Anda di halaman 1dari 16

Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, dan Balita

DISUSUN OLEH:
ARDINAUMNIYYAH NH0418004
ASTARI AULIA NANDINI NHO418002
HIRDA AINUN JARIAH NH0418019

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang


Maha Esa, karena berkat rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “kebutuhan dasar neonatus, bayi dan balita” tepat
pada waktunya.
Makalah ini penulis susun untuk melengkapi tugas Pendidikan D3
kebidanan, selain itu untuk mengetahui dan memahami kuliah Asuhan
Kebidanan. Penulis mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang
telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu setiap pihakdiharapkan dapat memberikan masukan berupa
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penulis agar bisa
mengembangkannya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................ii
A.    Latar belakang................................................................................... 1
B.     Rumusan masalah............................................................................ 1
C.     Tujuan penulisan............................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Kebutuhan Fisik Meliputi ASI, Cairan, pakaian dan
Istirahat…………………………………………………….........................3
B.     Kebutuhan Psikologi meliputi Bounding attachman, pola asuh, dan
bimbingan……………………................................................................5
C.     Kebutuhan Stimulasi mental meliputi reflex pada bayi dan
komunikasi………………………………………....................................10
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan...................................................................................... 13
B.     Saran.............................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap orang tua tentu berkeinginan agar anaknya dapat mencapai


pertumbuhan dan perkembangan yang terbaik sesuai dengan potensi
genetik yang ada pada anak tersebut. Hal ini dapat tercapai apabila
kebutuhan dasar anak terpenuhi. Kebutuhan dasar ini mencakup asah,
asih, dan asuh. Kebutuhan dasar tersebut harus dipenuhi sejak dini,
bahkan sejak bayi berada dalam kandungan.
Kebutuhan dasar yang baik dan cukup seringkali tidak bisa
dipenuhi oleh seorang anak karena faktor eksternal maupun internal.
Faktor eksternal menyangkut keadaan ekonomi, sosial dan spiritual
keluarga serta peran bidan. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang
terdapat didalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai
problema pada anak.
Faktor yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat adalah
kurangnya pengetahuan ibu mengenai kebutuhan-kebutuhan dasar yang
harus dipenuhi anak pada masa pertumbuhan dan perkembangan. Peran
bidan dalam hal ini adalah memberi informasi yang baik dan benar
berkaitan dengan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah kebutuhan fisik bagi Neonatus, Bayi, dan Balita
2.      Bagaimanakah kebutuhan dasar bagi Neonatus, Bayi, dan Balita?
3.      Bagaimanakah Kebutuhan Psikososial Bagi Neonatus, Bayi dan
Balita?
4.      Bagaimanakah kebutuhan Imunisasi  bagi  Neonatus, Bayi, dan
Balita?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui kebutuhan fisik bagi neonatus, bayi, dan balita.
2.      Untuk mengetahui kebutuhan tindakan dasar bagi neonatus, bayi,
dan balita.
3.      Untuk mengetahui kebutuhan psikososial bagi neonatus, bayi, dan
balita.
4.      Untuk mengetahui kebutuhan Imunisasi bagi neonatus, bayi, dan
balita.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kebutuhan Fisik Meliputi ASI, Cairan, Pakaian dan Istirahat

1. Pemberian minum
a.       Pengertian ASI adalah makanan pokok untuk bayi, berikan ASI 2-3
jam sekali atau on demand (semau bayi). Berikan ASI dengan satu
payudara samai teras kosong setelah itu baru ganti payudara yang
lain. ASI eksklusive adalah memberiakn ASI saja sampai usia 6 bulan
tanpa tambahan makanan apapun kecuali imunisasi, vitamin. Berikan
ASI sampai 2 tahun dengan tambahan makan lunak sesuai tahapan
usia bayi.
b.      Pedoman menyusui ASI antara lain:
Inisiasi menyusu dini adalah bayi berusaha menyusu sendiri diatas
perut ibu segera setelah minimal 1 jam. Tanda posisi bayi menyusu
dengan baik yaitu dagu menyentuh payudara, mulut membuka lebar,
hidung mendekat terkadang menyentuh payudara, mulut mencakup
areola, lidah menopang putting dan areola bagian bawah, bibir
melengkung keluar, bayi menghisap dengan kuat namun perlahan dan
kadang-kadang berhenti sesaat.
c.       Perawatan payudara selama ibu menyusui
Perhatikan posisi menyusui, oleskan ASI sebelum dan sesudah
menyusui untuk mencegah lecet. Jika mengalami bendungan
payudara atau mastitis tetap susukan ke bayi sesering mungkin serta
lakukan perawatan payudara.

2. Kebutuhan Istirahat/ tidur


Dalam 2 minggu pertama bayi sering tidur rata-rata 16 jam
sehari. Pada umumnya bayi mengenal malam setelah usia 3 bulan.
Jaga kehangatan bayi dengan suhu kamar yang hangat dan selimut
bayi.

3. Pakaian

a. Neonatus
i. Gunakan pakaian yang menyerap keringat dan tidak sempit
ii. Segera ganti pakaian jika basah dan kotor
iii. Pada saat di bawa keluar rumah, gunakan pakaian secukupnya
tidak terlalu tebal atau tipis
iv. Jangan gunakan gurita terlalu kencang, yang penting pakaian
harus nyaman (tidak mengganggu aktivitas bayi).

Menurut penelitian, resiko yang muncul misalnya, iritasi yang bersifat


mutagenik maupun karsiogenik. Pakaian bayi yang di maksud dalam
peraturan ini adalah pakaian dan aksesoris pakaian (perlengkapan bayi).
Aksesoris termasuk di antaranya topi, selimut, sarung tangan, kaos kaki,
serta tas bayi. Tujuan peraturan ini adalah untuk menjamin kesehatan bayi
dan anak indonesia.

B. Kebutuhan Psikologi meliputi Bonding attachman, Pola Asuh


Dan Bimbingan.

A. Bounding attachman
Bounding adalah proses pembentukan sedangkan attachment
membangun ikatan jadi bounding attachman adalah sebuah
peningkatan hubungan kasih saying dengan keterikatan batin antara
orang tua dan bayi. Hal ini merupakan proses dimana sebagai hasil
dari suatu interaksi terus menerus antara bayi dan orang tua yang
bersifat saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan
emosional dan saling membutuhkan.

a.       Neonatus
1)      Sering memeluk dan menimang dengan penuh kasih sayang
2)      Perhatikan saat sedang menyusui dan berikan belaian penuh kasih
sayang
3)      Bicara dengan nada lembut dan halus, serta penuh kasih sayang.
b.      Bayi, balita dan anak prasekolah
1)      Ciptakan rasa aman dan nyaman agar anak merasa di lindungi
2)      Perhatikan minat, keinginan, damn pendapatannya, serta beri
contoh yang baik (bukan dipaksa), dibantu, di dorong/dimotivasi dan
dihargai, di didik dengan kegembiraan.
3)      Dengarkan apa yang ingin dibicarakan/diceritakan anak

B. Pola Asuh
Secara umum, WHO merekomendasikan bahwa, kesehatan bayi
baru lahir sangat ditentukan pelayanan kesehatan dengan prinsip
sebagai berikut :
1)      Persalinan bersih dan aman
2)      Mulai pernafasan spontan
3)      Mempertahankan suhu tubuh dengan mencegah hipotermi
4)      Menyusui segera setelah lahir
5)      Pencegahan dari keadaan sakit dan penyakit
Bidan perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga
tentang perawatan bayi, antara lain :
1)      Pemilihan tempat tidur yang tepat
Tempat tidur bayi harus hangat, diletakkan di dekat tempat tidur ibu.
2)      Memandikan bayi
Bayi lebih baik dimandikan setelah minggu pertama yang bertujuan
untuk mempertahankan verniks caseosa dalam tubuh bayi yang
berguna stabilisasi suhu tubuh.
3)      Mengenakan pakaian bayi
Penggunaan pakaian bayi bertujuan untuk membuat bayi tetap
hangat. Pakaian berlapis-lapis tidak dibutuhkan oleh bayi.
4)      Perawatan tali pusat
Perawatan tali pusat yang benar dengan tidak membubuhkan
sesuatu pada pusar bayi. Menjaga pusar bayi agar tetap kering.
Puntung bayi akan segera lepas pada minggu pertama.
5)      Perawatan hidung
Kotoran bayi akan membuat hidung bayi tersumbat dan sulit
bernafas. hindari memasukkan gumpalan kapas ke dalam hidung
bayi.
6)      Perawatan mata dan telinga
Telinga harus dibersihkan setiap kali sehabis mandi. Jangan
membiasakan menuangkan minyak hangat ke dalam kanal/lubang
telinga karena akan lebih menambah kotoran dalam telinga.
7)      Perawatan kuku
Jaga kuku bayi agar tetap pendek. Kuku dipotong setiap tiga atau
empat hari sekali. kuku yang panjang akan mengakibatkan luka pada
mulut atau lecet pada kulit bayi.
8)      Kapan membawa bayi ke luar rumah  
Di bawa keluar selama satu atau dua jam sehari.
9)      Imunisasi
Pada 6 minggu pertama, pastikan bayi telah mendapatkan beberapa
imunisasi dasar. Imunisasi BCG harus diberikan sebelum bayi
berusia 2 bulan. Imunisasi hepatitis B1 sudah diberikan segera
setelah bayi lahir.
10)  Pemeriksaan
Selama 1 tahun pertama bayi dianjurkan melakukan pemeriksaan
rutin.
11)  Perawatan intensif
Bayi pada usia 6 minggu pertama yang mengalami komplikasi atau
permasalahan membutuhkan perawatan intensif sesuai dengan
komplikasi/masalah yang menyertai bayi.
12)  Perawatan lain
Perawatan lain yakni perawatan kulit, kebutuhan bermain dan
pemantauan berat badan. Bayi yang sehat akan mengalami
penambahan berat badan setiap bulan.

C. Pengalaman stimulasi (Bimbingan)

Stimulasi dilakukan setiap saat ada kesempatan berinteraksi, setiap


hari, terus menerus, bervariasi, disesuaikan dengan umur perkembangan
kemampuannya, serta dilakukan oleh keluarga (terutama ibu atau
pengganti ibu). Stimulasi harus dilakukan dalam suasana yang
menyenangkan dan kegembiraan antara ibu/balitanya. Jangan
memberikan stimulasi dengan terburu-buru, memaksakan kehendak
pengasuh, tidak memperhatikan minat atau keinginan bayi/balita, atau
bayi balita sedang mengantuk, bosan, atau ingin bermain yang lain.
Pengasuh yang sering marah, bosan, sebal, maka tanpa disadari
pengasuh justru memberikan rangsangan emosional yang negatif karena
pada prinsipnya semua ucapan, sikap, dan perbuatan pengasuh adalah
merupakan stimulasi yang direkam, diingat, dan akan ditiru atau justru
menimbulkan ketakutan bayi-balita.

a.       Neonatus Umur 0-3 Bulan


1)      Sering memeluk dan menimang bayi dengan penuh kasih sayang.
2)      Gantung benda berwarna cerah yang bergerak dan bisa dilihat
3)      Gendong dalam posisi tegak agar ia dapat belajar menahan
kepalanya tetap tegak
4)      Ajak bayi tersenyum dan bicara.
5)      Perdengarkan musik
b.      Bayi dan Balita
a)      Bayi
1)      Umur 3-6 Bulan (1) Sering tengkurapkan bayi.
2)      Gerakkan benda ke kiri dan kanan, di depan matanya.
3)      Perdengarkan berbagai bunyi-bunyian.
4)      Beri mainan benda yang besar dan berwarna.

b)      Umur 6-12 Bulan


(1)   Ajari bayi duduk
(2)   Ajak main ciluk-ba
(3)   Ajari memegang dan makan biskuit
(4)   Ajari memegang benda kecil dengan 2 jari
(5)   Ajari berdiri dan berjalan dengan berpegangan
(6)   Ajak bicara sesering mungkin
(7)   Latih mengucapkan ma...ma...pa...pa...
(8)   Beri mainan yang aman dipukul-pukul
c)      Balita
Umur 1-2 Tahun
1)      Ajari berjalan di undakan/tangga
2)      Ajak membersihkan meja dan menyapu
3)      Ajak membereskan mainan
4)      Ajari mencoret-coret di kertas
5)      Ajari menyebut bagian tubuhnya
6)      Bacakan cerita anak
7)      Ajak bernyanyi
8)      Ajak bermain
9)      Berikan pujian kalau ia berhasil melakukan sesuatu
Umur 2-3 Tahun
1)      Ajari berpakaian sendiri
2)      Ajak melihat buku bergambar
3)      Bacakan cerita anak
4)      Ajari makan di piringnya sendiri
5)      Ajari cuci tangan
6)      Ajari buang air besar dan kecil di tempatnya
Umur 3-5 Tahun
1)      Minta anak menceritakan apa yang ia lakukan
2)      Dengarkan ia ketika bicara
3)      Jika ia gagap, ajari bicara pelan-pelan
4)      Awasi dia mencoba hal baru

C. Kebutuhan Stimulasi mental meliputi reflex pada bayi dan


komunikasi

1. Kebutuhan stimulasi mental


Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar
( Pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental ini
mengembangkan perkembangan mental psikososial, kecerdasan,
keterampilan, kemandirian, kreatifitas, agama, kepribadian, moral,
etika produktifitas dan sebagainya.

Refleks pada bayi

Refleks yang terjadi pada bayi baru lahir disebut dengan refleks
primitif. Seperti apa refleks yang terjadi pada bayi baru lahir? Mari kita
bahas satu per satu.

1. Rooting reflex

Refleks ini terjadi ketika Anda menyentuh pinggir mulut bayi Anda.
Bayi akan mengikuti arah sentuhan tersebut sambil membuka mulutnya.
Hal ini membantu bayi ketika ia sedang ingin menyusu. Refleks ini muncul
sejak lahir dan bertahan hingga usia 3-4 bulan.

2. Refleks menghisap (sucking reflex)

Ketika bagian atas atau langit-langit mulut bayi disentuh, bayi akan
mulai menghisap. Refleks menghisap mulai muncul saat usia 32 minggu
kehamilan dan menjadi sempurna saat usia 36 minggu kehamilan. Oleh
karena itu, bayi prematur biasanya belum bisa menghisap dengan baik.

3. Refleks moro

Refleks moro biasanya muncul ketika bayi terkejut. Ketika bayi


Anda terkejut misalnya karena suara yang berisik atau gerakan yang
terjadi secara tiba-tiba, bayi akan mengeluarkan refleks ini. Bayi akan
melakukan gerakan dengan memanjangkan lengan dan menekuk kakinya.
Refleks ini muncul sejak lahir dan bertahan hingga usia 4 bulan.

4. Asymmetric tonic neck reflex

Ketika kepala bayi menengok ke satu sisi, ia akan memanjangkan


lengan di sisi yang sama. Sebaliknya, lengan pada sisi yang berlawanan
akan ditekuk. Refleks ini muncul sejak lahir dan bertahan hingga usia 2
bulan.

5. Refleks menggenggam (palmar grasp reflex)

Refleks menggenggam pada bayi muncul ketika Anda menyentuh


telapak tangannya. Bayi akan menutup jari-jarinya seperti gerakan
menggenggam. Refleks ini muncul sejak lahir dan bertahan hingga usia 3-
4 bulan.

6. Refleks Babinski

Refleks Babinski muncul ketika Anda menggaruk telapak kaki bayi


Anda. Jempol bayi akan mengarah ke atas dan jari-jari kaki lainnya akan
terbuka. Refleks ini menetap hingga usia 2 tahun.

7. Stepping reflex

Refleks ini juga dikenal dengan istilah walking/dance reflex karena


bayi terlihat seperti melangkah atau menari ketika ia diposisikan dalam
posisi tegak dengan kaki yang menyentuh tanah. Refleks ini muncul sejak
lahir dan terlihat paling jelas setelah usia 4 hari.
Berkomunikasi dengan bayi

Frekuensi dan volume

Penelitian menunjukkan, semakin banyak berbicara pada bayi,


semakin banyak kata yang dikeluarkan pula, akan lebih baik bagi bayi.
Bayi yang mendapat lebih dari 30 juta kata hingga usia 3 tahun memiliki
perkembangan bahasa yang lebih baik sehingga saat sekolah sudah
pandai membaca.

Berbicara pada anak juga jangan terlalu cepat dan keras seperti
membentak bayi. Bisa dengan cara bernyanyi bersama, membaca puisi
atau sajak, dan mendorong anak berbicara sesama temannya.

Bahasa tubuh dan isyarat visual

Menurut Association for the Education of Young Children,


menggunakan gerak tubuh dan ekspresi wajah dapat membantu anak
memahami kata-kata. Misalnya, memperkenalkan diri sambil tersenyum
riang dan melambaikan tangan.

Penelitian menunjukkan, isyarat visual membantu anak-anak


mencerna kosakata baru dan meningkatkan kemampuan mereka untuk
memahami konteks.

Kontak mata

Kontak mata juga penting saat berbicara dengan bayi. Bayi akan
menyadari ia sedang diajak berbicara. Dalam sebuah penelitian di Current
Biology, adanya kontak mata antara orangtua dan bayi meningkatkan
rentang perhatian bayi atau jangka waktu bayi dapat berkonsentrasi pada
suatu kegiatan.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kebutuhan asuh yaitu kebutuhan neonatus memerlukan nutrisi yang
meliputi ASI, susu formula, dan makanan pendamping ASI sebagai
kebutuhan bayi. Ketiganya digunakan untuk pertumbuhan dan aktivitas
seiring dengan makin bertambahnya usia anak. Produksi ASI relative
tetap, dengan pengaturan makanan untuk bayi dan anak sehat, kebutuhan
nutrisi pada usia toddler, kebutuhan nutrisi pada balita serta kebutuhan
imunisasi. Kebutuhan asah yaitu pada kebutuhan ini diperlukan stimulasi
serta deteksi untuk mengetahui tingkat pertumbuhan dan perkembangan
dari neonatus, bayi, balita.

B.     Saran
Semoga makalah ini dapat diterima bagi semua pembaca dan dapat
memberikan kritik untuk perbaikan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Kebidanan Bayi dan Anak Balita.
Jakarta :Salemba Medika.

Linda V. Walsh. 2003. Midwifery Chapter 23. W. B. Saunders. San


Fransisco California. Hal. 330-335.

Prawirohardjo, Sarwono, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan


Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka.

Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. 2003. Buku IV Asuhan Kebidanan pada


Ibu Post Partum. Hal. 30-37.

Rini, Susilo. 2017. Panduan Asuhan Nifas & Evidence Based Practice.
Yogyakarta:Deepublish.

Varney, H. 1997. Varney’s Midwifery 3th edition. Jones and Bartlett. New
York. Hal. 623-625

Anda mungkin juga menyukai