MODUL
PROFESIONALISME
BLOK
BIOETIK,
H UMANIORA
&
PROFESIONALISME
DIBERIKAN
KEPADA
M AHASISWA
SEMESTER
I
FAKULTAS
KEDOKTERAN
UMI
VISI
DAN
MISI
PROGRAM
STUDI
FAKULTAS
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
MUSLIM
INDONESIA
VISI
“Menjadi
program
studi
dengan
penguatan
utama
kedokteran
komunitas
yang
menghasilkan
sarjana
kedokteran
yang
bermutu,
bermartabat,
dijiwai
nilai-‐nilai
Islam,
untuk
mengabdi
kepada
kemanusiaan
demi
kepentingan
umat,
bangsa
dan
negara
menuju
universitas
berkelas
dunia.”
MISI
1) Menyelenggarakan
program
pendidikan
kedokteran
dengan
penguatan
kedokteran
komunitas
yang
bermutu
dan
bercirikan
keislaman
2) Menyelenggarakan
program
penelitian
kedokteran
yang
berkualitas
dan
terpublikasi
nasional
maupun
internasional
3) Melakukan
pengabdian
masyarakat
di
bidang
kesehatan
demi
meningkatkan
derajat
kesehatan
masyarakat
sekaligus
menjalankan
fungsi
dakwah
4) Melakukan
pendistribusian
beban
kerja
sdm
dalam
proses
belajar
mengajar
yang
berkeadilan
5) Melakukan
pengembangan
program
studi
sarjana
kedokteran
menuju
univesitas
berkelas
dunia
PENGANTAR
Penyusun
PENDAHULUAN
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah selesai mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan mampu menganalisis
setiap masalah kesehatan dalam ranah Humaniora, Etika, dan Profesionalisme
Kedokteran serta mampu menerapkannya dalam praktik klinik sehari-hari.
Topic Tree
Human
as
Biopschycosocial
Creature
Ethics
Physician
Colleague
Environtment
s
Ethics
Legislatio al
Health
Law
Ethics
and
Med
n
Phys
Researc
Society
h
Regulation
Hospital
Law
Basics
Principles
Ethics
of
Medical
Phys
Ethics
Work
Patients
Health
Med-‐ Medical
eth-‐ HEALTH
MEDICAL
LAW
LAW
BIO-‐
legal
ETHIC
ETHICS
confli
ct
Profession
MEDICAL
Med
Standard,
SCHOOL
Standard
Operating
Science
Procedure
Professional
Physician
Skenario 1
Setelah menyadari kesalahannya, tiga hari kemudian tim medis mengamputasi kaki
kanan yang terinfeksi, lalu menutupi kesalahan operasi bedah mereka, kata putra
korban yang mengetahui adanya malpraktik.
Putra korban, Andrei Dronov, bersikeras bahwa dokumen medis menegaskan bahwa
gangren hanya ada di kaki kanannya.
Dia juga mengklaim seorang dokter mengakui kesalahan kepadanya segera setelah
operasi. "Akibatnya, ibu saya diterlantarkan tanpa kedua kaki," katanya kepada situs
berita lokal Bloknot Voronezh.
"Syukurlah dia sadar lagi setelah cobaan berat ini. Saya tidak tahu apa yang akan
terjadi selanjutnya. Tapi saya ingin membuat mereka bertanggung jawab karena
memotong kakinya yang sehat."
Dalam Perang Dunia Kedua, Maria dipenjara oleh Jerman dan ditahan di Nazi
sebuah kamp konsentrasi. Dia dibebaskan pada 1945 pada usia 16 tahun, kemudian
menjadi guru matematika.
Amputasi yang keliru itu seperti adegan dari film horor, kata putranya. Gambar
menunjukkan dengan jelas bahwa kaki kanannya menderita malpraktik.
Kaki yang lain terlihat merah dan bengkak karena dia tidak bisa berjalan dan
berolahraga. Pembedahan dilakukan di rumah sakit kota Voronezh nomor 3. Istri
Andrei Katya yang merupakan seorang dokter mengetahui ada yang salah ketika dia
berkunjung.
"Katya pucat dan hampir tidak bisa berdiri di atas kakinya," kata Andrei."Dia
berkata: Aku tidak tahu bagaimana mengatakan ini padamu...kakinya salah
diamputasi."
Katya lalu menantang dokter yang menatapku dengan kaget, kata Andrei.
Pejabat kesehatan setempat kemudian mengklaim bahwa kedua kaki mengalami
gangren tetapi kaki kiri dalam bahaya.
Kepala dokter Sergey Shamsutdinov membela diri saat diwawancarai TV lokal dan
mengklaim kaki kirinya lebih beresiko bagi kesehatannya ketika melihat pasien saat
berkunjung. Namun Andrei menyebut dia berbohong.
Para penyelidik negara telah memulai penyelidikan terhadap laporan kaki salah
amputasi. Mereka memanggil ahli forensik untuk kasus ini.
Andrei Dronov mengatakan bahwa pada 4 November paramedis memeriksa ibunya
dan mendiagnosa gangren di kaki kanan. Tidak ada kondisi medis yang disebutkan
tentang kaki kiri. Perawatan sebelumnya di rumah sakit lain mendukung hal ini, kata
Andrei.
"Seorang dokter memeriksanya, sementara yang lain mengoperasi," katanya pada
Vesti Voronezh TV. Kaki kanannya dibalut selama operasi. Kaki kirinya berwarna
merah tetapi tidak ada berencana untuk diamputasi. "Awalnya dokter berbicara
dengan normal kepada saya, mereka ingin menyelesaikannya entah bagaimana.
Mereka mengatakan kasus seperti ini tidak pernah terjadi di rumah sakit mereka
sebelumnya. Tapi kemudian mereka ingin menutupi peristiwa ini."
Catatan medisnya tiba-tiba menghilang, kata Andre yang kemudian menelepon
polisi. "Saya meminta mereka (penyidik) untuk mengamankan dokumen dan kaki
yang diamputasi untuk menghentikan dokter memalsukan apa yang telah terjadi."
Segera setelah media mendengar kasus malapraktik ini, pernyataan palsu
dikeluarkan pihak rumah sakit bahwa kedua kaki mengalami gangren dan harus
diamputasi.
Pertanyaan :
- Dari kasus di atas, cobalah anda analisis berdasarkan ranah:
a) Aspek Humaniora Kedokteran
b) Aspek Etika Kedokteran
c) Aspek Profesionalisme Kedokteran
- Bagaimana jika kasus tersebut di atas dilihat dalam perspektif Islam
(berdasarkan Al-Quran dan Sunnah).
Saat masuk ke rumah sakit dan menerima perawatan khusus, pasien tersebut sudah
dalam kondisi stabil. Namun kondisinya berubah ketika detak jantungnya terus
melambat. Saat bantuan pertama diberikan, tidak ada perkembangan yang berarti.
Ketika bantuan terus-menerus diberikan, kondisi pasien berangsur stabil, namun
hidupnya masih dalam risiko.
“Miokarditis fulminan ditandai dengan serang yang cepat, gejala yang parah,
kemajuan yang cepat dan kematian yang tinggi. Hasilnya bisa fatal jika pasien tidak
menerima perawatan tepat waktu,” kata Zou Guojin, dokter dari rumah sakit anak-
anak Changzhou.
Dibutuhkan waktu 3 jam lebih untuk mendapatkan ECMO pinjaman itu. Saat
bersamaan, kondisi pasien memburuk dengan cepat. Tekanan darahnya naik.
Jantungnya terus melemah hingga pada pukul 2.50 siang, jantungnya benar-benar
berhenti berdetak sementara ECMO yang dibutuhkan masih dalam perjalanan.
Walhasil, tim dokter secara bergantian memicu jantung pasien agar membuatnya
tetap hidup.
“Kami sangat berupaya menyelamatkan nyawa anak ini. Dunia tidak sekejam itu
karena kami mencintai mu,” kata salah seorang staf yang ikut menyelamatkan
nyawa anak tersebut.
Jantung pasien tersebut sudah kembali berdetak meski sangat lemah. Dia masih
berada dalam pengawasan dokter.
SUMBER INFORMASI
1. Al-Quran & Al-Hadits
2. Bertens. K. Etika. Seri filsafat Atma Jaya : 15. Cetakan kesembilan.
Gramedia pustaka utama. Jakarta. Desember 2005.
3. Guwandi J. Hukum Medik (Medical Law). Balai penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2005.
4. Guwandi J. Informed Consent. Balai penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2004.
5. Jonsen AR, Siegler M, WinsladeWJ. Clinical Ethics : A Practical Approach
to ethical decisions in clinical medicine. 5th ed. New York, NY:McGraw-
Hill. 2002
6. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia (MKEK) & Ikatan Dokter
Indonesia(IDI). Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Pedoman pelaksanaan
KODEKI. Jakarta. 2002
7. AM. Nasrudin, Purwadianto A. Pengantar Bioetika, Hukum Kedokteran
dan HAM dalam Kesehatan. Cetakan ke-2. UMI TOHA, Makassar 2011
8. Nazif Amru H. Bioetika dan Hak-hak Asasi Manusia menuju standar
pengaturan Nasional. Komisi Bioetika Nasional. Jakarta. 2007.
9. Purwadianto A. Kaidah dasar moral dan teori etika dalam membingkai
tanggungjawab profesi kedokteran. Makalah penyegaran etika kedokteran,
FKUI dalam rangka modul EPC II, Jakarta 18 Februari 2003.
10. Robert MC Veacth. Basic of Bioethics. BabIV hal 65-74
11. Samil RS. Etika Kedokteran Indonesia, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Ul, Jakarta, 1994
12. Samil RS. Etika Kedokteran Penerapan Masa Kini. Kuliah umum pada
Kongres Obstetri dan Ginekologi Indonesia ketigabelas, Manado, 7-12
Juli 2006
13. Samil RS. Etika Kedokteran Indonesia, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 2001
14. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD. Bioetik dan Hukum Kedokteran ;
Pengantar bagi mahasiswa kedokteran dan hukum. Cetakan pertama.
Pustaka Dwipar. Jakarta. 2005
15. Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Waspodo D. Persetujuan
tindakan medik (Informed consent). Buku acuan nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Cetakan kedua. Yayasan bina pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2001.
16. Diktat Kuliah dan Hand out Para Nara sumber /Dosen Pengampu
17. Sumber Lain : VCD, Film, tape, Internet, dan koran
No Aspek Analisis
1. Humaniora Tekstual:
Kedokteran - …..
(Identifikasi konteks - ….dst
dengan latar belakang Kontekstual:
sosial-budaya, ekonomi, - ……
pendidikan dan agama) - …...dst
2. Etika Kedokteran Tekstual:
(Identifikasi isu-isu yang - ……
berpotensi menimbulkan - …...dst
kontradiksi atau Kontekstual:
melanggar prinsip-prinsip - ……
etika) - …...dst
3. Profesionalisme Tekstual:
Kedokteran - …..
(Analisis dilakukan - …..dst
dengan identifikasi adanya Kontekstual:
masalah profesional dari - ……
kasus yang ada) - …...dst