Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

G3P2A0H2 GRAVIDA 15 MINGGU DENGAN ABORTUS IMMINENS

Pembimbing :

dr. Acholder TP Sirait, Sp.OG, M.Kes

Oleh :

MAIYUSVELA EKA CRISNA

61112081

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
RSUD EMBUNG FATIMAH BATAM
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dengan rahmat dan hidayahNya

sehingga kami telah dapat menyelesaikan tugas laporan kasus dengan judul G3P2A0H2

Gravida 15 Minggu dengan Abortus Imminens.

Tugas laporan kasus ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kepaniteraan

klinik di bagian Ilmu Kedokteran Kedokteran Obstetri dan Ginekologi RSUD Embung

Fatimah Batam, sebagai Dokter Muda yang sedang menjalankan kepaniteraan klinik,

penyusun melihat tugas laporan kasus ini sebagai pelatihan agar kelak menjadi dokter

umum yang selalu menambah ilmu pengetahuan di bidang Ilmu Kedokteran Obstetri dan

Ginekologi.

Selama penyusunan tugas laporan kasus ini, penyusun telah banyak mendapatkan

bantuan yang tidak sedikit dari beberapa pihak, sehingga dalam kesempatan ini kami

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Acholder TP Sirait,

Sp.OG, M.Kes sebagai dokter Pembimbing penyusunan tugas laporan kasus ini.

Penyusunan menyadari bahwa selama dalam penyusunan tugas laporan kasus ini jauh

dari sempurna dan banyak kekurangan dalam penyusunannya. Oleh karena itu penyusun

mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna kesempurnaan tugas

laporan kasus ini. Penyusun berharap tugas laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi

penyusun khususnya dan teman-teman semua di masa yang akan datang.

Batam, Juli 2017

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini, terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan, dan

yang paling sering terjadi adalah abortus. Abortus adalah keluarnya janin

sebelum mencapai viabilitas, dimana masa gestasi belum mencapai usia 22

minggu dan beratnya kurang dari 500gram. Terdapat beberapa macam abortus,

yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan abortus terapeutik. Abortus spontan

terjadi karena kualitas sel telur dan sel sperma yang kurang baik untuk

berkembang menjadi sebuah janin. Abortus buatan merupakan pengakhiran

kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu. Pengguguran

kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus terapeutik.

Angka kejadian abortus, terutama abortus spontan berkisar 10-15%.

Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% jika diperhitungkan banyaknya

wanita mengalami yang kehamilan dengan usia sangat dini, terlambatnya

menarche selama beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak mengetahui

kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun,

dengan demikian setiap tahun terdapat 500.000-750.000 janin yang mengalami

abortus spontan.

Abortus terjadi pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu, janin

dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara

mendalam. Pada kehamilan 814 minggu villi koriales menembus desidua


secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga banyak

perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah pecah janin

yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong dan

kemudian plasenta.

Menariknya pembahasan tentang abortus dikarenakan pemahaman di

kalangan masyarakat masih merupakan suatu tindakan yang masih dipandang

sebelah mata. Oleh karena itu, pandangan yang ada di dalam masyarakat tidak

boleh sama dengan pandangan yang dimiliki oleh tenaga kesehatan, dalam hal

ini adalah perawat setelah membaca pokok bahasan ini.

Peran perawat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya

abortus adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Asuhan

keperawatan yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk meminimalisir

terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi seiring dengan kejadian abortus.
BAB II

IDENTITAS PASIEN

1. IDENTITAS
IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. MA

Umur : 31 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Padang

Alamat : Perum Taman Teratai 3 Blok N No. 5, Sagulung

Tanggal masuk : 13 Juni 2017 jam 18.00 WIB

MR :17.88.50

IDENTITAS SUAMI

Nama : Tn. SL

Umur : 35 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pendidikan : S1

Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam

Alamat : Perum Taman Teratai 3 Blok N No. 5, Sagulung


2. ANAMNESIS

Keluhan Utama : Keluar darah dari vagina.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RSUD Embung Fatimah tanggal 13 Juni 2017

jam 17.55 WIB dengan G3P2A0H2 gravid 15-16 minggu mengeluh keluar

darah dari vagina seperti haid dan tidak disertai mules atau perut keram.

Keluhan keluar darah dari vagina dialami pasien sejak jam 17.30 WIB, darah

yang keluar tidak disertai dengan jaringan. Pasien mengatakan tidak ada

lendir, air-air (-), pusing (-), mual (-), muntah (-), BAK (+) normal, BAB (-)

sejak 1 hari yang lalu. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit apapun sejak

kehamilan pertama. Pasien melakukan pemeriksaan kehamilan teratur di

klinik. Pemeriksaan kehamilan sebanyak 2 kali selama masa kehamilan ini.

USG terakhir dilakukan pada tanggal 30 Mei 2017 di klinik dengan dr. Nina

Sp.OG, dikatakan perkembangan bayi baik.

Riwayat Menstruasi

Haid pertama kali umur : 12 tahun

Siklus haid : Teratur

Lamanya : 7 hari

Banyaknya : 3-4 kali ganti pembalut/ hari

Dismenorea : (-)
Pasien mengalami menstruasi teratur setiap bulan, 4 minggu sekali, durasi
selama 7 hari dengan perdarahan yang banyak dapat mengganti 3-4 kali
pembalut setiap harinya, tidak nyeri. HPHT : 15 Febuari 2017.

Riwayat Obstetri

1. Perempuan, PN, RS, BB 3300 gram, PB 48 cm, 6 tahun


2. Laki-laki, PN, Bidan, BB 3200 gram, PB 47 cm, 4 tahun
3. Kehamilan Sekarang

Riwayat ANC

Selama hamil, pemeriksaan kehamilan teratur di Klinik. Pemeriksaan


kehamilan dilakukan sebanyak 2 kali selama kehamilan ini. Pasien melakukan
USG terakhir pada tanggal 30 Mei 2017 di klinik dr. Nina, Sp.OG, dikatakan
perkembangan bayi baik.

Riwayat Menikah

Pasien menikah 1 kali, umur 26 tahun, pada tahun 2011.

Riwayat Penggunaan Kontrasepsi

Tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat hipertensi (-), diabetes mellitus (-), asthma (-), alergi obat dan
makanan (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat hipertensi (-), diabetes mellitus (-), asthma (-), alergi obat dan
makanan (-).

Riwayat Operasi

Tidak ada riwayat operasi sebelumnya.


Riwayat Kebiasaan

Merokok (-), minum alkohol (-).

3. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
HR : 80x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,50C
BB : 55 kg
TB : 150 cm
Status Gizi
BB : 55 kg
TB : 150 cm

BMI : 24,44 (normal)

Status Generalis

Kepala : Bentuk normochepal, simetris, deformitas (-)

Facial : Simetris, paresis (-), deformitas (-), pucat (-), chloasma

gravidarum (-)

Mata : Konjungtiva anemis (-), sclera icteric (-), edema palpebra (-),

mata merah (-). Pupil isokor, 3 mm, reflek cahaya (+)

Telinga : Deformitas (-), otorea (-), serumen minimal, ganguan

pendengaran (-), otalgia (-).

Hidung : Nafas cuping hidung (-), deformitas/deviasi septum (-), rhinore

(-), edema chonca (-)


Mulut : Bibir tidak sianosis ataupun kering, stomatitis (-), lidah tidak

kotor, karies dan plaque gigi (+), uvula dan tonsila tak

membesar atau hiperemis, faring tidak hiperemis.

Leher : Tak ada deviasi trachea

Thorax

Inspeksi : Simetris, bentuk normal, sikatrik (-), benjolan (-), mamae

simetris tidak membesar. Sifat pernafasan kombinasi (thorako

abdominal), irama frekuensi nafas normal. Ictus cordis tak

tampak

Palpasi : Fokal fremitus seimbang antara paru kanan dan kiri.

Pembesaran limfonodi axillaries (-). Nyeri tekan (-). Ictus cordis

dan massa pada thorax tak teraba

Perkusi : Seluruh lobus paru sonor, batas redup hepar antara SIC 5 dan 6

midclavicula. Batas redup jantung atas di SIC II parasternal kiri,

batas kanan di SIC IV parasternal kanan, batas kiri di SIC IV

midclavicula kiri.

Auskultasi : Suara dasar paru vesikuler, tak ada wheezing dan ronchi. Bunyi

jantung I dan II regular, frekuensi meningkat, tak ada bising

jantung

Ekstrimitas : Deformitas (-), Edema Ekstremitas (-)

Status Obstetri

a. Inspeksi : abdomen terlihat sedikit membesar


b. Palpasi : Nyeri tekan (+)

TFU : -

VT : 1 cm

Kaki Edema (-)

c. Auskultasi : DJJ : -

TBJ : -

d. Perkusi : thympani.

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hematologi
Hb 12,2 11-16,5 gr/dl
Lekosit 8200 3500-10000/ul
Hematokrit 36 35-50%
Eritrosit 3,9 3,8-5,8 juta/ul
Trombosit 244 150-500ribu/ul
MCV 93,6 80,0-97,0 fL
MCH 31,4 26,5-33,5 pg
MCHC 33,6 31,5 35,0 g/dl
Hitung Jenis Lekosit
Basofil 1 0-1 %
Eosinofil 2 0-4%
Netrofil segmen 75 46-73 %
Limfosit 7 17-48 %
Monosit 5 4-10 %
Gula Darah Sewaktu 100 < 200 mg/dl
PP Test / HCG test POSITIF Negatif
HBsAg (Kwalitatif) NEGATIF Negatif
Anti HIV (Kwalitatif) NON REAKTIF Non Reaktif

Urinalisa

Warna Kuning Kuning


Kejernihan Jernih Jernih
Berat jenis 1020 1003-1030
pH 7
Lekosit Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Protein +1 Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Urobilinogen +1 Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Eritrosit +4 Negatif
Sedimen
Lekosit 0-3 0-5/LPB
Eritrosit 30-50 0-2/LPB
Epitel 1-2 2-10/LPB
Bakteri Negatif Negatif
Kristal Negatif Negatif
Silinder Negatif 0-2/LPK
5. RESUME

Pasien datang ke IGD RSUD Embung Fatimah tanggal 13 Juni 2017


jam 17.55 dengan keluhan keluar darah dari vagina seperti haid tidak disertai
mules atau perut keram sejak jam 17.30 wib. Pasien mengatakan perut terasa
sakit atau mules sejak siang sekitar jam 12.00 wib. Pasien mengatakan tidak
ada lendir, air, pusing, mual, muntah, BAK (+) normal, BAB (-) sejak 1 hari
yang lalu. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit apapun sejak kehamilan
pertama. Pasien melakukan pemeriksaan kehamilan teratur di Klinik.
Pemeriksaan kehamilan sebanyak 2 kali selama masa kehamilan ini. USG
terakhir dilakukan pada tanggal 30 Mei 2017 di klinik dengan dr. Nina
Sp.OG, dikatakan perkembangan bayi baik. Pemeriksaan fisik didapatkan
KU: sakit sedang, compos mentis. TD : 110/70 mmHg, HR : 80x/menit, RR
: 20 x/menit, T : 36,50C, BB : 55 kg, TB : 150 cm. Semua pemeriksaan fisik
dalam batas normal, dilakukan pemeriksaan dalam : VT 1 cm. Pemeriksaan
laboratorium didapatkan HB : 12,2 gr/dl, hematokrit : 36 %, trombosit
244.000/ul, kultur darah (netrofil segment : 75 %, limfosit : 7 %), urine
(protein : +1, urobilinogen : +1, Eritrosit : +4, eritrosit : 30-50/LBP). Hasil
USG didapatkan : placenta letak bawah, TBJ : 168 gram, pendarahan
subkorionik.

6. DIAGNOSIS

G3P2A0H2 Gravida 15 minggu dengan abortus imminens

7. PENATALAKSANAAN

Rencana Terapi

Bed rest
IVFD RL 20 tpm
Nifedipine tab 10 mg / 8 jam
Uterogestan tab 100 mg / 12 jam
Observasi keadaan umum ibu dan janin

8. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
Ad sanasionam : dubia ad bonam

9. FOLLOW UP

Tanggal 14 Juni 2017


S Keluar darah dari vagina (+) pusing (+), mules (-), mual (-),

muntah (-), BAK (+), BAB (+)


O KU : Baik
Kesadaran : Compos mentis
TD : 110/60 mmHg,
HR : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,5oC
Mata
- Konjungtiva anemis (-/-)
- Sclera ikterik (-/-)
VT: tidak dilakukan
P/V: (+) tidak mengalir
A G3P2A0H2 gravida 15 minggu dengan abortus imminens
P Bed rest
IVFD RL 20 tpm
Nifedipine tab 10 mg / 8 jam
Uterogestan tab 100 mg / 12 jam
Tanggal 15 Juni 2017
S Tidak ada keluhan
O KU : Baik
Kesadaran : Compos mentis
TD : 110/60 mmHg,
HR : 78 x/menit
RR : 18 x/menit
T : 36,8oC
Mata
- Konjungtiva anemis (-/-)
- Sclera ikterik (-/-)
VT: tidak dilakukan
P/V: (-) tidak mengalir
A G3P2A0H2 gravida 15 minggu dengan abortus imminens
P Bed rest
IVFD RL 20 TPM
Nifedipine tab 10 mg / 8 jam
Uterogestan tab 100 mg / 12 jam

Tanggal 16 Juni 2017


S Tidak ada keluhan
O KU : Baik
Kesadaran : Compos mentis
TD : 100/60 mmHg,
HR : 76 x/menit
RR : 18 x/menit
T : 36,8oC
Mata
- Konjungtiva anemis (-/-)
- Sclera ikterik (-/-)
VT: tidak dilakukan
P/V: (-)
A G3P2A0H2 gravida 15 minggu dengan abortus imminens
P Bed rest
IVFD RL 20 TPM
Nifedipine tab 10 mg / 8 jam
Uterogestan tab 100 mg / 12 jam

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Abortus Imminens

1. Definisi
Abortus imminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari

uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan hasil konsepsi masih

dalam uterus dan viabel, dan serviks tertutup. 1,2

2. Penyebab3,4,5

a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, menyebabkan kematian janin

atau cacat, penyebabnya antara lain:

Kelainan kromosom, misalnya lain trisomi, poliploidi dan kelainan

kromosom seks.

Endometrium kurang sempurna, biasanya terjadi pada ibu hamil

saat usia tua, dimana kondisi abnormal uterus dan endokrin atau

sindroma ovarium polikistik.

Pengaruh eksternal, misalnya radiasi, virus, obat-obat, dan

sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun

lingkungan hidupnya dalam uterus, disebut teratogen.

b. Kelainan plasenta, misalnya endarteritis terjadi dalam vili koriales dan

menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu, sehingga mengganggu

pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini dapat terjadi sejak

kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.

c. Penyakit ibu, baik yang akut seperti pneumonia, tifus abdominalis,

pielonefritis, malaria, dan lain-lain, maupun kronik seperti, anemia


berat, keracunan, laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit menahun

seperti brusellosis, mononukleosis infeksiosa, toksoplasmosis.

d. Kelainan traktus geneitalis, misalnya retroversio uteri, mioma uteri,

atau kelinan bawaan uterus. Terutama retroversio uteri gravidi

inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan penting.

Sebab lain keguguran dalam trimester dua adalah serviks inkompeten

yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi

serviks berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan serviks yang luas

yang tidak dijahit.

4. Tanda dan Gejala 3,5

Adanya perdarahan pada awal kehamilan melalui ostium uteri

eksternum, disertai nyeri perut ringan atau tidak sama sekali. Adanya

gejala nyeri perut dan punggung belakang yang semakin hari bertambah

buruk dengan atau tanpa kelemahan dan uterus membesar sesuai usia

kehamilan.

5. Diagnosis 2,3,5

Tanda dan gejala abortus imminens


Pemeriksaan dalam: serviks tertutup, perdarahan dapat terlihat dari

ostium, tidak ada kelainan pada serviks, tidak terdapat nyeri goyang

serviks atau adneksa

Tes kehamilan positif, dan

Pemeriksaan USG tampak janin masih hidup.

6. Pemeriksaan penunjang 3,5

USG Transvaginal dan Observasi Denyut Jantung Janin

Pemeriksaan USG transvaginal penting untuk menentukan

apakah janin viabel atau non viabel dan membedakan antara

kehamilan intrauteri, ekstrauteri, mola, atau missed abortion. Jika

perdarahan berlanjut, ulangi pemeriksaan USG dalam tujuh hari

kemudian untuk mengetahui viabilitas janin. Jika hasil pemeriksaan

meragukan, pemeriksaan dapat diulang 1-2 minggu kemudian. USG

dapat digunakan untuk mengetahui prognosis.Pada umur kehamilan

tujuh minggu, fetal poledan aktifi tas jantung janin dapat terlihat.

Aktivitas jantung seharusnya tampak dengan USG saat panjang fetal

pole minimal lima milimeter. Bila kantong gestasi terlihat, keguguran

dapat terjadi pada 11,5% pasien. Kantong gestasi kosong dengan

diameter 15mm pada usia tujuh minggu dan 21mm pada usia gestasi

delapan minggu memiliki angka keguguran 90,8%.Apabila terdapat

yolk sac, angka keguguran 8,5%; dengan embrio 5mm, angka

keguguran adalah 7,2%; dengan embrio 6-10mm angka keguguran


3,2%; dan apabila embrio 10mm, angka keguguran hanya 0,5%.

Angka keguguran setelah kehamilan 14 minggu kurang lebih 2,0%.

Pemeriksaan ukuran kantong gestasi transvaginal berguna untuk

menentukan viabilitas kehamilan intrauteri. Diameter kantong rata-

rata lebih dari 13mm tanpa yolk sac atau diameter rata-rata lebih dari

17mm tanpa mudigah diprediksikan nonviabilitas pada semua kasus

dengan spesifi sitas dan nilai prediksi positif 100%.Adanya

hematoma subkorionik tidak berhubungan dengan prognosis buruk.

Bradikardia janin dan perbedaan antara usia kehamilan berdasarkan

HPHT dengan hasil pemeriksaan USG menunjukkan prognosis buruk.

Data prospektif menyebutkan, bahwa jika terdapat satu diantara tiga

faktor risiko (bradikardia janin, perbedaan antara kantung kehamilan

dengan panjang crown to rump, dan perbedaan antara usia kehamilan

berdasarkan HPHT dan pemeriksaan USG lebih dari satu minggu)

meningkatkan presentase kejadian keguguran dari 6% menjadi 84%.

Penelitian prospektif pada umumnya menunjukkan presentase

kejadian keguguran 3,4-5,5% jika perdarahan terjadi setelah jantung

janin mulai beraktivitas, dan identifi kasi aktivitas jantung janin

dengan USG di pelayanan kesehatan primer memberikan presentase

berlanjutnya kehamilan hingga lebih dari 20 minggu sebesar 97%.

Biokimia serum ibu

Kadar human chorionic gonadotropin (hCG) kuantitatif serial

Evaluasi harus mencakup pemeriksaan hCG serial kecuali pasien


mengalami kehamilan intauterin yang terdokumentasi dengan USG,

untuk mengeliminasi kemungkinan kehamil-an ektopik.Kadar hCG

kuantitatif serial diulang setelah 48 jam digunakan untuk

mendiagnosis kehamilan ektopik, mola, abortus imminens, dan

missed abortion.Kadar hCG serum wanita hamil yang mengalami

keguguran diawali dengan gejala abortus imminens pada trimester

pertama, lebih rendah dibandingkan wanita hamil dengan gejala

abortus imminens yang kehamilannya berlanjut atau dengan wanita

hamil tanpa gejala abortus imminens. Sebuah penelitian prospektif

menunjukkan bahwa nilai batas hCG bebas 20 ng/ml dapat

digunakan untuk membedakan antara normal (kontrol dan abortus

imminens namun kehamilan berlanjut) dan abnormal (abortus

imminens yang mengalami keguguran dan kehamilan tuba), dengan

sensitifi tas angka prediksi positif 88,3% dan 82,6%. Rasio bioaktif

serum imunoreaktif hCG, pada wanita yang mengalami abortus

imminens namun kehamilannya berlanjut, lebih tinggi dibandingkan

pada wanita yang akhirnya mengalami keguguran. Namun penelitian

hanya melibatkan 24 wanita dengan abortus imminens dan tidak

memberikan data tentang aktivitas jantung janin.

Pemeriksaan kadar progesteron

Kadar hormon progesteron relatif stabil pada trimester pertama,

sehingga pemeriksaan tunggal dapat digunakan untuk menentukan


apakah kehamilan viabel; kadar kurang dari 5 ng/mL menunjukkan

prognosis kegagalan kehamilan dengan sensitivitas 60%, sedangkan

nilai 20 ng/mL menunjukkan kehamilan yang viabel dengan

sensitivitas 100%.

7. Pencegahan 1,3

a. Vitamin, diduga mengonsumsi vitamin sebelum atau selama awal

kehamilan dapat mengurangi risiko keguguran, namun dari 28

percobaan yang dilakukan ternyata hal tersebut tidak terbukti.

b. Antenatal care(ANC), disebut juga prenatal care, merupakan

intervensi lengkap pada wanita hamil yang bertujuan untuk mencegah

atau mengidentifi kasi dan mengobati kondisi yang mengancam

kesehatan fetus/bayi baru lahir dan/atau ibu, dan membantu wanita

dalam menghadapi kehamilan dan kelahiran sebagai pengalaman yang

menyenangkan. Penelitian observasional menunjukkan bahwa ANC

mencegah masalah kesehatan pada ibu dan bayi.Pada suatu penelitian

menunjukkan, kurangnya kunjungan rutin ibu hamil dengan risiko

rendah tidak meningkatkan risiko komplikasi kehamilan namun hanya

menurunkan kepuasan pasien. Perdarahan pada kehamilan disebabkan

oleh banyak faktor yang dapat didentifi kasi dari riwayat kehamilan

terdahulu melalui konseling dan anamnesis. Pada penelitian Herbst,

dkk. (2003), ibu hamil yang tidak melakukan ANC memiliki risiko

dua kali lipat untuk mengalami risiko kelahiran prematur.


8. Penatalaksanaan Aktif 1,3,5

Efektivitas penatalaksanaan aktif masih dipertanyakan, karena

umumnya penyebab abortus imminens adalah kromosom abnormal pada

janin. Meskipun banyak penelitian menyatakan tidak ada terapi yang

efektif untuk abortus imminens, penatalaksanaan aktif pada umumnya

terdiri atas:

Tirah Baring

Tirah baring merupakan unsur penting dalam pengobatan

abortus imminens karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran

darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik. Pada suatu

penelitian, 1228 dari 1279 (96%) dokter umum meresepkan istirahat

pada perdarahan hebat yang terjadi pada awal kehamilan, meskipun

hanya delapan dari mereka yang merasa hal tersebut perlu, dan hanya

satu dari tiga orang yang yakin hal tersebut bekerja baik. Sebuah

penelitian randomised controlled trial (RCT ) tentang efek tirah baring

pada abortus imminens menyebutkan bahwa 61 wanita hamil yang

mengalami perdarahan pada usia kehamilan kurang dari delapan

minggu yang viabel, secara acak diberi perlakuan berbeda yaitu

injeksi hCG, plasebo atau tirah baring. Persentase terjadinya

keguguran dari ketiga perlakuan tersebut masing-masing 30%, 48%,

and 75%. Perbedaan signifikan tampak antara kelompok injeksi hCG

dan tirah baring namun perbedaan antara kelompok injeksi hCG dan
plasebo atau antara kelompok plasebo dan tirah baring tidak signifi

kan. Meskipun pada penelitian tersebut hCG menunjukkan hasil lebih

baik dibandingkan tirah baring, namun ada kemungkinan terjadi

sindrom hiperstimulasi ovarium, dan mengingat terjadinya abortus

imminens dipengaruhi banyak faktor, tidak relevan dengan fungsi

luteal, menjadikan hal tersebut sebagai pertimbangan untuk tidak

melanjutkan penelitian tentang penggunaan hCG. Dalam sebuah

penelitian retrospektif pada 226 wanita yang dirawat di RS dengan

keluhan akibat kehamilannya dan abortus imminens, 16% dari 146

wanita yang melakukan tirah baring mengalami keguguran,

dibandingkan dengan seperlima wanita yang tidak melakukan tirah

baring. Sebaliknya, sebuah studi kohort observasional terbaru dari 230

wanita dengan abortus imminens yang direkomendasikan tirah baring

menunjukkan bahwa 9,9% mengalami keguguran dan 23,3% baik-baik

saja (p=0,03). Lamanya perdarahan vagina, ukuran hematoma dan usia

kehamilan saat diagnosis tidak mempengaruhi tingkat terjadinya

keguguran. Meskipun tidak ada bukti pasti bahwa istirahat dapat

mempengaruhi jalannya kehamilan, membatasi aktivitas selama

beberapa hari dapat membantu wanita merasa lebih aman, sehingga

memberikan pengaruh emosional. Dosisnya 24-48 jam diikuti dengan

tidak melakukan aktivitas berat, namun tidak perlu membatasi aktivitas

ringan sehari-hari.

Abstinensia
Abstinensia sering kali dianjurkan dalam penanganan abortus

imminens, karena pada saat berhubungan seksual, oksitoksin disekresi

oleh puting atau akibat stimulasi klitoris, selain itu prostaglandin E

dalam semen dapat mempercepat pematangan serviks dan

meningkatkan kolonisasi mikroorganisme di vagina.

Progestogen

Progestogen merupakan substansi yang memiliki aktivitas

progestasional atau memiliki efek progesteron,diresepkan pada 13-

40% wanita dengan abortus imminens. Progesteron merupakan produk

utama korpus luteum dan berperan penting pada persiapan uterus

untuk implantasi, mempertahankan serta memelihara kehamilan.

Sekresi progesteron yang tidak adekuat pada awal kehamilan diduga

sebagai salah satu penyebab keguguran sehingga suplementasi

progesteron sebagai terapi abortus imminens diduga dapat mencegah

keguguran,karena fungsinya yang diharapkan dapat menyokong

defisiensi korpus luteum gravidarum dan membuat uterus relaksasi.

Sebagian besar ahli tidak setuju namun mereka yang setuju

menyatakan bahwa harus ditentukan dahulu adanya kekurangan

hormon progesteron. Berdasarkan pemikiran bahwa sebagian besar

keguguran didahului oleh kematian hasil konsepsi dan kematian ini

dapat disebabkan oleh banyak faktor, maka pemberian hormon

progesteron memang tidak banyak manfaatnya.


Meskipun bukti terbatas percobaan pada 421 wanita abortus

imminens menunjukkan bahwa progestogen efektif diberikan pada

penatalaksanaan abortus imminens sebagai upaya mempertahankan

kehamilan. Salah satu preparat progestogen adalah dydrogesterone,

Penelitian dilakukan pada 154wanita yang mengalami perdarahan

vaginal saat usia kehamilan kurang dari 13 minggu. Persentase

keberhasilan mempertahankan kehamilan lebih tinggi (95,9%) pada

kelompok yang mendapatkan dosis awal dydrogesterone 40 mg

dilanjutkan 10 mg dua kali sehari selama satu minggu dibandingkan

kelompok yang mendapatkan terapi konservatif 86,3%.Meskipun tidak

ada bukti kuat tentang manfaatnya namun progestogen disebutkan

dapat menurunkan kontraksi uterus lebih cepat daripada tirah

baring,terlepas dari kemungkinan bahwa pemakaiannya pada abortus

imminens mungkin dapat menyebabkan missed abortion, progestogen

pada penatalaksanaan abortus imminens tidak terbukti memicu

timbulnya hipertensi kehamilan atau perdarahan antepartum yang

merupakan efek berbahaya bagi ibu. Selain itu, penggunaan

progestogen juga tidak terbukti menimbulkan kelainan kongenital.

Sebaiknya dilakukan penelitian dengan jumlah lebih besar untuk

memperkuat kesimpulan.

hCG (human chorionic gonadotropin)


hCG diproduksi plasenta dan diketahui bermanfaat dalam

mempertahankan ke-hamilan. Karena itu, hCG digunakan pada abortus

imminens untuk mempertahankan kehamilan. Namun, hasil tiga

penelitian yang melibatkan 312 partisipan menyatakan tidak ada

cukup bukti tentang efektivitas penggunaan hCG pada abortus

imminens untuk mempertahankan kehamilan. Meski-pun tidak

terdapat laporan efek samping penggunaan hCG pada ibu dan bayi,

diperlukan penelitian lanjutan yang lebih berkualitas tentang

pengaruh hCG pada keguguran.

Antibiotik hanya jika ada tanda infeksi

Penelitian retrospektif pada 23 wanita dengan abortus imminens

pada usia awal trimester kehamilan, mendapatkan 15 orang (65%)

memiliki flora abnormal vagina. Tujuh dari 16 orang mendapatkan

amoksisilin ditambah klindamisin dan tiga dari tujuh wanita tersebut

mengalami perbaikan, tidak mengalami nyeri abdomen dan

perdarahan aginal tanpa kambuh. Disimpulkan bahwa antibiotik dapat

digunakan sebagai terapi dan tidak manimbulkan anomali bayi.

Relaksan otot uterus

Buphenine hydrochloride merupakan vasodilator yang juga

digunakan sebagai relaksan otot uterus, pada penelitian RCT

menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan penggunaan plasebo,

namun metode penelitian ini tidak jelas, dan tidak ada penelitian lain

yang mendukung pemberian tokolisis pada awal terjadinya abortus


imminens. Cochrane Library menyebutkan tidak ada cukup bukti yang

menunjukkan efektivitas penggunaan relaksan otot uterus dalam

mencegah abortus imminens.

Profilaksis Rh (rhesus)

Konsensus menyarankan pemberian imunoglobulin anti-D pada

kasus perdarahan setelah 12 minggu kehamilan atau kasus dengan

perdarahan gejala berat mendekati 12 minggu.

9. Prognosis 3

Abortus imminens merupakan salah satu faktor risiko keguguran,

kelahiran prematur, BBLR, perdarahan antepartum, KPD dan kematian

perinatal. Namun, tidak ditemukan kenaikan risiko bayi lahir cacat.

Macam dan lamanya perdarahan menentukan prognosis kehamilan.

Prognosis menjadi kurang baik bila perdarahan berlangsung lama, nyeri

perut yang disertai pendataran serta pembukaan serviks.

Gambar 1. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Abortus Imminens3


BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus ini pasien wanita hamil usia 31 tahun dengan G3P2A0H2

dengan keluhan keluar darah dari vagina seperti haid dan tidak disertai mules atau

perut keram. Dari hasil anamnesis di dapatkan keluhan keluar darah dari vagina

dialami pasien sejak jam 17.30 WIB, darah yang keluar tidak disertai dengan

jaringan. Diagnosis abortus imminens.

KASUS TEORI

Keluar flek-flek darah di vagina Berdasarkan gejala dan tanda


dengan kehamilan 15 minggu abortus iminens adanya
perdarahan pada awal kehamilan
melalui ostium uteri eksternum,
disertai nyeri perut ringan atau
tidak sama sekali. Adanya gejala
nyeri perut dan punggung
belakang yang semakin hari
bertambah buruk dengan atau
tanpa kelemahan dan uterus
membesar sesuai usia kehamilan.
Pada pemeriksaan status Untuk mendiagnosa abortus

obsterti : imminens harus dilakukan

Vagina Toucher tidak pemeriksaan dalam, untuk menilai

dilakukan serviks apakah tertutup,

perdarahan dapat terlihat dari

ostium, tidak ada kelainan pada

serviks, tidak terdapat nyeri


goyang serviks atau adneksa.

Jika ostium terbuka maka

diagnosis berubah menjadi Abortus

insipiens.
Terapi di berikan :
Tirah baring merupakan unsur
Tirah baring
penting dalam pengobatan abortus
imminens karena cara ini
menyebabkan bertambahnya aliran
darah ke uterus dan berkurangnya
rangsang mekanik.

Di berikan infus RL untuk


Infus RL memenuhi kebutuhan energi basal
pasien agar pasokan cairan
terpenuhi untuk ibu dan janin.

Di berikan untuk memperkuat


Uterogestan 2 x 100mg
janin yang ada pada rahim ibu
agar mencegah terjadinya
keguguran pada janin.

Diberikan untuk mencegah atau


Nifedipine 3 x 10 mg
menghentikan kontraksi uterus.
Tokolitik calcium antagonis yang
bekerja menghambat masuknya
calcium ke dalam membran sel,
mencegah lepasnya calcium dari
retikulum sarkoplasma dan
mengurangi efek enzim calcium
intrasel terhadap interaksi aktin-
miosin. Hasil dari mekanisme ini
adalah relaksasi otot polos termasuk
miometrium, serta vasodilatasi yang
potensial.

BAB V
KESIMPULAN
Abortus imminens sering terjadi dan merupakan beban emosional yang

serius, meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, bayi dengan berat

badan lahir rendah, kematian perinatal, perdarahan antepartum, dan ketuban

pecah dini, namun tidak ditemukan kenaikan risiko bayi lahir cacat. Pemeriksaan

USG transvaginal penting dilakukan untuk meningkatkan ketepatan diagnosis

dan penatalaksanaan, menentukan apakah janin viabel atau non viabel, kehamilan

intrauteri, ekstrauteri, mola, atau missed abortionserta menggambarkan prognosis

ibu hamil yang mengalami gejala abortus imminens. Gambaran aktivitas jantung

janin umumnya dikaitkan dengan 85-97% tingkat keberhasilan kehamilan,

sedangkan kantung kehamilan besar yang kosong atau perbedaan antara

perhitungan HPHT dan USG lebih dari seminggu menunjukkan prognosis buruk,

semakin tua usia ibu pada saat hamil dan tingginya riwayat keguguran

sebelumnya memperburuk prognosis. Pemeriksaan kadar serum -hCG,

progesteron, namun tes ini mungkin tidak berguna dalam penanganan primer.

Belum ada cukup bukti yang menjelaskan tentang upaya pencegahan abortus

imminens baik melalui pemberian asupan vitamin dan ANC rutin.

Hasil tinjauan penatalaksanaan abortus imminens antara lain:

1. Tirah baring. Hampir 96% dokter umum meresepkan, meskipun tidak

ada bukti pasti tentang efektivitasnya, namun membantu wanita merasa lebih

aman, sehingga memberikan pengaruh emosional.

2. Abstinensia, diduga koitus dapat menstimulasi sekresi oksitoksin dan

dapat mempercepat pematangan serviks oleh prostaglandin E dalam semen dan

meningkatkan kolonisasi mikroorganisme di vagina.


3. Meskipun tidak ada bukti manfaat yang kuat, progestogen disebutkan

dapat menurunkan kontraksi uterus lebih cepat daripada tirah baring, selain itu

penggunaannya tidak memicu timbulnya hipertensi kehamilan atau perdarahan

antepartum yang merupakan efek yang dapat membahayakan ibu. Selain itu,

penggunaan progestogen dan hCG tidak menimbulkan kelainan kongenital.

4. Antibiotik diberikan hanya jika ada tanda-tanda infeksi.

5. Relaksan otot uterus - tidak ada cukup bukti efektivitas dan keamanan

penggunaannya.

6. Profi laksis Rh - konsensus menyarankan pemberian imunoglobulin

anti-D pada kasus-kasus dengan perdarahan setelah 12 minggu kehamilan atau

kasus dengan perdarahan gejala berat mendekati 12 minggu.

DAFTAR PUSTAKA

1. Winkjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo. hal 305-306


2. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 2006. Standar Pelayanan

Medik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta . hal 23-25


3. Sucipto, N. 2013. Abortus Imminens: Upaya Pencegahan, Pemeriksaan, dan

Penatalaksanaan. CDK-206/ vol. 40 no. 7, hal 492-496


4. Williams obstetrics. In: Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC,

Rouse DJ, Spong CY, editors. 24rd ed. Ohio: McGraw-Hill; 2014.

hal 350-355
5. William Manual of Pregnancy Complications. Kenneth J. Leveno, MD,

editor. 23 rd ed. McGraw-Hill; 2013. hal 2-3

Anda mungkin juga menyukai