Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PATOFISIOLOGI DALAM KEBIDANAN


“ OROS HIPOFISIS PITUITARY DAN OVARIUM ”

Dosen Pengampu :
Ida Prijatni, S.Pd., M. Kes.

Kelompok 3 :
1. Ananda Amalia S (P17312215104)
2. Virgi Ayu Rinjani (P17312215109)
3. Reni Nur'Aini (P17312215120)
4. Dinda Dian Meidita (P17312215113)
5. Etta Bina Irawati (P17312215115)
6. Ilmah Fakhriza (P17312215122)
7. Latiefatus Salaamah (P17312215127)
8. Nia Indah Sari (P17312215129)
9. Ni Kadek Ayu R. D. S. P (P17312215134)
10. Putri Wulandari (P17312215135)
11. Nurmalia (P17312215141)
12. Siti Amalia (P17312215147)
13. Dwija Sistha A. P (P17312215151)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
2021
1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem reproduksi wanita dikendalikan dan dipengaruhi oleh hormone-
hormon gonadotropin dan steroid, dari poros hormonal hipotalamus, pituitary, dan
ovarium. Hipotalamus dan hipofisis berperan penting dalam perkembangan gonad
dan fungsi reproduksi. Fisiologi poros hipotalamus-pituitari kini sebagian besar
telah diketahui. Susunan ini saling mempengaruhi dengan melibatkan sambungan-
sambungan saraf dan pembuluh darah antara hipotalamus dan pituitary.
Pemotongan sambungan itu akan menghentikan sekresi sebagian besar hormone
pituitary. Dengan demikian fungsi hipofisis sangat bergantung kepada
pengendalian hipotalamus, tetapi pada pihak lain fungsi poros hipotalamus –
pituitary dipengaruhi oleh banyak masukan local dan jauh termasuk umpan balik
negative dan positif dari kelenjar-kelenjar sasaran.
Poros hipotalamus, hipofisis, dan ovarium (HPO) adalah suatu sistem
kompleks yang saling berhubungan. Fungsi Poros HPO termasuk dalam
perkembangan karakteristik seks primer dan sekunder, mengontrol oogenesis dan
proses reproduksi. Sistem reproduksi wanita dipengaruhi oleh pulsasi GnRH yang
berlokasi di hipotalamus sebagai sumber dari Poros HPO tersebut. Hipotalamus
mensekresikan decapeptide GnRH yang menstimulasi gonadotropin di pituitary
anterior untuk memproduksi FSH dan LH. Kedua hormon tersebut merupakan
hormon glikoprotein sehingga yang dapat memicu respon hormon dari alat
reproduksi wanita yaitu ovarium yang menyebabkan perubahan morfologi dan
mengaktifkan sekresi dari hormon steroid (estrogen dan progesteron). Kontrol dan
komunikasi antara hipotalus, pituitary dan ovarium sangat penting untuk proses
fisiologi dari siklus dan fungsi reproduksi.
Berdasarkan hal tersebut penulis membuat makalah yang berjudul Poros H-
P-O pada reproduksi wanita yang bertujuan untuk memberikan pemahaman,
mengenai interaksi masing-masing bagian Hipotalamus - Pituitary – Ovarium.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan Poros H-P-O?
2. Bagaimana fungsional dari Poros H-P-O?
1.1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami apa itu Poros H-P-O
2. Untuk memahami fungsional dari Poros H-P-O

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Defenisi Poros HPO


HPO merupakan singkatan dari hipotalamus pituitary dan ovarium. Berikut
penjabaran masing-masing organ:
1. Hipotalamus
Hipotalamus merupakan suatu region kecil di otak dan beratnya hanya
sekitar 10 gram. Letaknya di dasar otak, tepat di atas dan posterior kiasma
optikum dan berdampingan dengan bagian anterior dari ventrikel ketiga. Di
hipotalamus terdapat dua pusat utama, yaitu pusat tonik dan pusat siklik.
Pusat tonik terletak di bagian bawah hipotalamus, terutama di nucleus
arkuatus dan nucleus ventromedialis. Pusat tonik bertanggung jawab untuk
pengeluaran hormone GnRH selama fase folikuler dan fase luteal. Pusat siklik
yang berada di bagian pra optic dan suprakiasma mengatur irama dan
kekuatan impuls GnRH selama ovulasi.
GnRH merupakan suatu dekapeptika yang dihasilkan di perikaryon
neuron-neuron hipotalamus tersalut dalam granula sekretorik, terutama di
regio nukleus arkuatus. Kegiatan sekresi dan ekskresi GnRH diatur oleh
penghantar saraf khusunya dopamine, noradrenalin dan adrenalin. Melalui
perubahan elektrik membrane potensial dari sel-sel saraf yang mengandung
GnRH. Noradrenalin adalah penghantar saraf yang paling berperan dalam
pengeluaran GnRH, karena zat ini merangsang neuron GnRH di pusat tonik
dan siklik. Dopamin, serotonin, dan melatonin menghambat pengeluaran
GnRH. Pengantar saraf ini berasal dari sejumlah besar tautan (sinaps) sel-sel
saraf. Melalui tautan ini, neuron-neuron GnRH mengadakan kontak dengan
bagian-bagian lain dari otak.
Sekresi GnRH berlangsung secara berdenyut (pulsatil) dari ujung-
ujung akson di eminensia mediana ke dalam sirkulasi portal. Amplitudo dan
frekuensi denyutan di atur oleh katekolamin dan neuropeptide, yang
sebaliknya dimodulasikan oleh estrogen (diperkirakan melalui pembentukan
estrogen-katekol) dan progesterone.
Pengukuran pulsa LH digunakan sebagai indikasi sekresi pulsatile
GnRH (waktu paruh FSH yang lama menghalangi penggunaannya untuk
tujuan ini) .48 Karakteristik pulsa LH (GnRH) selama siklus menstruasi
adalah sebagai berikut. :
LH Pulse Mean Amplitude:
Early follicular phase 6.5 IU/L.
Midfollicular phase 5.0 IU/L.
Late follicular phase 7.2 IU/L.
Early luteal phase 15.0 IU/L.
Midluteal phase 12.2 IU/L.
Late luteal phase 8.0 IU/L.
LH Pulse Mean Frequency:
Early follicular phase 90 minutes.
Late follicular phase 60-70 minutes.
Early luteal phase 100 minutes.
Late luteal phase 200 minutes
TRH (Tirotropin Releasing Hormone) merupakan suatu tripeptida
yang dihasilkan di hipotalamus serta dibagian-bagian lain, dan disekresikan ke
dalam pembuluh-pembuluh portal. Hormone tersebut bekerja pada sel-sel
hipofisis anterior untuk merangsang produksi baik hormone perangsang tiroid
(TSH) maupun prolaktin. Hal ini menjelaskan tentang kadar prolactin yang
meningkat pada penderita hipotiroidisme primer karena meningkatnya sekresi
TRH.
Corticotropin-releasing hormone (CRH) adalah 41 peptida asam
amino dan itu juga mengaktifkan sistem saraf simpatik. CRH merangsang
produksi dan pelepasan ACTH, dan endorphine oleh hipofisis anterior, kerja
ini diperkuat oleh vasopressin serta menekan sekresi gonadotropin. Badan-
badan sel dari neuron-neuron CRH terletak di inti paraventrikuler. CRH juga
menghambat sekresi GnRH. Peningkatan kadar kortisol pada siang hari
ditemukan pada wanita dengan amenorea hipotalamik dan kemungkinan besar
diakibatkan oleh produksi CRH yang meningkat berlebihan.
Produksi GH (Growth Hormone) secara tonis ditekan oleh
somatostatin, pelepasan episodiknya dirangsang oleh GHRH. Somatostatin
dan GHRH dihasilkan di nucleus arkuatus dan juga dibagian-bagian ujung
lain. Sekresi berlebihan hormone pertumbuhan oleh adenomahipofisis akan
menimbulkan akromegali. Pemberian somatostatin terbukti efektif pada
pengobatan akromegali.
Badan-badan sel neuron yang mengeluarkan dopamine ke dalam darah
portal terletak di nuklues arkuatus. Dopamin dianggap sebagai factor
penghambat prolactin yang secara tonis menekan pelepasan prolactin dan LH.
2. Pituitari
Hipofisis berdiameter sekitar 1 cm, beratnya sekitar 500mg. kelenjar
ini terletak di fossahipofisis (Sella tursica) tulang sfenoid, dan dihubungkan
dengan hipotalamus oleh tangkai hipofisis. Neurohipofisis (hipofisis
posterior) dan adenohipofisis (hipofisis anterior) secara embriologis dibentuk
dari jaringan yang berbeda. Neurohipofisis merupakan perluasan hipotalamus,
sementara adenohipofisis dibentuk dari epitelium faringeal yang bermigrasi
untuk bergabung dengan neurohipofisis. Macam-macam hormon dalam
pituitari:
a) Hipofisis Posterior
Hormon Neuro Hipofisis yaitu oksitosin dan vasopressin.
Oksitosin dan vasopressin disekresikan lebih langsung kedalam sirkulasi
portal, ketimbang sirkulasi perifer. Sejumlah kecil juga dilepaskan
kedalam sirkulasi portal. Dalam persalinan oksitosin merangsang
myometrium, dan juga menghasilkan pengeluaran air susu, dengan
menimbulkan kontraksi sel-sel mioepitel di payudara sebagai respon
terhadap penghisapan puting, berkat reflek neuro genik yang dihantarkan
ke hipotalamus melalui medula spinalis. Fungsi utama vasopresin
(hormone antideuretik) adalah mengendalikan osmolalitas dan volume
plasma dengan kerjanya sebagai suatu hormone antideuretik.
Osmoreseptor di hipotalamus anterior mendeteksi dan memungkinkan
dibentuknya respon terhadap osmolalitas plasma yang berubah.
Vasopresin juga merupakan sesuatu vasokonstriktor yang kuat dan
membantu memelihara tekanan darah selama perdarahan. Selain itu
hormone ini bekerja sinergistis dengan CRH dalam merangsang pelepasan
ACTH oleh hipofisis anterior. Oksitosin dan vasopresin juga ditemukan
dalam konsentrasi tinggi didalam ovarium dan testis, tempat kedua
hormone ini memiliki fungsi parakrin.
b) Adenohiposis (hipofisis anterior)
Aktivitas adenohipofisis dikendalikan oleh zat-zat yang
dilepaskan dari hipotalamus ke dalam sirkulasi portal, yang membentuk
pasok darah utama bagi hipofisis anterior. Sejauh ii telah dikenal lima
hormone peptide hipotalamus, yang mempengaruhi fungsi hipofisis
anterior yaitu LHRH, TRH, CRH, somatostati, dan GNRH. Dari tempat
sintesisnya di hipotalamus LHRH akan dikeluarkan ke dalam pembuluh
system kapiler dibawah pengaruh berbagai penghantar saraf. Pembuluh
system kapiler tersebut menghubungkan langsung bagian basal
hipotalamus (eminensiana mediana) dengan hipofis anterior. Melalui jalur
ini hormone pelepas akan mencapai sel-sel yang menghasilkan
gonadotropin, dan kemudian melalui lintasan terpendek hormone ini
merangsang sintesis maupun sekresi LH dan FSH. Menurut susunannya
terdapat 3 kelompok hormon hipofisis anterior, yaitu: LH, FSH, TSH
(Glikoprotein); Prolaktin dan Hormon Pertumbahan; ACTH, endorphin
dan β-MSH.
3. Ovarium
Dalam endokrinologi reproduksi wanita, ovarium memiliki fungsi utama, yaitu:
a) Fungsi Generatif : sebagai sumber ovum selama masa reproduksi. Di
ovarium terjadi pertumbuhan folikel primer, folikel de graff, ovulasi dan
pembentukan corpus luteum.
b) Fungsi Vegetatif: sebagai tempat pembentukan dan pengeluaran hormon
steroid (estrogen, progesteron, dan androgen).
Macam-macam hormon di ovarium, sebagai berikut:
a) Estrogen
Estrogen adalah hormone steroid dengan 10 atom C dan
dibentuk terutama dari 17-ketosteroid androstendion. Estrogen
alamiah yang terpenting adalah estradiol (E2), estron (E1), dan
estriol (E3), perbandingan fungsi biologis dari ketiga hormone
tersebut E2: E1: E3 = 10: 5: 1. Selain di ovarium, estrogen juga
disintesis di adrenal, plasenta, testis, jaringan lemak, dan susunan
saraf pusat. Pada organ sasaran seperti uterus, vagina, serviks,
payudara, hipofisis dan hipotalamus, estrogen di ikat oleh reseptor
yang terdapat didalam sitoplasma dan diangkut ke inti sel.
b) Progesteron
Progesteron adalah steroid dengan 21 atom C dan terutama
dibentuk di dalam folikel dan plasenta, selain itu dapat berasal dari
metabolism pregnandiol dan disebut sebagai
progesterone residu serta dibentuk pula di dalam adrenal.
Progesteron tidak hanya merupakan suatu hormone dasar, melainkan
juga sebagai hasil antara pada organ-organ yang membentuk steroid.
Penghancuran progesterone terjadi setelah pengubahan menjadi
pregnandiol sebagai glukoronida atau sulfat. Selama proses folikuler
kadar progesterone plasma sekitar 1 mg/ml sedangkan pada fase
luteal 10-20 mg/ml. Progesteron mempersiapkan tubuh untuk
menerima kehamilan sehingga merupakan syarat mutlak untuk
konsepsi dan implantasi. Semua khasiat progesterone terjadi karena
ada pengaruh estradiol sebelumnya, karena estradiol mensintesis
reseptor untuk progesterone.

2.2. Interaksi Poros HPO


Aliran retrograde menyebabkan hormon hipofisis dapat disampaikan
langsung ke hipotalamus sehingga menghasilkan peluang umpan balik hipofisis
pada hipotalamus. Sel-sel ini memiliki karakteristik neuron dan sel kelenjar
endokrin. Sel tersebut merespons sinyal di aliran darah, juga neurotransmiter di
dalam otak dalam proses yang dikenal sebagai neurosecretion. Neurosecretion,
neurohormon atau neurotransmiter disintesis pada ribosom di sitoplasma neuron,
disatukan dalam aparatus Golgi, dan kemudian diangkut dengan aliran aksonal
aktif ke terminal neuron untuk sekresi ke dalam pembuluh darah atau di sinaps.
Kontrol siklus reproduksi bergantung pada pelepasan GnRH yang
konstan. Hipotalamus memiliki sel saraf peptidergik yang mengeluarkan hormon
pelepas dan penghambat. Fungsi ini, pada gilirannya, bergantung pada keterkaitan
kompleks dan terkoordinasi antara hormon pelepas ini, neurohormon lain,
gonadotropin hipofisis, dan steroid gonad. Keterkaitan antara zat ini diatur oleh
efek umpan balik, baik stimulasi positif maupun penghambatan negatif.
Lingkaran umpan balik yang panjang mengacu pada efek umpan balik dari
tingkat
sirkulasi hormon kelenjar target, dan ini terjadi baik pada hipotalamus dan
hipofisis. Umpan balik pendek menunjukkan umpan balik negatif dari hormon
hipofisis pada sekresi mereka sendiri, mungkin melalui efek penghambatan
melepaskan hormon di hipotalamus. Umpan balik ekstra pendek mengacu pada
penghambatan oleh hormon pelepas pada sintesisnya sendiri. Sinyal ini serta
sinyal dari pusat yang lebih tinggi pada sistem saraf pusat dapat memodifikasi
sekresi GnRH melalui serangkaian neurotransmiter, terutama dopamin,
norepinephrine, dan endorphin tetapi juga serotonin dan melatonin.
Gambar 2.1 HPO axis (Speroff Leon and marca A Fritz, 2011)

Proses menstruasi diatur oleh sistem endokrin dan perubahan hormonal


yang terjadi melalui mekanisme timbal balik antara hipotalamus, pituitari,
ovarium dan endometrium yang dikenal Hipothalamus, pituitary, Ovarium Axis

(HPO). Hipotalamus menghasilkan suatu hormon dekapeptida, yaitu


gonadotropin releasing hormone (GnRH). Terdapat tiga jenis GnRH pada
manusia, yaitu GnRH I, GnRH II, GnRH III. Selanjutnya, GnRH akan mengirim
sinyal ke hipofisis anterior untuk mensintesis hormon follicle stimulating
hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) (Nani, 2018).
FSH dan LH yang disintesis oleh hipofisis anterior akan memengaruhi
ovarium. FSH adalah sebuah glikoprotein dimer yang terdiri atas dua subunit,
yaitu subunit α dan β. FSH yang disintesis oleh hipofisis anterior berfungsi untuk
menstimulasi folikel yang berada di dalam ovarium sehingga akan ada satu folikel
dominan yang siap untuk ovulasi.
FSH menginduksi pertumbuhan sel granulosa dan mengaktivasi enzim
aromatase yang berfungsi mengubah androgen menjadi estrogen sehingga sel
granulosa akan menghasilkan estrogen lebih banyak. Akibat kadar estrogen yang
dihasilkan oleh sel granulosa folikel, terjadi penebalan endometrium karena
proliferasi sel stroma dan epitel endometrium. Kemudian terjadi penurunan kadar
FSH karena produksi estrogen yang tinggi dan inhibin B yang dihasilkan oleh sel
granulosa.
Kadar estradiol folikel dominan yang tinggi mengakibatkan feedback
positif ke hipofisis anterior sehingga terjadi lonjakan LH (LH surge)
mengakibatkan ovulasi ovum dari ovarium. Setelah ovum dikeluarkan dari
folikel, sel granulosa, dan teka interna yang tersisa menjadi sel lutein yang disebut
korpus luteum. Sel granulosa yang berada di korpus lutein menghasilkan hormon
progesteron dan estrogen.
Progesteron yang dihasilkan korpus luteum mengakibatkan pembuluh
darah berkelok-kelok, sitoplasma sel stroma bertambah banyak, simpanan lipid
dan glikogen sangat meningkat dalam sel stroma, serta suplai darah ke
endometrium meningkat sebanding dengan pembuluh darah yang semakin
berkelok-kelok. Perubahan endometrium tersebut dimaksudkan untuk
menghasilkan endometrium sekretorik yang mengandung suplai nutrisi pada saat terjadi
implantasi ovum yang telah dibuahi.
Pada 12 hari pasca ovulasi, apabila tidak terjadi pembuahan ovum oleh
sperma, korpus luteum berubah menjadi korpus albikans dan terjadi penurunan
sekresi progesteron dan estrogen. Penurunan estrogen dan progesterone (terutama
progesteron) mengakibatkan involusi endometrium sehingga pembuluh darah
yang berkelok-kelok mengalami vasospastik.
Vasospasme, penurunan nutrisi ke endometrium dan hilangnya
rangsangan hormonal menyebabkan endometrium mengalami nekrosis. Lapisan
nekrotik pada stratum fungsional endometrium mengalami deskuamasi. Masa
jaringan nekrotik yang berdeskuamasi dan darah yang berada dalam kavum uterus
ditambah dengan kontraksi dari prostaglandin mengakibatkan pengeluaran isi
kavum uterus melalui vagina yang disebut menstruasi.

Gambar 2.2 Fisiologi Menstruasi (Lippincott, William, dan Wilkuns, 2009)


Terjadinya menstruasi disebabkan adanya mekanisme timbal balik
antara hipotalamus, pituitary, ovarium, dan endometrium. GnRH yang dihasilkan
oleh hipotalamus akan menstimulasi sekresi LH dan FSH pada kelenjar pituitary
anterior. Pada ovarium akan terjadi siklus bulanan ovarium, yaitu fase folikuler,
lutel dan ovulasi yang melibatkan perubahan kadar hormon progesteron dan
estrogen. Sementara itu, pada endometrium terjadi siklus bulanan endometrium,
yaitu fase proliferatif, fase sekretori, dan fase menstrual.
BAB III
PENUTUP
.1 Kesimpulan
Proses menstruasi diatur oleh sistem endokrin dan perubahan hormonal
yang terjadi melalui mekanisme timbal balik antara hipotalamus, pituitari,
ovarium dan endometrium yang dikenal Hipothalamus, pituitary, Ovarium Axis
(HPO). Kontrol siklus reproduksi bergantung pada pelepasan GnRH yang
konstan.
Hipotalamus memiliki sel saraf peptidergik yang mengeluarkan hormon
pelepas dan penghambat. Fungsi ini, pada gilirannya, bergantung pada keterkaitan
kompleks dan terkoordinasi antara hormon pelepas ini, neurohormon lain,
gonadotropin hipofisis, dan steroid gonad. Keterkaitan antara zat ini diatur oleh
efek umpan balik, baik stimulasi positif maupun penghambatan negatif.
Lingkaran umpan balik yang panjang mengacu pada efek umpan balik dari tingkat
sirkulasi hormon kelenjar target, dan ini terjadi baik pada hipotalamus dan
hipofisis. Umpan balik pendek menunjukkan umpan balik negatif dari hormon
hipofisis pada sekresi mereka sendiri, mungkin melalui efek penghambatan
melepaskan hormon di hipotalamus. Umpan balik ekstra pendek mengacu pada
penghambatan oleh hormon pelepas pada sintesisnya sendiri.
Terjadinya menstruasi disebabkan adanya mekanisme timbal balik antara
hipotalamus, pituitary, ovarium, dan endometrium. GnRH yang dihasilkan oleh
hipotalamus akan menstimulasi sekresi LH dan FSH pada kelenjar pituitary
anterior. Pada ovarium akan terjadi siklus bulanan ovarium, yaitu fase folikuler,
lutel dan ovulasi yang melibatkan perubahan kadar hormon progesteron dan
estrogen. Sementara itu, pada endometrium terjadi siklus bulanan endometrium,
yaitu fase proliferatif, fase sekretori, dan fase menstrual

3.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan diatas maka saran yang dapat dituliskan
1. Bagi tenaga kesehatan
Bagi tenaga kesehatan perlunya lebih banyak memberikan
informasi tentang kesehatan reproduksi khususnya pada wanita tentang
Oros Hipofisis Pituitary Dan Ovarium.
2. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat khususnya wanita diharapkan lebih aktif mencari
informasi tentang Oros Hipofisis Pituitary Dan Ovarium.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai tambahan referensi
khususnya dalam bidang kesehatan reproduksi wanita Khususnya Oros Hipofisis
Pituitary Dan Ovarium.
4. Bagi penelitian selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggambarkan lebih
jauh lagi tentang Oros Hipofisis Pituitary Dan Ovarium.
DAFTAR PUSTAKA

Speroff Leon and marca A Fritz. (2011). Clinical Gynecologic Endocrinology and
Infertility. Philadelphia, PA 19103 USA.
Nani, Desiyani. 2018. Fisiologi Manusia. Jakarta: Penebar Swadaya Grup.

Anda mungkin juga menyukai