Anda di halaman 1dari 13

REFERAT

EPISIOTOMI

Oleh:

Made Savitra Kusumadewi 1902611145


Ni Wayan Sintyabudi Kumalapatni 1902611150

Pembimbing
dr. Evert S Pangkahila, Sp.OG (K)

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


DEPARTEMEN/KSM OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
RSUP SANGLAH DENPASAR
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat-Nya maka laporan dengan topik “Episiotomi” ini dapat selesai
pada waktunya.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik
Madya (KKM) di Departemen/KSM Ilmu Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah. Pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian laporan kasus ini.
Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada:
1. Dr. dr. I G.N. Harry Wijaya Surya, Sp.OG selaku penanggung jawab
pendidikan profesi dokter Departemen/KSM Obstetri dan Ginekologi FK
UNUD/RSUP Sanglah atas bimbingan secara moral dan materiil yang
diberikan.
2. dr. Evert S Pangkahila, Sp.OG (K) selaku pembimbing yang telah
memberikan pengarahan, kritik, dan saran di dalam pembuatan laporan kasus
ini.
3. Seluruh pihak yang membantu penulis dalam penyusunan laporan kasus.
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna dan banyak
kekurangan, sehingga saran dan kritik pembaca yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan untuk kesempurnaan penulisan laporan kasus ini. Semoga
tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Denpasar, Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul……………………………………………………………...i
Kata Pengantar………………………………………………………………..ii
Daftar Isi……………………………………………………………………... iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………….. 2
1. Definisi Episiotomi….…………………………………..…….... 2
2. Tujuan Episiotomi....……………………….….………..…..… 2
3. Waktu Pelaksanaan Episiotomi…...………………………...….… 2
4. Tindakan Episiotomi………………….………………………...… 3
5. Indikasi Episiotomi……………………….………………………. 4
6. Jenis-jenis Episiotomi………………………………………….…. 4
7. Benang Yang Digunakan Dalam Penjahitan Episiotomi….……… 6
8. Penyembuhan Luka Episiotomi………………………………….. 7
9. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka…. 7
10. Komplikasi Episiotomi…………………………………………… 8
BAB III SIMPULAN……………….……………………………………….. 9
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Salah satu indikator untuk menentukan derajat kesehatan suatu bangsa


ditandai dengan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
Hal ini merupakan suatu fenomena yang mempunyai pengaruh besar terhadap
keberhasilan pembangunan kesehatan. Salah satu upaya yang ditempuh untuk
menurunkan angka kematian maternal adalah program save motherhood dari
WHO.
Melahirkan merupakan perjalanan hidup yang dilakukan oleh seorang
perempuan. Mayoritas wanita melahirkan pervaginam mengalami beberapa
derajat nyeri perineum setelah melahirkan, baik wanita yang perineumnya tidak
cedera maupun cedera akibat tindakan episiotomi. Episiotomi merupakan suatu
tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan terpotongnya selaput lendir
vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasia
perineum dan kulit sebelah depan perineum 1. Episiotomi adalah insisi pudendum /
perineum untuk melebarkan orifisium (lubang/muara) vulva sehingga
mempermudah jalan keluar bayi 2.
Episiotomi sebaiknya dilakukan ketika kepala bayi meregang perineum
pada janin matur, sebelum kepala sampai pada otot-otot perineum pada janin
matur2. Bila episiotomi dilakukan terlalu cepat, maka perdarahan yang timbul dari
luka episiotomi bisa terlalu banyak, sedangkan bila episiotomi dilakukan terlalu
lambat maka laserasi tidak dapat dicegah. sehingga salah satu tujuan episiotomi
itu sendiri tidak akan tercapai. Episiotomi biasanya dilakukan pada saat kepala
janin sudah terlihat dengan diameter 3 - 4 cm pada waktu his. Jika dilakukan
bersama dengan penggunaan ekstraksi forsep, sebagian besar dokter melakukan
episiotomi setelah pemasangan sendok atau bilah forsep 3.
Prinsip tindakan episiotomi adalah mencegah kerusakan yang lebih hebat
pada jaringan lunak akibat daya regang yang melebihi kapasitas adaptasi atau
elastisitas jaringan. Oleh karena itu, pertimbangan untuk melakukan episiotomi
harus mengacu pada pertimbangan klinik yang tepat dan teknik yang sesuai untuk
mengadaptasi kondisi tersebut.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Episiotomi
Episiotomi merupakan suatu tindakan insisi pada perineum yang
menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan
pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan
perineum1. Episiotomi adalah insisi pudendum / perineum untuk melebarkan
orifisium ( lubang/muara ) vulva sehingga mempermudah jalan keluar bayi 2.

2. Tujuan Episiotomi
Tujuan episiotomi yaitu membentuk insisi bedah yang lurus, yang lebih
mudah untuk diperbaiki, sebagai pengganti robekan tak teratur yang mungkin
terjadi. Terdapat keyakinan yang bertahan sejak lama bahwa nyeri pasca bedah
lebih sedikit dan pemulihannya lebih cepat pada episiotomi. Episiotomi dapat
mencegah vagina robek secara spontan, karena jika robeknya tidak teratur maka
proses menjahitnya akan sulit dan hasil jahitannya pun tidak akan rapi. Tujuan
lain episiotomi yaitu mempersingkat waktu ibu dalam mendorong bayinya keluar
3
memfasilitasi kelahiran pada kasus-kasus tertentu, serta melindungi kepala bayi
prematur.

3. Waktu Pelaksanaan Episiotomi


Episiotomi sebaiknya dilakukan ketika kepala bayi meregang perineum
pada janin matur, sebelum kepala sampai pada otot-otot perineum pada janin
matur 2. Bila episiotomi dilakukan terlalu cepat, maka perdarahan yang timbul
dari luka episiotomi bisa terlalu banyak, sedangkan bila episiotomi dilakukan
terlalu lambat maka laserasi tidak dapat dicegah. sehingga salah satu tujuan
episiotomi itu sendiri tidak akan tercapai. Episiotomi biasanya dilakukan pada
saat kepala janin sudah terlihat dengan diameter 3 - 4 cm pada waktu his. Jika
dilakukan bersama dengan penggunaan ekstraksi forsep, sebagian besar dokter
melakukan episiotomi setelah pemasangan sendok atau bilah forsep 3.

2
4. Tindakan Episiotomi
Persiapan4 :
1. Pertimbangkan indikasi untuk melakukan episiotomi dan pastikan
bahwa episiotomi tersebut penting untuk keselamatan dan
kenyamanan ibu dan bayi.
2. Pastikan bahwa semua perlengkapan dan bahan-bahan yang
diperlukan sudah tersedia dan dalam keadaan desinfeksi tingkat tinggi
atau steril.
3. Jelaskan pada ibu mengapa perlu dilakukan episiotomy dan diskusikan
prosedur dengan ibu dan berikan alasan rasional
4. Berikan anestesi lokal secara dini agar obat memiliki cukup waktu
untuk memberikan efek sebelum episiotomy dilakukan.
 Jelaskan pada ibu apa yang akan dilakukan dan bantu klien untuk
merasa rileks
 Hisap 10ml larutan lidokain 1% tanpa epinefrin ke dalam tabung
suntik steril ukuran 10ml (tabung suntik lebih besar boleh digunakan
jika diperlukan). Jika lidokain 1% tidak tersedia, larutkan 1 bagian
lidokain 2% dengan 1 bagian cairan garam fisologis atau air distilasi
steril, sebagai contoh larutan 5ml lidokain dalam 5ml cairan garam
fisiologis atau air steril
 Pastikan bahwa tabung suntik memiliki jarum ukuran 22 dan panjang
4cm (jarum yang lebih panjang boleh digunakan jika diperlukan)
 Letakkan dua jari kedalam vagina diantara kepala bayi dan perineum
 Masukkan jarum ditengah fourchette dan arahkan jarum sepanjang
tempat yang akan diepisiotomi
 Aspirasi (tarik batang penghisap) untuk memastikan bahwa jarum
tidak berada di dalam pembuluh darah.jika darah masuk kedalam
tabung suntik jangan suntikkan lidokain, tarik jarum tersebut keluar.
Ubah posisi jarum dan tusukkan kembali. Alasan:ibu bisa mengalami
kejang dan bisa terjadi kematian, jika lidokain disuntikan kedalam
pembuluh darah
 Tarik jarum perlahan sambil menyuntikan maksimal 10ml lidokain

3
 Tarik jarum bila sudah kembali ketitik asal jarum suntik ditusukkan
kulit melembung karena anestesi bisa terlihat dan dipalpasi pada
perineum disepanjang garis yang akan dilakukan episiotomi.
Prosedur Episiotomi1:
1. Pertama pegang gunting epis yang tajam dengan satu tangan, kemudian
letakkan jari telunjuk dan jari tengah di antaraa kepala bayi dan perineum
searah dengan rencana sayatan.
2. Setelah itu, tunggu fase acme (puncak his).
3. Kemudian selipkan gunting dalam keadaan terbuka di antara jari telunjuk
dan tengah.
4. Gunting perineum, dimulai dari fourchet (komissura posterior) 45 derajat
ke lateral kiri atau kanan.

5. Indikasi Episiotomi
Untuk persalinan dengan tindakan atau instrument (persalinan dengan
cunam, ekstraksi dan vakum); untuk mencegah robekan perineum yang kaku atau
diperkirakan tidak mampu beradaptasi terhadap regangan yang berlebihan, dan
untuk mencegah kerusakan jaringan pada ibu dan bayi pada kasus letak /
presentasi abnormal (bokong, muka, ubun-ubun kecil di belakang) dengan
menyediakan tempat yang luas untuk persalinan yang aman 1. Episiotomi tidak
perlu dilakukan pada persalinan yang tidak berlangsung pervaginam dan terdapat
kondisi untuk terjadinya perdarahan yang banyak seperti penyakit kelainan darah
maupun terdapat varises yang luas pada vulva dan vagina.

6. Jenis - Jenis Episiotomi


Sebelumnya ada 4 jenis episiotomi yaitu; Episiotomi medialis, Episiotomi
mediolateralis, Episiotomi lateralis, dan Insisi Schuchardt1.
a. Episitomi medialis, merupakan insisi yang paling mudah diperbaiki, lebih
sedikit pendarahan, penyembuhan lebih baik dan jarang dispareuni.
Episitomi ini dapat menyebabkan ruptur totalis.
Manfaat:
a) Secara dratomis lebih alamiah.

4
b) Menghindari pembuluh darah dan saraf.
c) Lebih mudah dijahit.
Bahayanya: jika meluas bisa memanjang melalui sfingter ani
b. Episitomi mediolateral merupakan jenis insisi yang banyak dilakukan
karena lebih aman.
Manfaat : perluasan akan lebih kecil kemungkinan terjadi melalui sfingter
ani
Bahaya:
a) Penyembuhan terasa lebih sakit.
b) Lebih sulit dijahit.
c) Mungkin kehilangan darah lebih banyak. 
c. Episiotomi lateral, tidak dianjurkan lagi karena hanya dapat menimbulkan
sedikit relaksasi introitus, pendarahan lebih banyak dan sukar direparasi.

Sekarang ini hanya ada dua jenis episiotomi yang di gunakan yaitu2:
a. Episiotomi median
Episiotomi median merupakan episiotomi yang paling mudah
dilakukan dan diperbaiki. Sayatan dimulai pada garis tengah komissura
posterior lurus ke bawah tetapi tidak sampai mengenai serabut sfingter
ani.
Keuntungan dari episiotomi medialis ini adalah: perdarahan yang
timbul dari luka episiotomi lebih sedikit oleh karena daerah yang relatif
sedikit mengandung pembuluh darah. Sayatan bersifat simetris dan
anatomis sehingga penjahitan kembali lebih mudah dan penyembuhan
lebih memuaskan. Kerugiannya adalah: dapat terjadi ruptur perinei
tingkat III inkomplet (laserasi median sfingter ani) atau komplit (laserasi
dinding rektum).
b. Episiotomi mediolateral
Episiotomi mediolateral digunakan secara luas pada obstetri operatif
karena aman. Sayatan di sini dimulai dari bagian belakang introitus
vagina menuju ke arah belakang dan samping. Arah sayatan dapat
dilakukan ke arah kanan ataupun kiri, tergantung pada kebiasaan orang

5
yang melakukannya. Panjang sayatan kira-kira 4 cm. Sayatan di sini
sengaja dilakukan menjauhi otot sfingter ani untuk mencegah ruptura
perinea tingkat III. Perdarahan luka lebih banyak oleh karena melibatkan
daerah yang banyak pembuluh darahnya. Otot otot perineum terpotong
sehingga penjahitan luka lebih sukar. Penjahitan dilakukan sedemikian
rupa sehingga setelah penjahitan selesai hasilnya harus simetris2.
Keuntungan dari epistomi mediolateral adalah perluasan laserasi
akan lebih kecil kemungkinannya mencapai otot sfingter ani dan
rektum sehingga dapat mencegah  terjadinya laserasi perinei tingkat
III ataupun laserasi perineum yang lebih parah yang sampai pada
rectum4.
Kerugian episiotomi mediolateral4:
a) Perdarahan luka lebih banyak oleh karena melibatkan daerah yang
banyak pembuluh darahnya.  Daerah insisi kaya akan fleksus
venosus.
b) Otot-otot perineum terpotong sehingga penjahitan luka lebih
sukar dan penyembuhan terasa lebih sakit dan lama.
c) Insisi lateral akan menyebabkan distorsi (penyimpangan)
keseimbangan dasar pelvis.
d) Otot – ototnya agak lebih sulit untuk disatukan secara benar
(aposisinya sulit), sehingga terbentuk jaringan parut yang kurang
baik.
e) Rasa nyeri pada sepertiga kasus selama beberapa hari dan kadang –
kadang diikuti dispareuni (nyeri saat berhubungan).
f) Hasil akhir anatomik tidak selalu bagus (pada 10% kasus) dan
Pelebaran introitus vagina

7. Benang Yang Digunakan Dalam Penjahitan Episiotomi


Alat menjahit yang digunakan dalam perbaikan episitomi atau laserasi
dapat menahan tepi – tepi luka sementara sehingga terjadi pembentukan kolagen
yang baik. Benang yang dapat diabsorbsi secara alamiah diserap melalui absorbsi
air yang melemahkan rantai polimer jahitan. Benang sintetik yang dapat

6
diabsorbsi yang paling banyak digunakan adalah polygarin 910 (Vicryl) yang
dapat menahan luka kira-kira 65% dari kekuatan pertamanya setelah 14 hari
penjahitan dan biasanya diabsorbsi lengkap setelah 70 hari prosedur
dilakukannya. Ukuran yang paling umum digunakan dalam memperbaiki jaringan
trauma adalah 2-0, 3-0, dan 4-0, 4-0 yang paling tipis. Benang jahit yang biasa
digunakan dalam kebidanan dimasukkan ke dalam jarum, dan hampir semua
jahitan menggunakan jarum ½ lingkaran yang runcing pada bagian ujungnya.
Ujung runcing dapat masuk dalam jaringan tanpa merusaknya5.

8. Penyembuhan Luka Episiotomi


Proses penyembuhan terjadi dalam tiga fase, yaitu5:
a) Fase 1: Segera setelah cedera, respons peradangan menyebabkan
peningkatan aliran darah ke area luka, meningkatkan cairan dalam
jaringan,serta akumulasi leukosit dan fibrosit. Leukosit akan memproduksi
enzim proteolitik yang memakan jaringan yang mengalami cedera.
b) Fase 2: Setelah beberapa hari kemudian, fibroblast akan membentuk
benang – benang kolagen pada tempat cedera.
c) Fase 3: Pada akhirnya jumlah kolagen yang cukup akan melapisi jaringan
yang rusak kemudian menutup luka. Proses penyembuhan sangat
dihubungani oleh usia, berat badan, status nutrisi, dehidrasi, aliran darah
yang adekuat ke area luka, dan status imunologinya. Penyembuhan luka
sayatan episiotomi yang sempurna tergantung kepada beberapa hal. Tidak
adanya infeksi pada vagina sangat mempermudah penyembuhan.
Keterampilan menjahit juga sangat diperlukan agar otot-otot yang tersayat
diatur kembali sesuai dengan fungsinya atau jalurnya dan juga dihindari
sedikit mungkin pembuluh darah agar tidak tersayat. Jika sel saraf
terpotong, pembuluh darah tidak akan terbentuk lagi 4.

9. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka


a) Status nutrisi yang tidak tercukupi memperlambat penyembuhan luka
b) Kebiasaan merokok dapat memperlambat penyembuhan luka
c) Penambahan usia memperlambat penyembuhan luka

7
d) Peningkatan kortikosteroid akibat stress dapat memperlambat
penyembuhan luka
e) Ganguan oksigenisasi dapat mengganggu sintesis kolagen dan
menghambat epitelisasi sehingga memperlambat penyembuhan luka
f) Infeksi dapat memperlambat penyembuhan luka

10. Komplikasi Episiotomi


Komplikasi episiotomi adalah4 :
a) Nyeri post partum dan dyspareunia.
b) Rasa nyeri setelah melahirkan lebih sering dirasakan pada pasien bekas
episiotomi, garis jahitan (sutura) episiotomi lebih menyebabkan rasa
sakit. Jaringan parut yang terjadi pada bekas luka episiotomi dapat
menyebabkan dyspareunia apabila jahitannya terlalu erat.
c) Nyeri pada saat menstruasi pada bekas episiotomi dan terabanya massa .
d) Trauma perineum posterior berat.
e) Trauma perineum anterior
f) Cedera dasar panggul dan inkontinensia urin dan feses
g) Infeksi bekas episiotomi, Infeksi lokal sekitar kulit dan fasia superfisial
akan mudah timbul pada bekas insisi episiotomi.
h) Gangguan dalam hubungan seksual, Jika jahitan yang tidak cukup erat,
menyebabkan akan menjadi kendur dan mengurangi rasa nikmat untuk
kedua pasangan saat melakukan hubungan seksual.

8
BAB III
SIMPULAN

Episiotomi merupakan suatu tindakan insisi pada perineum yang


menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan
pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan
perineum. Tujuan episiotomi yaitu membentuk insisi bedah yang lurus, sebagai
pengganti robekan tak teratur yang mungkin terjadi. Episiotomi sebaiknya
dilakukan ketika kepala bayi meregang perineum pada janin matur, sebelum
kepala sampai pada otot-otot perineum pada janin matur. Sebelumnya terdapat 4
jenis episiotomi yaitu; Episiotomi medialis, Episiotomi mediolateralis, Episiotomi
lateralis, dan Insisi Schuchardt. Namun, sekarang ini hanya ada dua jenis
episiotomi yang di gunakan yaitu episiotomi median dan episiotomi mediolateral.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan Edisi 2 Jilid 4.


2. Benson, R. C., & Pernoll, M. L. 2008. Buku Saku Obstetri & Ginekologi.
3. Cunningham, dkk. 2012. Obstetri William.
4. Wiknjosastro, Hanafi. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo
5. Walsh, V.L. 2008. Buku Ajar Kehamilan dan Persalinan.

10

Anda mungkin juga menyukai