Anda di halaman 1dari 6

1.

Nama Prosedur Terapi Operatif Aspirasi Vakum Manual (AVM)

2. Definisi Prosedur intervensi operatif manual dengan alat vakum untuk


mengaspirasi sisa hasil konsepsi

3. Indikasi 1. Abortus inkomplet


2. Abortus insipiens
3. Kematian mudigah (missed abortion)
4. Retensi plasenta

4. Kontraindikasi Abortus iminens


5. Diagnosis Kerja 1. Abortus inkomplet
2. Abortus insipiens
3. Kematian mudigah (missed abortion)
4. Retensi plasenta

6. Persiapan 1. Persiapan pasien:


a. Berikan obat untuk mematangkan serviks (persiapan
serviks). Persiapan serviks direkomendasikan untuk usia
kehamilan 12-14 minggu atau lebih. Untuk usia
kehamilan sebelum 12-14 minggu, persiapan serviks
dapat dipertimbangkan, namun tidak harus selalu
dilakukan. Obat yang dapat diberikan adalah:
 Misoprostol 400mcg di bawah lidah 1-3 jam sebelum
AVM; atau
 Misoprostol 400mcg dalam vagina atau buccally 3
jam sebelum AVM; atau
 Dilator osmotik di dalam serviks 6-24 jam sebelum
AVM; atau
 Mifepristone 200mg per oral 1-2 hari sebelum AVM.
b. Berikan obat antinyeri sebelum prosedur agar efek obat
maksimal saat prosedur dilakukan. Pilihan obat antinyeri
adalah NSAID atau golongan narkotika. Parasetamol
tidak efektif sebagai antinyeri pada AVM.
c. Berikan obat antibiotik profilaksis atau antibiotik
terapeutik sesuai indikasi. Pilihan antibiotik profilaksis:
 Doksisiklin 200mg per oral; atau
 Azithromisin 500mg per oral; atau
 Metronidazol 500mg per oral; atau
 Cefazolin 1 gram (iv)
d. Mintalah pasien untuk BAK
e. Lakukan pemeriksaan bimanual untuk mengkonfirmasi
ukuran dan posisi uterus
f. Pasang spekulum dan amati tanda-tanda infeksi,
perdarahan atau abortus inkomplet

2. Persiapan alat AVM:


a. Siapkan kanula steril sesuai ukuran uterus
b. Masukkan plunger sampai ke ujung silinder aspirator
c. Pasang collar stop pada tempatnya di dasar silinder
aspirator
d. Tekan tombol katup (valve buttons) ke arah bawah-depan
sampai mengunci
e. Tarik plunger ke belakang sampai seluruh lengan plunger
keluar dan tertahan di dasar luar silinder

3. Persiapan obat, bahan habis pakai dan alat lainnya:


a. Lidocaine 2% 10cc
b. Spuit 10cc, jarum 23G 1,5”
c. Cairan antiseptik iodine, mangkuk, klem, kassa
d. Spekulum cocor bebek
e. Tenakulum
f. Klem
g. Lampu
h. Tempat tidur dengan pijakan kaki (gyn bed)
i. Penutup perineum
j. Sarung tangan
k. Dilator serviks
l. Antiansietas bila diperlukan
m. Wadah jaringan sisa hasil konsepsi, saringan, piring kaca,
lampu
n. Alat pelindung diri (gaun, masker, goggle)
o. Larutan enzymatik untuk desinfeksi.

7. Tenaga Dokter Spesialis Obgyn

8. Prosedur 1. Persiapan serviks


Berikan obat untuk mematangkan serviks (persiapan serviks).
Persiapan serviks direkomendasikan untuk usia kehamilan
12-14 minggu atau lebih. Untuk usia kehamilan sebelum 12-
14 minggu, persiapan serviks dapat dipertimbangkan, namun
tidak harus selalu dilakukan. Obat yang dapat diberikan
adalah:
 Misoprostol 400mcg di bawah lidah 1-3 jam sebelum
AVM; atau
 Misoprostol 400mcg dalam vagina atau buccally 3
jam sebelum AVM; atau
 Dilator osmotik di dalam serviks 6-24 jam sebelum
AVM; atau
 Mifepristone 200mg per oral 1-2 hari sebelum AVM.

2. Aspirasi sisa hasil konsepsi


a. Langkah 1: persiapan pasien
 Berikan obat antinyeri sebelum prosedur agar efek
obat maksimal saat prosedur dilakukan
 Berikan obat antibiotik profilaksis atau antibiotik
terapeutik sesuai indikasi
 Mintalah pasien untuk BAK
 Lakukan pemeriksaan bimanual untuk
mengkonfirmasi ukuran dan posisi uterus
 Pasang spekulum dan amati tanda-tanda infeksi,
perdarahan atau abortus inkomplet
b. Langkah 2: asepsis mulut rahim
 Gunakan kassa yang telah direndam cairan antiseptik
untuk membersihkan mulut rahim. Gerakkan kassa
secara spiral mulai dari tengah ke arah pinggir tanpa
mengenai bagian yang sudah tersentuh kassa. Ulangi
sampai seluruh area mulut serviks tertutupi cairan
antiseptik
c. Langkah 3: blok paraservikal
 Lakukan blok paraservikal sebelum melakukan AVM
 Lakukan blok paraservikal dengan 10cc lidocaine 2%.
Suntikkan 1-2 cc di mulut rahim pada arah pukul 12
tempat tenakulum akan dipasang. Suntikkan sisa
lidocaine dengan volume yang sama di perbatasan
serviks-vagina (cervicovaginal junction) pada arah
pukul 2, 4, 8 dan 10; atau di dua titik, yaitu pada arah
pukul 4 dan 8. Selalu lakukan aspirasi saat
penyuntikkan untuk mencegah lidocaine masuk dalam
pembuluh darah
d. Langkah 4: dilatasi serviks
 Lakukan teknik no-touch saat melakukan dilatasi
serviks dan AVM. Instrumen yang masuk ke dalam
uterus harus steril: tidak boleh menyentuh tangan
operator, permukaan tubuh pasien, dinding vagina
maupun bagian wadah instrumen yang tidak steril
 Gunakan dilator mekanik atau lebarkan mulut rahim
menggunakan kanula secara bertahap mulai dari dari
ukuran terkecil sampai mencapai ukuran yang
diinginkan
e. Langkah 5: insersi kanula
 Masukkan kanula ke dalam rahim dengan bantuan
tarikan lembut tenakulum pada mulut rahim.
 Masukkan kanula dengan lembut sampai menyentuh
fundus kemudian tarik kembali ke belakang sekitar 1
cm.
f. Langkah 6: persiapan aspirator
 Masukkan plunger sampai ke ujung silinder aspirator
 Pasang collar stop pada tempatnya di dasar silinder
aspirator
 Tekan tombol katup (valve buttons) ke arah bawah-
depan sampai mengunci
 Tarik plunger ke belakang sampai seluruh lengan
plunger keluar dan tertahan di dasar luar silinder
g. Langkah 7: pengeluaran isi rahim
 Pasang aspirator yang telah disiapkan (Langkah 6)
pada kanula (Langkah 5)
 Tekan tombol katup aspirator untuk membuka ruang
vakum dalam silinder
 Keluarkan isi rahim dengan memutar kanula 180
derajat searah dan berlawanan arah jarum jam, keluar
dan masuk, secara perlahan dan lembut
 Apabila silinder sudah terisi dan/atau kondisi vakum
sudah menurun, tekan tombol katup aspirator dan
lepaskan aspirator dari kanula; biarkan kanula tetap di
dalam rahim. Di atas wadah jaringan, kosongkan
silinder aspirator dari jaringan. Sesudah silinder
kosong, ciptakan kembali kondisi vakum: 1) tekan
tombol katup aspirator ke arah bawah-depan sampai
mengunci; dan 2) tarik plunger ke belakang sampai
seluruh lengan plunger keluar dan tertahan di dasar
luar silinder
 Setelah prosedur selesai, tekan kembali tombol katup
aspirator dan lepaskan aspirator dari kanula. Atau,
tarik aspirator yang masih terpasang pada kanula
tanpa menekan tombol katup aspirator. Berikut adalah
beberapa tanda bahwa seluruh isi rahim sudah keluar:
i. Busa berwarna merah atau merah jambu tanpa
jaringan dalam kanula
ii. “Gritty sensation” saat kanula menyentuh
dinding rahim
iii. Terasa mulut rahim menjepit kanula
iv. Pasien mengeluh rasa kram atau nyeri yang
menandakan rahim berkontraksi
h. Langkah 8: pemeriksaan jaringan
 Kosongkan isi aspirator dalam wadah
 Saring jaringan, apungkan dalam air dan periksa di
atas lampu
 Periksalah adakah sisa hasil konsepsi, apakah
evakuasi sisa hasil konsepsi sudah komplit, ataukah
ada hamil anggur
 Apabila hasil pemeriksaan sulit disimpulkan, lakukan
aspirasi kembali atau evaluasi lainnya yang
diperlukan
i. Langkah 9: tindakan lainnya bersamaan dengan prosedur
AVM
 Setelah AVM selesai, apabila diperlukan, lanjutkan
dengan prosedur pemasangan alat kontrasepsi (IUD)
atau prosedur lainnya (misalnya, penjahitan robekan
serviks)
j. Langkah 10: tindakan lanjutan segera sesudah prosedur
AVM
 Terangkan kepada pasien bahwa prosedur sudah
selesai
 Pastikan pasien diantar ke ruang pemulihan
 Segera lakukan pemrosesan atau pembersihan semua
instrumen sesuai prosedur

9. Prognosis Ad vitam: bonam


Ad sanationam: bonam
Ad fungsionam: bonam

10. Tingkat Evidens II

The World Health Organization (WHO) and the International


Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) state that vacuum
aspiration or medication regimens should replace sharp curettage
(FIGO, 2011; WHO, 2012). In places where no uterine evacuation
services exist, vacuum aspiration and medical abortion should be
introduced.
A 2010 Cochrane review showed that vacuum aspiration is as
effective as sharp curettage in treating incomplete abortion while
reducing procedure time, blood loss and pain (Tuncalp, Gulmezoglu,
& Souza, 2010). In a retrospective case series of 80,437 women
seeking induced abortion, vacuum aspiration was associated with
less than half the rate of major and minor complications compared to
sharp curettage (Grimes, Schulz, Cates Jr, & Tyler Jr., 1976). A
more recent series, including more than 100,000 abortion
procedures, found that sharp curettage performed alone or in
combination with vacuum aspiration was significantly more likely to
be associated with complications, particularly incomplete abortion,
than vacuum aspiration without curettage (Sekiguchi, Ikeda,
Okamura, & Nakai, 2015).

11. Indikator Medis Seluruh sisa hasil konsepsi keluar sehingga perdarahan berhenti.
Berikut adalah beberapa tanda bahwa seluruh isi rahim sudah keluar:
1. Busa berwarna merah atau merah jambu tanpa jaringan dalam
kanula
2. “Gritty sensation” saat kanula menyentuh dinding rahim
3. Terasa mulut rahim menjepit kanula
4. Pasien mengeluh rasa kram atau nyeri yang menandakan
rahim berkontraksi

12. Daftar Pustaka 1. World Health Organization. (2012). Safe abortion: Technical
and policy guidance for health systems (2nd ed.). Geneva:
World Health Organization Press.
2. FIGO. (2011). Consensus statement on uterine evacuation.
Retrieved from https://www.figo.org/news/new-down- load-
uterine-evacuation-figo-consensus-statement-0014150
3. Tuncalp, O., Gulmezoglu, A. M., & Souza, J. P. (2010).
Surgical procedures for evacuating incomplete miscarriage.
Cochrane Database of Systemtatic Reviews, 8(9).

Anda mungkin juga menyukai