Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

PENGKAJIAN FISIK PADA ANAK

DOSEN PENGAMPU : BAIQ NURUL HIDAYATI, NERS, M. KEP

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 1

ANGGI HAPSARI PUTRI 001STYC18

DIANA NOVITA 009STYC18

FENI FERNIANSYAH 017STYC18

HIMMATUL MAULA 026STYC18

ASTRY

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1
2019/2020

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah  SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nyalah
sehingga tugas ini dapat diselesaikan tanpa suatu halangan yang amat berarti. Tanpa
pertolongannya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik.
Tugas ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “PENGKAJIAN
FISIK PADA ANAK”, yang disajikan berdasarkan referensi dari berbagai sumber. 
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Keperawatan Anak
I yang telah membimbing dan memberikan kesempatan kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran, baik dari dosen pembimbing maupun teman-teman atau
pembaca agar makalah ini dapat lebih sempurna. Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan dan pengetahuan yang luas kepada pembaca, dan semoga dengan adanya tugas
ini Allah SWT senantiasa meridhainya dan akhirnya membawa hikmah untuk semuanya.
Sekian dan terimakasih.

Mataram, April 2020

Penyusun

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1

1.2 Tujuan...............................................................................................................................1

BAB II KONSEP TEORI..............................................................................................................2

2.1 Definisi Pengkajian Fisik Pada Anak................................................................................2

2.2 Tahap-Tahap Tumbuh Kembang Anak.............................................................................3

2.3 Teknik Pengumpulan Data Dalam Pengkajian Fisik Pada Anak…………………..8

2.3 Pengkajian Fisik Pada Anak...........................................................................................10

BAB III PENUTUP......................................................................................................................34

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................34

3.2 Saran................................................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................35

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak yang sakit harus ditangani dengan sebaik-baiknya, agar ia dapat sehat kembali dan
proses tumbuh kembang dapat optimal sesuai dengan potensi genetiknya. Oleh karena itu
diperlukan langkah-langkah untuk menegakkan diagnosis penyakitnya dengan akurat.
Pendekatan melalui anamnesis dan diagnosis fisik masih tetap merupakan cara yang
baku, yang harus dikuasai oleh setiap dokter. Adanya alat-alat sederhana maupun alat-alat
mutakhir yang canggih untuk membantu menegakkan diagnosis, tetapi tidak dapat
menggantikan kedudukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jadi dalam dunia kedokteran
modern sekarang ini proses diagnostik tetap diawali dengan anamnesis serta pemeriksaan
fisik. Penguasaan yang baik atas anamnesis dan pemeriksaan fisik akan dapat mengarahkan
pemeriksaan kepada diagnosis yang benar.
Pemeriksaan fisik pada anak banyak persamaannya dengan pemeriksaan fisik pada orang
dewasa, namun banyak hal yang berbeda secara bermakna. Yang harus selalu diingat dalam
melakukan pemeriksaan fisik pada anak ialah pada bayi dan anak ada proses tumbuh dan
berkembang. Karena itu semua penemuan fisik harus selalu dihubungkan dengan tingkat
pertumbuhannya. Contoh : hati yang teraba 2 cm di bawah arkus kosta normal untuk bayi
dan balita, tetapi abnormal untuk anak remaja.
1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep teori dan manfaat pengkajian fisik pada anak
B. Tujuan Khusus
1. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
2. Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diproleh dalam
riwayat keperawatan.
3. Untuk megkonfirmasi dan megindetifikasi diagnosa keperawatan
4. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaan
5. Untuk mengevaluasi hasil fisiologi dari asuhan keperawatan

1
BAB II

KONSEP TEORI

2.1 Definisi Pengkajian Fisik Pada Anak


Pengkajian merupakan hal yang tidak boleh terlewatkan oleh perawat. Karena pengkajian
adalah langkah awal yang harus perawat kerjakan sebelum melakukan langkah-langkah
berikutnya. Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pada tahap ini
semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan kesehatan pasien. Pengkajian
harus dilakukan secara komprehensif terkait aspek biologis, psikologis, sosial maupun
spritual klien. (Siregar, 2018)
Pengkajian fisik Pada Anak adalah proses berkelanjutan yang dimulai selama wawancara,
terutama dengan menggunakan inspeksi atau observasi. Selama pemeriksaan yang lebih
formal, alat-alat untuk percusi, palpasi dan auscultasi ditambahkan untuk memantapkan dan
menyaring pengkajian system tubuh. Seperti pada riwayat kesehatan, obyektif dari
pengkajian fisik adalah untuk merumuskan diagnosa keperawatan dan mengevaluasi
keefektifan intervensi terapeutik. (Wong, 2003)
Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses keperawatan, dimana tiap tahap
perawat melakukan pengkajian data yang diperoleh dari hasil wawancara, laporan teman
sejawat, catatan keperawatan, atau catatan kesehatan lain dan pengkajian fisik. (Robert
Priharjo, 1993)
Menurut WHO definisi anak adalah dihitung sejak seseorang di dalam kandungan sampai
dengan usia 19 tahun.
Menurut Undang – Undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 2002 pasal 1 ayat 1
tentang perlindungan anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk
juga yang masih di dalam kandungan. Anak merupakan asset bangsa yang akan meneruskan
perjuangan suatu bangsa, sehingga harus diperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya
(Depkes RI, 2014).
Menurut Hurlock (1980), manusia berkembang melalui beberapa tahapan yang
berlangsung secara berurutan, terus menerus dan dalam tempo perkembangan yang tertentu,
terus menerus dan dalam tempo perkembangan yang tertentu dan bias berlaku umum. Untuk
lebih jelasnya tahapan perkembangan tersebut dapat dilihat pada uraian tersebut: - Masa pra-

2
lahir : Dimulahi sejak terjadinya konsepsi lahir - Masa jabang bayi : satu hari-dua minggu. -
Masa Bayi : dua minggu-satu tahun. - Masa anak : – masa anak-anak awal : 1 tahun-6 bulan,
Anak-anak lahir : 6 tahun-12/13 tahun. - Masa remaja : 12/13 tahun-21 tahun - Masa dewasa
: 21 tahun-40 tahun. - Masa tengah baya : 40 tahun-60 tahun. - Masa tua : 60 tahun-
meninggal .

2.2 Tahap-Tahap Tumbuh Kembang Anak


Tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak dapat ditentukan oleh masa atau waktu
kehidupan anak. Menurut Hidayat (2008) secara umum terdiri atas masa prenatal dan masa
postnatal.
1. Masa prenatal
Masa prenatal terdiri atas dua fase, yaitu fase embrio dan fase fetus. Pada masa embrio,
pertumbuhan dapat diawali mulai dari konsepsi hingga 8 minggu pertama yang dapat
terjadi perubahan yang cepat dari ovum menjadi suatu organisme dan terbentuknya
manusia. Pada fase fetus terjadi sejak usia 9 minggu hingga kelahiran, sedangkan minggu
ke-12 sampai ke-40 terjadi peningkatan fungsi organ, yaitu bertambah ukuran panjang
dan berat badan terutama pertumbuhan serta penambahan jaringan subkutan dan jaringan
otot.
2. Masa postnatal
Terdiri atas masa neonatus, masa bayi, masa usia prasekolah, masa sekolah, dan masa
remaja.
a. Masa neonates
Pertumbuhan dan perkembangan post natal setelah lahir diawali dengan masa neonatus
(0-28 hari). Pada masa ini terjadi kehidupan yang baru di dalam ekstrauteri, yaitu
adanya proses adaptasi semua sistem organ tubuh.
b. Masa bayi
Masa bayi dibagi menjadi dua tahap perkembangan. Tahap pertama (antara usia 1-12
bulan): pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini dapat berlangsung secara terus
menerus, khususnya dalam peningkatan sususan saraf. Tahap kedua (usia 1-2 tahun):
kecepatan pertumbuhan pada masa ini mulai menurun dan terdapat percepatan pada
perkembangan motorik.

3
c. Masa usia prasekolah
Perkembangan pada masa ini dapat berlangsung stabil dan masih terjadi peningkatan
pertumbuhan dan perkembangan, khususnya pada aktivitas fisik dan kemampuan
kognitif. Menurut teori Erikson (dalam Nursalam, 2005), pada usia prasekolah anak
berada pada fase inisiatif vs rasa bersalah (initiative vs guilty). Pada masa ini, rasa
ingin tahu (courius) dan adanya imajinasi anak berkembang, sehingga anak banyak
bertanya mengenai segala sesuatu di sekelilingnya yang tidak diketahuinya. Apabila
orang tua mematikan inisiatifnya maka hal tersebut membuat anak merasa bersalah.
Sedangkan menurut teori Sigmund Freud, anak berada pada fase phalik, dimana anak
mulai mengenal perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Anak juga akan
mengidentifikasi figur atau perilaku kedua orang tuanya sehingga kecenderungan
untuk meniru tingkah laku orang dewasa disekitarnya.
Pada masa usia prasekolah anak mengalami proses perubahan dalam pola makan
dimana pada umunya anak mengalami kesulitan untuk makan. Proses eliminasi pada
anak sudah menunjukkan proses kemandirian dan perkembangan kognitif sudah mulai
menunjukkan perkembangan, anak sudah mempersiapkan diri untuk memasuki
sekolah (Hidayat, 2008).
d. Masa sekolah
Perkembangan masa sekolah ini lebih cepat dalam kemampuan fisik dan kognitif
dibandingkan dengan masa usia prasekolah.
e. Masa remaja
Pada tahap perkembangan remaja terjadi perbedaan pada perempuan dan laki-laki.
Pada umumnya wanita 2 tahun lebih cepat untuk masuk ke dalam tahap
remaja/pubertas dibandingkan dengan anak laki-laki dan perkembangan ini
ditunjukkan pada perkembangan pubertas. (Hidayat, 2008) (Kusuma, 2016)

Kemudian disini ada tahapan perkembangan anak menurut milestone. Banyak “milestone”
perkembangan anak yang penting dalam mengetahui taraf perkembangan seorang anak
(yang dimaksud dengan “milestone” perkembangan adalah tingkat perkembangan yang
harus dicapai anak pada umur tertentu)
Berikut tahap-tahap perkembangan anak menurut milestone :

4
1. Milestone motorik kasar
a. Lahir- 3bulan :
1) Belajar mengangkat kepala
2) Kepala bergerak dari kiri ke kanan atau sebaliknya tergantung stimulasi
b. 3-4 bulan :
1) Menegakkan kepala 900 dan mengangkat dada
2) Menoleh ke arah suara
c. 6-9 bulan :
1) Duduk tanpa dibantu
2) Dapat tengkurap dan berbalik sendiri
3) Merangkak meraih benda atau mendekati seseorang
d. 9-12 bulan :
1) Merangkak
2) Berdiri sendiri tanpa dibantu
3) Dapat berjalan dengan dituntun
e. 12-13 bulan : Berjalan tanpa bantuan
f. 12-18 bulan : Berjalan mengeksplorasi rumah dan sekelilingnya
g. 18-24 bulan : Naik turun tangga
h. 2-3 tahun :
1) Belajar melompat, memanjat, dan melompat dengan satu kaki
2) Mengayuh sepeda roda tiga
i. 3-4 tahun: Berjalan dengan jari-jari kaki
j. 4-5 tahun : Melompat dan menari
2. Milstone motorik halus
a. Lahir- 3 bulan :
1) Mengikuti obyek dengan matanya
2) Menahan barang yang dipegangnya
b. 3-6 bulan :
1) Menyentuhkan tangan satu ke tangan lainnya
2) Belajar meraih benda dalam dan di luar jangkauannya
3) Menaruh benda di mulut

5
c. 6-9 bulan :
1) Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya
2) Memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
3) Bergembira dengan melempar benda-benda
d. 9- 12 bulan : Ingin menyentuh apa saja dan memasukkan benda ke mulut
e. 12-18 bulan : Menyusun 2-3 balok/kubus
f. 18-24 bulan :
1) Menyusun 6 kubus
2) Menunjuk mata dan hidung
3) Belajar makan sendiri
4) Menggambar garis dikertas atau pasir
g. 2-3 tahun:
1) Menggambar lingkaran
2) Membuat jembatan dengan 3 balok
h. 3-4 tahun:
1) Belajar berpakaian dan membuka pakaiannya sendiri
2) Menggambar orang hanya kepala dan badan
i. 4-5 tahun:
1) Menggambar orang terdiri dari kepala,badan, dan lengan
2) Mampu menggambar segiempat dan segitiga
3. Milestone bahasa atau kognitif
a. Lahir-3bulan: Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh(cooing)
b. 3-6 bulan: Tertawa dan menjerit gembira bila diajak bermain
c. 6-9 bulan: Mengeluarkan kata-kata tanpa arti (bubbling), da-da, ta-ta
d. 9- 12 bulan:
1) Menirukan suara
2) Dapat mengulang bunyi yang didengarnya
3) Belajar menyatakan satu atau dua kata
e. 12-18 bulan: Mengatakan 5-10 kata
f. 18-24 bulan:
1) Menyusun dua kata mebentuk kalimat

6
2) Menguasai sekitar 50-200 kata
g. 2-3 tahun:
1) Mampu menyusun kalimat lengkap
2) Menggunakan kata-kata saya, bertanya, mengerti kata-kata yang ditujukan
kepadanya
h. 3-4 tahun:
1) Mampu berbicara dengan baik
2) Mampu menyebut namanya,jenis kelamin, dan umur
3) Banyak bertanya
i. 4-5 tahun:
1) Pandai bicara
2) Mampu menyebut hari-hari dalam seminggu
3) Berminat/ tertarik pada kata baru dan artinya
4) ampu menghitung jari
5) emprotes bila dilarang apa yang diinginkan
6) endengar dan mengulang hal penting dan cerita
4. Milestone sosial
a. 3-4 bulan:
1) Mampu menatap mata
2) Tersenyum bila diajak bicara/senyum
3) Tertawa dan menjerit gembira bila diajak bermain
b. 6-9 bulan: Mulai berpartisipasi dalam tepuk tangan
c. 9-12 bulan: Berpartisipasi dalam permainan
d. 18-24 bulan: Memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain dengan mereka
e. 2-3 tahun: Bermain bersama anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain diluar
keluarganya
f. 4-5 tahun: Bermain bersama anak lain dan dapat mengikuti aturan permainan
5. Milestone Emosi
a. Lahir-3bulan: Bereaksi terhadap suara atau bunyi
b. 3-6 bulan:
1) Tersenyum melihat gambar atau mainan lucu

7
2) Tertawa dan menjerit gembira bila diajak bermain
c. 6-9 bulan: Mengenal anggota keluarga dan takut terhadap orang asing
d. 9-12 bulan: Memperlihatkan minat yang besar terhadap sekitarnya
e. 12-18 bulan: Memperlihatkan rasa cemburu dan bersaing
f. 18-24 bulan: Memperlihatkan minat yang besar terhadap apa yang dikerjakan orang
dewasa
g. 3-4 tahun : Menunjukkan rasa sayang terhadap saudaranya (Kusuma, 2016)

2.3 Teknik Pengumpulan Data Dalam Pengkajian Fisik Pada Anak


Menurut budiono (2016) teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan perawat sebagai
berikut :
1. Anamnesis
Anamnesis adalah suatu proses tanya jawab atau komunikasi untuk mengajak klien dan
keluarga bertukar fikiran dan perasaan, mencakup keterampilan secara verbal dan non
verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi. Teknik verbal, meliputi: pertanyaan
terbuka/tertutup, menggali jawaban dan memvalidasi respon klien. Sedangkan teknik non
verbal, meliputi: mendengarkan secara aktif,diam, sentuhan dan kontak mata.
Anamnesis adalah cara pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara. Wawancara
dilakukan kepada :
a. Langsung kepada pasien (autoanamnesis)
b. Orangtua (alloanamnesis)
c. Sumber lain wali/pengantar (alloanamnesis)
Yang perlu dicatat pada anamnesis :
a. Identitas Pasien :
1) Nama
2) Tanggal lahir / umur
3) Jenis Kelamin
4) Nama orang tua, umur, pendidikan, pekerjaan
5) Alamat
b. Riwayat Penyakit :
1) Keluhan utama

8
2) Riwayat perjalanan penyakit sekarang (7 Butir Mutiara Anamnesis, meliputi :
lokasi, onset dan kronologi, kualitas, kuantitas, faktor yang memperberat, faktor
yang memperingan, anamnesis sistem).
3) Riwayat penyakit lampau yang ada hubungannya dengan penyakit sekarang, seperti
riwayat dirawat di RS, riwayat pembedahan, riwayat pengobatan untuk penyakit
tertentu, riwayat alergi terhadap obat atau makanan tertentu serta riwayat paparan
agen tertentu (termasuk bentuk reaksi alerginya dan terapi yang didapat).
4) Riwayat kehamilan ibu : umur ibu saat melahirkan, paritas, penyulit kehamilan,
riwayat lama kehamilan (preterm/aterm/postterm) , penyakit ibu saat hamil, riwayat
pengobatan ibu sekitar masa konsepsi dan saat hamil, riwayat merokok dan minum
alkohol pada ibu dan ayah.
5) Riwayat kelahiran : lama persalinan, proses persalinan (spontan/dengan
instrumen/operasi), penyulit kelahiran (ketuban pecah dini, kelainan presentasi dll),
berat lahir, skor APGAR, lama tinggal di RS setelah dilahirkan, penyakit tertentu
selama fase neonatal serta intervensi medis yang didapat.
6) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
7) Riwayat imunisasi, termasuk jika ada reaksi akibat imunisasi.
8) Riwayat makanan, meliputi kualitas dan kuantitas minum ASI atau susu formula
(durasi, frekuensi), kapan mulai mendapatkan makanan padat, nafsu makan, alergi
terhadap jenis makanan tertentu, kesukaan/ ketidaksukaan terhadap jenis makanan
tertentu, keseimbangan nutrisi, suplemen makanan yang diberikan, kecukupan
asupan makanan dan cairan.
9) Riwayat keluarga untuk penyakit-penyakit yang herediter/familier, dilacak hingga 2
generasi sebelum pasien (kakek)
10) Keadaan sosial ekonomi : lokasi tempat tinggal, pendidikan dan pekerjaan orang
tua, jumlah anggota keluarga di rumah, higiene lingkungan sekitar rumah ( Darwin,
2014)
2. Obervasi
Tahap kedua dalalm pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, yaitu:
pengamatan perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah
kesehatan dan keperawatan klien. Kegiatan observasi, meliputi 2S HFT: Sight yaitu

9
kelainan fisik, perdarahan, terbakar, menangis; smell yaitu alkohol, darah, feces,
medicine dan urine; Hearing yaitu tekanan darah, batuk, menangis, ekpresi nyeri, heart
rate dan ritme. (Buduiono, 2016)
3. Pemeriksaan fisik
Menurut budiono (2016) pemeriksaan fisik yang dilakukan menggunakan metode atau
teknikii P.E (Physical Examination) yang terdiri dari :
a. Inspeksi, yaitu teknik yang dapat dilakukan dengan proses observasi yang
dilaksanakan secara sistemik.
b. Palpasi, yaitu suatu teknik yang dilakukan dengan menggunakan indera peraba.
Langkah-langkah yang pelu diperhatikan :
1) Ciptakan lingkungan yang kondusif, nyaman, dan santai
2) Tangan harus kering, hangat, kuku pendek
3) Semua bagian nyeri dilakukan palpasi yang paling akhir
c. Perkusi, adalah: pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan mengetuk, dengan untuk
membandingkan kiri-kanan pada setiap daerah permukaan tubuh dengan menghasilkan
suara. Perkusi bertujuan untuk: mengidnetifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan
konsistensi jaringan.
d. Auskultasi adalah pemeriksaan yang dilakukan denganmendengarkan suara yang
dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop. “(Budiono, 2016)

2.4 Pengkajian Fisik Pada Anak


1. Bayi (0 – 1 Tahun)

PENGKAJI TEMUAN VARIASI UMUM/ TANDA


AN BIASA ABNORMALITAS POTENSIAL
MINOR KEGAWATAN/
ABNORMALIT
AS UTAMA
Pengukuran a. Lingkar a. Molding setelah Lingkar kepala <
umum kepala 33 kelahiran dapat persentil ke-10
sampai 35 mengubah atau atau > persentil

10
cm-Lingkar menurunkan ke-90-        Berat
dada 30,5 lingkar kepala badan lahir <
sampai 33 Lingkar kepala persentil ke-10
cm dan lingkar dada atau > persentil
b. Lingkar mungkin sama ke-90
kepala harus untuk 1 sampi 2  
kira-kira 2 hari pertama
sampai 3 cm setelah kelahiran
lebih besar b. Berat badan lahir
dari lingkar menurun 10%
dada dalam minggu
c. Panjang pertama;
kepala meningkat
ketumit 48 kembali dalam 10
sampai 53 sampai 14 hari
cm
d. Berat badan
lahir 2700
sampai
4000g
TANDA      
VITAL:Suhu Axila : 36,5°  Menangis dapat  Hipotermi
  sampai 37°C sedikit  Hipertermi
meningkatkan
     
suhu tubuh
     
 Radian
     
penghangat akan
meningkatkan
suhu axila

Frekuensi Apikal : 120  Bradikardia :

11
jantung sampai 140  Menangis akan frekuensi
denyut / menit meningkatkan istirahat
 
frekuensi jantung; dibawah 80
   
tidur akan sampai 100
   
menurunkan denyut / menit
  frekuensi jantung  Takikardia :
     Selama periode frekunsi kira-
    pertama kira 160
  reaktivitas (6 sampai 180
 
sampai 8 jam), denyut / menit
   
frekuensi dapat  Irama tidak
mencapai 180 teratur
denyut / menit  Takipne ;
frekuensi

Pernafasan 30 sampai 60 dibawah 60


kali / menit kali / menit
 
   
   Menangis akan
   Apnea > 15-
  meningkatkan
  20 detik
  frekuensi
  pernafasan ; tidur
 
 Tekanan
  akan menurunkan
  sistolik pada
frekuensi
 
  manset kurang
pernafasan
  dari 6 sampai
   Selam periode
  9 mmHg
pertama reaktivasi
kurang dari
  (6 sampai 8 jam),
tekanan
65 / 41 mmHg frekuensi dapat
Tekanan diekstremitas
mencapai 80 kali /
darah atas
menit

12
 Menangis akan
meningkatkan
tekanan darah
Penampilan Postur Fleksi Frank breechKaki Postur timpang,
umum kepala dan diektensikan, ekstensi
ekstremitas, diabduksikan dan ekstremitasnya 
dengan paha dirotasi penuh,
istirahat oksiput didatarkan,
telentang dan leher diekstensikan
telungkup.
Kulit a. Pada saat a. Ikterik neonatus a. Ikterik
lahir, merah setelah 48 jam berlanjut,
terang, pertama-   khususnya
menggelem Ekimosis atau pada 24 jam
bung, petekie karena pertama-Kulit
halus.- trauma kelahiran memucat
Hari kedua Milia ; kelenjar b. Sianosis
sampai sebasea terdistensi umum
ketiga, tampak sebagai c. Pucat
merah papula putih kecil d. Keabu-abuan
muda, pada pipi, dagu, e. Pletora (darah
mengelupas, dan hidung dalam jumlah
kering Miliaria atau berlebihan)
b. Verniks sudamina : f. Mottling :
caseosa kelenjar keringat umum dan
c. Lanugo terdistensi (ekrin) menetap
d. Edema yang tampak g. Hemoragi,
disekitar sebagai vesikel ekimosis, atau
mata, wajah, menit, khususnya petekie yang
kaki, pada wajah menetap

13
punggung Eritema Skelerema :
tangan, toksikum : ruam kulit keras dan
telapak, dan papular merah kaku
scrotum muda dengan Turgor kulit
atau labia vesikel yang buruk
e. Perubahan tumpang tindih Ruam,
warna pada dada, pustula, atau,
normal : punggung, lepuh
Akrosianos bokong, dan Bercak Cafe
is : sianosis abdomen ; dapat au lait  :
tangan dan tampak dalam 24 bercak coklat
kaki Kutis sampai 48 jam dan terang
marmorata hilang setelah
beberapa hari
Perubahan
warna
Harlequin :
perubahan warna
jelas terlihat saat
bayi berbaring
miring ; setengah
bawah tubuh
menjadi merah
muda dan
setengah atas
pucat
Nevus flammeus :
merah kebiruan
gelap (port-wine
stain) biasanya
pada leher dan

14
wajah
Mongolian spots :
area ireguler
pigmentasi biru
tua, biasanay pada
bagian sakral dan
gluteal; terlihat
terutama pada bayi
baru lahir dari
orang asli
amerika, afrika,
asia, atau
keturunan
hispanik
Telangiektatik
nevi (gigitan
bangau) : area
terlokalisir merah
muda dalam, datar
biasanya terlihat
dibagian belakang
leher
Kepala Fontanel  Molding  setelah  Sutura
anterior: persalinan menyatu-
bentuk vaginal-    Sagital Penonjolan
berlian, 2,5 ketiga (parietal) atau depresi
sampai 4,0 fontanel fontanel
cm   Penonjolan ketika bayi
  fontanel karena tenang
menangis atau  Pelebaran
batuk sutura dan

15
fontanel

 
Kaput
Fontanel Kraniotabes :
suksedaneum :
posterior:  sensasi tajam
 edema jaringan
 Bentuk sepanjang
kulit kepala yang
segitiga 0,5 sutura
lunak yang
sampai 1 cm lambdoidal
melewati garis
 Fontanel yang mirip
sutura
harus datar, lekukan bola
Sefalhematoma(ti
lunak, dan pingpong
dak rumit) :
padat
diantara
 Bagian
periosteum dan
terlebar dari
tulang tengkorak
fontanel
yang dibatasi
diukur dari
dengan batas
tulang ke
khusus dan tidak
tulang,
melewati garis
bukan dari
sutura
sutura ke
sutura

2. Toddler (1- 2,5 Tahun) Dan Pra Sekolah ( 2,5 - 5 Tahun)


a. Pemeriksaan Tanda Vital
a) Nadi :
1) Frekuensi
2) Irama
3) Kualitas
4) Ekualitas Nadi
b) Tekanan Darah :
1) Diperiksa saat bayi atau anak dalam keadaan tenang

16
2) Penderita ditidurkan telentang
3) Mempersiapkan tensimeter
4) Memasang manset di lengan atas
5) Lebar manset harus mencakup ½ sampai 2/3 panjang lengan atas. Ukuran
manset harus sesuai dengan umur.
6) Langkah berikutnya sama dengan pemeriksaan tekanan darah pada orang
dewasa.
c) Frekuensi Pernapasan :
Cara :
1) Inspeksi : Melihat dan menghitung gerakan dinding dada dalam 1 menit.
2) Palpasi : Tangan diletakkan pada dinding abdomen/dinding dada, dihitung
gerakan pernapasan yang terasa pada tangan dalam 1 menit.
3) Auskultasi : mendengarkan dan menghitung bunyi pernapasan dalam 1 menit.
d) Pengukuran Suhu Badan
1) Pemeriksaan suhu dapat dilakukan dengan meletakkan termometer di dalam
mulut (di bawah lidah), di dalam rektum atau di aksila, dan ditunggu selama 3 –
5 menit.
2) Untuk bayi dan anak < 7 tahun dianjurkan pengukuran rektal lebih akurat oleh
karena pengukuran oral lebih sulit dikerjakan.
b. Kepala
1) Bentuk kepala ; makrosefali atau mikrosefali
2) Tulang tengkorak :
3) Anencefali : tidak ada tulang tengkorak
4) Encefalokel : tidak menutupnya fontanel occipital
5) Fontanel anterior menutup : 18 bulan
6) Fontanel posterior : menutup 2 – 6 bulan
7) Caput succedeneum : berisi serosa , muncul 24 jam pertama dan hilang dalam 2
hari
8) Cepal hematoma : berisi darah,muncul 24 – 48 jam dan hilang 2 – 3 minggu
9) Distribusi rambut dan warna

17
10) Jika rambut berwearna / kuning dan gampang tercabut merupakan indikasi
adanya gangguan nutrisi
11) Ukuran lingkar kepala 33 – 34 atau < 49 dan diukur dari bagian frontal kebagian
occipital.
c. Muka
1) Simetris kiri kanan
2) Tes nervus 7 ( facialis )
a) Sensoris : Menyentuhkan air dingin atau air hangat daerah maksilla dan
mandibula dan menyebutkan apa yang dirasakan.
b) Motorik : pasien diminta mengerutkan dahi,kemudian menutup mata kuat-kuat
sementara jari-jari pemeriksa menahan kedua kelopak mata agar tetap terbuka.
3) Tes nervus 5 ( trigeminus )
a) Sensorik : menyentuhkan kapas pada daerah wajah dan apakah ia merasakan
sentuh tersebut
b) Motorik : menganjurkan klien untuk mengunyah dan pemeriksa meraba otot
masenter dan mandibula.
d. Mata
1) Simetris kanan kiri
2) Alis tumbuh umur 2-3 bulan
3) Kelopak mata :
a) Oedema
b) Ptosis : celah kelopak matamenyempit karena kelopak mata atas turun.
c) Enof kelopak mata mnyempit karena kelopak mata atas dan bawah tertarik
kebelakang.
d) Exoptalmus : pelebaran celah kelopak mata, karena kelopak mata atas dan
bawah tertarik kebelakang.
4) Pemeriksaan nervus II ( optikus),test konfrontasi dan ketajaman penglihatan.
a) Sebagai objek mempergunakan jari
b) Pemeriksa dan pasaien duduk berhadapan ,mata yang akan diperiksa berhadapan
dengan mata pemeriksa ,yang biasanya berlawanan, mata kiri dengan mata
kanan,pada garis ketinggian yang sama.

18
c) Jarak antara keduanya berkisar 60 – 100 cm. Mata yang lain ditutup,obyek mulai
digerakkkan oleh pemeriksa mulai dari samping telinga ,apabila obyek sudah
tidak terlihat oleh pemeriksa maka secara normal obyek tersebut dapat dillihat
oleh pasien.
d) Anak dapat disuruh membaca atau diberikan Snellen Chart.
5) Pemeriksaan nervus III ( Oculomotoris refleks cahaya)
a) Pen light dinyalakan mulai dari samping) atrau, kemudian cahaya diarahkan
pada salah satu pupil yang akan diperiksa, maka akan ada rekasi miosis.
b) Apakah pupil isokor kiri atau kanan
6) Pemeriksaan Nervus IV ( Troclearis ) pergerakan bola mata
a) Menganjurkan klien untuk melihat ke atas dan ke bawah.
b) Pemeriksaan nervus VI ( Abdusen )
c) Menganjurkan klien untuk melihat ke kanan dan ke kiri.
7) Pemeriksaan nervus V( Trigeminus) Refleks kornea
a) Tutup mata yang satu dengan penutup
b) Minta klien untuk melirik kearah laterosuperior ( mata yang tidak diperiksa)
c) Sentuhkan pilinan kapas pada kornea, respon refleks berupa kedipan kedua mata
secara cepat.
d) Glaberal refleks: mengetuk dahi diantara kedua mata,hasil positif bila tiap
ketukan mengakibatkan kedua mata klien berkedip.
e) Doll eye refleks : bayi dipalingkan dan mata akan ikut ,tapi hanya berfookus
pada satu titik.
e. Hidung
1) Posisi hidung apakah simetris kiri kanan
2) Jembatan hidung apakah ada atau tidak ada, jika tidak ada diduga down syndrome.
3) Cuping hidung masih keras pada umur < 40 hari
4) Pasase udara : gunakan kapas dan letakkan di depan hidung, dan apabila bulu kapas
bergerak, berarti bayi bernafas.
5) Gunakan speculum untuk melihat pembuluh darah mukosa, secret, poliup, atau
deviasi septum.
6) Pemeriksaan nervus I ( Olfaktoris)

19
7) Tutup salah satu lubang hidung klien ,berikan bau bauan , lalu klien diminta untuk
menyebutkan bau apa.Tiap hidung diuji secara terpisah.
f. Mulut
1) Bibir kering atau pecah – pecah
2) Periksa labio schizis
3) Periksa gigi dan gusi apakah ada perdarahan atau pembengkakan.
4) Tekan pangkal lidah dengan menggunakan spatel,hasil positif bila ada refleks
muntah ( Gags refleks)Perhatikan ovula apakah simetris kiri dan kanan
5) Pemeriksaan nervus X ( VAGUS )
6) Tekan lidah dengan menggunakan spatel, dan anjurkan klien untuk memngatakan “
AH “ dan perhatikan ovula apakah terngkat.
7) Pemeriksaan nervus VII ( facialis) sensoris
a) Tetesi bagian 2/3 anterior lidah dengan rasa asin, manis dan pahit, kemudian
menentukan zat apa yang dirasakan dan 1/3 bagian belakang lidah untuk
pemeeriksaan Nervus IX.
b) Pemeriksaan Nervus XI Hipoglosus
c) Menyuruh pasien untuk menjulurkan lidah lurus lurus kemudian menarik dengan
cepat dan disuruh menggerakkan lidah ke kiri dan ke kanan dan sementara itu
pemeriksa melakukan palpasi pada kedua pipi untuk merasakan kekuatn lidah.
d) Rooting refleks : bayi akan mencari benda yang diletakkan disekitar mulut dan
kemudian akan mengisapnya.
e) Dengan memakai sarung tangan, masukkan jari kelingking kedalam mulut, raba
palatum keras dan lunak apabila ada lubang berarti labio palato shizis,kemudian
taruh jari kelingking diatas lidah , hasil positif jika ada refleks mengisap
(Sucking Refleks)
g. Telinga
1) Simetris kiri dan kanan
2) Daun telinga dilipat, dan lama baru kembali keposisi semula menunjukkan tulang
rawan masih lunak.
3) Cana;lis auditorious ditarik kebawah kemudian kebelakang,untuk melihat apakah
ada serumen atau cairan.

20
4) Pemeriksaan tes nervus VIII (Acustikus)
5) Menggesekkan rambut, atau tes bisik.
6) Mendengarkan garpu tala (Tes Rinne,Weber)
7) Starter refleks :tepuk tangan dekat telinga, mata akan berkedip.
g. Leher
1) Lipatan leher 2-3 kali lipat lebih pendek dari orang dewasa.
2) Periksa arteri karotis
3) Vena Jugularis
4) Posisi pasien semifowler 45 dan dimiringkan,tekan daerah nodus krokoideus maka
akan tampak adanya vena.
a) Taruh mistar pada awal dan akhir pembesaran vena tersebut kemudian tarik
garis imajiner untuk menentukan panjangnya.
b) Raba tiroid : daerah tiroid ditekan,dan p[asien disuruh untuk menelan,apakah
ada pembesaran atau tidak.
c) Tonick neck refleks : kedua tangan ditarik, kepala akan mengimbangi.
d) Neck rigting refleks refleks : posisi terlentang,kemudian tangan ditarik
kebelakang,pertama badan ikut berbalik diikuti dengan kepala.
e) Pemeriksaan nervus XII (Asesoris)
f) Menganjurkan klien memalingkan kepala, lalu disuruh untuk menghadap
kedepan ,pemeriksa memberi tahanan terhadap kepala.sambil meraba otot
sternokleidomasatodeus.
h. Dada
1) Bentuk dada apakah simetris kiri dan kanan
2) Bentuk dada barrel anterior – posterior dan tranversal hampir sama 1:1 dan
dewasa 1: 2
3) Suara tracheal : pada daerah trachea, intensitas tinggi, ICS 2 1:1
4) Suara bronchial : pada percabangan bronchus, pada saat udara masuk ,intensitas
keraspada ICS 4-5 1:3
5) Suara broncho vesikuler : pada bronchus sebelum alveolus, intensitas sedang ICS
5.
a) Suara vesikuler : pada seluruh bagian lateral paru, intensitas rendah 3:1

21
b) Wheezing terdengar pada saat inspirasi dan rales pada saat ekspirasi
c) Perkusi pada daerah paru suara yang ditimbulkan adalah sonor
6) Apeks jantung pada mid klavikula kiri intercostals 5
7) Batas jantung pada sternal kanan ICS 2 ( bunyi katup aorta), sternal kiri ICS 2
( bunyi katup pulmonal), sternal kiri ICS 3-4 ( bunyi katup tricuspid), sternal kiri
mid klavikula ICS 5 ( bunyi katup mitral).
8) Perkusi mpada daerah jantung adalah pekak.
i. Abdomen
1) Tali pusat : Dua arteri satu vena.
2) Observasi adanya pembengkakan atau perdarahan.
3) Observasi vena apakah terbayang atau tidak.
4) Observasi distensi abdomen.
5) Terdengar suara peristaltic usus.
6) Palpasi pada daerah hati, teraba 1 – 2 cm dibawah costa, panjangnya pada garis
media clavikula 6 – 12 cm.
7) Palpasi pada daerah limpa pada kuadran kiri atas
Perkusi pada daerah hati suara yang ditimbulkan adakah pekak
Perkusi pada daerah lambung suara yang ditimbulkan adalah timpani
8) Refleks kremaster : gores pada abdomen mulai dari sisi lateral kemedial ,terlihat
kontraksi.
j. Punggung
1) Susuri tulang belakang , apakah ada spina bivida okulta : ada lekukan pada lumbo
sacral,tanpa herniasi dan distribusi lanugo lebih banyak.
2) Spina bivida sistika : dengan herniasi , meningokel ( berisi meningen dan CSF) dan
mielomeningokel ( meningen + CSF + saraf spinal).
3) Rib hum and Flank: dalam posisi bungkuk jika tulang belakang rata/simetris
(scoliosis postueral) sedangkan jika asimetris atau bahu tinggi sebelah dan vertebra
bengkok ( scoliosis structural) skoliometer >40
k. Tangan
1) Jumlah jari – jari polidaktil ( .> dari 5 ) , sindaktil ( jari – jari bersatu)
2) Pada anak kuku dikebawakan, dan tidak patah , kalau patah diduga kelainan nutrisi.

22
3) Ujung jaru\i halus
4) Kuku klubbing finger < 180 ,bila lebih 180 diduga kelainan system pernafasan
5) Grasping refleks : meletakkan jari pada tangan bayi, maka refleks akan
menggengam.
6) Palmar refleks : tekan pada telapak tangan ,akan menggengam
l. Pelvis
1) CDH : test gluteal , lipatan paha simetris kiri kanan
2) Ortholani test : lutut ditekuk sama tinggi/tidak
3) Barlow test : kedua lutut ditekuk dan regangkan kesamping akan terdengar bunyi
klik
4) Tredelenburg test : berdiri angkat satu kaki, lihat posisi pelvis apakah simetris kiri
dan kanan.
5) Waddling gait : jalan seperti bebek.
6) Thomas test : lutut kanan ditekuk dan dirapatkan kedada,sakit dan lutut kiri akan
terangkat
m. Lutut
1) Ballotemen patella : tekan mendorong kuat akan menimbulkan bunyi klik jika ada
cairan diantaranya
2) Mengurut kantong supra patella kebawah akan timbul tonjolan pada kedua sisi tibia
jika ada cairan diduga ada atritis.
3) Reflek patella, dan hamstring.
n. Kaki
1) Lipatan kaki apakah 1/3, 2/3, bagian seluruh telapak kaki.
2) Talipes : kaki bengkok kedalam.
3) Clubfoot : otot-otot kaki tidak sama panjang, kaki jatuh kedepan.
4) Refleks babinsky
5) Refleks Chaddok
6) Staping Refleks (Darwin, 2014)

3. Sekolah ( 5- 11 Tahun) Dan Remaja ( 11 – 18 Tahun )


a. Tanda vital:

23
1) Nadi:
a) Perabaan nadi dg ujung jari 2,3 dan 4 tangan kanan, sedang ibu jari berada di
bagian dorsal tangan anak
b) Sebaiknya penghitungan nadi bersamaan denyut jantung selama 1 menit penuh
frekuensi, irama, isi, kualitas, ekualitas
2) TD
a) Posisi : berbaring telentang dg lengan lurus disamping badan atau duduk dg
lengan bawah diletakkan diatas meja c lengan berada setinggi jantung
b) Bunyi korotkoff :
 I : bunyi pertama kali terdengar, berupa bunyi detak perlahan
 II: seperti K I tetapi disertai bunyi desis
 II: seperti K II tetapi lebih keras
 IV: bunyi tiba-tiba melemah
 V : bunyi menghilang
c) Tekanan sistolik:
 Saat mulai terdengar bunyi K I
 Normal: dilengan < 10-15 mmHg dari tungkai ( kecuali bayi < 1th)
d) Tekanan diastolik:
 Saat mulai terdengar bunyi K IV
 Pada bayi & anak bersamaan/hampir sama dg menghilangnya bunyi K V.
 Bila melemah dan menghilangnya bunyi tak bersamaan hsl pemeriksaan
ditulis keduanya,mis: 100/70/40 mmHg
3) Pernapasan
Cara: inspeksi, palpasi dan auskultasi
Nilai normal menurut WHO:
 < 2 bulan : <60 x/menit
 2 bulan-12 bulan: < 50 x/menit
 1-5 tahun: < 40 x/menit
 6-8 tahun: < 30 x/menit
4) Suhu

24
b. Kepala
1) Bentuk kepala
2) Ubun-ubun: cekung/rata/membonjol
3) Mata lihat: bercak bitot, isokor/tidak, reflek cahaya, injeksi konjungtiva/silier,
sekret mata, air mata, mata cekung/tidak, konjungtiva: anemis/tidak
4) Mulut: trismus, sianosis, rhagaden, mukosa mulut/bibir kering/tidak
5) Lidah: deviasi/tidak, atropi papil/tidak
6) Faring: perhatikan dinding posterior ( hiperemia,edema,abses,post nasal drip )
7) Tonsil : nyatakan besarnya dlm To,T1,T2,T3
c. Leher
Tortikolis: kel posisi kepala miring kesatu sisi dan terputar kesisi lain akibat
pemendekan m.sterno kleidomastoideus
Ukur tekanan vena yugularis:
1) Posisi pasien telentang dg dada dan kepala diangkat 15-30 derajat
2) Lihat batas atas distensi vena yugularis,bila perlu dg mengosongkan terlebih dulu
dg menekan bag.kranial vena dan mengurut kearah kaudal,kemudian dilepas
d. Dada
1) Inspeksi
a) Dinding dada
b) Bentuk dan besar dada
c) Simetri dada dalam keadaan statis /dinamis
d) Bentuk dada
 Pektus ekskavatum
Sternum bagian bawah serta rawan iga masuk ke dalam terutama inspirasi
 Pektus karinatum
Sternum menonjol biasanya disertai depresi vertikal kostokondral
 Barrel chest
Dada berbentuk bulat seperti tong
Sternum terdorong kearah depan dg iga-iga horizontal
e. Paru
1) Inspeksi : cukup pada waktu inspeksi dada

25
2) Palpasi
a) Letakkan telapak tangan serta jari-jari pada seluruh dinding dada dan punggung
b) Tentukan:
 Simetri/asimetri toraks, kel.tasbih, benjolan
 Fremitus suara
 Mudah dilakukan pada anak yang menangis atau anak yang bisa diajak
bicara ( suruh katakan tujuh puluh tujuh)
 Meninggi : konsolidasi
 Berkurang: atelektasis, efusi, tumor
Krepitasi subkutis ( terdapatnya udara dibawah jaringan kulit
3) Perkusi
a) Suara perkusi
 Normal: sonor
 Abnormal : hipersonor/ redup
 Suara perkusi berkurang : redup atau pekak
b) Daerah pekak hati
 Setinggi iga ke6 garis aksilaris media kanan
 Pekak hati menunjukkan peranjakan dg gerakan pernapasan yakni menurun
pada saat inspirasi dan naik pada ekspirasi
 Peranjakan berkisar antara 1-2 sela iga, sulit diperiksa pada anak < 2 th
 Pekak hati meninggi : hepatomegali, massa intra abd, atelektasis, kolaps paru
kanan
 Pekak hati menurun pada asma/emfisema paru
4) Auskultasi
a) Deteksi suara napas dasar dan tambahan
b) Dilakukan diseluruh dada dan punggung
c) Stetoskop sebaiknya ditekan dg cukup kuat pada sela iga
d) Dimulai dari atas kebawah dan bandingkan kanan dan kiri dada
e) Suara napas dasar
 Vesikuler :

26
Terjadi karena udara masuk dan keluar melalui jalan napas
Saat inspirasi lebih keras dan lebih panjang
Terdengar seperti membunyikan ‘ffff’ dan’wwww’
 Bronkial
Terdengar inspirasi keras yang disusul oleh ekspirasi yang lebih keras
Dapat disamakan dg bunyi ‘khkhkhkh’
 Amforik
 Menyerupai bunyi tiupan diatas mulut botol kosong
 Terdengar pada caverne
f. Jantung
1) Inspeksi: Denyut apeks dan aktivitas ventrikel
a) Denyut apeks/ Iktus kordis:
Anak usia > 3 th: ICS V sedikit medial L midclavicularis kiri
b) Aktivitas ventrikel:
Pembesaran ventrikel kiri apeningkatan aktv ventrikel kiri ( left ventricular
lift/left ventricular thrust)
Apeks jantung kebawah dan lateral
Biasanya disertai denyut apeks yang lebih kuat
Pembesaran ventrikel kanan apeningkatan aktv ventrikel kanan ( right
ventricular heave )
Apeks jantung tetap pada tempatnya yang normal
Teraba peningkatan aktv. Ventrikel kanan di parasternal kiri bawah serta
epigastrium
2) Palpasi
Detak pulmonal
a) Normal :BJ II tidak teraba
Hipertensi pulmonal: BJ II mengerasadapat diraba di sela iga 2 tepi kiri sternum
(disebut detak pulmonal/pulmonary tapping)
b) Penyebab Hipertensi pulmonal :
PJB pirau kiri kekanan yang besar
Stenosis mitral rematik

27
Kor pulmonale
Getaran bising/ thrill
 Thrill adalah getaran pada dinding dada yang terjadi akibat bising jantung
yang keras
 Perabaan : ujung jari 2 dan 3 atau telapak tangan dengan palpasi ringan
 Thrill menandakan ada bising jantung yang keras (derajat 4/6 atau lebih )
 Tempat getaran: pungtum maksimum bising
 Dapat diraba pada fase sistolik dan diastolic
3) Perkusi
Pada anak besar: informasi besarnya jantung (terutama pada kardiomegali yang
nyata )
Pada bayi dan anak kecil perkusi sulit dilakukan, informasi dapat menyesatkan
4) Auskultasi
a) Sistematik: mulai dari apeksa tepi kiri sternum bawaha bergeser keatas sepanjang
tepi kiri sternuma sepanjang tepi kanan sternum adaerah infra dan supraklavikula
kiri dan kanan alekuk suprasternal adaerah karotis kanan dan kiri

b) Yang harus diperhatikan: frekuensi, irama jantung, bunyi jantung dan bising/
murmur
g. Abdomen
Pada bayi & anak kecil pemeriksaan abdomen seringkali didahulukan dari bagian
tubuh lain
Pada pemeriksaan abdomen palpasi paling berperan. Tetapi auskultasi dilakukan
lebih dulu (agar interpretasi auskultasi tidak salah karena setiap manipulasi abdomen

28
akan mengubah bunyi peristaltik usus). Hasil pemeriksaan selain dinyatakan dengan
kata atau angka, dianjurkan untuk digambarkan secara skematis

1) Inspeksi
Permukaan abdomen (datar, cembung,cekung), kelainan-kelainan seperti: hernia
umbilikalis, dll), efloresensi, dilatasi vena
2) Auskultasi
Bising ususNormal : suara peristaltik terdengar sbg suara dg intensitas rendah
dan terdengar tiap 10-30 dtk Bising usus meningkat : obstruksi (bunyi metalik).
Bising usus berkurang/hilang : peritonitis/ileus
3) Perkusi

a) Adanya cairan ( asites)

29
 Dilakukan perkusi sistemik dari umbilikus ke arah lateral dan bawah untuk
mencari batas berupa garis konkaf antara daerah yang timpani dengan daerah
pekak yang terdapat bila ada asites

 Menentukan daerah redup yang berpindah ( shifting dullness) dg melakukan


perkusi dari umbilikus kesisi perut untuk mencari daerah redup atau pekak;
daerah redup ini akan menjadi timpani bila anak berubah posisi dg cara
miringkan pasien
 Tentukan adanya gelombang cairan (fluid wave) atau disebut cara undulasi
(bila asites sangat banyak serta dinding abdomen tegang)
 Cara undulasi (posisi telentang)
 Dilakukan pada asites yang sangat banyak serta dinding abdomen tegang
 Caranya satu tangan pemeriksa diletakkan pada satu sisi perut pasien,
sedangkan jari tangan satunya mengetuk-ngetuk dinding perut sisi
lainnya.Sementara itu dg pertolongan orang lain gerakan yg diantarkan
melalui dinding abdomen dicegah dg jalan meletakkan satu tangan
ditengah abdomen pasien dg sedikit menekan. Pada asites dpt dirasakan
gelombang cairan pada tangan pertama atau dpt didengar dg stetoskop
 Adanya udara
 Batas hati
 Batas massa intraabdominal
4) Palpasi:
Nilai: turgor, adanya massa, nyeri tekan dan organ-organ dalam seperti hati, limpa
dan ginjal
30
a) Palpasi hati
Nilai: Konsistensi, tepi, permukaan, nyeri , ukuran

b) Palpasi limpa
Besarnya limpa diukur menurut cara schuffner
 Jarak maksimum dari pusat ke garis singgung pada arkus kosta kiri dibagi 4
bagian yang sama
 Garis ini diteruskan ke bawah shg memotong lipat paha,garis dari pusat ke
lipat paha inipun dibagi menjadi 4 bagian yg sama
 Pembesaran limpa dinyatakan dg memproyeksikan kebagian ini.
 Limpa yang membesar sampai kepusat dinyatakansbg SIV, sampai lipat paha
S VIII
Beda splenomegali dg pembesaran lobus kiri hati
 Ikut bergerak pada pernapasan
 Insisura lienalis
 Dapat didorong kemedial, lateraal dan atas

31
c) Palpasi ginjal
Normal : tidak dapat diraba kecuali pada neonatus
Abnormal : ginjal dapat diraba dg cara ballotement
Cara:
 Letakkan tangan kiri pemeriksa di bagian posterior tubuh pasien sedemikian
sehingga jari telunjuk berada di angulus kostovertebralis.
 Kemudian jari telunjuk ini menekan organ atau massa keatas, sementara itu
tangan kanan melakukan palpasi secara dalam dari anterior dan akan
merasakan organ atau massa tersebut menyentuh,lalu ‘jatuh’ kembali
h. Ekstremitas
Lihat adanya deformitas, edema tungkai (pitting/ non pitting), edema pada persendian,
Telapak tanganpucat/tidak, jari tabuh dll
i. Pemeriksaan neurologis
1) Dapat dinilai dari awal penderita masuk ke ruang periksa sadar/ tidak.
Sadar cara berjalan/ gait
Tidak sadar postur tubuh: normal, dekortikasi, deserebrasi
2) Motorik: nilai gerakan, kekuatan, tonus, klonus, reflex fisiologis dan patologis
Reflex patologis:
a) Babinsky
Gores permukaan plantar kaki dg alat yg sedikit runcing
Positif bila terjadi reaksi berupa ekstensi ibu jari kaki disertai dg menyebarnya
jari-jari yg lain
Normal pada bayi umur sampai 18 bln

32
Abnormal pada lesi piramidal
b) Oppenheim
Tekan sisi medial pergelangan kakirefleks yg terjadi seperti Babinsky
c) Refleks Hoffmann
Dilakukan ketukan pada falang terakhir jari kedua
Positif terjadi fleksi jari pertama dan ketiga
Terdapat pada lesi piramidal dan tetani
3) GRM: kaku kuduk, bruzinski 1 dan 2, kernig
a) Kaku kuduk
Pasien telentang bila lehernya ditekuk secara pasif terdapat tahanan shg dagu
tdk dapat menempel pada dada
b) Bruzinski 1
letakkan 1 tangan pemeriksa dibawah kepala pasien, tangan lain diletakkan
didada pasien agar badan tdk terangkat, kemudian kepala pasien difleksi kedada
secara pasif. Bila ada GRM maka kedua tungkai bawah akan fleksi pada sendi
panggul dan sendi lutut.

c) Bruzinski 2
fleksi pasif tungkai atas pada sendi panggul akan diikuti oleh fleksi tungkai
lainnya pada sendi panggul dan sendi lutut.
d) Kernig
Fleksi pasif tungkai atas pada sendi panggul akan diikuti oleh fleksi tungkai
lainnya pada sendi panggul dan sendi lutut.

33
Kemudian dicoba meluruskan tungkai bawah pada sendi lutut sehingga
membentuk sudut 135°.
Kernig sign (+) bila tungkai bawah tidak dapat diekstensikan sampai 135°
(Moelya, 2016)

34
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengkajian pemeriksaan fisik pada anak berbeda dengan orang dewasa, ada beberapa hal
yang tidak boleh diabaikan dan cara pemeriksaan harus disesuaikan dengan umur anak/bayi.
Suasana harus tenang dan nyaman karena jika anak ketakutan, kemungkinan dia akan
menolak untuk diperiksa. Untuk anak usia 1-3 tahun, kebanyakan diperiksa dalam pelukan
ibu, sedangkan pada bayi usia < 6 bulan, biasanya bisa diperiksa diatas meja periksa. Tata
cara dan urutan pemeriksaan fisik pada anak tetap dimulai dengan inspeksi, palpasi, perkusi
dan auksklutasi.
3.2 Saran
Agar pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik, maka perawat harus memahami
ulmu pemeriksaan fisik dengan sempurna dan pemeriksaan fisik ini harus dilakukan secara
berurutan, sistematis, dan dilakukan dengan prosedur yang benar.

35
DAFTAR PUSTAKA

Darwin, A. A. (2014). Makalah Pengkajian Fisik Pada Anak. Universitas Padjadjaran Fakultas
Keperawtan, 2-5.

Kusuma, A. S. (2016). Makalah Tumbuh Kembang Normal. Fisioterapi Komfrehensif Pediatri,


6-10.

Moelya, A. G. (2018). Heteroanamnesis Dan Pemeriksaan Fisik Anak. Bagian Ilmu Kesehatan
Anak FK UNS/RSUD Dr. Moewardi Surakarta, 1-17.

36

Anda mungkin juga menyukai