Anda di halaman 1dari 16

REFERAT

PENANGANAN BAYI BARU LAHIR

Oleh:

Made Savitra Kusumadewi 1902611145

Pembimbing
Dr. dr. I.B. Putra Adnyana Sp.OG (K)

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


DEPARTEMEN/KSM OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
RSUP SANGLAH DENPASAR
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat-Nya maka laporan referat dengan topik “Penanganan Bayi Baru
Lahir” ini dapat selesai pada waktunya.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik
Madya (KKM) di Departemen/KSM Ilmu Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah. Pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian laporan kasus ini.
Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada:
1. Dr. dr. I G.N. Harry Wijaya Surya, Sp.OG selaku penanggung jawab
pendidikan profesi dokter Departemen/KSM Obstetri dan Ginekologi FK
UNUD/RSUP Sanglah atas bimbingan secara moral dan materiil yang
diberikan.
2. Dr. dr. I.B. Putra Adnyana Sp.OG (K) selaku pembimbing yang telah
memberikan pengarahan, kritik, dan saran di dalam pembuatan laporan ini.
3. Seluruh pihak yang membantu penulis dalam penyusunan laporan.
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna dan banyak
kekurangan, sehingga saran dan kritik pembaca yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan untuk kesempurnaan penulisan laporan ini. Semoga tulisan ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Denpasar, April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul...............................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................................................ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 2
2.1 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir........................................................2
2.2 Penanganan Bayi Baru Lahir........................................................... 3
2.3 Resusitasi Bayi Baru Lahir.............................................................. 10
BAB III SIMPULAN........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Salah satu indikator untuk menentukan derajat kesehatan suatu bangsa


ditandai dengan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
Hal ini merupakan suatu fenomena yang mempunyai pengaruh besar terhadap
keberhasilan pembangunan kesehatan. Bayi baru lahir adalah usia 0-28 hari.
Periode neonatal adalah periode yang sangat penting bagi kehidupan. Kurang
baiknya penanganan bayi baru lahir sehat dapat menyebabkan kelainan-kelainan
yang menyebabkan cacat seumur hidup bahkan kematian.
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram.
Melihat perubahan yang terjadi pada bayi baru lahir maka perlunya perawatan
kepada bayi baru lahir. Tujuan utama penanganan bayi segera sesudah lahir
adalah membersihkan jalan napas, memotong dan merawat tali pusat,
mempertahankan suhu tubuh bayi, identifikasi, dan pencegahan infeksi1. Orang
tua harus mengetahui tanda bahaya pada neonatus sehingga jika bayi memiliki
salah satu tanda bahaya tersebut, orang tua dapat segera mendatangi pelayanan
kesehatan sehingga bayi atau neonatus dapat segera dilakukan tindakan yang tepat
dan cepat.
Morbiditas dan mortalitas dapat semakin meningkat apabila penanganan tidak
dilakukan dengan baik. Oleh karena itu penting untuk seluruh pihak yang terlibat
dalam proses kelahiran mengerti proses adaptasi fisiologis neonatus, sehingga
dapat mempersiapkan penanganan bayi baru lahir, menilai risiko dan memprediksi
tindakan yang perlu diambil, serta dapat melakukan tindakan penanganan bayi
baru lahir.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir

2.1.1 Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan
4000 gram 1. Beberapa pengertian lain tentang bayi baru lahir2:
a. Bayi baru lahir adalah bayi yang baru dilahirkan sampai dengan usia
empat minggu
b. Neonatal Dini adalah BBL sampai dengan usia 1 minggu
c. Neonatal lanjut adalah BBL dari usia 8-28 hari.
Adapun ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah berat badan 2500-4000
gram, panjang badan lahir 48-52 cm, lingkar dada 32-34 cm, lingkar kepala
33-35 cm, frekuensi jantung ±180 denyut/menit, kemudian menurun sampai
120-140 denyut/menit, pernapasan pada beberapa menit pertama cepat,
kira-kira 80 kali/menit, kemudian menurun menjadi 40-60 kali/menit, kulit
kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan cukup terbentuk dan
diliputi verniks kaseosa, rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala
biasanya telah sempurna, kuku agak panjang dan lemas, genetalia: labia
mayora sudah menutupi labia minora (pada anak perempuan), testis sudah
turun (pada anak laki-laki), reflek hisap dan menelan sudah terbentuk
dengan baik, reflek moro sudah baik, jika terkejut bayi akan memperlihatkan
gerakan tangan seperti memeluk, eliminasi baik, urine dan mekonium akan
keluar dalam 24 jam pertama. Mekonium berwarna hitam kehijauan dan
lengket3.

2.1.2 Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan dilakukannya asuhan pada bayi antara
lain4 :
a. Stabilisasi temperatur tubuh bayi (menjaga agar bayi tetap hangat)

2
b. Memulai pemberian ASI (menyusui) sedini mungkin untuk mencegah
terjadinya perdarahan pada ibu dan memberikan kekebalan pada bayi.
c. Gangguan pernafasan (penatalaksanaan sedini mungkin)
d. Memantau terjadinya infeksi pada bayi terutama pada tali pusat bayi.

2.2 Penanganan Bayi Baru Lahir


2.2.1 Konsep Asuhan Pada Neonatus
Melihat perubahan yang terjadi pada bayi baru lahir maka perlunya
perawatan kepada bayi baru lahir. Tujuan utama penanganan bayi segera
sesudah lahir adalah1 :
a. Membersihkan jalan napas
b. Memotong dan merawat tali pusat
c. Mempertahankan suhu tubuh bayi
d. Identifikasi
e. Pencegahan infeksi
Adapun penatalaksanaan yang diberikan kepada neonatus adalah sebagai
berikut:
1) Pembersihan Jalan Napas
Bayi akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi
tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan
napas dengan cara sebagai berikut.
(a)Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan
hangat
(b)Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher
bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk.
(c)Bersihkan hidung, rongga mulut dengan jari tangan yang
dibungkus kasa steril
(d)Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit
bayi dengan kain kering dan kasar. Dengan rangsangan ini
biasanya bayi akan segera menangis. Alat penghisap lendir mulut
(DeLee) atau alat penghisap lainnya yang steril, tabung oksigen
dengan selangnya harus siap di tempat.

3
2) Memotong dan Merawat tali pusat
Tali pusat merupakan garis kehidupan janin dan bayi selama
beberapa menit pertama setelah kelahiran. Pemisahan bayi dari plasenta
dilakukan dengan cara menjepit tali pusat diantara dua klem, dengan
jarak sekitar 3 cm dari umbilikus. Hal yang telah disepakati adalah
bahwa bayi aterm dapat diletakkan di atas perut ibu, tetapi tidak terlalu
tinggi, dan bayi prematur dapat diletakkan setinggi plasenta. Hal ini
disebabkan jika bayi prematur diangkat melebihi plasenta, darah akan
mengalir dari bayi ke plasenta yang dapat menyebabkan anemia5.
Cara merawat tali pusat :
(a)Mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat tali pusat
(b)Pertahankan tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara
dan tutupi dengan kain bersih secara longgar, jangan
mengoleskan cairan dan bahan apapun.
(c)Lipatlah popok dibawah sisi tali pusat
(d)Jika tali pusat terkena kotoran atau tinja, cuci dengan sabun dan
air bersih dan keringkan betul
(e)Perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat : kemerahan pada kulit
sekitar tali pusat, tampak nanah dan berbau
3) Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi
Mekanisme pengaturan temperatur bayi belum berfungsi sempurna.
Oleh karena itu, jika tidak dilkukan pencegahan kehilangan panas maka
bayi akan mengalami hipotermia. Hipotermia dapat terjadi pada bayi
yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan
diselimuti walaupun berada dalam ruangan yang hangat6. Berikut adalah
cara untuk mencegah kehilangan panas bayi :
(a)Memastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antara
kulit bayi dengan kulit ibu

4
(b)Mengganti handuk/ kain yang basah dan membungkus bayi
tersebut denga selimut, serta memastikan bahwa kepala bayi telah
terlindung dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh
(c)Merawat bayi di ruangan hangat (tidak kurang dari 25 derajat
celcius) dan bebas dari aliran angin
(d)Tidak meletakkan bayi langsung di permukaan yg dingin. Berikan
alas tempat tidur atau meja periksa dengan kain atau selimut
hangat sebelum bayi diletakkan
(e)Mengganti popok setiap kali basah
(f) Tidak memandikan bayi kurang dari 6 jam setelah kelahiran
4) Pengkajian kondisi bayi
Segera setelah bayi lahir, bidan dapat melanjutkan proses
perawatan dengan mengeringkan kulit, yang dapat membantu
meminimalkan kehilangan panas. Bayi harus dilakukan pengkajian dan
penilaian kondisi umum pada menit pertama dan ke-5 dengan
menggunakan nilai APGAR. Penilaian ini perlu untuk mengetahui
apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Kepanjangan nilai APGAR
adalah A (Appearance), P (Pulse), G (Grimace), A (Active), R
(Respiration).
Tabel. 2.2 Sistem Penilaian Apgar 7
Nilai

Tanda 0 1 2

Frekuensi Tidak ada <100 >100


jantung

Usaha napas Tidak ada Lambat-tidak Menangis


teratur dengan baik

Tonus otot Fleksi Beberapa fleksi Gerakan aktif


ekstremitas

Reflek Tidak ada Menyeringai Menangis kuat

5
Warna Biru pucat Tubuh merah muda, Merah muda
ekstremitas biru

Dari hasil penilaian tersebut dapat diketahui apakah bayi normal


(skor APGAR 7-10), asfiksia sedang-ringan (skore APGAR 4-6), atau
bayi menderita asfiksia berat (skore APGAR 0-3). Bila nilai APGAR
dalam 2 menit tidak mencapai 7, maka harus dilakukan tindakan
resusitasi.
5) Pemberian ASI
Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin dan secara
eksklusif. Prinsip umum dalam meyusui secara dini yaitu :
a) Bayi harus segera disusui sesegera mungkin setelah lahir (terutama
dalam 1 jam pertama) dan dilanjutkan selama 6 bulan pertama
kehidupan
b) Kolostrum harus diberikan tidak boleh dibuang
c) Bayi harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. Hal ini
berarti tidak boleh memberikan makanan apapun pada bayi selain
ASI selama masa tersebut
d) Bayi harus disusui kapan saja ia mau (on demand), siang atau
malam yang akan merangsang payudara memproduksi ASI secara
adekuat
Langkah Inisiasi Menyusu Dini yakni6:
a) Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya segera
setelah lahir selama paling sedikit satu jam
b) Bayi harus menggunakan naluri alamiahnya untuk melakukan
inisiasi menyusui dini dan ibu dapat mengenali bayinya siap untuk
menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan
c) Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada
bayi baru lahir hingga inisiasi menyusu selesai dilakukan. Prosedur
tersebut seperti menimbang, pemberian antibiotik salep mata,
vitamin K, dan lain-lain.

6
Keuntungan Inisiasi Menyusui Dini bagi bayi yakni:
a) Memastikan kontak kulit dengan ibu sehingga suhu bayi tetap
dalam keadaan normal
b) Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal. Mendapat
kolostrum segera, disesuaikan dengan kebutuhan bayi.
c) Segera memberikan kekebalan pasif pada bayi. Kolostrum adalah
imunisasi pertama bagi bayi.
d) Meningkatkan kecerdasan.
e) Membantu bayi mengkoordinasikan kemampuan hisap, telan, dan
napas.
f) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi.
g) Mencegah kehilangan panas.
Pada hari-hari pertama kelahiran bayi, apabila penghisapan puting
susu cukup kuat maka akan dihasilkan secara bertahap menghasilkan
10-100 cc. Produksi ASI akan optimal setelah hari 10-14 usia bayi.
Pedoman pemberian ASI antara lain 8 :
Menyusui setelah lahir, jangan berikan makanan atau minuman
lain selain ASI (ASI Eksklusif selama 6 bulan), berikan ASI sesuai
dorongan alamiah (kapanpun dan dimanapun) selama bayi
menginginkannya, selama 2 minggu pertama bayi hendaknya
dibangunkan untuk makan paling tidak setiap 4 jam, dan hindari
penggunaan botol dan empeng untuk menghindari bayi dari bingung
puting.
Tanda posisi bayi menyusui dengan baik yaitu dagu menyentuh
payudara, mulut bayi terbuka lebar, hidung mendekat atau kadang
menyentuh payudara, mulut mencangkup sebagian besar areola, bibir
bawah melengkung ke bawah, bayi menghisap kuat namun perlahan
dan kadang berhenti sesaat

Tanda Bayi Cukup ASI :


Bayi usia 0-6 bulan, dapat dinilai mendapat kecukupan ASI bila
mencapai keadaan sebagai berikut :

7
(1) Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal
mendapatkan ASI 8 kali pada 2-3 minggu pertama
(2) Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna
menjadi lebih muda pada hari kelima setelah lahir
(3) Bayi akan Buang Air Kecil (BAK) paling tidak 6-8x sehari
(4) Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI
(5) Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah habis
(6) Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa kenyal
(7) Pertumbuhan Berat Badan (BB) dan Panjang Badan (PB) bayi
sesuai dengan grafik pertumbuhan
(8) Perkembangan motorik baik
(9) Bayi kelihatan puas, sewaktu waktu lapar akan bangun dan tidur
dengan cukup
(10) Bayi menyusu dengan kuat, kemudian mengantuk dan tertidur
pulas
6) Pencegahan infeksi mata
Untuk menghindari infeksi dan kebutaan akibat infeksi
gonokokus, Crede pertama kali memperkenalkan pemberian larutan
1% nitras agenthi terhadap mata kanan kiri segera setelah persalinan.
Ternyata kebutaan bayi dapat diturunkan.
Untuk profilaksis akibat gonokokus dan infeksi lainnya, dapat
diberikan pengobatan9:
a) Erithrosin salep 0.5%
b) Tetrasiklin salep 1%
Salep mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan setelah 1
jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu. Upaya profilaksis
infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari satu jam setelah
kelahiran.6.
7) Pemberian vitamin K1
Pemberian vitamin K 1 mg IM sebaiknya pada setiap bayi yang
baru lahir oleh karena sebagian besar bayi kekurangan vitamin K.
fungsi vitamin K berkaitan dengan gangguan pembekuan darah

8
sehingga bayi tidak akan mengalami perdarahan. Vitamin K bekerja
pada faktor pembekuan darah II, VII, IX, dan X.
Perdarahan bayi baru lahir dapat terjadi dari gastrointestinal, kulit
akibat suntikan, atau dari umbilikusnya. Oleh karena itu perhatikan
kemungkinan terjadi perdarahan dari tempat tersebut setiap saat
khususnya pada 24 jam pertama9.

8) Pemberian imunisasi bayi baru lahir


Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi
hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi.
Imunisasi hepatitis B pertama diberikan 1 jam setelah pemberian
vitamin K1, pada saat bayi berumur 2 jam6.
Bahaya infeksi hepatitis adalah dapat terjadi dua bentuk yang serius
dan diantaranya 9:
(a) Terjadi serosis hepatitis pada umur relatif muda
(b) Hepatoma sebagai bentuk karsinoma hepatis pada usia relatif
muda
9) Tanda Bahaya Pada Neonatus
Orang tua harus mengetahui tanda bahaya pada neonatus
sehingga jika bayi memiliki salah satu tanda bahaya tersebut, orang
tua dapat segera mendatangi pelayanan kesehatan sehingga bayi atau
neonatus dapat segera dilakukan tindakan yang tepat dan cepat.
Adapun tanda bahaya pada neonatus adalah sebagai berikut 7,10:
a) Pernafasan sulit atau lebih dari 60x permenit
b)Kehilangan cairan dalam bentuk diare (sedikit feses yang
dikelingi genangan air pada popok)
c) Suhu bayi > 38,3 0C atau <36,40C
d)Setiap perubahan warna termasuk pucat dan sianosis
e) Peningkatan Jaundice (warna kekuningan) pada kulit
f) Kulit bayi kering (terutama dalam 24 jam pertama), biru, pucat,
atau memar
g)Menolak untuk minum ASI selama 2x berurutan

9
h)Hisapan saat menyusu lemah, rewel, sering muntah, mengantuk
berlebihan
i) Distensi abdomen, menangis saat mencoba mengeluarkan feses,
ada atau tidak ada feses
j) Popok tidak basah selama 18-24 jam, atau kurang dari 6 popok
yang basah perhari, setelah bayi berusia 4 hari
k)Rabas atau perdarahan dari tali pusat, sirkumsisi, atau segala area
pembukaan (kecuali mukus vagina atau pseudomenstruasi)
l) Bayi yang tidak dapat tenang atau terus menangis dengan suara
tinggi
m) Letargi, kesulitan untuk membangunkan bayi
n)Tali pusat mulai mengeluarkan bau tidak enak atau mengeluarkan
pus
o)Bagian putih mata bayi menjadi kuning dan warna kulit tampak
kuning, coklat
p)Bayi menjadi lesu, tidak mau makan
q)Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam. Tinja
lembek/encer, sering berwarna hijau tua, ada lendir atau darah
r) Menggigil, rewel, lemas mengantuk, kejang, tidak bisa tenang,
menangis terus menerus.

2.3 Resusitasi Bayi Baru Lahir11,12


Semua bayi perlu penilaian awal dan harus dipastikan bahwa setiap langkah
dilakukan dengan benar dan efektif sebelum ke langkah berikutnya. Terdapat
pertanyaan yang harus dijawab sebelum melakukan resusitasi bayi baru lahir
yaitu:
a. Apakah bayi menangis/bernapas?
b. Apakah tonus otot baik?
Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa bayi baru lahir perlu
resusitasi, segera lakukan tindakan yang diperlukan. Secara garis besar
pelaksanaan resusitasi mengikuti algoritma resusitasi neonatal. Berikut ini akan

10
ditampilkan diagram alur untuk menentukan apakah terhadap bayi yang lahir
diperlukan resusitasi atau tidak.
ALUR RESUSITASI
Konsultasi Antenatal
Briefing tim resusitasi
Cek peralatan yang diperlukan

Ya Perawatan rutin (dengan ibu) :


Bernapas atau menangis?
Pastikan bayi tetap hangat
Tonus baik?
Keringkan bayi
Tidak Lanjutkan observasi

PADA SETIAP LANGKAH TANYAKAN: APAKAH ANDA MEMBUTUHKAN BANTUAN?


pernapasan, laju denyut
Langkah awal: (nyalakan pencatat waktu) jantung, dan tonus
Pastikan bayi tetap hangat
Atur posisi dan bersihkan jalan napas (bila diperlukan) Keterangan:
Keringkan dan stimulasi Pada bayi dengan berat
Posisikan kembali ≤ 1500 gram, bayi langsung
dibungkus plastik bening tanpa
dikeringkan terlebih dahulu
60 detik

Observasi usaha napas dan laju denyut jantung (LDJ) kecuali wajahnya, kemudian
dipasang topi. Bayi tetap dapat
distimulasi walaupun dibungkus
Tidak bernapas/ megap- Bernapas spontan plastik
megap, dan atau
LDJ <100x/ menit

Distres napas Sianosis sentral persisten


(Takipnu, retraksi, atau Tanpa distres napas
Ventilasi tekanan positif merintih)
(VTP)
Pertimbangkan
Pemantauan SpO2 Continuous positive airway suplementasi oksigen
Pertimbangkan pressure (CPAP)
penggunaan EKG PEEP 5-8 cmH2O Pemantauan SpO2
Pemantauan SpO2

Bila LDJ tetap Keterangan:


Gagal CPAP Apabila LDJ > 100 kali per menit dan
<100 kali/ menit
PEEP 8 cmH2O target saturasi oksigen tercapai:
FiO2 > 40% Tanpa alat  Lanjutkan ke
Dengan distres napas perawatan observasi
Pengembangan dada adekuat? Dengan alat  Lanjutkan ke
Pertimbangkan intubasi
perawatan paska-resusitasi
Ya Tidak

Waktu dari Target SpO2


Dada mengembang Bila dada tidak Lahir Preduktal
adekuat mengembang adekuat
Evaluasi: 1 menit 60-70%
namun LDJ <60x/ menit
Posisi kepala bayi 2 menit 65-85%
Lakukan Intubasi atau LMA Obstruksi jalan
napas 3 menit 70-90%
VTP (O2 100%) + Kebocoran sungkup
4 menit 75-90%
kompresi dada Tekanan puncak
(3 kompresi tiap 1 napas) inspirasi cukup atau 5 menit 80-90%
tidak
Observasi LDJ dan usaha 10 menit 85-90%
napas tiap 60 detik

Keterangan:
Intubasi endotrakea/ LMA dapat
LDJ <60/ menit?
dipertimbangkan pada langkah ini apabila VTP
tidak efektif

Pertimbangkan pemberian obat dan cairan intravena


Pikirkan pneumotoraks

Gambar 1. Algoritma Resusitasi Neonatus 11

11
BAB III
KESIMPULAN

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram.
Dimana dilakukannya asuhan pada bayi adalah untuk menjaga agar bayi tetap
hangat, memulai pemberian ASI (menyusui) sedini mungkin untuk mencegah
terjadinya perdarahan pada ibu dan memberikan kekebalan pada bayi,
penatalaksanaan sedini mungkin jika terdapat gangguan pernafasan dan memantau
terjadinya infeksi pada bayi terutama pada tali pusat bayi.
Tujuan utama penanganan bayi segera sesudah lahir adalah membersihkan
jalan napas, memotong dan merawat tali pusat, mempertahankan suhu tubuh bayi,
identifikasi, dan pencegahan infeksi. Untuk menghindari infeksi dan kebutaan
akibat infeksi gonokokus dapat diberikan pengobatan erithrosin salep 0.5% atau
tetrasiklin salep 1% dimana salep mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan
setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusui. Pemberian vitamin
K 1 mg IM sebaiknya pada setiap bayi yang baru lahir oleh karena sebagian besar
bayi kekurangan vitamin K. Imunisasi hepatitis B pertama diberikan 1 jam setelah
pemberian vitamin K1, pada saat bayi berumur 2 jam
Orang tua harus mengetahui tanda bahaya pada neonatus sehingga jika bayi
memiliki salah satu tanda bahaya tersebut, orang tua dapat segera mendatangi
pelayanan kesehatan sehingga bayi atau neonatus dapat segera dilakukan tindakan
yang tepat dan cepat.
Bila nilai APGAR dalam 2 menit tidak mencapai 7 dan bayi mengalami
asfiksia, maka harus dilakukan tindakan resusitasi. Sebelum tindakan resusitasi
dilakukan, perlu beberapa persiapan yang dilakukan sebelum kelahiran bayi.
Semua bayi perlu penilaian awal dan harus dipastikan bahwa setiap langkah
dilakukan dengan benar dan efektif sebelum ke langkah berikutnya. Secara garis
besar pelaksanaan resusitasi mengikuti algoritma resusitasi neonatal. Morbiditas
dan mortalitas dapat semakin ditekan apabila resusitasi dilakukan dengan baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Rochmah, dkk. 2012. Panduan Belajar: Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita.

2. Wiknjosastro. 2010. Ilmu kandungan. Edisi 3

3. Sondakh JSS. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.

4. Saifuddin AB. 2010. Ilmu Kebidanan, edisi.4

5. Fraser, C (Alih bahasa: Rahayu, et.al.). 2009. Myles: Buku Ajar Bidan.

6. APN, 2014. Buku Acuan Persalinan Normal. JNPK- KR.

7. Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan.

8. Rukiyah, A., Yulianti, L. & Liana M. 2013. Asuhan Kebidanan III (Nifas).

9. Manuaba, I.B.G. 2008. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri


Ginekologi.

10. Patricia W. Ladewig, M. L. 2006. Buku saku asuhan ibu dan bayi Baru Lahir.

11. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).2015. Buku Ajar Resusitasi Neonatus

12. Prambudi, R. 2013. Prosedur Tindakan Neonatusi. dalam. Neonatologi


Praktis.

13

Anda mungkin juga menyukai