Disusun oleh :
KOTA KEDIRI
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ MMANAJEMEN ASUHAN PADA
NEONATUS, BAYI, DAN BALITA ”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang
diberikan dalam mata kuliah asuhan kebidanan neonatus dan bayi baru lahir AKBID MEDIKA
WIYATA KEDIRI.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak
yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah
memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
KEBUTUHAN DASAR NEONATUS DAN BAYI
8
3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Berhasil atau Tidaknya Proses Bounding
Attachment
o Kesehatan emosional orang tua
Orang tua yang mengharapkan kehadiran si anak dalam kehidupannya tentu akan
memberikan respon emosi yang berbeda dengan orang tua yang tidak menginginkan
kelahiran bayi tersebut. Respon emosi yang positif dapat membantu tercapainya proses
bounding attachment ini.
o Tingkat kemampuan, komunikasi dan ketrampilan untuk merawat anak
Dalam berkomunikasi dan keterampilan dalam merawat anak, orang tua satu dengan yang
lain tentu tidak sama tergantung pada kemampuan yang dimiliki masing-masing.
Semakin cakap orang tua dalam merawat bayinya maka akan semakin mudah pula
bounding attachment terwujud.
o Dukungan sosial seperti keluarga, teman dan pasangan
Dukungan dari keluarga, teman, terutama pasangan merupakan faktor yang juga penting
untuk diperhatikan karena dengan adanya dukungan dari orang-orang terdekat akan
memberikan suatu semangat / dorongan positif yang kuat bagi ibu untuk memberikan
kasih sayang yang penuh kepada bayinya.
o Kedekatan orang tua dan anak
Dengan metode rooming in kedekatan antara orang tua dan anak dapat terjalin secara
langsung dan menjadikan cepatnya ikatan batin terwujud diantara keduanya.
o Kesesuaian antara orang tua dan anak (keadaan anak, jenis kelamin)
Anak akan lebih mudah diterima oleh anggota keluarga yang lain ketika keadaan anak
sehat / normal dan jenis kelamin sesuai dengan yang diharapkan. Pada awal kehidupan,
hubungan ibu dan bayi lebih dekat dibanding dengan anggota keluarga yang lain karena
setelah melewati sembilan bulan bersama, dan melewati saat-saat kritis dalam proses
kelahiran membuat keduanya memiliki hubungan yang unik.
9
Beberapa ibu berkata begitu bayinya bisa memandang mereka,mereka merasa lebih dekat
dengan bayinya. Orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling
memandang. Seringkali dalam posisi bertatapan. Bayi baru lahir dapat diletakkan lebih
dekat untuk dapat melihat pada orang tuanya. Kesadaran untuk membuat kontak mata
dilakukan kemudian dengan segera. Kontak mata mempunyai efek yang erat terhadap
perkembangan dimulainya hubungan dan rasa percaya sebagai faktor yang penting dalam
hubungan manusia pada umumnya.
o Suara (Voice)
Mendengar dan merenspon suara antara orang tua dan bayinya sangat penting. orang tua
menunggu tangisan pertama bayi mereka dengan tegang. Suara tersebut membuat mereka
yakin bahwa bayinya dalam keadaan sehat. Tangis tersebut membuat mereka melakukan
tindakan menghibur. Sewaktu orang tua berbicara dengan nada suara tinggi, bayi akan
menjadi tenang dan berpaling kearah mereka. Respon antara ibu dan bayi berupa suara
masing-masing. Orang tua akan menantikan tangisan pertama bayinya. Dari tangisan itu,
ibu menjadi tenang karena merasa bayinya baik-baik saja (hidup). Bayi dapat mendengar
sejak dalam rahim, jadi tidak mengherankan jika ia dapat mendengarkan suara-suara dan
membedakan nada dan kekuatan sejak lahir, meskipun suara-suara itu terhalang selama
beberapa hari oleh cairan amniotik dari rahim yang melekat dalam telinga.
o Aroma /Odor (Bau Badan)
Setiap anak memiliki aroma yang unik dan bayi belajar dengan cepat untuk mengenali
aroma susu ibunya. Indera penciuman pada bayi baru lahir sudah berkembang dengan baik
dan masih memainkan peran dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup. Indera
penciuman bayi akan sangat kuat, jika seorang ibu dapat memberikan bayinya Asi pada
waktu tertentu.
o Gaya bahasa (Entrainment)
Bayi mengembangkan irama akibat kebiasaan. Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai
dengan struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyangkan tangan, mengangkat
kepala, menendang-nendangkan kaki. Entrainment terjadi pada saat anak mulai bicara.
Bayi baru lahir menemukan perubahan struktur pembicaraan dari orang dewasa. Artinya
perkembangan bayi dalam bahasa dipengaruhi kultur, jauh sebelum ia menggunakan
bahasa dalam berkomunikasi. Dengan demikian terdapat salah satu yang akan lebih banyak
dibawanya dalam memulai berbicara (gaya bahasa). Selain itu juga mengisyaratkan umpan
balik positif bagi orang tua dan membentuk komunikasi yang efektif.
o Bioritme (Biorhythmicity)
Salah satu tugas bayi baru lahir adalah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua
dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan
memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif. Janin dalam
rahim dapat dikatakan menyesuaikan diri dengan irama alamiah ibunya seperti halnya
denyut jantung. Salah satu tugas bayi setelah lahir adalah menyesuaikan irama dirinya
sendiri. Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberikan perawatan penuh kasih
sayang secara konsisten dan dengan menggunakan tanda keadaan bahaya bayi untuk
mengembangkan respon bayi dan interaksi sosial serta kesempatan untuk belajar.
o Inisiasi Dini
10
Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan diatas ibu. Ia akan merangkak dan
mencari puting susu ibunya. Dengan demikian, bayi dapat melakukan reflek sucking
dengan segera.
1. PENGKAJIAN AWAL
Ciri-ciri bayi baru lahir normal :
– Berat badan 2500 - 4000 gram.
– Panjang badan 48 - 52 cm.
– Lingkar dada 30 - 38 cm.
13
– Lingkar kepala 33 - 35 cm.
– Frekuensi jantung 120 - 160 kali/menit.
– Pernafasan ± 40 - 60 kali/menit.
– Kulit kemerah - merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup.
– Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna.
– Kuku agak panjang dan lemas.
– Genetalia
o Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora
o Laki - laki testis sudah turun, skrotum sudah ada
– Reflek sucking (hisap) dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
– Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik.
– Reflek graps atau menggenggam sudah baik.
– Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna
hitam kecoklatan.
Tanda 0 1 2
Denyut jantung
Tidak ada Lambat < 100 >100
(pulse)
Fleksi pada
Tonus otot (activity) Lemah Gerakan aktif
ekstremitas
14
Kepekaan reflek
Tidak ada Merintih Menangis kuat
(grimace)
Tubuh merah
Biru Seluruhnya merah
Warna (apperence) muda,
pucat muda
ekstremitas biru
b) Perawatan mata
Memberikan eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% untuk mencegah penyakit mata karena
klamidia (penyakit menular seksual). Obat mata diberikan pada 1 jam pertama
setelah persalinan.
c) Pemberian vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir
lakukan hal-hal berikut :
– Semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral
1mg/hari.
– Bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosis 0,5-1 mg IM dipaha kiri.
15
Pemberian imunisasi Hepatitis B ini untuk mencegah infeksi Hepatitis B di berikan pada
usia 0 (segera setelah lahir menggunakan uniject) di suntik, IM dipaha kanan dan
selanjutnya di berikan ulangan sesuai imunisasi dasar lengkap.
e) Pemantauan lanjutan
Tujuan pemantauan bayi baru lahir yaitu untuk mengetahui aktifitas bayi normal atau
tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian dan
tindak lanjut dari petugas kesehatan.
16
BAB III
KEBUTUHAN DASAR BALITA
17
merangsang seperti pedas dan terlalu panas, menciptakan suasana makan yang tentram dan
menyenangkan, memilih makanan dengan nilai gizi tinggi, memperhatikan kebersihan perorangan
dan lingkungan, tidak memaksa anak untuk makan serta tidak menghidangkan porsi makanan
terlalu banyak. Usia balita dapat kita bedakan menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut.
1. Balita usia 1-3 tahun : Jenis makanan yang paling disukai anak balita di usia ini biasanya
adalah makanan yang manis-manis, seperti cokelat, permen, es krim, dll. Pada anak usia ini
sebaiknya makanan yang banyak mengandung gula dibatasi, agar gigi susunya tidak rusak
atau berlubang (caries). Pada usia ini, biasanya anak sangat rentan terhadap gangguan gizi,
seperti kekurangan vitamin A, zat besi, kalori dan protein. Kekurangan vitamin A dapat
mengakibatkan gangguan fungsi pada mata, sedangkan kekurangan kalori dan protein dapat
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan kecerdasan anak.
2. Anak usia 4-6 tahun : Pada usia ini, anak-anak masih rentan terhadap gangguan penyakit
gizi dan infeksi. Sehingga pemberian makanan yang bergizi tetap menjadi perhatian orang
tua, para pembimbing dan pendidik di sekolah. Pendidikan tentang nilai gizi makanan, tidak
ada salahnya mulai diajarkan pada mereka. Dan ini saat yang tepat untuk menganjurkan
yang baik-baik pada anak, karena periode ini anak sudah dapat mengingat sesuatu yang
dilihat dan didengar dari orang tua dan lingkungan sekitarnya. Sehingga akhirnya anak dapat
memilih menyukai makanan yang bergizi.
20
BAB IV
MANAJEMEN KEBIDANAN TUJUH LANGKAH
VARNEY
Proses manajemen adalah proses memecahkan masalah dengan menggunakan metode yang
terorganisir meliputi pikiran dan tindakan dengan urutan logis untuk keuntungan pasien dan
pemberian asuhan dengan menunjukan pernyataan yang jelas tentang proses berpikir dan tindakan.
Manajemen kebidanan memberikan asuhan komprehensif, terdiri dari 7 langkah :
1. Langkah I (Pengkajian)
Pada tahap ini, bidan harus mengumpulkan data dasar klien secara lengkap untuk
mengevaluasi pasien, meliputi identitas riwayat pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul atas
indikasi, mempelajari catatan sekarang atau laporan yang lalu, mempelajari data laboratorium dan
membuat laporan singkat untuk menentukan kondisi pasien.
Data subjektif diperoleh melalui anamnesis. Untuk memperoleh data subyektif dapat
dilakukan dengan cara menanyakan keluhan pasien, riwayat kesehatan, riwayat haid, riwayat
kehamilan, riwayat persalinan, dan riwayat nifas. (Asuhan Kebidanan Antenatal, 2006).
Data objektif didapatkan melalui:
a. Pemeriksaan fisik
1) Palpasi abdomen : untuk memastikan volume cairan amnion. Jika ketuban benar-benar pecah,
palpasi abdomen kadang-kadang dapat mendeteksi berkurangnya cairan, karena terdapat
peningkatan molase uterus dan dinding abdomen di sekeliling janin dan penurunan ballottement
(Varney, 2010:399)
2) Pemeriksaan anogenital dengan speculum steril
a) Inspeksi genetalia eksterna untuk melihat adanya cairan.
b) Lihat adanya cairan yang mengalir dari ostium serviks.
c) Lihat genangan cairan amnion, memiliki bau apek yang khas, yang membedakan dari bau urine.
d) Observasi cairan yang keluar untuk melihat adanya lanugo atau verniks kaseosa.
e) Lihat serviks untuk memperkirakan pembukaan jika pemeriksaan dalam tidak dilakukan.
f) Lihat serviks untuk mengetahui adanya prolaps tali pusat atau ekstremitas janin.
3) Periksa dalam (Vagina toucher) meliputi:
a) Pembukaan : pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm (dr.
indogamers, 2006)
b) Ketuban sudah pecah (ketuban negatif)
b. Pemeriksaan laboratorium
1) Uji pakis positif : dengan meneteskan air ketuban pada objek glass dan biarkan kering,
pemeriksaan mikroskopis menunjukkan Kristal cairan amnion dan gambaran daun pakis
(Nurhayati, 2010)
2) Uji kertas nitrazin positif : jika kertas nitrazin merah berubah menjadi biru, menunjukkan adanya
cairan ketuban (alkalis)
21
3. Langkah III (Identifikasi diagnosa dan masalah potensial)
Langkah selanjutnya adalah identifikasi masalah-masalah potensial masalah atau penyulit yang
mungkin muncul. Langkah ini penting untuk menyusun persiapan antisipasi, sehingga kita selalu
siap siaga dalam menghadapi berbagai kemungkinan.
Diagnosa potensial pada ibu dengan KPD adalah infeksi dan terjadinya gawat janin. (Ai
Yeyeh, 2010)
6. Langkah VI (Pelaksanaan)
Adalah implementasi dari rencana asuhan yang komprehensif, ini mungkin seluruhnya
diselesaikan oleh bidan atau sebagian oleh wanita atau anggota team kesehatan lainnya.
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada kasus KPD disesuaikan dengan perencanaan yang
disusun yaitu Melakukan penilaian kemajuan persalinan setiap 4 jam, kondisi ibu dan janinnya
(HIS dan DJJ) setiap 30 menit, pengeluaran per-vaginam setiap 2 jam dan mencatatnya di lembar
observasi, serta memerikan therapy sesuai program pengobatan dari dokter. (Ai Yeyeh, 2010)
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
22
psikologi neonatal meliputi kebutuhan asih (kebutuhan emosional), kebutuhan asah (kebutuhan
stimulasi). Asuhan kebidanan pada neonatus segera lakukan penilaian (selintas) berikut :
– Apakah bayi menangis kuat dan/ atau bernafas tanpa kesulitan?
– Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap lakukan resusitasi.
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular
dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H, 2006).Kebutuhan Fisik pada balita
meliputi kebutuhan nutrisi, imunisasi, kebersihan, bermain, aktivitas fisik, tidur. Kebutuhan
psikologi pada balita dengan memberikan rangsangan positif kepada balita, Ajak anak bermain
yang dapat membuatnya gembira atau tertawa,tanggap terhadap kebutuhan balita, dan lain- lain.
Asuhan kebidanan pada balita meliputi:
– Melakukan pengkajian atau pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan anak
– Penyuluhan kesehatan kepada keluarga :Pemeriksaan rutin/berkala terhadap bayi dan balita,
imunisasi, pencegahan kecelakaan, kesehatan gigi, peningkatan kesehatan pola tidur, bermain,
peningkatan pendidikan seksual dimulai sejak balita (sejak anak mengenal identitasnya sebagai
laki-laki atau perempuan)
5.2 SARAN
Dengan ini diharapkan ibu dapat mengetahui kebutuhan dasar pada neonatus, balita dan
anak pra sekolah untuk kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan. Bidan harus dapat
memberikan asuhan yang sesuai pada masing-masing tahap perkembangan meliputi asuhan
terhadap kebutuhan dasar neonatus, balita
23
DAFTAR PUSTAKA
MNH, JNPK-KR dan DepKes. 2002. Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta : DepKes.RI
DepKes. 2005. Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta : DepKes.RI
Saifuddin, abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal . Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jumiarni, dkk 1995. Asuhan Perawatan Perinatal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC)
( Ibrahim, Kristiana. 1984. Perawatan Kebidanan jilid II. Bandung : Bhratara )
(Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak III oleh Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Unifersitas Indonesia tahun 1985)
Mirriamstoppard, complete baby and child care, 1995
Varney, H. 1997. Varney’s Midwifery 3th edition. Jones and Bartlett. New York. Hal. 623-625
Linda V. Walsh. 2003. Midwifery Chapter 23. W. B. Saunders. San Fransisco California. Hal. 330-
335
Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. 2003. Buku IV Asuhan Kebidanan pada Ibu Post Partum. Hal. 30-
37
Hidayat, Azis Alimul. 2009. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta : Salemba MedikaHasni. (2012). asuhan kebidanan neonatus, bayi dan balita
“imunisasi” .<http://www. asuhan-kebidanan-neonatus-bayi-dan.html> [ 24 Septembar 2013]
Prawirohardjo, Sarwono, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Purnamasari, Dewi, 2011. Panduan Pijat Praktis Balita Anda agar Cerdas dan Sehat.
Yogyakarta: Pustaka Salomon
Putri, Alissa, 2009. Pijat dan Senam Untuk Bayi dan Balita Panduan Praktis Memijat Bayi dan
Balita. Yogyakarta: Brilliant Offset
Muaris.H. (2006). Sarapan Sehat Untuk Anak Balita. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Anggraini dan Sutomo. 2010. Menu Sehat Alami untuk Batita dan Balita. Jakarta: Demedia
24