Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH MANAJEMEN ASUHAN PADA NEONATUS, BAYI DAN

BALITA SERTA SOAP DAN 7 LANGKAH VARNEY

Disusun oleh :

Almira Naswa Trilestari

PRODI D-III KEBIDANAN AKBID MEDIKA WIYATA

KOTA KEDIRI

TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ MMANAJEMEN ASUHAN PADA
NEONATUS, BAYI, DAN BALITA ”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang
diberikan dalam mata kuliah asuhan kebidanan neonatus dan bayi baru lahir AKBID MEDIKA
WIYATA KEDIRI.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak
yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah
memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Kediri, 09 novemberl 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................1


DAFTAR ISI ....................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG....................................................................... 3
1.2. RUMUSAN MASALAH................................................................... 3
1.3. TUJUAN PENULISAN..................................................................... 3
BAB II KEBUTUHAN DASAR NEONATUS
2.1. DEFINISI NEONATUS ................................................................... 4
2.2. KEBUTUHAN DASAR NEONATUS DAN BAYI................................ .
2.2.1. KEBUTUHAN FISIK PADA NEONATUS DAN BAYI...............
2.2.2. KEBUTUHAN PSIKOLOGIS PADA NEONATUS DAN BAYI..
2.3. ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS DAN BAYI............
BAB III KEBUTUHAN DASAR BALITA
3.1. DEFINISI BALITA .........................................................................
3.2. KEBUTUHAN DASAR BALITA ...................................................
3.2.1. KEBUTUHAN FISIK PADA BALITA .................................
3.2.2. KEBUTUHAN PSIKOLOGIS PADA BALITA.....................
3.3. ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA .....................................
BAB IV 7 LANGKAH VARNEY
BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN ..................................................................................
5.2 SARAN ..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Setiap orang tua tentu berkeinginan agar anaknya dapat mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang terbaik sesuai dengan potensi genetik yang ada pada anak tersebut. Hal
ini dapat tercapai apabila kebutuhan dasar anak terpenuhi. Kebutuhan dasar ini mencakup
asah, asih, dan asuh. Kebutuhan dasar tersebut harus dipenuhi sejak dini, bahkan sejak bayi
berada dalam kandungan.
Kebutuhan dasar yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak
karena faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal menyangkut keadaan ekonomi,
sosial dan spiritual keluarga serta peran bidan. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang
terdapat didalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai problema pada anak.
Faktor yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya pengetahuan
ibu mengenai kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus dipenuhi anak pada masa pertumbuhan
dan perkembangan. Peran bidan dalam hal ini adalah memberi informasi yang baik dan
benar berkaitan dengan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Apa definisi dari neonatus, dan balita?
1.2.2 Apa sajakah kebutuhan dasar neonatus, dan balita?
1.2.3 Bagaimana asuhan kebidanan pada neonatus, dan balita?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1.3.1 Mengetahui definisi dari neonatus, dan balita.
1.3.2 Mengetahui dan memahami kebutuhan dasar neonatus, dan balita
1.3.3 Mengetahui dan memahami asuhan kebidanan pada neonatus, dan balita

3
BAB II
PEMBAHASAN
KEBUTUHAN DASAR NEONATUS DAN BAYI

2.1. DEFINISI NEONATUS


Menurut kamus kedokteran Dorland (2003), djelaskan bahwa neonatal adalah jabang
bayi baru lahir hingga berumur empat minggu. Menurut Jumiarni (1995) neonatus adalah
bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan
intra uterine ke kehidupan ekstrauterin.
Bayi baru lahir  adalah bagian dari neonatus yaitu suatu organisme yang sedang
bertumbuh yang baru mengalami trauma kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari
kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin   (Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak III
oleh Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Unifersitas Indonesia tahun
1985)
Menurut Ibrahim (1984) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan
37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan 2500 – 4000 gram.

2.2. KEBUTUHAN DASAR NEONATUS DAN BAYI


2.2.1. KEBUTUHAN FISIK PADA NEONATUS DAN BAYI
Kebutuhan Fisik-Biologis meliputi kebutuhan sandang, pangan, papan seperti: nutrisi,
imunisasi, kebersihan tubuh & lingkungan, pakaian, pelayanan/pemeriksaan kesehatan dan
pengobatan, olahraga, bermain dan beristirahat.
– Nutrisi : Harus dipenuhi sejak anak di dalam rahim. Ibu perlu memberikan nutrisi seimbang
melalui konsumsi makanan yang bergizi dan menu seimbang. Air Susu Ibu (ASI) yang
merupakan nutrisi yang paling lengkap dan seimbang bagi bayi terutama pada 6 bulan
pertama (ASI Eksklusif).
– Imunisasi : anak perlu diberikan imunisasi dasar lengkap agar terlindung dari penyakit-
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
– Kebersihan : meliputi kebersihan makanan, minuman, udara, pakaian, rumah, sekolah,
tempat bermain dan transportasi.
– Bermain, aktivitas fisik, tidur : anak perlu bermain, melakukan aktivitas fisik dan tidur
karena hal ini dapat merangsang hormon pertumbuhan, nafsu makan, merangsang
metabolisme karbohidrat, lemak, dan  protein merangsang pertumbuhan otot dan tulang
merangsang perkembangan.
– Pelayanan Kesehatan : anak perlu dipantau / diperiksa kesehatannya secara teratur.
Penimbangan anak minimal 8 kali setahun dan dilakukan SDIDTK minimal 2 kali setahun.
Pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi setiap bulan Februari dan bulan Agustus.
– Tujuan pemantauan yang teratur untuk : mendeteksi secara dini dan menanggulangi bila ada
penyakit dan gangguan tumbuh-kembang, mencegah penyakit serta memantau pertumbuhan
dan perkembangan anak.
– Memandikan Neonatus : Neonatus harus selalu dijaga agar tetap bersih, hangat, dan kering.
Beberapa cara untuk menjaga agar kulit neonatus bersih adalah memandikan neonatus,
mengganti popok atau pakaian neonatus sesuai keperluan, pastikan bahwa neonatus tidak
terlalu panas/dingin, dan menjaga kebersihan pakaian dan hal – hal yang bersentuhan
dengan neonatus. Memandikan neonatus sebaiknya ditunda sampai 6 jam kelahiran. Hal ini
4
dimaksudkan agar neonatus tidak hipotermi. Selain itu juga meminimalkan resiko infeksi.
Prinsip yang perlu diperhatikan pada saat memandikan neonatus antara lain :
o Menjaga neonatus agar tetap hangat
o Menjaga neonatus agar tetap aman dan selamat
o Suhu air tidak boleh terlalu panas atau terlalu dingin.
Memandikan neonatus dianjurkan memakai sabun dengan pH netral dengan sedikit bahkan
tanpa parfum atau pewarna (jangan gunakan sabun mandi dewasa). Permukaan kulit yang
asam (acid mantle) memberi perlindungan kepada neonatus terhadap infeksi, sedangkan pH
kulit yang kurang dari 5,0 bersifat bakteriostatik. Pada saat lahir kulit neonatus tidak begitu
asam (pH 6,34) kemudian menurun sampai 4,95 dalam 4 hari. Memandikan neonatus
dengan sabun alkalin (sabun dewasa) akan meningkatkan pH kulit sehingga keasaman kulit
menurun (dapat menimbulkan infeksi pada neonatus). Memandikan neonatus juga memiliki
beberapa maanfaat diantaranya yaitu untuk menjaga kebersihan tubuh neonatus, tali pusat,
dan memberikan rasa nyaman pada neonatus.
– Memberi Minum/Menyusui pada Neonatus : BBL normal dapat segera disusui hanya dalam
waktu 1-2 menit pada setiap payudara. Neonatus baru lahir segera mungkin dilakukan IMD.
Proses ini berlangsung minimal 1 jam pertama setelah neonatus lahir. IMD sangatlah baik
kegunaannya, selain sebagai pengerat hubungan batin ibu dan anak IMD juga memiliki
keuntungan lainnya, yaitu mempercepat keluarnya kolostrum. Pada waktu IMD neonatus
mendapat kolostrum yang penting untuk kelangsungan hidupnya.
Kebutuhan minum pada neonatus yaitu :
o Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari
o Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari
o Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari
o Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari
Dan untuk tiap harinya sampai mencapai 180 – 200 cc/kg BB/hari. 
Dalam menyusui juga hrus diperhatikan tentang cara menyusui yang benar, karena menyusui
dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak
keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan
menyusu. Apabila bayi telah menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-
tanda sebagai berikut :
o Bayi tampak tenang.
o Badan bayi menempel pada perut ibu.
o Mulut bayi terbuka lebar.
o Dagu bayi menmpel pada payudara ibu.
o Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang
o masuk.
o Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
o Puting susu tidak terasa nyeri.
o Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
o Kepala bayi agak menengadah.
– Menyendawakan Neonatus : Menyendawakan neonatus penting dilakukan dan berfungsi
untuk mengeluarkan udara yang ada di dalam perut neonatus atau agar tidak
kembung.Biasanya udara masuk ke perut neonatus bersamaan ketika neonatus
5
menyusu.Makin banyak udara yang masuk, semakin kembunglah perut neonatus. Akibatnya
neonatus merasa tidak nyaman dan akan menyebabkan rewel. Berikut adalah teknik-teknik
menyendawakan neonatus :
o Menaruh di Pundak 
o Posisi Telungkup 
– Pijat Bayi : Manfaat memijat neonatus Yang terutama yaitu neonatus akan merasakan kasih
sayang dan kelembutan dari orang tua saat dipijat. Kasih sayang merupakan hal yang
penting bagi pertumbuhan neonatus. Sentuhan hangat dari tangan dan jari orang tua bisa
membuat neonatus merasakan pernyataan kasih sayang orang tua.
o Menguatkan otot
o Pijatan terhadap neonatus sangat bagus untuk menguatkan otot neonatus
o Membuat neonatus lebih sehat
o Memijat neonatus bisa memerlancar sistem peredaran darah, membantu proses
pencernaan neonatus, dan juga memerbaiki pernapasan neonatus. Bahkan memijat
neonatus bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh si neonatus.
o Membantu pertumbuhan
o Menurut penelitian, pertumbuhan neonatus seperti berat badan akan lebih baik dengan
memijat neonatus. Bahkan untuk neonatus prematur, berat badan bisa bertambah hingga
47 persen dibanding jika tidak dipijat.
o Meningkatkan kesanggupan belajar
o Dengan merangsang indra peraba, indra penglihatan dan pendengaran si neonatus, akan
meningkatkan daya ingat dan kesanggupan belajar sang neonatus.
o Membuat neonatus tenang.
– Hygiene diri dan lingkungan
Kebersihan badan dan lingkungan yang terjaga berarti sudah mengurangi resiko tertularnya
berbagai penyakit infeksi. Selain itu, lingkungan yang bersih akan memberikan kesempatan
kepada anak untuk melakukan aktivitas bermain secara aman. Beberapa hal yang harus
diperhatikan untuk menjaga kebersihan balita oleh orang tua, adalah sebagai berikut :
o Mencuci tangan
o Memotong kuku
o Mandi teratur
o Bersihkan mainannya
– Buang air besar ( BAB )
Kotoran yang dikeluarkan bayi baru lahir, pada hari-hari pertama disebut mekonium.
Mekonium adalah ekskresi gastrointestinal bayi yang diakumulasi dalam usus sejak masa
janin, yaitu pada usia kehamilan 16 minggu. Warna mekonium adalah hijau kehitaman,
lengket dan bertekstur lembut, terdiri atas mulkus, sel epitel, cairan amnion yang tertelan,
asam lemak dan pibmen empedu. Mekonium dikeluarkan seluruhnya 2-3 hari setelah lahir.
Kemudian feses bayi yang diberi ASI akan berubah warnanya menjadi hijau-emas dan
terlihat seperti bibit. Bayi yang diberi susu formula memiliki feses yang berwarna coklat
gelap, seperti pasta atau padat. Bayi akan berdefekasi 5-6 kali tiap hari dan akan berkurang
pada minggu ke 2. Apabila bayi tidak defekasi selama lebih dari dua hari segera hubungi
tenaga kesehatan.
– Buang air kecil ( BAK )
6
Bayi berkemih sebanyak 4-8 kali sehari. Pada awalnya volume urin sebanyak 20-30 ml/ hari,
meningkat menjadi 100-200 ml/ hari pada akhir pertama. Warna urin keruh/ merah muda
dan berangsur-angsur jernih karena intake cairan meningkat
– Tidur
Memasuki bulan pertama kehidupan, bayi baru lahir menghabiskan waktunya untuk tidur,
sediakan lingkungan yang nyaman, atur posisi dan minimalkan gangguan agar bayi dapat
tidur saat ibu ingin tidur. Lama tidur BBL antara 16-20 jam sehari dengan masing-masing
periode antara 1,5 jam-5/ 6 jam (Doenges, M, E, 2001 : 219).
– Perawatan kulit
Kulit bayi masih sangat sensitive terhadap kemungkinan terjadinya infeksi. Verniks kaseosa
bermanfaat untuk melindungi kulit bayi sehingga jangan dibersihkan saat memandikan bayi.
Lanugo menutupi kulit terutama bahu, lengan atas, paha. Pastikan semua alat yang
digunakan oleh bayi selalu dalam keadaan bersih dan kering.
– Keamanan bayi
Hal-hal yang harus diperhatikan menjaga keamanan bayi adalah dengan tetap menjaganya,
jangan sekalipun meninggalkan tanpa ada yang menunggu. Selain itu juga jangan
memberikan apapun ke mulut bayi selain ASI, karena bayi bisa tersedak dan jangan
menggunakan alat penghangat di tempat tidur bayi. Menjauhi orang-orang yang menderita
infeksi, lingkungan yang banyak asap dan orang merokok. Dan biasakan mencuci tangan
sebelum dan sesudah menangani bayi. (Pusdiknakes-WHO-JHPIEGO, 2003 : 23)
– Perawatan tali pusat
Tali pusat merupakan tempat koloni bakteri, pintu masuk kuman, dan bisa terjadi infeksi
lokal, sehingga perlu adanya perawatan tali pusat yang baik. Sisa tali pusat sebaiknya
dipertahankan dalam keadaan terbuka dan ditutupi kain bersih secara longgar. Pemakaian
popok sebaiknya dilipat dibawah tali pusat. Jika tali pusat terkena kotoran / feses maka harus
segera dicuci dengan menggunakan air bersih dan sabun kemudian dikeringkan. Biasanya
tali pusat akan terlepas sekitar 1-2 minggu.
– Tanda-tanda bahaya bayi baru lahir
o Pernafasan sulit/ lebih dari 60 dan < 40 kali/ menit
o Suhu terlalu panas ( > 38ocelsius ) atau terlalu dingin ( < 36ocelsius )
o Isapan saat menyusu lemah, rewel, sering muntah, dan mengantuk berlebihan,
o Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, dan berdarah,
o Tidak BAB dalam 2 hari, tidak BAK dalam 24 jam, feses lembek atau cair, sering
berwarna hijau tua, dan terdapat lendir atau darah,
o Mengigil, rewel, lemas.mengantuk, kejang,tidak bisa tenang, dan menangis terus-menerus
o Bayi kulit kering ( terutama 24 jam pertama ) berwarna biru , pucat atau memar.
o Bagian putih mata menjadi kuning atau warna kulit tampak kuning, coklat atau persik
– Penyuluhan sebelum bayi pulang
Pelayanan kebidanan sebelum ibu dan bayi pulang mencakup upaya pencegahan penyakit,
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, penyembuhan serta pemulihan kesehatan.
Kegiatan Penyuluhan sebelum bayi pulang meliputi :
o Penyuluhan dan nasehat tentang kesehatan ibu dan anak selama perawatan di rumah.
o Cara menyusui yang baaik dan benar.
o Perawatan tali pusat dan cara memandikan bayi.
7
o Pemelihaaan kesehatan ibu,bayi dan balita.
o Pengobatan sederhana bagi ibu bayi dan balita.
o Perbaikan gisi keluarga, ibu agar mengkomsumsi makanan yang mengandung gizi tinggi
seperti buah-buahan, sayur2 an yang hijau,
o Imunisasi bayi/ anak, pelaksanaan imunisasi agar dilakukan secara lengkap
o Kebersihan ibu dan bayi selalu dijaga sehingga infeksi tidak terjadi selama perawatan di
rumah
o Pelayanan KB, melakukan program KB dengan kontrasepsi yang sesuai dengan
kesehatan ibu

2.2.2. KEBUTUHAN PSIKOLOGIS PADA NEONATUS DAN BAYI


Asih (kebutuhan emosional) adalah kasih sayang dari orang tua akan menciptakan
ikatan yang erat dan kepercayaan dasar untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik
fisik maupun mental.
Pada tahun-tahun pertama kehidupannya (bahkan sejak dalam kandungan), anak
mutlak memerlukan ikatan yang erat, serasi dan selaras dengan ibunya untuk  menjamin
tumbuh kembang fisik-mental dan psikososial anak . Cara memenuhi kebutuhan psikologis
neonatus dan bayi bisa dengan melalui Bounding Attachment.

1. Pengertian Bounding Attachment


Bounding attachment berasal dari dua suku kata, yaitu bounding dan attachment. 
Bounding adalah proses pembentukan sedangkan attachment (membangun ikatan). Jadi
bounding attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan
keterikatan batin antara orangtua dan bayi.
Adapun beberapa definisi para ahli:
o Klause dan Kennel (1983): interaksi orang tua dan bayi secara nyata, baik fisik, emosi,
maupun sensori pada beberapa menit dan jam pertama segera bayi setelah lahir.
o Nelson (1986), bounding: dimulainya interaksi emosi sensorik fisik antara orang tua dan
bayi segera setelah lahir,attachment: ikatan yang terjalin antara individu yang meliputi
pencurahan perhatian; yaitu hubungan emosi dan fisik yang akrab.
o Saxton dan Pelikan (1996), bounding: adalah suatu langkah untuk mengunkapkan perasaan
afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir; attachment: adalah
interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.
o Bennet dan Brown (1999), bounding:  terjadinya hubungan antara orang tua dan bayi sejak
awal kehidupan, attachment: pencurahan kasih sayang di antara individu.
o Brozeton (dalam Bobak, 1995): permulaan saling mengikat antara orang-orang seperti
antara orang tua dan anak pada pertemuan pertama.

2. Tahap-tahap Bounding Attachment


o Perkenalan, dengan melakukan kontak mata, menyentuh, berbicara dan mengeksplorasi
segera setelah mengenal bayinya
o Bounding (keterikatan)
o Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain

8
3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Berhasil atau Tidaknya Proses Bounding
Attachment
o Kesehatan emosional orang tua
Orang tua yang mengharapkan kehadiran si anak dalam kehidupannya tentu akan
memberikan respon emosi yang berbeda dengan orang tua yang tidak menginginkan
kelahiran bayi tersebut. Respon emosi yang positif dapat membantu tercapainya proses
bounding attachment ini.
o Tingkat kemampuan, komunikasi dan ketrampilan untuk merawat anak
Dalam berkomunikasi dan keterampilan dalam merawat anak, orang tua satu dengan yang
lain tentu tidak sama tergantung pada kemampuan yang dimiliki masing-masing.
Semakin cakap orang tua dalam merawat bayinya maka akan semakin mudah pula
bounding attachment terwujud.
o Dukungan sosial seperti keluarga, teman dan pasangan
Dukungan dari keluarga, teman, terutama pasangan merupakan faktor yang juga penting
untuk diperhatikan karena dengan adanya dukungan dari orang-orang terdekat akan
memberikan suatu semangat / dorongan positif yang kuat bagi ibu untuk memberikan
kasih sayang yang penuh kepada bayinya.
o Kedekatan orang tua dan anak
Dengan metode rooming in kedekatan antara orang tua dan anak dapat terjalin secara
langsung dan menjadikan cepatnya ikatan batin terwujud diantara keduanya.
o Kesesuaian antara orang tua dan anak (keadaan anak, jenis kelamin)
Anak akan lebih mudah diterima oleh anggota keluarga yang lain ketika keadaan anak
sehat / normal dan jenis kelamin sesuai dengan yang diharapkan. Pada awal kehidupan,
hubungan ibu dan bayi lebih dekat dibanding dengan anggota keluarga yang lain karena
setelah melewati sembilan bulan bersama, dan melewati saat-saat kritis dalam proses
kelahiran membuat keduanya memiliki hubungan yang unik.

4. Cara Untuk Melakukan Bounding Attachment


o Pemberian ASI ekslusif
Dengan dilakukannya pemberian ASI secara ekslusif segera setelah lahir, secara langsung
bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan ibu merasa bangga dan
diperlukan , rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.
o Rawat gabung
Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar antara ibu dan bayi
terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan
bayinya. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya, karena
kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi. Bayi
yang merasa aman dan terlindung, merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri
dikemudian hari. Dengan memberikan ASI ekslusif, ibu merasakan kepuasan dapat
memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya, dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Keadaan
ini juga memperlancar produksi ASI, karena refleks let-down bersifat psikosomatis. Ibu
akan merasa bangga karena dapat menyusui dan merawat bayinya sendiri dan bila ayah
bayi berkunjung akan terasa adanya suatu kesatuan keluarga.
o Kontak mata (Eye to Eye Contact)

9
Beberapa ibu berkata begitu bayinya bisa memandang mereka,mereka merasa lebih dekat
dengan bayinya. Orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling
memandang. Seringkali dalam posisi bertatapan. Bayi baru lahir dapat diletakkan lebih
dekat untuk dapat melihat pada orang tuanya.  Kesadaran untuk membuat kontak mata
dilakukan kemudian dengan segera. Kontak mata mempunyai efek yang erat terhadap
perkembangan dimulainya hubungan dan rasa percaya sebagai faktor yang penting dalam
hubungan manusia pada umumnya.
o Suara (Voice)
Mendengar dan merenspon suara antara orang tua dan bayinya sangat penting. orang tua
menunggu tangisan pertama bayi mereka dengan tegang. Suara tersebut membuat mereka
yakin bahwa bayinya dalam keadaan sehat. Tangis tersebut membuat mereka melakukan
tindakan menghibur. Sewaktu orang tua berbicara dengan nada suara tinggi, bayi akan
menjadi tenang dan berpaling kearah mereka. Respon antara ibu dan bayi berupa suara
masing-masing. Orang tua akan menantikan tangisan pertama bayinya. Dari tangisan itu,
ibu menjadi tenang karena merasa bayinya baik-baik saja (hidup). Bayi dapat mendengar
sejak dalam rahim, jadi tidak mengherankan jika ia dapat mendengarkan suara-suara dan
membedakan nada dan kekuatan sejak lahir, meskipun suara-suara itu terhalang selama
beberapa hari oleh cairan amniotik dari rahim yang melekat dalam telinga.
o Aroma  /Odor (Bau Badan)
Setiap anak memiliki aroma yang unik dan bayi belajar dengan cepat untuk mengenali
aroma susu ibunya. Indera penciuman pada bayi baru lahir sudah berkembang dengan baik
dan masih memainkan peran dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup. Indera
penciuman bayi akan sangat kuat, jika seorang ibu dapat memberikan bayinya Asi pada
waktu tertentu.
o Gaya bahasa (Entrainment)
Bayi mengembangkan irama akibat kebiasaan. Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai
dengan struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyangkan tangan, mengangkat
kepala, menendang-nendangkan kaki. Entrainment terjadi pada saat anak mulai bicara. 
Bayi baru lahir menemukan perubahan struktur pembicaraan dari orang dewasa. Artinya
perkembangan bayi dalam bahasa dipengaruhi kultur, jauh sebelum ia menggunakan
bahasa dalam berkomunikasi. Dengan demikian terdapat salah satu yang akan lebih banyak
dibawanya dalam memulai berbicara (gaya bahasa). Selain itu juga mengisyaratkan umpan
balik positif bagi orang tua dan membentuk komunikasi yang efektif.
o Bioritme (Biorhythmicity)
Salah satu tugas bayi baru lahir adalah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua
dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan
memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif. Janin dalam
rahim dapat dikatakan menyesuaikan diri dengan irama alamiah ibunya seperti halnya
denyut jantung. Salah satu tugas bayi setelah lahir adalah menyesuaikan irama dirinya
sendiri. Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberikan perawatan penuh kasih
sayang secara konsisten dan dengan menggunakan tanda keadaan bahaya bayi untuk
mengembangkan respon bayi dan interaksi sosial serta kesempatan untuk belajar.
o Inisiasi Dini

10
Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan diatas ibu. Ia akan merangkak dan
mencari puting susu ibunya. Dengan demikian, bayi dapat melakukan reflek sucking
dengan segera.

5. Prinsip-Prinsip dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment


o Dilakukan segera (menit pertama jam pertama).
o Sentuhan orang tua pertama kali.
o Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua ke anak.
o Kesehatan emosional orang tua.
o Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan.
o Persiapan PNC sebelumnya.
o Adaptasi.
o Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak.
o Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan pada
bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi rasa nyaman.
o Fasilitas untuk kontak lebih lama.
o Penekanan pada hal-hal positif.
o Perawat maternitas khusus (bidan).
o Libatkan anggota keluarga lainnya/dukungan sosial dari keluarga, teman   dan
pasangan.
o Informasi bertahap mengenai bounding attachment.

6. Manfaat  Bounding Attachment


Adapun manfaat dari implementasi teori bounding attachment jika dilakukan secara baik
yaitu:
o Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap sosial.
o Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi.
o Akan sangat berpengaruh positif pada pola perilaku dan kondisi psikologis bayi kelak.

7. Hambatan Bounding Attachment


Sesuatu yang prosesnya tidak sealur dengan tujuan dari bounding attachment dan dapat
dikatakan sebagai penghambat dalam bounding attachment adalah:
o Prematuritas
Bayi yang baru dilahirkan dalam keadaan prematur, kurang mendapat kasih sayang dari
ibunya karena kondisi belum cukup viabel(kelangsungan hidup terus) dan belum cukup
untuk menyesuaikan dengan extra uterine, bahkan bayi diletakkan dalam inkubator
sampai bayi dapat hidup sebagai individu yang mandiri.
o Bayi atau ibu sakit
Pada keadaan ibu atau bayi salah satu menderita sakit dan harus mendapat perawatan
khusus, maka ikatan ibu dan bayi akan tertunda.
o Cacat Fisik
Bayi lahir cacat fisik atau cacat bawaan atau kelainan lainnya, dapat menimbulkan stres
pada keluarga, utamanya ibu. Ibu merasa malu dan kurang menyukainya.
o Dukungan sosial seperti keluarga, teman dan pasangan
11
Dukungan dari keluarga, teman, terutama pasangan merupakan faktor yang juga penting
untuk diperhatikan karena dengan adanya dukungan dari orang-orang terdekat akan
memberikan suatu semangat / dorongan positif yang kuat bagi ibu untuk memberikan
kasih sayang yang penuh kepada bayinya.
o Kedekatan orang tua ke anak
Dengan metode rooming/rawat gabung kedekatan antara orang tua dan anak dapat
terjalin secara langsung dan menjadikan cepatnya ikatan batin terwujud diantara
keduanya.
o Kesesuaian antara orang tua dan anak (keadaan anak, jenis kelamin)
Anak akan lebih mudah diterima oleh anggota keluarga yang lain ketika keadaan anak
sehat/normal dan jenis kelamin sesuai dengan yang diharapkan.

8. Peran Bidan dalam Mendukung Terjadinya Bonding Attachment


o Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam jam pertama
pasca kelahiran.
o Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan respon positif
tentang bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan dan tindakan.
o Sewaktu pemeriksaan ANC, Bidan selalu mengingatkan ibu untuk menyentuh dan
meraba perutnya yang semakin membesar
o Bidan mendorong ibu untuk selalu mengajak janin berkomunikasi
o Bidan juga mensupport ibu agar dapat meningkatkan kemampuan dan
keterampilannya dalam merawat anak, agar saat sesudah kelahiran nanti ibu tidak
merasa kecil hati karena tidak dapat merawat bayinya sendiri dan tidak memiliki
waktu yang seperti ibu inginkan
o Ketika dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan salah satu cara
bonding attachment dalam beberapa saat setelah kelahiran, hendaknya Bidan tidak
benar-benar memisahkan ibu dan bayi melainkan Bidan mampu untuk mengundang
rasa penasaran ibu untuk mengetahui keadaan bayinya dan ingin segera memeluk
bayinya.  Pada kasus bayi atau ibu dengan risiko,  ibu dapat tetap melakukan bonding
attachment ketika ibu member ASI bayinya atau ketika mengunjungi bayi di ruang
perinatal. ( Yetti Anggraini, Asuhan Kebidanan Masa Nifas, hal 65-75)

KEBUTUHAN STIMULASI (ASAH)


Anak perlu distimulasi sejak dini untuk mengembangkan sedini mungkin
kemampuan sensorik, motorik, emosi-sosial, bicara, kognitif, kemandirian, kreativitas,
kepemimpinan, moral dan spiritual anak. Dasar perlunya stimulasi dini. Milyaran sel otak
dibentuk sejak anak di dalam kandungan usia 6 bulan dan belum ada hubungan antar sel-sel
otak (sinaps)orang tua perlu merangsang hubungan antar sel-sel otak bila ada rangsangan
akan terbentuk hubungan-hubungan baru (sinaps).
Asah merupakan stimulasi mental yang akan menjadi cikal bakal proses pendidikan
di mana bertujuan untuk mengembangkan mental, kecerdasan, ketrampilan, kemandirian,
kreativitas, agama, moral, produktifitas, dan lain-lain.
Stimulasi sebaiknya dilakukan setiap kali ada kesempatan berinteraksi dengan bayi
misalnya ketika memandikan, mengganti popok, menyusui, menggendong, mengajak
berjalan-jalan, bermain, menonton TV, menjelang tidur.
12
Stimulasi pada masa neonatus dilakukan dengan cara : mengusahakan rasa nyaman,
aman dan menyenangkan, memeluk, menggendong, menatap mata bayi, mengajak
tersenyum, berbicara, membunyikan berbagai suara atau musik bergantian, menggantung
dan menggerakkan benda berwarna mencolok (lingkaran atau kotak-kotak hitam-putih),
benda-benda berbunyi, dirangsang untuk meraih dan memegang mainan
– Ketika bayi rewel, cari penyebabnya dan peluk ia dengan penuh kasih sayang.
– Gantung benda-benda yang berbunyi dan berwarna cerah di atas tempat tidur bayi agar
bayi dapat melihat benda tersebut bergerak-gerak dan berusaha menendang/meraih
benda tersebut.
– Latih bayi mengangkat kepala dengan cara meletakkannya pada posisi telungkup.
– Ajak bayi tersenyum, terutama ketika ia tersenyum kepada anda.
Stimulasi pada masa bayi dilakukan dengan cara :
– Bantu bayi duduk sendiri, mulai dengan mendudukan bayi di kursi yang mempunyai
sandaran.
– Latih kedua tangan bayi masing-masing memegang benda dalam waktu yang
bersamaan.
– Latih bayi menirukan kata-kata dengan cara menirukan suara bayi dan buat agar bayi
menirukan kembali.
– Latih bayi bermain seperti melambaikan tangan
– Angkat bayi dan bantu ia berdiri diatas permukaan yang datar dan kokoh.
– Latih bayi memasukkan dan mengeluarkan benda dari wadah.
– Perlihatkan gambar benda dan bantu bayi menunjuk nama benda yang anda sebutkan.
– Ajak bayi bermain dengan permainan yang perlu dilakukan bersama.
– Latih bayi berjalalan sendiri.
– Latih bayi menggelindingkan bola.
– Berikan kesempatan kepada bayi untuk menggambar,
– Ajak bayi makan bersama

2.3. ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS DAN BAYI


Untuk semua BBL, lakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan:
 Sebelum bayi lahir:
– Apakah kehamilan cukup bulan?
– Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
 Segera setelah bayi lahir, sambil meletakkan bayi di atas kain bersih dan kering yang
telah disiapkan pada perut bawah ibu, segera lakukan penilaian (selintas) berikut :
– Apakah bayi menangis kuat dan/ atau bernafas tanpa kesulitan?
– Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap lakukan resusitasi.

1. PENGKAJIAN AWAL
Ciri-ciri bayi baru lahir normal :
– Berat badan 2500 - 4000 gram.
– Panjang badan 48 - 52 cm.
– Lingkar dada 30 - 38 cm.
13
– Lingkar kepala 33 - 35 cm.
– Frekuensi jantung 120 - 160 kali/menit.
– Pernafasan ± 40 - 60 kali/menit.
– Kulit kemerah - merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup.
– Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna.
– Kuku agak panjang dan lemas.
– Genetalia
o Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora
o Laki - laki testis sudah turun, skrotum sudah ada
– Reflek sucking (hisap) dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
– Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik.
– Reflek graps atau menggenggam sudah baik.
– Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna
hitam kecoklatan.

2. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR


Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama
jam pertama setelah kelahiran. Aspek-aspek penting dari asuhan segera bayi baru lahir :
– Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat
– Usahakan adanya kontak antara kulit bayi dan kulit ibunya sesegera mungkin.
– Segera setelah melahirkan badan bayi lakukan penilaian sepintas :
o Sambil secara cepat menilai pernapasannya (menangis kuat, bayi bergerak aktif, warna
kulit kemerahan)  letakkan bayi dengan handuk diatas perut ibu
o Dengan kain bersih dan kering atau kasa lap darah/lendir dari wajah bayi untuk
mencegah jalan udaranya terhalang. Periksa ulang pernapasan bayi (sebagian besar
bayi akan menangis atau bernapas spontan dalam waktu 30 detik setelah lahir).
o Dan nilai APGAR SKORnya, jika bayi bernafas megap-megap atau lemah maka
segera lakukan tindakan  resusitasi bayi baru lahir.

PENILAIAN APGAR SKOR


Nilai

Tanda 0 1 2

Denyut jantung
Tidak ada Lambat < 100 >100
(pulse)

Usaha nafas Lambat, tidak Menangis dengan


Tidak ada
(respisration) teratur keras

Fleksi pada
Tonus otot (activity) Lemah Gerakan aktif
ekstremitas

14
Kepekaan reflek
Tidak ada Merintih Menangis kuat
(grimace)

Tubuh merah
Biru Seluruhnya merah
Warna (apperence) muda,
pucat muda
ekstremitas biru

Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR :


– Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius
dan membutuhkan Resusitasi segera sampai Ventilasi.
– Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6 menunjukkan bayi mengalami
depresi sedang dan membutuhkan tindakan Resusitasi.
– Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9
– Bayi normal dengan nilai APGAR 10
a)  Pemberian ASI dini
Memberikan ASI dini (dalam 1 jam pertama setelah bayi baru lahir) akan memberikan
keuntungan yaitu:
– Merangsang produksi ASI : Rangsangan isapan bayi pada puting susu ibu akan
diteruskan oleh serabut syaraf ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon 
prolaktin (hormon ini yang memacu payudara untuk menghasilkan ASI.
– Memperkuat  reflek  menghisap
o Reflek rooting (reflek mencari putting susu)
o Reflek suckling (reflek menghisap)
o Reflek  swallowing (reflek menelan)
– Mempercepat  hubungan batin ibu dan bayi (membina ikatan emosional dan
kehangatan ibu-bayi).
– Memberikan kekebalan pasif  yang segera kepada bayi melalui kolostrum.
– Merangsang kontraksi uterus dan mencegah terjadi perdarahan  pada ibu.

b) Perawatan mata
Memberikan eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% untuk mencegah penyakit mata karena
klamidia (penyakit menular seksual). Obat mata diberikan pada 1 jam pertama
setelah persalinan.

c) Pemberian vitamin K
Untuk mencegah terjadinya  perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir
lakukan hal-hal berikut :
– Semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral
1mg/hari.
– Bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosis 0,5-1 mg IM dipaha kiri.

d) Pemberian  Imunisasi Hepatitis B

15
Pemberian imunisasi Hepatitis B ini untuk mencegah infeksi Hepatitis  B di berikan pada
usia 0 (segera setelah lahir menggunakan uniject) di suntik, IM dipaha kanan dan
selanjutnya di berikan ulangan sesuai imunisasi dasar lengkap.

e) Pemantauan lanjutan
Tujuan pemantauan bayi baru lahir yaitu untuk mengetahui aktifitas bayi normal atau
tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian dan
tindak lanjut dari petugas kesehatan.

Dua jam pertama sesudah lahir


Hal-hal yang di nilai  waktu pemantauan bayi pada jam pertama sesudah kelahiran yaitu:
– Kemampuan menghisap kuat atau lemah
– Bayi tampak aktif atau lunglai
– Bayi tampak kemerahan atau biru

16
BAB III
KEBUTUHAN DASAR BALITA

3.1. DEFINISI BALITA


Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular
dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H, 2006). Menurut Sutomo. B. dan
Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak
prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk
melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan
berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas. Masa balita merupakan
periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di
masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode
selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak
akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan.
3.2. KEBUTUHAN DASAR PADA BALITA

3.2.1 KEBUTUHAN FISIK PADA BALITA


Pemenuhan nutrisi pada balita
Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang keberlangsungan proses
pertumbuhan dan perkembangan. Zat gizi yang mencukupi pada anak harus dimulai sejak dalam
kandungan, yaitu dengan pemberian nutrisi yang cukup memadai pada ibu hamil. Setelah lahir,
harus diupayakan pemberian ASI secara eksklusif, yaitu pemberian ASI saja sampai anak berumur
4-6 bulan. Sejak berumur 6 bulan, sudah waktunya anak diberikan makanan tambahan atau
makanan pendamping ASI. Pemberian makanan tambahan ini penting untuk melatih kebiasaan
makan yang baik dan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang mulai meningkat pada masa balita
dan prasekolah, karena pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi adalah sangat
pesat, terutama pertumbuhan otak.
Kebutuhan gizi yang harus dipenuhi pada masa balita diantaranya energi dan protein.
Kebutuhan energi sehari anak untuk tahun pertama kurang lebih 100-120 kkal/ kg berat badan.
Untuk tiap 3 bulan pertambahan umur, kebutuhan energi turun kurang lebih 10 kkal/ kg berat
badan. Energi dalam tubuh diperoleh terutama dari zat gizi karbohidrat, lemak dan juga protein.
Protein dalam tubuh merupakan sumber asam amino esensial yang diperlukan sebagai zat
pembangun, yaitu untuk pertumbuhan dan pembentukan protein dalam serum, mengganti sel-sel
yang rusak, memelihara keseimbangan asam basa cairan tubuh, serta sebagai sumber energi.
Lemak merupakan sumber kalori berkonsentrasi tinggi, selain itu lemak juga mempunyai 3 fungsi,
diantaranya sebagai sumber lemak esensial, sebagai zat pelarut vitamin A, D, E, K, serta dapat
memberi rasa sedap dalam makanan. Kebutuhan karbohidrat yang dianjurkan adalah 60-70% dari
total energi. Sumber karbohidrat dapat diperoleh dari beras, jagung, singkong, tepung-tepungan,
gula, dan serat makanan. Serat makanan sangat penting untuk menjaga kesehatan alat pencernaan.
Vitamin dan mineral pada masa balita sangat diperlukan untuk mengatur keseimbangan kerja
tubuh dan kesehatan secara keseluruhan. Kebutuhan akan vitamin dan mineral jauh lebih kecil dari
pada protein, lemak, dan karbohidrat.
Ada beberapa hal yang perlu dihindari bagi anak agar makannya tidak berkurang, seperti
membatasi makanan yang kurang menguntungkan, seperti coklat, permen, kue-kue manis karena
dapat membuat kenyang sehingga nafsu makan berkurang. Menghindari makanan yang

17
merangsang seperti pedas dan terlalu panas, menciptakan suasana makan yang tentram dan
menyenangkan, memilih makanan dengan nilai gizi tinggi, memperhatikan kebersihan perorangan
dan lingkungan, tidak memaksa anak untuk makan serta tidak menghidangkan porsi makanan
terlalu banyak. Usia balita dapat kita bedakan menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut.
1. Balita usia 1-3 tahun : Jenis makanan yang paling disukai anak balita di usia ini biasanya
adalah makanan yang manis-manis, seperti cokelat, permen, es krim, dll. Pada anak usia ini
sebaiknya makanan yang banyak mengandung gula dibatasi, agar gigi susunya tidak rusak
atau berlubang (caries). Pada usia ini, biasanya anak sangat rentan terhadap gangguan gizi,
seperti kekurangan vitamin A, zat besi, kalori dan protein. Kekurangan vitamin A dapat
mengakibatkan gangguan fungsi pada mata, sedangkan kekurangan kalori dan protein dapat
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan kecerdasan anak.
2. Anak usia 4-6 tahun : Pada usia ini, anak-anak masih rentan terhadap gangguan penyakit
gizi dan infeksi. Sehingga pemberian makanan yang bergizi tetap menjadi perhatian orang
tua, para pembimbing dan pendidik di sekolah. Pendidikan tentang nilai gizi makanan, tidak
ada salahnya mulai diajarkan pada mereka. Dan ini saat yang tepat untuk menganjurkan
yang baik-baik pada anak, karena periode ini anak sudah dapat mengingat sesuatu yang
dilihat dan didengar dari orang tua dan lingkungan sekitarnya. Sehingga akhirnya anak dapat
memilih menyukai makanan yang bergizi.

Di bawah ini terdapat beberapa makanan yang dianjurkan untuk balita :


1. Makanan pendamping ASI untuk balita dapat berupa bubur tepung beras atau beras merah
yang dimasak dengan cairan, kaldu daging, susu formula atau air
2. Makanan pendamping lainnya selain bubur adalah buah-buahan yang dihaluskan dengan
blender, seperti buah papaya, pisang, apel, melon, dan alpukat.
3. Sayur-sayuran dan kacang-kacangan juga dapat dijadikan makanan pendamping balita
dengan cara direbus dan dihaluskan dengan blender. Sebaiknya, ketika diblender, bahan
makanan pendamping balita ini ditambah dengan kaldu atau air matang supaya lebih halus.
Sayuran dan kacang-kacangan tersebut adalah kacang polong, kacang merah, wortel, tomat,
kentang, labu kuning, dan kacang hijau.
4. Makanan pendamping balita pun dapat berupa daging pilihan yang tidak mengandung lemak
dan diblender.
5. Makanan pendamping lainnya juga bisa berupa ikan yang diblender, yaitu ikan yang tidak
berduri (ikan salmon, fillet ikan kakap, dan gindara).

Penyebab status nutrisi kurang pada anak :


1. Asupan nutrisi yang tidak adekuat, baik secara kuantitatif maupun kualitatif
2. Hiperaktivitas fisik/ istirahat yang kurang
3. Adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan kebutuhan nutrisi
4. Stres emosi yang dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau absorbsi makanan
tidak adekuat.

3.2.2 KEBUTUHAN PSIKOLOGIS


18
Untuk dapat menjalin ikatan emosi yang erat dengan anak kita, berikut ini ada beberapa hal
yang dapat dijadikan pedoman bagi orangtua atau orang yang dekat dengan anak dalam
melakukan interaksi dengan balita :
– Berikan rangsangan positif kepada balita. Misalnya dengan belaian/ sentuhan /pijatan–pijatan
lembut, ucapan-ucapan lembut, kecupan, dan suara-suara yang menenangkan
– Tanggap terhadap kebutuhan balita.
– Ajak anak bermain yang dapat membuatnya gembira atau tertawa. Misalnya dengan main
“ciluk ba”, menggelitikinya sesekali, memainkan boneka dengan suara-suara lucu atau
menunjukkan wajah-wajah ganjil (memasang ekspresi lucu), membadut (bicara dengan cara
yang dilebih-lebihkan), kemudian tertawalah bersama anak. Pada umumnya, kita akan merasa
lebih dekat dengan seseorang yang tertawa bersama kita, demikian pula halnya dengan anak.
– Sengaja meluangkan waktu bersama anak untuk dapat memberikan kualitas pengasuhan yang
baik. Jangan menghadapi anak dengan terpaksa atau hanya hadir secara fisik saja. Usahakan
menghadapi anak dengan menghadirkan “hati” juga.
– Terima anak apa adanya dengan tulus dan ikhlas, sekalipun ia cacat atau tidak sesuai dengan
harapan kita. Sebab penolakan terhadap anak, menyebabkan hubungan orangtua-anak menjadi
tegang dan menghalangi orangtua untuk memberikan kasih sayangnya.
– Jangan bersikap kasar, kesal dan menunjukkan kemarahan terhadap balita karena balita juga
bisa merasakan ketidaknyamanan ini dan merekamnya dalam ingatannya sehingga membuat
orangtua menjadi “jauh” terhadap anak.
– Toleransi : Bertoleransi terhadap kesalahan anak, bukan kebalikan dari disiplin. Kesalahan
yang dilakukan anak sering kali hanya karena perbedaan pandang kita sebagai orang tua atau
orang dewasa dengan cara pandang anak. Menghargai perbedaan perlu dikenalkan pada saat
anak mulai dapat berbicara dan bermain dengan teman sebayanya. Konflik yang sering terjadi
karena kita tidak bisa menghargai perbedaan. Hal terkecil tetapi penting untuk dilakukan
orangtua adalah mendengarkan dan menghargai pendapat anak.
– Menjadi Motivator : Anak tidak sekedar mencontoh dan anak tidak hanya membutuhkan
keteladanan orangtua. Dorongan atau motivasi sering lebih penting daripada ajakan. Terlebih
pada usia setahun, saat anak memerlukan kemampuan untuk mengontrol dirinya, motivasi
berperan penting agar kelak tidak menjadi anak yang pemalu atau peragu. Dorongan orang tua
akan muncul dengan sendirinya jika orangtua atau pengasuh sering mendampingi atau
memfasilitasi kegiatan bermain anak. Tentu saja dorongan untuk mendikte yang sering muncul
tanpa kita sadari harus benar-benar kita hindari.

Peran bidan dalam hal ini adalah :


– Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam jam pertama pasca
kelahiran.
– Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan respon positif tentang
bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan dan tindakan.
– Sewaktu pemeriksaan ANC, Bidan selalu mengingatkan ibu untuk menyentuh dan meraba
perutnya yang semakin membesar
– Bidan mendorong ibu untuk selalu mengajak janin berkomunikasi
– Bidan juga mensupport ibu agar dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilannya dalam
merawat anak, agar saat sesudah kelahiran nanti ibu tidak merasa kecil hati karena tidak dapat
merawat bayinya sendiri dan tidak memiliki waktu yang seperti ibu inginkan
19
– Ketika dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan salah satu cara bonding
attachment dalam beberapa saat setelah kelahiran, hendaknya Bidan tidak benar-benar
memisahkan ibu dan bayi melainkan Bidan mampu untuk mengundang rasa penasaran ibu
untuk mengetahui keadaan bayinya dan ingin segera memeluk bayinya.  Pada kasus bayi atau
ibu dengan risiko,  ibu dapat tetap melakukan bonding attachment ketika ibu member ASI
bayinya atau ketika mengunjungi bayi di ruang perinatal.

3.3 ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA


Bidan berperan dalam asuhan terhadap balita terutama dalam hal :
a) Melakukan pengkajian atau pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan anak,
meliputi:
– Pemeriksaan fisik
– Pemeriksaan tanda-tanda vital
– Penampilan umum
– Perkembangan psikologis
b) Penyuluhan kesehatan kepada keluarga :
– Pemberian makanan bergizi pada bayi dan balita
– pemberian ASI
– pola pemberian makanan balita
– hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI
– saat penggantian ASI dengan susu buatan
– menghentikan pemberian ASI
– mengatur makanan anak usia 1-5 tahun
– Pemeriksaan rutin/berkala terhadap bayi dan balita, imunisasi, pencegahan
kecelakaan, kesehatan gigi, peningkatan kesehatan pola tidur, bermain

20
BAB IV
MANAJEMEN KEBIDANAN TUJUH LANGKAH
VARNEY

Proses manajemen adalah proses memecahkan masalah dengan menggunakan metode yang
terorganisir meliputi pikiran dan tindakan dengan urutan logis untuk keuntungan pasien dan
pemberian asuhan dengan menunjukan pernyataan yang jelas tentang proses berpikir dan tindakan.
Manajemen kebidanan memberikan asuhan komprehensif, terdiri dari 7 langkah :
1.    Langkah  I (Pengkajian)
Pada tahap ini, bidan harus mengumpulkan data dasar klien secara lengkap untuk
mengevaluasi pasien, meliputi identitas riwayat pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul atas
indikasi, mempelajari catatan sekarang atau laporan yang lalu, mempelajari data laboratorium dan
membuat laporan singkat untuk menentukan kondisi pasien.
Data subjektif diperoleh melalui anamnesis. Untuk memperoleh data subyektif dapat
dilakukan dengan cara menanyakan keluhan pasien, riwayat kesehatan, riwayat haid, riwayat
kehamilan, riwayat persalinan, dan riwayat nifas. (Asuhan Kebidanan Antenatal, 2006).
Data objektif didapatkan melalui:
a.   Pemeriksaan fisik
1)    Palpasi abdomen : untuk memastikan volume cairan amnion. Jika ketuban benar-benar pecah,
palpasi abdomen kadang-kadang dapat mendeteksi berkurangnya cairan, karena terdapat
peningkatan molase uterus dan dinding abdomen di sekeliling janin dan penurunan ballottement
(Varney, 2010:399)
2)    Pemeriksaan anogenital dengan speculum steril
a)    Inspeksi genetalia eksterna untuk melihat adanya cairan.
b)    Lihat adanya cairan yang mengalir dari ostium serviks.
c)    Lihat genangan cairan amnion, memiliki bau apek yang khas, yang membedakan dari bau urine.
d)    Observasi cairan yang keluar untuk melihat adanya lanugo atau verniks kaseosa.
e)    Lihat serviks untuk memperkirakan pembukaan jika pemeriksaan dalam tidak dilakukan.
f)     Lihat serviks untuk mengetahui adanya prolaps tali pusat atau ekstremitas janin.
3)    Periksa dalam (Vagina toucher) meliputi:
a)    Pembukaan : pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm (dr.
indogamers, 2006)
b)    Ketuban sudah pecah (ketuban negatif)
b.  Pemeriksaan laboratorium
1)   Uji pakis positif : dengan meneteskan air ketuban pada objek glass dan biarkan kering,
pemeriksaan mikroskopis menunjukkan Kristal cairan amnion dan gambaran daun pakis
(Nurhayati, 2010)
2)   Uji kertas nitrazin positif : jika kertas nitrazin merah berubah menjadi biru, menunjukkan adanya
cairan ketuban (alkalis)

3)   Ultrasonografi : untuk pemeriksaan oligohidramnion jika pemeriksaan sebelumnya tidak


memberikan gambaran yang jelas pecah ketuban (Varney, 2010)

2.    Langkah  II (Interpretasi data)


Adalah interpretasi data untuk spesifikasi masalah atau diagnosa. Data yang tersedia di
interpretasikan sehingga diketahui diagnosa dan masalah spesifik.
Pada ibu dengan ketuban pecah dini interpretasi datanya biasanya: Ny. M umur 19 tahun
G1P0A0 hamil 39 minggu, inpartu kala I fase aktif dengan Ketuban Pecah Dini Janin tunggal
hidup intrauterin presentasi kepala.

21
3.    Langkah  III (Identifikasi diagnosa dan masalah potensial)
Langkah selanjutnya adalah identifikasi masalah-masalah potensial masalah atau penyulit yang
mungkin muncul. Langkah ini penting untuk menyusun persiapan antisipasi, sehingga kita selalu
siap siaga dalam menghadapi berbagai kemungkinan.
Diagnosa potensial pada ibu dengan KPD adalah infeksi dan terjadinya gawat janin. (Ai
Yeyeh, 2010)

4.    Langkah  IV (Identifikasi tindakan segera dan atau kolaborasi)


Pada langkah ini bidan menentukan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan
konsultasi atau kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien. (Ai Yeyeh,
2010)
Kolaborasi pada KPD salah satunya adalah untuk mengantisipasi diagnosa potensial
terjadinya infeksi yaitu dengan pemberian antibiotic injeksi Cefotaxin 2 x 1 gram/ hari dan
pemberian oksigen 2 liter per menit.

5.    Langkah  V (Rencana menyeluruh asuhan kebidanan)


Membuat rencana asuhan komperehensif, ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya,
merupakan hasil pengembangan dari masalah sekarang antisipasi masalah dan diagnosa juga
melengkapi data yang kurang serta data tambahan yang penting sebagai informasi untuk data
dasar.
Rencana asuhan kebidanan pada kasus KPD adalah Melakukan penilaian kemajuan persalinan
setiap 4 jam, kondisi ibu dan janinnya (HIS dan DJJ) setiap 30 menit, pengeluaran per-vaginam
setiap 2 jam dan mencatatnya di lembar observasi, serta memerikan therapy sesuai program
pengobatan dari dokter. (Ai Yeyeh, 2010)

6.    Langkah  VI (Pelaksanaan)
Adalah implementasi dari rencana asuhan yang komprehensif, ini mungkin seluruhnya
diselesaikan oleh bidan atau sebagian oleh wanita atau anggota team kesehatan lainnya.
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada kasus KPD disesuaikan dengan perencanaan yang
disusun yaitu Melakukan penilaian kemajuan persalinan setiap 4 jam, kondisi ibu dan janinnya
(HIS dan DJJ) setiap 30 menit, pengeluaran per-vaginam setiap 2 jam dan mencatatnya di lembar
observasi, serta memerikan therapy sesuai program pengobatan dari dokter. (Ai Yeyeh, 2010)

7.    Langkah  VII (Evaluasi)


Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang diberikan, meliputi apakan
pemenuhan kebutuhan telah terpenuhi sesuai diagnosis dan masalah. Rencana dianggap efektif
jika pelaksanaannya memang efektif
Pada kasus KPD yang dievaluasi adalah terjadinya infeksi atau tidak, selama proses
persalinan dan sesudah persalinan (post partum) (Ai Yeyeh, 2010)

BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN

Menurut kamus kedokteran Dorland (2003), djelaskan bahwa neonatal adalah jabang bayi


baru lahir hingga berumur empat minggu. Kebutuhan Fisik-Biologis neonatal meliputi kebutuhan
sandang, pangan, papan seperti: nutrisi, imunisasi, kebersihan tubuh & lingkungan, pakaian,
pelayanan/pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, olahraga, bermain dan beristirahat.Kebutuhan

22
psikologi neonatal meliputi kebutuhan asih (kebutuhan emosional), kebutuhan asah (kebutuhan
stimulasi). Asuhan kebidanan pada neonatus segera lakukan penilaian (selintas) berikut :
– Apakah bayi menangis kuat dan/ atau bernafas tanpa kesulitan?
– Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap lakukan resusitasi.
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular
dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H, 2006).Kebutuhan Fisik pada balita
meliputi kebutuhan nutrisi, imunisasi, kebersihan, bermain, aktivitas fisik, tidur. Kebutuhan
psikologi pada balita dengan memberikan rangsangan positif kepada balita, Ajak anak bermain
yang dapat membuatnya gembira atau tertawa,tanggap terhadap kebutuhan balita, dan lain- lain.
Asuhan kebidanan pada balita meliputi:
– Melakukan pengkajian atau pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan anak
– Penyuluhan kesehatan kepada keluarga :Pemeriksaan rutin/berkala terhadap bayi dan balita,
imunisasi, pencegahan kecelakaan, kesehatan gigi, peningkatan kesehatan pola tidur, bermain,
peningkatan pendidikan seksual dimulai sejak balita (sejak anak mengenal identitasnya sebagai
laki-laki atau perempuan)
5.2 SARAN
Dengan ini diharapkan ibu dapat mengetahui kebutuhan dasar pada neonatus, balita dan
anak pra sekolah untuk kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan. Bidan harus dapat
memberikan asuhan yang sesuai pada masing-masing tahap perkembangan meliputi asuhan
terhadap kebutuhan dasar neonatus, balita

23
DAFTAR PUSTAKA
MNH, JNPK-KR dan DepKes. 2002. Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta : DepKes.RI
DepKes. 2005. Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta : DepKes.RI
Saifuddin, abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal . Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jumiarni, dkk 1995. Asuhan Perawatan Perinatal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC)
( Ibrahim, Kristiana. 1984. Perawatan Kebidanan jilid II. Bandung : Bhratara )
(Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak III oleh Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Unifersitas Indonesia tahun 1985)
Mirriamstoppard, complete baby and child care, 1995
Varney, H. 1997. Varney’s Midwifery 3th edition. Jones and Bartlett. New York. Hal. 623-625
Linda V. Walsh. 2003. Midwifery Chapter 23. W. B. Saunders. San Fransisco California. Hal. 330-
335
Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. 2003. Buku IV Asuhan Kebidanan pada Ibu Post Partum. Hal. 30-
37
Hidayat, Azis Alimul. 2009. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta : Salemba MedikaHasni. (2012). asuhan kebidanan neonatus, bayi dan balita
“imunisasi” .<http://www. asuhan-kebidanan-neonatus-bayi-dan.html> [ 24 Septembar 2013]
Prawirohardjo, Sarwono, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Purnamasari, Dewi, 2011. Panduan Pijat Praktis Balita Anda agar Cerdas dan Sehat.
Yogyakarta: Pustaka Salomon
Putri, Alissa, 2009. Pijat dan Senam Untuk Bayi dan Balita Panduan Praktis Memijat Bayi dan
Balita. Yogyakarta: Brilliant Offset
Muaris.H. (2006). Sarapan Sehat Untuk Anak Balita. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Anggraini dan Sutomo. 2010. Menu Sehat Alami untuk Batita dan Balita. Jakarta: Demedia

24

Anda mungkin juga menyukai