KATA SAMBUTAN
Center for Indonesian Medical Students’ Activities (CIMSA) adalah suatu organisasi
mahasiswa kedokteran yang bersifat independen, non-politis, non-profit, dan non-
partisan. Didirikan pada tahun 2001, CIMSA saat ini telah memiliki lebih dari 5000 orang
member dengan 18 universitas yang memiliki CIMSA dalam pergerakan mahasiswa
kedokterannya. Dalam melaksanakan kegiatannya CIMSA bergerak melalui 6 buah
Standing Committee, yaitu SCOME, SCORE, SCOPE, SCORA, SCOPH, dan SCORP.
Saat ini SCOME CIMSA memiliki representative di 18 lokal CIMSA. SCOME CIMSA telah
berkembang pesat begitu juga dengan kualitas dan kuantitas membernya. Salah satu
penunjang pengembangan member dalam hal kualitas adalah dengan memaparkan
secara dini kepada setiap member mengenai segala sesuatu tentang SCOME dengan
harapan dapat meningkatkan sense of belonging member SCOME CIMSA serta dapat
menjalankan peran sebagai agent of change dalam hal pendidikan kedokteran dan sama
– sama mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat dengan terus mengembangkan
sumber daya manusia sepanjang hayat sehingga masyarakat mendapatkan akses
pelayanan kedokteran secara komprehensif dan berkualitas.
Tepat 1 tahun lalu SCOME CIMSA telah meluncurkan Guideline Book SCOME untuk
pertama kalinya, namun kualitas isi dan konten yang sudah ada belum dapat diaplikasikan
secara maksimal dan msih terdapat beberapa kekurangan materi yang seharusnya
menjadi info dasar bagi para member. Tahun ini kami kembali meluncurkan SCOME
Manual Book dengan konten yang telah ditetapkan dan terstandar di semua SCO
CIMSA.Diharapkan Guideline ini dapat meningkatkan pengetahuan serta minat para
member SCOME dalam perkembangan dan penggunaannya. Dan juga diharapkan setelah
diterbitkannya Guideline Book ini, maka SCOME akan semakin berkembang dengan
sumber daya terbaik yang kita miliki.
“We Aim To Achieve Excellence In Medical Education Throughout The World”
ii
Contents .................................................................................................................. ii
SCOME ..................................................................................................................... 8
Observer .................................................................................................................. 31
Contributor .............................................................................................................. 46
1
CIMSA
Center for Indonesian Medical Students’ Activities (CIMSA) adalah suatu organisasi
mahasiswa kedokteran yang bersifat independen, non-politis, non-partisan, non-profit,
nasionalis, dan inklusif. CIMSA sendiri didirikan pada tanggal 6 Mei 2001 di Jakarta oleh 6
buah universitas yang menjadi lokal-lokal pertama CIMSA. Pada saat ini, CIMSA sudah
berkembang dengan memiliki 18 buah lokal yang bersifat aktif, yang tersebar dari Aceh
hingga JawaTimur. Lokal-lokal tersebut adalah:
1. Universitas Syiah Kualah (UNSYIAH)
2. Universitas Islam Sumatra Utara (UISU)
3. Universitas Riau (UR)
4. Universitas Andalas (UNAND)
5. Universitas Indonesia (UI)
6. Universitas Pelita Harapan (UPH)
7. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN Jakarta)
8. Universitas Padjadjaran (UNPAD)
9. Universitas Gadjah Mada (UGM)
10. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)
11. Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW)
12. Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)
13. Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS)
14. Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA)
15. Universitas Airlangga (UA)
16. Universitas Brawijaya (UB)
17. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS)
18. Universitas Malikulsaleh (UNIMAL)
Dalam sistem kepengurusannya CIMSA dibagi menjadi 7 (tujuh) buah kaukus, yang dibagi
berdasarkan provinsinya masing-masing:
1. Kaukus 1 (Aceh & Sumatra Utara) : UNSYIAH, UNIMAL, UISU
2. Kaukus 2 (Sumatra bagian tengah) : UR, UNAND
3. Kaukus 3 (Jakarta & sekitarnya) : UI, UPH, dan UIN
4. Kaukus 4 (Jawa Barat) : UNPAD
5. Kaukus 5 (D.I Yogyakarta) : UGM, UMY, UKDW
6. Kaukus 6 (Jawa Tengah) : UNISSULA, UMS, UNS
7. Kaukus 7 (Jawa Timur) : UA, UB, UWKS
2
Hingga kini, dalam menjalankan aktivitasnya, CIMSA telah menjalin kerja sama dengan
organisasi pemerintah seperti Depkes, Dikti, Deplu, IDI, KNPI (Komite Nasional Pemuda
Indonesia), organisasi non pemerintah seperti LSM, dan organisasi internasional seperti
PBB. Dan kerjasama ini akan terus ditingkatkan agar segala tujuan yang diinginkan oleh
CIMSA dapat tercapai dengan baik.
Visi CIMSA
a. Terciptanya bangsa Indonesia yang lebih sehat, makmur, dan sejahtera. Dimana
rakyatnya bisa menikmati kesempatan yang sama dalam pendidikan dan
kesehatan, serta dalam usaha untuk memajukan kehidupan serta meraih
kesejahtaraan dan keadilan sosial.
b. Tercapainya kehidupan sehat secara universal merata, untuk dunia yang lebih
sehat.
Misi CIMSA
a. Misi organisasi adalah untuk mendorong mahasiswa kedokteran agar bisa belajar
dan aktif berkarya, serta merancang strategi dan melaksanakan pergerakan untuk
memajukan kesehatan dan kesejahteraan bangsa.
b. Selanjutnya akan disebarluaskan secara resmi dengan artikel ”Empowering
Medical Students. Improving Nation Health”
IFMSA
Non Govermental Organization (NGO) dalam sistem PBB. Di bentuk pada tahun 1951 di
Belanda, IFMSA di kenali sebagai organisasi kemanusiaan. Sampai saat ini, IFMSA sudah
memiliki lebih dari 100 National Member Organization di 5 regional yang berbeda:
1) Asia-Pasific Region
2) East Mediteranian Region
3) Europe Region
4) Africa Region
5) America Region
Tujuan dari organisasi ini adalah melayani masyarakat dan mahasiswa kedokteran di
seluruh dunia melalui anggotanya dengan :
a. Mengembangkan dan mendorong mahasiswa kedokteran untuk menggunakan
ilmu dan kemampuannya untuk memberikan manfaat kepada lingkungan.
b. Menyediakan forum untuk mahasiswa kedokteran seluruh dunia untuk
mendiskusikan topic yang
b. berhubungan kesehatan individu dan masyarakat, pendidikan, dan ilmu
pengetahuan, untuk
c. memformulasikan kebijakan dari diskusi mengenai hal tersebut.
d. Mengajukan dan memfasilitasi pertukaran professional dan penelitian/
ilmuwan, begitu juga dengan project dan training extrakuliluler untuk
mahasiswa kedokteran, yang oleh karena itu dapat membuat mereka peka
terhadap budaya dan lingkungan lain dan juga masalah kesehatannya.
e. Memfasilitasi hubungan antar anggota, antar organisasi mahasiswa kedokteran
dan organisasi internasional, dan untuk mendorong kerjasama antar mereka
yang memiliki tujuan dasar memberikan manfaat terhadap masyarakat.
Misi dari IFMSA adalah dapat memberikan dokter-dokter masa depan pengenalan
secara komprehensif terhadap isu kesehatan global. Melalui program dan
kesempatan yang diberikan oleh IFMSA, dapat mengembangkan budaya sensitive
pada mahasiswa kedokteran, dengan maksud mempengaruhi transnational
inequalities yang membentuk kesehatan dari planet kita.
5
General Assembly
- Terdiri dari seluruh anggota organisasi ini. Merupakan otoritas tertinggi dan
pengambil keputusan dalam organisasi ini. Setiap anggota penuh memiliki satu
suara dalam General Assembly meeting. Anggota lain dapat mengikuti meeting
tapi tidak memiliki hak suara.
- General Assembly harus melakukan pertemuan sedikitnya sekali dalam setahun.
General Asssembly memutuskan tempat dan waktu untuk pertemuan General
Assembly lainnya.
Executive Board
- Organisasi ini diatur oleh Executive Board (EB). EB organisasi ini terdiri dari paling
sedikit 3 orang. General Assembly melantik satu anggota EB sebagai president,
secretary general, dan treasurer.
- EB dipilih dengan melalui General Assembly dalam periode 1 tahun.
- EB secara official mewakili federation.
- EB dapat mendelegsikan tugasnya pada orang lain, tetapi tetap bertanggungjawab
terhadap tugas-tugasnya setiap waktu
Supervising Council
- Mensupervisi dan memberi saran serta masukan kepada EB dan Official IFMSA
lainnya.
- Supervising Council (SC) terdiri dari paling sedikit tiga orang. Mereka dipilih oleh
General Assembly paling sedikit dalam satu tahun sekali.
- Anggota SC tidak boleh memegang posisi official lainnya dalam organisasi ini.
6
Africa
East Mediteranean
Asia-Pacific
Americas
Europe
Setiap regional dipimpin oleh seorang regional coordinator adapun tugasnya adalah :
SCOME
Pengenalan SCOME
Visi
Terciptanya sumber daya manusia kedokteran Indonesia yang berkualitas dan berdaya
saing tinggi sehingga cepat tanggap dan memiliki kemampuan menghadapi setiap
perubahan dalam skala lokal maupun global dengan kompetensi yang relevan.
Misi
Menciptakan sumber daya manusia kedokteran Indonesia yang berkualitas dan berdaya
saing tinggi sehingga cepat tanggap dan memiliki kemampuan menghadapi setiap
perubahan dalam skala lokal maupun global dengan kompetensi yang relevan. Target
SCOME adalah seluruh mahasiswa kedokteran Indonesia pada umumnya dan anggota
CIMSA pada khususnya.
Aktivitas SCOME
Dengan melihat dinamika dan tantangan yang ada, semangat kami terasah untuk
meningkatkan peran mahasiswa sebagai elemen dinamis sistem pendidikan, serta
meninggalkan sikap pasif dan pesimis dari mahasiswa kedokteran jauh di belakang.
Kedepannya kami berharap mahasiswa kedokteran Indonesia dapat menjadi aktor
pengembangan pendidikannya sendiri dan menjadi orang-orang terbaik yang dihasilkan
dari pendidikan terbaik bagi terciptanya kesehatan Indonesia yang optimal.
Struktur SCOME
ke berbagai pihak baik dalam skala internasional, regional, nasional, dan lokal. Berikut ini
adalah struktural SCOME dari skala internasional hingga lokal. SCOME IFMSA dipimpin
oleh IFMSA Director on Medical Education (SCOME Director). SCOME-D dipilih setiap
tahun oleh National Member Organizations saat General Assembly IFMSA bulan Agustus.
SCOME-D bertugas untuk berkoordinasi dengan National Officer, Regional Assistant, dan
seluruh SCOMEdians. Selain itu SCOME-D juga mengkoordinasikan berbagai kegiatan
SCOME IFMSA yang dilaksanakan secara internasional oleh negara anggota IFMSA.
Sepanjang tahun SCOME-IFMSA mengadakan dan menghadiri berbagai pertemuan dan
kegiatan sehubungan dengan dunia pendidikan
Kedokteran
.
Selain SCOME-Director terdapat suatu posisi pada IFMSA yang bukan merupakan
koordinator dari SCOME yaitu Liaison Officer for Medical Education Issues(LOMEi)yang
merupakan bagian dari Team of Official IFMSA yang bertanggung jawab untuk
mendapatkan setiap informasi dari
penggalakan dan perkembangan pendidikan kedokteran di dunia. LOMEi bekerjasama
dengan berbagai institusi yang berhubungan dengan pendidikan kedokteran di seluruh
Indonesia.
Regional Assistantson Medical Education (RAME) dipilih oleh SCOME-D dan merupakan
perpanjangan tangan dari SCOME-D. Tugas utama RAME adalah menjalin komunikasi
yang lebih intens dengan SCOME nasional sesuai dengan regional masing-masing,
mendukung kegiatan-kegiatan SCOME, dan membantu pengembangan SCOME di masing-
masing regional.
SCOME CIMSA dipimpin oleh seorang National Officer on Medical Education (NOME)
yang dipilih saat pertemuan nasional bulan Mei. NOME memiliki sebuah tim nasional yang
bernama National Committee on Medical Education (NCME) yang akan membantu NOME
dalam melakukan koordinasi dengan lokal-lokal SCOME CIMSA serta melaksanakan
kepengurusan nasional. NCME dibentuk oleh NOME dan terdiri dari Vice NOME for
Internal Affairs (VNI), Vice NOME for External Affairs (VNE), Secretary, Treasurer, Project
Coordinator (PC), Media and Communication Coordinator (MCC), Fundraise and
Merchandise Coordinator (FnMC), serta Advisory Board (AB).
2001
Cimsa resmi terbentuk pada tanggal 6 Mei 2001
SCOME CIMSA resmi terbentuk
7 Universitas membentuk dan memiliki SCOME CIMSA
2002
8 Universitas membentuk dan memiliki SCOME CIMSA
2003
9 Universitas membentuk dan memiliki SCOME CIMSA
2004
12 Universitas membentuk dan memiliki SCOME CIMSA
Fina Hidayati Tams sebagai Regional Assistant for Medical Education (RAME) Asia
Oceania 2004-2005
2005
Satria Perwira sebagai Regional Assistant for Medical Education (RAME) Asia
Oceania 2005-2006
2006
15 Universitas membentuk dan memiliki SCOME CIMSA
2010
Fatia Masriati sebagai Asia Pasifik SCOME Regional Assistant 2010-2011
2012
17 Universitas membentuk dan memiliki SCOME CIMSA
2013
18 Universitas membentuk dan memiliki SCOME CIMSA
14
Basic SCOME
Dalam rangka pelaksanaan amanah tersebut pada tahun 2006 Konsil Kedokteran
Indonesia (selanjutnya disebut KKI) telah mensahkan Standar pendidikan profesi
kedokteran yang terdiri atas Standar-standar Pendidikan Profesi Dokter, Dokter Spesialis,
Dokter Gigi, dan Dokter Gigi Spesialis, yang telah disusun oleh para pemangku
kepentingan terkait. Standar pendidikan profesi adalah perangkat penyetara mutu
pendidikan kedokteran dan juga perangkat untuk menjamin tercapainya tujuan
pendidikan sesuai kompetensi. Standar tersebut dipakai sebagai acuan dalam
penyelenggaraan pendidikan kedokteran.
Dalam UU No. 20/2003 penjelasan pasal 15, disebutkan bahwa pendidikan profesi
merupakan pendidikan tinggi SETELAH program sarjana yang mempersiapkan peserta
didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan khusus. Oleh karena program profesi
dokter ditempuh setelah menyelesaikan program sarjana kedokteran, dan program
pendidikan dokter spesialis ditempuh setelah program profesi dokter, maka merupakan
15
Pendidikan kedokteran di Indonesia diawali pada tahun 1851 dengan Sekolah Dokter
Jawa dengan lama pendidikan sekitar 2 tahun yang kemudian menjadi 7 tahun. Setelah
sekolah dokter Jawa selanjutnya pendidikan dokter pada era penjajahan Belanda
mengalami beberapa pergantian sistem seperti dan School tot Opleiding von Indische
Artsen (STOVIA) tahun 1901, Nederlandsch Indische Artsenschool (NIAS) 1913, dan GH
tahun 1927. Pada jaman penjajahan Jepang, pendidikan dokter kembali mengalami
pergantian sistem untuk memenuhi kebutuhan pada saat itu. Pendidikan dokter pada
masa itu (1942) disebut Ika Dai Gaku dengan lama pendidikan diperpendek menjadi 5
tahun karena untuk memenuhi kebutuhan dokter tentara Jepang.
Setelah Jepang kalah dan Indonesia merdeka, maka pada tahun 1945 Perguruan
Tinggi Kedokteran dipindahkan ke daerah yang kemudian akan menjadi Balai Perguruan
Tinggi Kedokteran UGM. Selanjutnya setelah situasi tenang, berdiri Perguruan Tinggi
Kedokteran di Jakarta selanjutnya menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK
UI) dan di Surabaya menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair). Pada
tahun 2000 Indonesia memiliki 33 Fakultas Kedokteran. Di tahun 2010 terjadi
peningkatan jumlah FK yang cukup bermakna, tercatat telah ada 72 FK dengan 31
diantaranya FK negeri dan 41 FK swasta yang tersebar di seluruh Indonesia.
Pada tahun 1960 mulai dikembangkan studi terpimpin yang dilanjuti dengan
sistem kredit semester di tahun 1974. Selanjutnya terjadi beberapa kali perubahan sistem
pembelajaran dan juga kurikulum, yaitu 1982 (KIPDI I), 1992 (KIPDI II), dan 2004 (KIPDI III).
PadaKurikulum Inti Pendidikan Dokter Indonesia (KIPDI) III ini kemudian diperkenalkan
sistem pembelajaran dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal yang merupakan tujuan dari
pembangunan kesehatan diperlukan berbagai upaya melalui penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang berkualitas dan terjangkau bagi seluruh masyarakat. Penyelenggaraan
praktik kedokteran merupakan inti kegiatan pembangunan kesehatan. Salah satu
komponen utama pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat dilaksanakan oleh
dokter dan dokter gigi. Peranan dokter dan dokter gigi menjadi penting karena terkait
langsung dengan pemberian pelayanan kesehatan dan mutu pelayanan yang diberikan.
Agar dapat melakukan tindakan medis terhadap seseorang, dokter dan dokter gigi
harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan dan
16
pelatihan formal untuk mencapai kompetensi tertentu yang telah ditetapkan. Dalam
menjalankan praktiknya dokter dan dokter gigi juga harus memiliki etik dan moral yang
tinggi, sehingga dapat menjalankan praktik kedokteran dengan baik. Dengan perubahan
paradigma di masyarakat, dokter dan dokter gigi juga harus memahami kepentingan
pasien (patient oriented) dan memahami berbagai aspek hukum dan peraturan yang
berlaku untuk melindungi pasien dan dirinya. Dapat dikatakan dokter dan dokter gigi
harus mempunyai kemampuan akademis, keterampilan, dan profesionalitas yang amat
baik dengan standar yang tinggi.
Dalam rangka menghasilkan dokter dan dokter gigi yang baik sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan setiap anggota masyarakat, perlu ada sistem
pendidikan yang baik. Sistem pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi yang baik
seyogyanya mengacu pada perkembangan dan kebutuhan layanan kesehatan masyarakat
yang ada. Di era globalisasi yang tidak terhindarkan oleh negara manapun di dunia,
menjadi suatu keharusan pula bahwa sistem pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi
juga mengacu pada sistem global atau sistem yang dianut oleh banyak negara.
2. Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4301);
3. Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4431);
4. Undang Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4586);
5. Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
6. Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);
17
10. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 112, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5157);
11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2005 tentang Badan
Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi;
12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 42 Tahun 2007 tentang Sertifikasi
Dosen;
13. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2008 tentang Perubahan
Pertama Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 42 Tahun 2007 tentang
Sertifikasi Dosen;
Beberapa peraturan berikut ini perlu diperhatikan (setelah terlebih dahulu diperiksa
kembali tentang waktu pemberlakuannya, apakah sudah dicabut atau diganti dengan
peraturan yang baru), sebagai berikut:
b) Pendidikan sarjana kedokteran gigi, pendidikan dokter gigi, dan pendidikan dokter gigi
spesialis termasuk pendidikan dokter gigi spesialis lanjutan untuk profesi dokter gigi.
1. Gelar Profesi
Lulusan sarjana medik dan sarjana medik dental tidak diberikan gelar profesi.
Lulusan program pendidikan profesi dokter mendapat gelar profesi dokter (dr.)
Lulusan program pendidikan spesialis lanjutan/subspesialis/fellowship mendapat
sebutan Konsultan.
2. Gelar Akademik
Sistem Pendidikan
Saat ini kurikulum pendidikan kedokteran Indonesia (meski belum semua fakultas
kedokterab menerapkannya) menganut sistem pembelajaran berdasarkan
pendekatan/strategi SPICES (Student Centered, Problem Based, Integrated, Comunity
Based, Elective/Early Clinical Exposure Systematic). Sistem pendidikan tersebut dapat juga
disebut kurikulum berbasis kompetensi. Dengan kurikulum berbasis kompetensi tersebut,
maka sistem pendidikan yang diterapkan akan lebih terintegrasi.
Selain itu ada juga 7 Area Kompetensi (Utama) dalam KIPDI 3, yaitu keterampilan
komunikasi efektif, keterampilan klinik dasar, keterampilan menerapkan dasar-dasar ilmu
biomedik, ilmu klinik, ilmu perilaku, dan epidemiologi dalam praktek kedokteran keluarga,
ketrampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga atauppun
masyarakat dengan cara yang komprehensif, hoistik, berkesinambungan, terkoordinir dan
bekerjasama dalam konteks Pelayanan Kesehatan Primer; memanfaatkan, mennilai
secara kritis dan mengelola informasi, mawas diri, dan pengembangan diri/belajar
sepanjang hayat; serta etika moral dan profesionalisme dalam praktik.
Rata-rata pendidikan yang ditempuh oleh para mahasiswa kedokteran berkisar 5-6
tahun, yang pembagian masa preklinik dan kliniknya bervariasi antara satu universitas
dengan universitas lainnya. Belakangan terdapat sistem pendidikan kedokteran berbasis
kompetensi (Modul KBK) yang memungkinkan mahasiswa kedokteran yang menempuh
pendidikan dalam 5 tahun, namun harus mengikuti internship selama 1 tahun.
Setiap dokter yang sudah lulus UKDI dapat melaksanakan praktik kedokteran
dengan syarat mendaftar IDI dan membuat SIP (Surat Izin Praktik). Setelah itu harus
mengikuti program magang (intership) selama satu tahun di Rumah Sakit yang
bekerjasama dengan fakultas Kedokteran. Dokter yang sudah memiliki STR, SIP dan sudah
mengikuti Internship sama sekali tidak diwajibkan untuk mengikuti PTT (Pegawai Tidak
Tetap) dari Kemenkes.
AIPKI adalah sebuah asosiasi yang digunakan oleh para dekan untuk melakukan
diskusi-diskusi yang sifatnya nasional dan berhubungan dengan perkembangan
pendidikan kedokteran Indonesa. Ikut berperan dalam pembentukan kurikulum
pendidikan kedokteran Indonesia serta UU Pendidikan Dokter Indonesia.
Konsil Kedokteran Indonesia dibentuk atas amanah dari UU no. 29 tahun 2004
mengenai Praktik kedokteran. KKI sendiri adalah pembentuk standar-standar dari
lulusan dokter dari Dokter Umum, Spesialis, bahkan hingga Konsulen. Juga gelar-gelar
dari master ataupun doktoral yang berkaitan dengan Praktik Kedokteran. Standar
Kompetensi Dokter Indonesia adalah hasil yang dudapatkan dari kerja keras KKI serta
berbagai pihak yang menyebabkan terjadinya standarisasi hasil lulusan dokter. Selain
itu, Ujian Kompetensi Kedokteran Indonesia juga berawal dari KKI yang selanjutnya
diberikan pelaksanaanya pada BP UKDI.
5) Departemen Kesehatan
Sebagai seorang dokter, kita tidak pernah terlepas dari Departemen Kesehatan yang
merupakan pembentuk UU Praktik Dokter, selain itu juga berhubungan dengan
Pendidikan Kedokteran dengan ikut dalam pembentukan standar dan kurikulum
21
7) DRP RI
1. Classical System
Sistem klasik yang digunakan adalah dengan menggunakan dua fase pembelajaran yang
terdiri atas pre-klinis dan klinis. Biasanya maka pre-klinis ini diawali dengan 2 tahun
22
belajar ilmu dasar kedokteran, seperti anatomi, biokimia dan fisiologi. Setelah itu akan
diikuti dengan campuran bagian-bagian dari teori klinis seperti farmakologi, patologi dan
lain-lain.
Fase klinis akan mencakup semua departemen klini esar seperti penyakit dalam, bedah,
sarf. Dan setelah kedua fase tersebut diselesaikan, biasanya akan diadakan ujian untuk
standarisasi yang biasa disebut ujian negara (state exam).
2. Integrated System
Banyak orang yang menyebutkan bahwa sistem ini adalah masa depan pendidikan
kedokteran. Dengan keberagaman sistem (kurikulum) yang digunakan. Pengajaran
interdisiplinj, dengan fokus pada pendidikan kedokteran yang terus-menerus, kontak
dengan pasien bahkan dari tahun pertama kuliah. Sistem integrasi ini memberikan
fleksibilitas pada fakultas-fakultas kedokteran, memberikan mereka kesempatan untuk
menentukan strategi akademiknya masing-masing berdasarkan pada sumber daya yang
mereka miliki.
Pada sistem ini juga terjadi perbedaan yang mencolok antara masa SMA dan kuliah,
karena mereka akan benar-benar menemukan sistem belajar yang berbeda, seperti
Problem Based Learning. Pada masa sekarang, banyak dari sekolah-sekolah kedokteran
terbaik di dunia mengajarkan para mahasiswa kedokteran mereka dengan sistem
integrasi ini.
3. American System
Para mahasiswa di Amerika mengambil waktu hidup mereka yang sangat banyak untuk
menjadi seorang dokter. Mereka akan melalui 4 tahun awal pada pendidikan kedokteran
pre-klinis lalu dilanjutkan lagi untuk 4 tahun berikutnya. Prosesw tersebut akan diakhiri
dengan USMLE Examination, dimana ketiga proses tersebut akan memberikan lisensi
pada setiap lulusan untuk melakukan praktik sebagai seorang dokter. Dokter lulusan luar
Amerika yang ingin melakukan praktik kedokteran di Amerika harus mengambil USMLE
Examination.
Lectures
Specialisasi pada bidang kedokteran terbagi atas beberapa bagian yang ssemuanya
memiliki perannya masing-masing dalam perkembangan pendidikan kedokteran dan
penyelamat pasien. Berikut pembagiannya :
A. Spesialisasi Diagnostik
Patologi Klinik
Patologi Anatomi
Radiologi
B. Disiplin ilmu Pre-Klinis
Anatomi
Fisiologi
Biokimia
Histologi
Farmakologi
Parasitologi
Mikrobiologi
C. Disiplin Ilmu Klinis
Anastesiologi
Dermatologi
Kedaruratan medis
Kedokteran Umum/Kedokteran keluarga
Ilmu Penyakit dalam
o Endokrinologinm
o Gastoenteerologi
o Hematologi
o Kardiologi
o Kedokteran Perawatan Intensif
o Nefrologi
o Onkologi
o Penyakit Infeksi
o Pulmonologi
Rheumatologi
o Neurologi
o Obstrektik dan ginekologi
o Perawatan penenangan pasien
o Pediatri
o Telinga Hidung tenggorok Bedah Kepala leher
o Kedokteran Preventif
o Terapi Radiasi
25
o Spesialis Bedah
D. Interdisipliner
Bioetika
Farmakologi Klinis
Informatika Kedokteran
Kedokteran Dirgantara
Kedokteran Evolusioner
Kedokteran Forensik
Kedokteran Konservasi
Kedokteran Olahraga
Kedokteran Selam
Nosologi
Teknis Biomedis
26
Untuk National Project yang akan dilaksanakan SCOME setahun ke depan, tentunya
memiliki fokus yang sesuai dengan ranah kerja, antara lain :
2. Seminar Karir
Seminar karir disini membuat para mahasiswa kedokteran dapat meningkatkan
kualitas diri, memacu motivasi untuk pengembangan diri ke depannya serta
memberikan gambaran dan kejelasan mengenai pendidikan dan keprofesian
kedokteran.
27
4. HDN Awareness
Sebagai selebrasi, mengeratkan hubungan antar rekan sejawat dan sebagai
support untuk menyatukan lokal lokal dalam suatu concept project yang sama
sehingga akan menjadi selebrasi yang kuat dan kokoh serta membentuk jaringan
support antar rekan sejawat dalam project. Dan memberikan kesadaran
pentingnya peringatan ini tidak hanya sebagai seleberasi namun sebagai
penghayatan kekuatan dan kekokohan jaringan profesi.
Termasuk ke dalam ranah kerja ke 2 dan 3
5. Upgrading Lokal
Sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan pengetahuan mengenai SCOME
dan sebagai sarana untuk mempererat anggota lokal dan menjadikan evaluasi
tersendiri bagi NCME untuk mengawasi lokal. Apakah sudah cukup tertanam
kecintaan Standing Comitee yang mereka berada di dalamnya atau masih belum.
Termasuk ke dalam ranah kerja ke 3
28
CQCP 2.0
CQCP merupakan singkatan dari CIMSA Quality Control of Project yang bertujuan sebagai
alat ukur kualitas dari project-project CIMSA. CQCP 2.0 ini merupakan pembaharuan dari
CQCP versi sebelumnya.
Teknis Pelaksanaan
Sistem penilaian CQCP 2.0 berbeda untuk setiap jenis project. Adapun dalam hal ini,
project akan dikategorikan menjadi selebrasi, campaign, one-day-event, dan sustainable.
Nantinya, tiap jenis project akan memiliki pertanyaan yang berbeda sesuai dengan
jenisnya dan persenan penilaian per aspeknya akan dibuat sesuai dengan jenisnya agar
didapatkan hasil yang valid dan sama untuk semua jenis project. Penilaian CQCP ini akan
dipisahkan dengan comdev secara keseluruhan, tetapi project-project kecil di dalam
Comdev masuknya tetap di CQCP.
- Project : Rangkaian kegiatan yang terencana dan dilaksanakan dalam periode
tertentu untuk mencapai suatu tujuan
- Event : Sesuatu aktivitas yang diadakan dalam satu waktu atau beberapa waktu
untuk merayakan atau mencapai suatu tujuan
- Campaign : Beberapa aktivitas yang biasanya untuk mengampanyekan atau
menyebarkan suatu informasi yang ditujukan untuk mencapai suatu tujuan.
SMART
S : Specific & Sustainable, setiap project harus jelas 5W1H dan harus mengandung
unsur tujuan yang berkelanjutan.
M : Measureable, setiap project harus jelas metode pengukuran impact/dampaknya,
terukur tujuannya.
A : Achievable, tujuan dari suatu project harus sesuatu yang bisa dicapai dan bisa
terlihat secara konkret pencapaiannya.
R : Realistic, tujuan dari project harus sesuatu yang mungkin untuk dicapai.
T : Time-Bound, tujuan atau manfaat dari project harus diketahui waktu akan
dicapainya atau jangka waktunya.
29
Local Committe
LCME
Local Officer on Medical Education
Secretary
Mengatur database SCOME LOKAL
Bertanggung jawab terhadap administrasi dan arsip SCOME LOKAL
Bertanggungjawab atas ke-update-an database member scome dan LCME
Aktif berkoordinasi dengan secretary SCOME CIMSA nasional
Mensosialisasikan peran dan fungsi Peraturan internal ke member SCOME LOKAL
Treasurer
Mengatur kas SCOME LOKAL
Mengumpulkan iuran lokal SCOME ke SCOME CIMSA Nasional melalui treasurer
30
Project Coordinator
Membuat database project lokal SCOME
Membuat timeline project lokal SCOME
Memberikan progress report dan update database di setiap periode
Menjalin hubungan koordinasi dengan PC SCOME CIMSA nasional
31
Observer
Saat ini terhitung Juli – Oktober 2014 (sebelum OM 2014 Yogyakarta) SCOME CIMSA tidak
mempunyai observer. Jumlah lokal yang sudah bergabung di SCOME adalah 18 lokal
CIMSA. Berikut keterangan mengenai beberapa syarat dan cara menjadi sebuah lokal
yang juga tercantum pada Statuta CIMSA dan Peraturan internal SCOME CIMSA.
Sejarah
Make Medical Education Update atau dapat disingkat menjadi MAKE ME UP ialah
meeting nasional SCOME CIMSA yang baru pertama kali diadakan pada tahun 2014.
Meeting SCOME CIMSA yang terkemas dalam MAKE ME UP ini bertujuan untuk
meningkatkan kualitas keorganisasian dan pengetahuaan sumber daya manusia
anggota SCOME CIMSA. MAKE ME UP telah diinisasi dari tahun kepengurusan 2011 –
2012. Dengan tekad yang kuat dan berlandaskan kepentingan untuk meningaktkan
sense of belonging member SCOME CIMSA serta mempersiapkan mahasiswa
kedokteran untuk dapat bersaing secara global MAKE ME UP berhasil diselenggarkan
pada April 2014 di Jakarta. Awalnya MAKE ME UP 2014 dikonsepkan secara umum
oleh Team Conceptor yang terdiri atas alumni SCOME, NCME dan member aktif
SCOME CIMSA. Team Conceptor mengambil tema “Medical Students Roles in Medical
Education Standardizations Towards AFTA 2015” karena mengingat AFTA akan
berlaku pada awal tahun 2015 sehingga sebagai mahasiswa kedokteran yang kritis dan
peduli bangsa Indonesia kita tidak boleh diam saja. Kita harus memahami mengenai
kondisi tersebut dan ikut berkontribusi dalam mengembangakan pendidikan
kedokteran di Indonesia sehingga nantinya tercipta mahasiwa ataupun lulusan yang
dapat bersaing secara global.Tema yang diangkat dituangkan ke dalam beberapa
agenda dengan koordinasi aktif bersama Organizing Committee MAKE ME UP 2014.
Mimpi besar SCOME telah terwujud, MAKE ME UP menjadi salah satu pencapaian
terbesar pada periode 2013 – 2014 selain acara yang berlangsung sukses Team
Conceptor juga berhasil mengundang KKI, AIPKI dan LAM PT – KES sebagai pembicara.
Tujuan
1. Welcoming Party
2. Grand Lecture and Panel discussion
3. Small Working Group
4. Project Presentation
5. Study/Hospital Tour
6. Bonding SCOME
7. Farewell Party
Sejarah Host
Photos
SCOME CIMSA dipimpin oleh seorang National Officer on Medical Education (NOME)
yang dipilih saat May Meeting di setiap tahunnya. NOME CIMSA merupakan
representative dari SCOME CIMSA pada setiap acara resmi CIMSA maupun IFMSA yang
dihadirinya. Dalam melaksanakan tugasnya NOME dibantu oleh National Committee on
Medical Education (NCME ) yang dipilih saat NOME sudah terpilih. NCME terdiri atas Vice
NOME for Internal Affairs (VNI), Vice NOME for External Affairs (VNE), Secretary,
Treasurer, Project Coordinator (PC), Fundraising and Merchandise Coordinator (FnMC),
Media and Communication Coordinator (MCC) dan Advisory Board (AB).
Fandi Ahmad
Reza Djamal
Abdussalam
Dalam suatu organisasi, komunikasi merupakan hal sangat penting. Karena komunikasi
merupakan suatu fungsi dasar dari manajemen dalam organisasi. Semua hal, mulai dari
proses transmisi informasi, gagasan, pikiran, maupun pendapat serta rencana dapat
dituangkan melalui komunikasi. Hal ini tidak mungkin untuk memiliki hubungan dalam
organisasi tanpad adanya komunikasi.
SCOME CIMSA memiliki berbagai media social komunikasi. Untuk membangun kerjasama
yang baik antar team. Berikut pemaparan berbagai media komunikasi yang digunakan
oleh SCOME CIMSA
2. Facebook
Siapa yang tidak kenal Facebook? Semua pasti tahu bahkan sudah sangat ahli
menggunakannya. SCOME CIMSA juga memiliki account facebook (SCOME CIMSA)
yang tak kalah pentingnya memiliki peran dalam media komunikasi SCOME.
3. Twitter
Pastinya SCOMEDIANs juga sangat kenal dengan social media yang satu ini.
Twitter adalah sebuah micro-blogging atau blog mikro atau dapat dikatakan
sebuah jejaring social seperti halnya Facebook. Tidak kalah dengan yang lain,
twitter ini akan selalu memberikan berbagai info yang sangat berguna bagi
41
mahasiswa kedokteran. Untuk SCOMEDIANs yang belum follow twitter kami, yuk
segera follow (@scomecimsa)
4. Instagram
Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto yang memungkinkan pengguna
mengambil foto, menerapkan filter digital dan membagikannya ke berbagai
layanan jejaring social termasuk milik instagram sendiri.
Di instagram ini SCOME akan berbagi berbagai foto kegiatan SCOME dan foto
merchandises yang akan dijual tiap periodenya. SCOMEDIANs yang penasaran bias
langsung follow account kami @scomecimsa
5. LINE
Media social ini, sedikit berbeda dengan yang ada diatas. LINE digunakan khusus
komunikasi antara NCME dengan LOME. Akun ini digunakan untuk semata-mata
memudahkan koordinasi antar NCME dengan LOME
6. Website
Website merupakan media SCOME untuk yang nantinya berisi berbagai artikel
update tentang perkembangan pendidikan kedokteran, tidak hanya di Indonesia
namun juga di dunia. Selain itu website ini berisi tentang berbagai project-project
SCOME baik di tingkat nasional maupun local. Dan website ini juga akan
terintegrasi dengan instagram, twitter, dan facebook sehingga dengan membuka
website, teman-teman juga dapat melihat social media lainnya milik SCOME
CIMSA. Untuk website SCOMEDIANs bisa kunjungi
http://scomecimsa.wordpress.com
7. SCOMEDIA
Untuk media yang satu ini, merupakan media cetak yang dimiliki SCOME CIMSA.
SCOMEDIA merupakan suatu media komunikasi dalam bentuk cetak (majalah)
yang akan terbit satu kali tiap periode. SCOMEDIA ini akan selalu terbit tiap
National Meeting CIMSA yaitu October Meeting (OM), National Leadership
Summit (NLS), dan May Meeting (MM).
SCOMEDIA tetap akan memberikan informasi yang terdepan dari tingkat nasional
maupun internasional guna mengembangkan wawasan SCOMEDIANs. Selain itu
SCOMEDIA juga menghadirkan banyak info ilmu pengetahuan lainnya. Serta
beberapa project unggulan di beberapa local yang akan menjadi inspirasi teman-
teman semua.
42
Kab. Jepara Jl. Jepara Bangsri (Km.3 Komp. RSI) (0291) 591342
Kab. Kudus Jl. Tanjung (Blk RS Mardi Rahayu) (0291) 445689
Kab. Blora Jl. Dr. Sutomo No. 42 (0296) 533437
Kab. Blora Pos Cepu Jl. RSU No. 50 D (0296) 425115
- PMI provinsi Aceh
Alamat : Jl. Ajun Jeumpet No. 18 B, Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar. Banda
Aceh 23353
Kontak : +62651-7551001
- PMI provinsi Sumatera Barat
Alamat : Jl sisinga mangaraja no 34, Padang, Sumatera Barat
Kontak : 0751-28718
46
Contributor
Ucapan terima kasih disampaikan kepada seluruh kontributor yang telah bekerja keras
dalam pembuatan SCOME Manual Book ini.
Pengisi konten :
Editor :
Akhirnya, semoga SCOME Manual Book ini dapat bermanfaat bagi seluruh Scomedian di
Indonesia. Khususnya demi kemajuan SCOME di masa depan.