
yang ada. Di era globalisasi yang tidak terhindarkan oleh negara manapun di dunia,
menjadi suatu keharusan pula bahwa sistem pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi
juga mengacu pada sistem global atau sistem yang dianut oleh banyak negara.

Landasan Yuridis Pendidikan Kedokteran

Landasan hukum pengaturan pendidikan kedokteran adakah sebagia berikut :

1. Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4301);

3. Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4431);

4. Undang Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4586);

5. Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);

6. Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);
17

7. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3637);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4496);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan


Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5105);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 112, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5157);

11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2005 tentang Badan
Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi;

12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 42 Tahun 2007 tentang Sertifikasi
Dosen;

13. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2008 tentang Perubahan
Pertama Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 42 Tahun 2007 tentang
Sertifikasi Dosen;

14. Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 20/KKI/KEP/IX/2006 tentang


Pengesahan Standar Pendidikan Dokter;

15. Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 21/KKI/KEP/IX/2006 tentang


Pengesahan Standar Pendidikan Dokter Spesialis;

16. Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 21A/KKI/KEP/IX/2006 tentang


Pengesahan Standar Kompetensi Dokter;

17. Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 22/KKI/KEP/XI/2006 tentang


Pengesahan Standar Pendidikan Profesi Dokter Gigi;

18. Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 23/KKI/KEP/XI/2006 tentang


Pengesahan Standar Kompetensi Dokter Gigi;

19. Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 24/KKI/KEP/XI/2006 tentang


Pengesahan Standar Pendidikan Profesi Dokter Gigi Spesialis.
18

Beberapa peraturan berikut ini perlu diperhatikan (setelah terlebih dahulu diperiksa
kembali tentang waktu pemberlakuannya, apakah sudah dicabut atau diganti dengan
peraturan yang baru), sebagai berikut:

1. Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Pengajaran No.0211/U/1982 tertanggal 26


Juni 1982 tentang pelaksanaan kurikulum dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan adalah sistem kredit semester;

2. Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


No.056/U/1994;

3. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No.0310/U/1994


tentang kurikulum yang berlaku secara nasional untuk program sarjana ilmu kesehatan.

Jenjang Pendidikan kedokteran Indonesia

Pendidikan formal dalam Pendidikan Kedokteran di Indonesia terdiri atas:

a) Pendidikan sarjana kedokteran, pendidikan dokter, dan pendidikan dokter spesialis


termasuk pendidikan dokter spesialis lanjutan untuk profesi dokter.

b) Pendidikan sarjana kedokteran gigi, pendidikan dokter gigi, dan pendidikan dokter gigi
spesialis termasuk pendidikan dokter gigi spesialis lanjutan untuk profesi dokter gigi.

Gelar dalam Pendidikan Kedokteran Indonesia

1. Gelar Profesi

 Lulusan sarjana medik dan sarjana medik dental tidak diberikan gelar profesi.
 Lulusan program pendidikan profesi dokter mendapat gelar profesi dokter (dr.)
 Lulusan program pendidikan spesialis lanjutan/subspesialis/fellowship mendapat
sebutan Konsultan.

2. Gelar Akademik

 Lulusan program pendidikan sarjana kedokteran mendapat gelar Sarjana Medik


(disingkat S.Med.)
 Lulusan program pendidikan profesi dokter mendapat gelar akademik Magister
Medik (disingkat M.Med.)
 Lulusan program pendidikan profesi dokter spesialis mendapat gelar akademik
Doktor Medik (disingkat Dr.Med.)
19

Sistem Pendidikan

Saat ini kurikulum pendidikan kedokteran Indonesia (meski belum semua fakultas
kedokterab menerapkannya) menganut sistem pembelajaran berdasarkan
pendekatan/strategi SPICES (Student Centered, Problem Based, Integrated, Comunity
Based, Elective/Early Clinical Exposure Systematic). Sistem pendidikan tersebut dapat juga
disebut kurikulum berbasis kompetensi. Dengan kurikulum berbasis kompetensi tersebut,
maka sistem pendidikan yang diterapkan akan lebih terintegrasi.

Selain itu ada juga 7 Area Kompetensi (Utama) dalam KIPDI 3, yaitu keterampilan
komunikasi efektif, keterampilan klinik dasar, keterampilan menerapkan dasar-dasar ilmu
biomedik, ilmu klinik, ilmu perilaku, dan epidemiologi dalam praktek kedokteran keluarga,
ketrampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga atauppun
masyarakat dengan cara yang komprehensif, hoistik, berkesinambungan, terkoordinir dan
bekerjasama dalam konteks Pelayanan Kesehatan Primer; memanfaatkan, mennilai
secara kritis dan mengelola informasi, mawas diri, dan pengembangan diri/belajar
sepanjang hayat; serta etika moral dan profesionalisme dalam praktik.

Rata-rata pendidikan yang ditempuh oleh para mahasiswa kedokteran berkisar 5-6
tahun, yang pembagian masa preklinik dan kliniknya bervariasi antara satu universitas
dengan universitas lainnya. Belakangan terdapat sistem pendidikan kedokteran berbasis
kompetensi (Modul KBK) yang memungkinkan mahasiswa kedokteran yang menempuh
pendidikan dalam 5 tahun, namun harus mengikuti internship selama 1 tahun.

Setelah lulus dari fakultas Kedokteran tempatnya belajar, maka mahasiswa


kedokteran akan mengikuti Ujian Kompetensi Dokter (UKDI) yang disertai dengan OSCE
(Objective Structured Clinical Examination) yang dimulai pada tahun 2008. UKDI adalah
ujian kompetensi yang diperuntukan untuk calon dokter yang telah menyelesaikan
pendidikan pre-klinik dan klinik. Diselenggarakan setiap 3 bulan sekali. Setiap dokter baru
lulus wajib mengikuti ujian satu kali tersebut dan bila lulus akan mendapat Surat Tnada
Registrasi (STR) yang menunjukan bahwa dokter tersebut kompeten. Setiap 5 tahun
sekali, sokter wajib memperpanjang STR nya. Saat ini dokter yang memperpanjang STR
tidak diwajibkan mengikuti UKDI kembali tetapi dengan mengisi borang yang terdiri dari
kegiatan selama 5 tahun tersebut yang meliputi jumlah pasien, karya ilmiyah, dan baksos.

Setiap dokter yang sudah lulus UKDI dapat melaksanakan praktik kedokteran
dengan syarat mendaftar IDI dan membuat SIP (Surat Izin Praktik). Setelah itu harus
mengikuti program magang (intership) selama satu tahun di Rumah Sakit yang
bekerjasama dengan fakultas Kedokteran. Dokter yang sudah memiliki STR, SIP dan sudah
mengikuti Internship sama sekali tidak diwajibkan untuk mengikuti PTT (Pegawai Tidak
Tetap) dari Kemenkes.

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA PENDIDIKAN KEDOKTERAN INDONESIA


20

1) Dekan Fakultas Kedokteran Setempat

Dekan Fakultas Kedokteran adalah pengambil keputusan tertinggi pada fakultas


kedokterannya masing-masing . dimana merekalah yang menentukan variasi program
pendidikan kurikulum sistem kemahasiswaan yang berkaitan dengan fakultas
kedokterannya masing-masing.

2) Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI)

Asosiasi Institusi Pendidikan Keodkteran Indonesai (AIPKI) adalah suatu perkumpulan


dari para Dekan fakultas Kedokteran di Indonesia yang berjumlah sekitar 72 institusi
yang diwakili oleh dekannya masing-masing. Dimana pada tahun ini, AIPKI diketuai
oelh Prof.Dr. (med) Tri hanggono Achmad, dr., beliau adalah Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran.

AIPKI adalah sebuah asosiasi yang digunakan oleh para dekan untuk melakukan
diskusi-diskusi yang sifatnya nasional dan berhubungan dengan perkembangan
pendidikan kedokteran Indonesa. Ikut berperan dalam pembentukan kurikulum
pendidikan kedokteran Indonesia serta UU Pendidikan Dokter Indonesia.

3) Konsil Keodkteran Indonesia (KKI)

Konsil Kedokteran Indonesia dibentuk atas amanah dari UU no. 29 tahun 2004
mengenai Praktik kedokteran. KKI sendiri adalah pembentuk standar-standar dari
lulusan dokter dari Dokter Umum, Spesialis, bahkan hingga Konsulen. Juga gelar-gelar
dari master ataupun doktoral yang berkaitan dengan Praktik Kedokteran. Standar
Kompetensi Dokter Indonesia adalah hasil yang dudapatkan dari kerja keras KKI serta
berbagai pihak yang menyebabkan terjadinya standarisasi hasil lulusan dokter. Selain
itu, Ujian Kompetensi Kedokteran Indonesia juga berawal dari KKI yang selanjutnya
diberikan pelaksanaanya pada BP UKDI.

4) Ikatan Dokter Indonesia (IDI)

Ikatan Dokter Indonesia merupakan satu-satunya perkumpulan para dokter yang


diakui di Indonesia. Setiap dokter dapat menjadi anggota IDI dan juga organisasi-
organisasi lainnya yang bersifat spesialistik dibawah naungan IDI. Pada dasarnya IDI
adalah semacam pembela kepentingan dokter dalam praktiknya dan merupakan
bentuk kesejawatan para dokter di Indonesia.

5) Departemen Kesehatan

Sebagai seorang dokter, kita tidak pernah terlepas dari Departemen Kesehatan yang
merupakan pembentuk UU Praktik Dokter, selain itu juga berhubungan dengan
Pendidikan Kedokteran dengan ikut dalam pembentukan standar dan kurikulum
21

pendidikan kedokteran. Selian itu Departemen Kesehatan juga berperan dalam


penempatan dokter-dokter baru dalam program Internship maupun PPT.

6) Departemen Pendidikan (DIKTI)

Sebagai institusi manajerial pendidikan tertinggi di Indonesia. DIKTI memiliki peran


yang sangta besar dalam penentuan kurikulum dan sistem pendidikan serta akreditasi
pendidikan kedokteran, srta pembentukan peraturan-peraturan yang berhubungan
dngan pendidikan secara umum maupun pendidikan kedokteran.

7) DRP RI

Sebagai lembaga yang mengesahkan UU maka DPR RI sangat berpengaruh pada


pendidikan kedokteran terutama dalam pengesahan UU Praktik Kedokteran dan UU
Pendidikan Dokter.

SISTEM PENDIDIKAN KEDOKTERAN INTERNASIONAL

Sistem pendidikan kedokteran internasional mengacu apda Bologna Declaration


yang dihadirkan pada tahun 1999 di Bologna. Bologna Declaration sendiri
ditandatangani oleh 29 negara di Eropa dan membicarakan mengenai pendidikan
tinggi di Eropa, termasuk di dalamnya sebuah kasus spesial yang disebut ilmu dan
pendidikan kedokteran. Implementasi Blologna Declaration terhadpa pendidikan
kedokteran dapat disampaikan pada beberapa point penting di dalamnya :

1) Adoption of a system of easly readable and comparable degress


2) Adoption of a system essentially base on two main cycles, undergraduate and
graduate
3) Establishment of a system of credits
4) Promotion of mobility by overcoming obstacles to thr effective exercisa of frss
movement
5) Promotion of European co-operation in quality assurance
6) Promotion of the necessary European dimension in higher education
7) Lifelong education
8) Involvement of institutions and students
9) Promotion of the attractiveness of teh European Higher Education Area
10) Promotion of closer links between the European Higher Education Area and the
European Reserch Area

Terdapat beberapa jenis Sistem Pendidikan Kedokteran yang digunakan di dunia :

1. Classical System

Sistem klasik yang digunakan adalah dengan menggunakan dua fase pembelajaran yang
terdiri atas pre-klinis dan klinis. Biasanya maka pre-klinis ini diawali dengan 2 tahun
22

belajar ilmu dasar kedokteran, seperti anatomi, biokimia dan fisiologi. Setelah itu akan
diikuti dengan campuran bagian-bagian dari teori klinis seperti farmakologi, patologi dan
lain-lain.

Fase klinis akan mencakup semua departemen klini esar seperti penyakit dalam, bedah,
sarf. Dan setelah kedua fase tersebut diselesaikan, biasanya akan diadakan ujian untuk
standarisasi yang biasa disebut ujian negara (state exam).

2. Integrated System

Banyak orang yang menyebutkan bahwa sistem ini adalah masa depan pendidikan
kedokteran. Dengan keberagaman sistem (kurikulum) yang digunakan. Pengajaran
interdisiplinj, dengan fokus pada pendidikan kedokteran yang terus-menerus, kontak
dengan pasien bahkan dari tahun pertama kuliah. Sistem integrasi ini memberikan
fleksibilitas pada fakultas-fakultas kedokteran, memberikan mereka kesempatan untuk
menentukan strategi akademiknya masing-masing berdasarkan pada sumber daya yang
mereka miliki.

Pada sistem ini juga terjadi perbedaan yang mencolok antara masa SMA dan kuliah,
karena mereka akan benar-benar menemukan sistem belajar yang berbeda, seperti
Problem Based Learning. Pada masa sekarang, banyak dari sekolah-sekolah kedokteran
terbaik di dunia mengajarkan para mahasiswa kedokteran mereka dengan sistem
integrasi ini.

3. American System

Para mahasiswa di Amerika mengambil waktu hidup mereka yang sangat banyak untuk
menjadi seorang dokter. Mereka akan melalui 4 tahun awal pada pendidikan kedokteran
pre-klinis lalu dilanjutkan lagi untuk 4 tahun berikutnya. Prosesw tersebut akan diakhiri
dengan USMLE Examination, dimana ketiga proses tersebut akan memberikan lisensi
pada setiap lulusan untuk melakukan praktik sebagai seorang dokter. Dokter lulusan luar
Amerika yang ingin melakukan praktik kedokteran di Amerika harus mengambil USMLE
Examination.

Lectures

What is it ?  The lecture are lead by (most often) one lecturer


 They are hold in lecture rooms for a large group of
students
 One-way communication from lecturer to students
 Little or no student participation (except question)
 Presentation of core material, patients
 Used to deliver factual knowlegde
23

Group size Whole academic years


Advantages  Students can gain much information quickly
 Cheaper teaching method for the faculties campared
to other teaching methods
Disadvantages  Little or no student participation/feedback
 No registration monitored-skiving students
 Visual aids far away-can be difficult to see
 Can be difficulties keeping up with the lecturer during
the session
 Easy to fall asleep
How to improve them  Clear structure
 Define goals and objectives
 Define expected learning outcome
 Define lesson plan
 Staff development :
 Presentation skills
 Active lecturing

Problem Based Learning

What is it ?  Standardized small group session with discussion of


pre-made problems/cases
 During regular meeting the participants discuss the
keywords and ideas they extract from the PBL-case
 For each meeting they decide on a learning objective
 Between meeting, the learning issues are beeing
discussed again
 They can do presentations or discussions of their
home-work
 Teh meetings are facilitated by a facilitator
Group size Small, can be 6-8 or 12-15 (scribe, tutor, chair, group
members)
Advantages  More understanding on issues
 Problem based-relevant to future career
 Learn more-not easy to forget
 Two-way communication
 Students interests considered more
Disadvantages  Good facilitators are needed to get good PBL
 Facilitator may not be student-based

SPECIALIST IN MEDICAL EDUCATION


24

Specialisasi pada bidang kedokteran terbagi atas beberapa bagian yang ssemuanya
memiliki perannya masing-masing dalam perkembangan pendidikan kedokteran dan
penyelamat pasien. Berikut pembagiannya :

A. Spesialisasi Diagnostik
 Patologi Klinik
 Patologi Anatomi
 Radiologi
B. Disiplin ilmu Pre-Klinis
 Anatomi
 Fisiologi
 Biokimia
 Histologi
 Farmakologi
 Parasitologi
 Mikrobiologi
C. Disiplin Ilmu Klinis
 Anastesiologi
 Dermatologi
 Kedaruratan medis
 Kedokteran Umum/Kedokteran keluarga
 Ilmu Penyakit dalam
o Endokrinologinm
o Gastoenteerologi
o Hematologi
o Kardiologi
o Kedokteran Perawatan Intensif
o Nefrologi
o Onkologi
o Penyakit Infeksi
o Pulmonologi
 Rheumatologi
o Neurologi
o Obstrektik dan ginekologi
o Perawatan penenangan pasien
o Pediatri
o Telinga Hidung tenggorok Bedah Kepala leher
o Kedokteran Preventif
o Terapi Radiasi
25

o Spesialis Bedah
D. Interdisipliner
 Bioetika
 Farmakologi Klinis
 Informatika Kedokteran
 Kedokteran Dirgantara
 Kedokteran Evolusioner
 Kedokteran Forensik
 Kedokteran Konservasi
 Kedokteran Olahraga
 Kedokteran Selam
 Nosologi
 Teknis Biomedis
26

Ranah Kerja SCOME

Medical Education adalah suatu bidang dalam suatu organisasi kedokteran/


organisasi mahasiswa kedokteran yang berfokus pada pendidikan dan keprofesian
kedokteran. SCOME adalah salah satu Standing Comitee di CIMSA yang bergerak
di bidang Medical Education.

Ranah kerja SCOME adalah

1. Penggalakan reformasi sistem dan kurikulum pendidikan kedokteran untuk


mengembangkan pendidikan kedokteran
2. Peningkatan dukungan mahasiswa, masyarakat , dan pembuat kebijakan dalam
bidang kedokteran dan pemerintahan untuk kesadaran akan urgensi
pengembangan pendidikan kedokteran
3. Memperkuat jaringan support dan sumber daya bagi mahasiswa kedokteran
untuk memperkuat pembentukan sumber daya manusia kedokteran yang
berkualitas
4. Perluasan kesempatan pendidikan dan pelatihan bagi mahasiswa untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam menghadapi perubahan
dalam skala lokal dan global

Untuk National Project yang akan dilaksanakan SCOME setahun ke depan, tentunya
memiliki fokus yang sesuai dengan ranah kerja, antara lain :

1. Meeting Nasional Make Me UP SCOME


Pada meeting nasional Make Me UP terdapat kegiatan seminar yang diisi dengan
isu-isu seputar kesehatan dan kependidikan kedokteran, di samping training dan
berkumpulnya SCOMEDIANS.

Termasuk ke dalam ranah kerja ke-1, 2, 3, 4

2. Seminar Karir
Seminar karir disini membuat para mahasiswa kedokteran dapat meningkatkan
kualitas diri, memacu motivasi untuk pengembangan diri ke depannya serta
memberikan gambaran dan kejelasan mengenai pendidikan dan keprofesian
kedokteran.
27

Termasuk ke dalam ranah kerja ke 2,3,4.

3. Medical Education Issue in Internal SCOME


Project ini memberi trigger kepada mahasiswa kedokteran untuk update dan
mengkritisi kebijakan seputar pendidikan dan kedokteran yang sedang hangat
pada waktu ini. Memicu kepedulian mengenai apa yang terjadi kini dan nantinya
akan melatih mahasiswa kedokteran mengenai cara berpikir dalam skala besar
mengenai sistem pendidikan dan kedokteran.
Termasuk ke dalam ranah kerja ke 1 dan 2

4. HDN Awareness
Sebagai selebrasi, mengeratkan hubungan antar rekan sejawat dan sebagai
support untuk menyatukan lokal lokal dalam suatu concept project yang sama
sehingga akan menjadi selebrasi yang kuat dan kokoh serta membentuk jaringan
support antar rekan sejawat dalam project. Dan memberikan kesadaran
pentingnya peringatan ini tidak hanya sebagai seleberasi namun sebagai
penghayatan kekuatan dan kekokohan jaringan profesi.
Termasuk ke dalam ranah kerja ke 2 dan 3

5. Upgrading Lokal
Sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan pengetahuan mengenai SCOME
dan sebagai sarana untuk mempererat anggota lokal dan menjadikan evaluasi
tersendiri bagi NCME untuk mengawasi lokal. Apakah sudah cukup tertanam
kecintaan Standing Comitee yang mereka berada di dalamnya atau masih belum.
Termasuk ke dalam ranah kerja ke 3
28

Standarisasi Project SCOME

CQCP 2.0

CQCP merupakan singkatan dari CIMSA Quality Control of Project yang bertujuan sebagai
alat ukur kualitas dari project-project CIMSA. CQCP 2.0 ini merupakan pembaharuan dari
CQCP versi sebelumnya.

Teknis Pelaksanaan
Sistem penilaian CQCP 2.0 berbeda untuk setiap jenis project. Adapun dalam hal ini,
project akan dikategorikan menjadi selebrasi, campaign, one-day-event, dan sustainable.
Nantinya, tiap jenis project akan memiliki pertanyaan yang berbeda sesuai dengan
jenisnya dan persenan penilaian per aspeknya akan dibuat sesuai dengan jenisnya agar
didapatkan hasil yang valid dan sama untuk semua jenis project. Penilaian CQCP ini akan
dipisahkan dengan comdev secara keseluruhan, tetapi project-project kecil di dalam
Comdev masuknya tetap di CQCP.
- Project : Rangkaian kegiatan yang terencana dan dilaksanakan dalam periode
tertentu untuk mencapai suatu tujuan
- Event : Sesuatu aktivitas yang diadakan dalam satu waktu atau beberapa waktu
untuk merayakan atau mencapai suatu tujuan
- Campaign : Beberapa aktivitas yang biasanya untuk mengampanyekan atau
menyebarkan suatu informasi yang ditujukan untuk mencapai suatu tujuan.

SMART
S : Specific & Sustainable, setiap project harus jelas 5W1H dan harus mengandung
unsur tujuan yang berkelanjutan.
M : Measureable, setiap project harus jelas metode pengukuran impact/dampaknya,
terukur tujuannya.
A : Achievable, tujuan dari suatu project harus sesuatu yang bisa dicapai dan bisa
terlihat secara konkret pencapaiannya.
R : Realistic, tujuan dari project harus sesuatu yang mungkin untuk dicapai.
T : Time-Bound, tujuan atau manfaat dari project harus diketahui waktu akan
dicapainya atau jangka waktunya.
29

Local Committe

LOCAL COMMITTE ON MEDICAL EDUCATION (LCME) merupakan pengurus SCOME yang


berada di lokal yang langsung dipimpin oleh LOME dari lokal yang bersangkutan. Pada
periode 2014/2015 telah ditetapkan struktur dan jobdesk LCME yang telah
disosialisasikan ke seluruh lokal SCOME CIMSA. Setiap lokal mempunyai autonomi untuk

LCME
Local Officer on Medical Education

 Mengatur keberlangsungan lokal SCOME


 Berkoordinasi dengan NCME (National Officer on Medical Education) CIMSA
 Berekoordinasi aktif dengan LCME dan mendelegasikan tugas dari NCME sesuai
dengan jobdesk setiap LCME
 Memantau perkembangan lokal SCOME dan kinerja LCME

Vice LOME for External Affair


 Memberikan informasi yang bersiftat eksternal dari milis scome cimsa ke media
sosial/media komunikasi lokal SCOME
 Membantu tugas-tugas LOME untuk urusan eksternal
 Aktif berkoordinasi dengan VNE SCOME CIMSA
 Menentukan pihak eksternal yang dapat dilaksanakan pada proyek lokal

Secretary
 Mengatur database SCOME LOKAL
 Bertanggung jawab terhadap administrasi dan arsip SCOME LOKAL
 Bertanggungjawab atas ke-update-an database member scome dan LCME
 Aktif berkoordinasi dengan secretary SCOME CIMSA nasional
 Mensosialisasikan peran dan fungsi Peraturan internal ke member SCOME LOKAL

Treasurer
 Mengatur kas SCOME LOKAL
 Mengumpulkan iuran lokal SCOME ke SCOME CIMSA Nasional melalui treasurer
30

 Berkoordinasi dengan LOME dalam penentuan penarikan iuran member setiap


bulannya
 Berkoordinasi dengan treasurer SCOME CIMSA Nasional
 Membantu mengatur pemesanan penjualan merchandise
 Membuat laporan keuangan SCOME LOKAL setiap 4 bulan sekali

Project Coordinator
 Membuat database project lokal SCOME
 Membuat timeline project lokal SCOME
 Memberikan progress report dan update database di setiap periode
 Menjalin hubungan koordinasi dengan PC SCOME CIMSA nasional
31

Observer

Saat ini terhitung Juli – Oktober 2014 (sebelum OM 2014 Yogyakarta) SCOME CIMSA tidak
mempunyai observer. Jumlah lokal yang sudah bergabung di SCOME adalah 18 lokal
CIMSA. Berikut keterangan mengenai beberapa syarat dan cara menjadi sebuah lokal
yang juga tercantum pada Statuta CIMSA dan Peraturan internal SCOME CIMSA.

1. Syarat Pengajuan, Hak, serta Kewajiban Observer


Mengacu pada BAB VIII Pasal 9 – Pasal 13 Statuta CIMSA

2. Syarat Menjadi Sebuah Lokal


a. Telah melaksanakan sedikitnya 2 program internal selama menjadi observer
b. Menghadirkan sedikitnya 1 orang wakil dalam 1 Rapat Nasional CIMSA dan
atau Rapat Nasional SCOME CIMSA
c. Melaksanakan sedikitnya 1 proyek eksternal dalam waktu 4 bulan setelah
diterima sebagai Lokal CIMSA
d. Tidak terdapat bukti pelanggaran Statuta CIMSA
e. Disetujui oleh NOME dan disahkan pada Rapat Nasional terdekat setelah
mendapatkan persetujuan NOME
32

SCOME National Meeting:


Make Me Up

Sejarah

Make Medical Education Update atau dapat disingkat menjadi MAKE ME UP ialah
meeting nasional SCOME CIMSA yang baru pertama kali diadakan pada tahun 2014.
Meeting SCOME CIMSA yang terkemas dalam MAKE ME UP ini bertujuan untuk
meningkatkan kualitas keorganisasian dan pengetahuaan sumber daya manusia
anggota SCOME CIMSA. MAKE ME UP telah diinisasi dari tahun kepengurusan 2011 –
2012. Dengan tekad yang kuat dan berlandaskan kepentingan untuk meningaktkan
sense of belonging member SCOME CIMSA serta mempersiapkan mahasiswa
kedokteran untuk dapat bersaing secara global MAKE ME UP berhasil diselenggarkan
pada April 2014 di Jakarta. Awalnya MAKE ME UP 2014 dikonsepkan secara umum
oleh Team Conceptor yang terdiri atas alumni SCOME, NCME dan member aktif
SCOME CIMSA. Team Conceptor mengambil tema “Medical Students Roles in Medical
Education Standardizations Towards AFTA 2015” karena mengingat AFTA akan
berlaku pada awal tahun 2015 sehingga sebagai mahasiswa kedokteran yang kritis dan
peduli bangsa Indonesia kita tidak boleh diam saja. Kita harus memahami mengenai
kondisi tersebut dan ikut berkontribusi dalam mengembangakan pendidikan
kedokteran di Indonesia sehingga nantinya tercipta mahasiwa ataupun lulusan yang
dapat bersaing secara global.Tema yang diangkat dituangkan ke dalam beberapa
agenda dengan koordinasi aktif bersama Organizing Committee MAKE ME UP 2014.
Mimpi besar SCOME telah terwujud, MAKE ME UP menjadi salah satu pencapaian
terbesar pada periode 2013 – 2014 selain acara yang berlangsung sukses Team
Conceptor juga berhasil mengundang KKI, AIPKI dan LAM PT – KES sebagai pembicara.

Tujuan

1. Sarana pengembangan pengetahuan dan wawasan mengenai isu pendidikan


kedokteran para member SCOME CIMSA Indonesia
2. Menjadi wadah pengembangan keorganisasian dan pengembangan diri para
peserta
3. Meningkatkan hubungan yang erat antara para peserta dan member SCOME
CIMSA Indonesia secara umum
4. Mempersiapkan proses regenerasi National Committee on Medical Education
(NCME) SCOME CIMSA
33

Kegiatan yang dilakukan

1. Welcoming Party
2. Grand Lecture and Panel discussion
3. Small Working Group
4. Project Presentation
5. Study/Hospital Tour
6. Bonding SCOME
7. Farewell Party

Sejarah Host

2014 : SCOME CIMSA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Photos

TEAM CONCEPTOR (NCME) HOSPITAL TOUR

PSIKOTEST SPESIALISASI FAREWELL PARTY (ALL DELEGATES AND OC)


34

GRAND LECTURE (KKI dan LAM PT- KES) PENYULUHAN BPJS

PANEL DISCUSSION (KETUA AIPKI)

SEMINAR KARIR KEDOKTERAN


35

MEDIA PARTNER MAKE ME UP 2014 SCOMEDIANS


36

Pengurus SCOME CIMSA

SCOME CIMSA dipimpin oleh seorang National Officer on Medical Education (NOME)
yang dipilih saat May Meeting di setiap tahunnya. NOME CIMSA merupakan
representative dari SCOME CIMSA pada setiap acara resmi CIMSA maupun IFMSA yang
dihadirinya. Dalam melaksanakan tugasnya NOME dibantu oleh National Committee on
Medical Education (NCME ) yang dipilih saat NOME sudah terpilih. NCME terdiri atas Vice
NOME for Internal Affairs (VNI), Vice NOME for External Affairs (VNE), Secretary,
Treasurer, Project Coordinator (PC), Fundraising and Merchandise Coordinator (FnMC),
Media and Communication Coordinator (MCC) dan Advisory Board (AB).

Daftar National Officer on Medical Education (NOME) CIMSA

Nama Lokal Foto


Andre Wilia
Putra

Fina Tams CIMSA Universitas Gajah


Mada
37

Fandi Ahmad

Reza Djamal
Abdussalam

Grimaldi Ihsan CIMSA Universitas


Padjajaran Bandung

Dewanto CIMSA Universitas


Suryoningrat Muhammadiyah Yogyakarta
38

Dendy CIMSA Universitas Syah


Yogaswara Kuala Aceh

F.C. Puspita CIMSA Universitas


Hapsari Indonesia

Candrika Dini K CIMSA Universitas Gajah


Mada

Zulva Fuadah A CIMSA Universitas


Muhammadiyah Yogyakarta
39

Iswandy CIMSA Universitas


Janetputra Turu’ Padjajaran Bandung
Allo

Achsanul Kubri CIMSA Universitas Riau


Pekanbaru
40

Media Komunikasi SCOME

Dalam suatu organisasi, komunikasi merupakan hal sangat penting. Karena komunikasi
merupakan suatu fungsi dasar dari manajemen dalam organisasi. Semua hal, mulai dari
proses transmisi informasi, gagasan, pikiran, maupun pendapat serta rencana dapat
dituangkan melalui komunikasi. Hal ini tidak mungkin untuk memiliki hubungan dalam
organisasi tanpad adanya komunikasi.

SCOME CIMSA memiliki berbagai media social komunikasi. Untuk membangun kerjasama
yang baik antar team. Berikut pemaparan berbagai media komunikasi yang digunakan
oleh SCOME CIMSA

1. Mailing List Yahoo


Mailing List (Milist) merupakan suatu alamat email yang digunakan oleh
sekelompok pengguna yahoo untuk melakukan sharing kegiatan ataupun
informasi. Setiap pesan yang dikirimkan ke alamat sebuah milist, secara otomatis
akan diteruskan ke alamat email seluruh anggotanya. Milist umumnya
dimanfaatkan sebagai sarana diskusi atau pertukaran informasi diantara para
anggotanya. CIMSA maupun SCOME CIMSA memiliki akun tersendiri untuk milist
ini.
Milist SCOME CIMSA (scome-cimsa@yahoogroups.com) dan milist CIMSA (cimsa-
general@yahoogroups.com) merupaka milist yang harus SCOMEDIANs ikuti.
Cukup dengan memiliki akun email yahoo. SCOMEDIANs bisa langsung melakukan
joining kedua milist ini sharing apapun di local kamu.
Milist ini biasanya digunakan oleh seluruh SCOMEDIANs untuk berbagi informasi,
sharing program yang akan atau telah dilakukan. Agar seluruh SCOMEDIANs
mengetahui berita yang up to date yang ada di berbagai local.

2. Facebook
Siapa yang tidak kenal Facebook? Semua pasti tahu bahkan sudah sangat ahli
menggunakannya. SCOME CIMSA juga memiliki account facebook (SCOME CIMSA)
yang tak kalah pentingnya memiliki peran dalam media komunikasi SCOME.

3. Twitter
Pastinya SCOMEDIANs juga sangat kenal dengan social media yang satu ini.
Twitter adalah sebuah micro-blogging atau blog mikro atau dapat dikatakan
sebuah jejaring social seperti halnya Facebook. Tidak kalah dengan yang lain,
twitter ini akan selalu memberikan berbagai info yang sangat berguna bagi
41

mahasiswa kedokteran. Untuk SCOMEDIANs yang belum follow twitter kami, yuk
segera follow (@scomecimsa)

4. Instagram
Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto yang memungkinkan pengguna
mengambil foto, menerapkan filter digital dan membagikannya ke berbagai
layanan jejaring social termasuk milik instagram sendiri.
Di instagram ini SCOME akan berbagi berbagai foto kegiatan SCOME dan foto
merchandises yang akan dijual tiap periodenya. SCOMEDIANs yang penasaran bias
langsung follow account kami @scomecimsa

5. LINE
Media social ini, sedikit berbeda dengan yang ada diatas. LINE digunakan khusus
komunikasi antara NCME dengan LOME. Akun ini digunakan untuk semata-mata
memudahkan koordinasi antar NCME dengan LOME

6. Website
Website merupakan media SCOME untuk yang nantinya berisi berbagai artikel
update tentang perkembangan pendidikan kedokteran, tidak hanya di Indonesia
namun juga di dunia. Selain itu website ini berisi tentang berbagai project-project
SCOME baik di tingkat nasional maupun local. Dan website ini juga akan
terintegrasi dengan instagram, twitter, dan facebook sehingga dengan membuka
website, teman-teman juga dapat melihat social media lainnya milik SCOME
CIMSA. Untuk website SCOMEDIANs bisa kunjungi
http://scomecimsa.wordpress.com

7. SCOMEDIA
Untuk media yang satu ini, merupakan media cetak yang dimiliki SCOME CIMSA.
SCOMEDIA merupakan suatu media komunikasi dalam bentuk cetak (majalah)
yang akan terbit satu kali tiap periode. SCOMEDIA ini akan selalu terbit tiap
National Meeting CIMSA yaitu October Meeting (OM), National Leadership
Summit (NLS), dan May Meeting (MM).
SCOMEDIA tetap akan memberikan informasi yang terdepan dari tingkat nasional
maupun internasional guna mengembangkan wawasan SCOMEDIANs. Selain itu
SCOMEDIA juga menghadirkan banyak info ilmu pengetahuan lainnya. Serta
beberapa project unggulan di beberapa local yang akan menjadi inspirasi teman-
teman semua.
42

Daftar Hari Besar

Tanggal 07 April : Hari Kesehatan Se- Dunia

Tanggal 06 Mei : Hari Ulang Tahun CIMSA

Tanggal 12 Oktober : Hari Kolaborasi Kesehatan Nasional

Tanggal 24 Oktober : Hari Dokter Nasional

Tanggal 12 November : Hari Kesehatan Nasional (HKN)


43

Database Eksternal SCOME

1. Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia (PDFI)


Kontak cabang riau : 0811751976
2. Tribun News
Kontak : 081363371593
3. Kompas
4. Kabar 3.com
Kontak : 0811147991
5. Republika
Kontak : 081388229994
6. Gerkatin
Kontak : 081807900275 / 08176733250
Alamat : Jalan Ranco Indah Dalam no. 47, Tanjung Barat, Jakarta Selatan
Cabang Provinsi :
- Jakarta
- Bandung
o Alamat : Jl. Cicendo no. 2 , Sumur Bandung, Kota Bandung
- Solo
o Alamat : Jl. Trisula 3 no. 6, Kauman Solo
o Kontak : 02717012820, 085725624176 (kontak ketua), 085725259740
(kontak DVO)
- Surabaya
- Riau
- Malang
- Sumatera Selatan
7. DeafArt Community (Yogyakarta)
Alamat : Jalan Langenarjan Lor No.16A, Panembahan (Timur Alun-alun Kidul)
Kontak : 08179404738, (0274) 417497
8. MER-C
Kontak : 0213159235 / 0213159256 / 0811990176
9. PMI
- provinsi Jawa Timur : Jl. Karang menjangan No. 22 Surabaya,
No. Telp. (031) 5055173 - 76
No. Fax (031) 5055174
- Palang Merah Indonesia DKI Jakarta
Alamat : Jl. Kramat Raya No. 47 Jakarta 10450
44

Nomor Telepon : (+62-21) 390.6666 (hunting)


Nomor Faximili : (+62-21) 314-4884 dan (+62-21) 310-1107
- PMI provinsi Jawa Barat
Alamat : Jl. Ir. H. Juanda No. 426 A Bandung 40135
Kontak : 022-2500095, 022-2500095
- PMI provinsi Jawa Tengah
Alamat : Jl. Tanjung No 11A Semarang
Nomer Telepon / Fax : 024-3581424
Cabang :
Kota Semarang Jl. MGR. Soegiopranoto No.35 (024) 3542752
Kab. Semarang Jl. MT. Haryono No. 29 (024) 76910911
Kota Salatiga Jl. Osamaliki No. 20 (0298) 315073
Kab. Kendal Jl. Soekarno Hatta (0294) 384807
Kab. Grobogan Jl. Piere Tendean No. 5A (0292) 424666
Kab. Demak Jl. Bhayangkara Baru No. 03 (024)70241932
Kab. Batang Jl. Dr. Sutomo No. 28 / Kalisari (0285)7907802
Kota. Pekalongan Jl. Rajawali No. 2 (0285) 421580
Kab. Pekalongan Jl. Raya Karangsari - Karanganyar (0285)7945290
Kab. Pemalang Jl. Gatot Subroto No. 22 (0284) 321431
Kota Tegal Jl. Aiptu KS. Ubun No. 1 (0283) 343244
Kab. Tegal Dr. Soetomo 63 Komp. RSUD Dr. Soeselo (0283) 492775
Kab. Brebes Jl. Kaligangsa Kulon No.62 (0283) 671820
Kab. Banyumas Jl. Adyaksa Mo. 8 (0281) 636842
Kab. Cilacap Jl. Gatot Subroto No. 26 (0282) 534273
Kab. Purbalingga Jl. Tentara Pelajar (0281) 891961
Kab. Banjarnegara Jl. Jend. Suprapto No. 73 (0286) 591471
Kab. Magelang Jl. Kartini No.26 (0293) 587396
Kota Magelang Jl. Beringin No. 1 (0293) 364087
Kab. Kebumen Jl. Rumah Sakit (0287) 381040
Kab. Purworejo Jl. Pahlawan No.24 (0275) 321348
Kab. Temanggung Jl. Dr. Wahidin No. 8 (0293) 492195
Kab. Wonosobo Jl. Kol. Karjono No. 14 (0286) 321315
Kota Surakarta Jl. Kol. Sutarto No. 58 (0271) 647782
Kab. Sragen Jl. Raya Sukowati No. 524 D (0271) 891587
Kab. Sukoharjo Jl. Dr. Sutomo No. 3A (0271) 593105
Kab. Karanganyar Jl. Lawu Raya 28/14 (0271) 494532
Kab. Klaten Jl. Veteran No. 80 (0272) 324473
Kab. Boyolali Jl. Kantil No.14 (0276) 3293011
Kab. Wonogiri Komp. RSU Giriwono (0273) 321256
Kab. Pati Jl. Dr. Susanto No. 101 Depan RSUD Pati (0295) 381178
Kab. Rembang Jl. Diponegoro No.99 (0295) 691335
45

Kab. Jepara Jl. Jepara Bangsri (Km.3 Komp. RSI) (0291) 591342
Kab. Kudus Jl. Tanjung (Blk RS Mardi Rahayu) (0291) 445689
Kab. Blora Jl. Dr. Sutomo No. 42 (0296) 533437
Kab. Blora Pos Cepu Jl. RSU No. 50 D (0296) 425115
- PMI provinsi Aceh
Alamat : Jl. Ajun Jeumpet No. 18 B, Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar. Banda
Aceh 23353
Kontak : +62651-7551001
- PMI provinsi Sumatera Barat
Alamat : Jl sisinga mangaraja no 34, Padang, Sumatera Barat
Kontak : 0751-28718
46

Contributor

Ucapan terima kasih disampaikan kepada seluruh kontributor yang telah bekerja keras
dalam pembuatan SCOME Manual Book ini.

Pengisi konten :

Achsanul Kubri (NOME 2014-2015)

Hilmy Zakiyah Nurlatifa (Vice NOME for Internal Affair 2014-2015)

Widyani Rachim (Vice NOME for External Affair 2014-2015)

Patria Aditya Arimukti (Secretary SCOME 2014-2015)

Raka Kurnia Ramadhan (MC Coordinator SCOME 2014-2015)

Maharani Febrianti (Project Coordinator SCOME 2014-2014)

Editor :

Patria Aditya Arimukti (Secretary SCOME 2014-2015)

National Committe on Medical Education 2014-2014

Local Officer on Medical Education

Seluruh Scomedian di Indonesia

Akhirnya, semoga SCOME Manual Book ini dapat bermanfaat bagi seluruh Scomedian di
Indonesia. Khususnya demi kemajuan SCOME di masa depan.

SCOME JAYA !!! SCOME JAYA !!!

Anda mungkin juga menyukai