Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. A

DENGAN MASALAH KETIDAKMAMPUAN KELUARGA MERAWAT


ANGGOTA KELUARGA DENGAN HIPERTENSI

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4

ANGGI HAPSARI PUTRI 001STYC18


ANISSYA HIRDAYANTI 003STYC18
APRIANTI PURNAMASARI 004STYC18
DITA ARDIANA 010STYC18
FITRA ALUYA 019STYC18
HENKY SUTOMO 023 STYC18
HERIAWAN 024STYC18

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM

2021

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya dan shalawat serta salam tak lupa pula kita hanturkan
kepada junjungan alam Nabi besar Muhammad SAW, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan tugas makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan
Keluarga Dengan Masalah Ketidakmampuan Keluarga Merawat Anggota
Keluarga Dengan Hipertensi”.
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konsep keperawatan keluarga
serta dapat mengetahui dan melakukan pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi dan evaluasi pada keluarga.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak dosen yang telah
mengarahkan dan membimbing kami dalam proses pembuatan makalah ini, serta
kepada keluarga Tn. A yang telah menyempatkan waktunya untuk untuk dilakukanya
pengkajian.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga
makalah ini bisa lebih baik lagi. Harapan kami, semoga makalah ini dapat memberi
manfaat dan menambah pengetahuan bagi kita semua.
Mataram, 24 Mei 2021
Kelompok 4
Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 LatarBelakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 2
1.3 Tujuan masalah..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
2.1...............................................................................................................Konsep
Keluarga................................................................................................ 3
2.2...............................................................................................................Konsep
penyakit Hipertensi............................................................................... 11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. A...................... 21
3.1. Pengkajian ........................................................................................... 21
3.2. Diagnosa keperawatan ........................................................................ 28
3.3. Intervensi ............................................................................................ 29
3.4. Implementasi........................................................................................ 30
3.5. Evaluasi ............................................................................................... 31
BAB IV PENUTUP......................................................................................... 33
4.1. Kesimpulan ......................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 34

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada saat ini, penerapan teori keperawatan kedalam praktik keperawatan
keluarga belum lengkap, tetapi berkembang secara mengesankan. Teori-teori
keperawatan sangat menjanjikan apabila diterapkan dalam keluarga. Teori-teori
tersebut menguraikan dan menjelaskan bukan hanya keluarga dalam konteks sehat
dan sakit, melainkan juga menguraikan peran perawat dalam pengkajian dan
intervensi.
Salah satu teori keperawatan keluarga yang sering digunakan adalah teori
friedman. Model pengkajian keluarga friedman merupakan integritas dari teori
sistem, teori perkembangan keluar dan teori structural fungsional sebagai teori-
teori utama yang merupakan dasar dari model dan alat pengkajian keluarga.
Teori-teori lain yang ikut berperan kedalam dimensi structural dan fungsional
adalah teori komunikasi, peran dan stress keluarga. Diagnose keperawatan
keluarga dan strategi intervensi didasarkan pada identifikasi data, sosial kultural
perkembangan, structural, fungsional, dan pengkajian stress serta koping.
Dalam teori sistem, keluarga dipandang sebagai suatu sistem terbuka dengan
batas-batasnya. Sebuah sistem didefinisikan sebagai suatu unit kesatuan yang
diarahkan sebagai tujuan, dibentuk dari bagian-bagian yang berinteraksi dan
bergantung satu dengan yang lainnya dan yang dapat bertahan dalam jangka
waktu tertentu.
Hipertensi merupakan masalah kesehatan publik utama di seluruh dunia dan
merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskuler tersering, serta belum terkontrol
optimal diseluruh dunia. Namun, hipertensi dapat dicegah dan penanganan efektif
dapat menurunkan risiko stroke dan seraangan jantung. Hipertensi berdasarkan
kriteria JNC 7, didefinisikan sebagai kondisi dimana tekanan darah sistolik lebih
atau sama 140 mmHg atau tekanan darah diastolic lebih dari atau sama dengan 90
mmHg.

1
1.2. Rumusan masalah
1.2.1. Bagaimana konsep keluarga?
1.2.2. Bagaimana konsep penyakit hipertensi ?
1.2.3. Bagaimana gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan pada keluarga
Tn.A?
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana konsep keperawatan keluarga dan konsep
penyakit hipertensi serta diperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan
asuhan keperawatan keluarga Tn. A dengan masalah ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Menerapkan proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pada kasus
asuhan keperawatan keluarga Tn. A dengan masalah ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi.
2. Mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga Tn. A dengan
masalah ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
hipertensi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Keluarga
2.1.1. Definisi Keluarga
Pengertian keluarga sangat variatif sesuai dengan orientasi teori yang
menjadi dasar pendefinisiannya. Keluarga berasal dari bahasa sansekerta (kula
dan warga) kulawarga yang berarti anggota kelompok kerabat [ CITATION
Pad15 \l 1033 ].
Menurut WHO (1969) keluarga adalah anggota rumah tangga yang
saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.
Menurut UU No. 10 tahun 1992: keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari suami, istri atau suami istri dan anaknya atau
ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.
Menurut salvicion dan Ara celis. Keluarga adalah dua atau lebih dari
dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan
atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan (Salvicion dan Ara
celis dalam buku Setiawati, 2005).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksudkan dengan keluarga adalah terdiri dari dua orang atau lebih yang
memiliki ikatan atau persekutuan berupa perkawinan atau persekutuan yang
dibentuk, terdapat hubungan yang dibentuk melalui adanya hubungan darah
(garis keturunan langsung), adopsi dan kesepakatan yang dibuat, tinggal
bersama di bawah satu atap atau antara satu anggota dengan yang lain
memiliki tempat tinggal berbeda karena sesuatu urusan tertentu (misalnya
urusan pekerjaan) akan tetapi untuk sementara waktu, memiliki peran masing-
masing dan bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan, serta adanya
ikatan emosional yang sulit untuk ditinggalkan oleh setiap anggota keluarga,

3
dalam keluarga adanya saling berinteraksi, interelasi dan interdependensi
antara anggota keluarga
2.1.2. Macam-Macam Bentuk/Type keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai
macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe
keluarga perkembangan mengikuti agar dapat mengupayakan peran serta
keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu
mengetahui berbagai tipe keluarga [ CITATION Dio13 \l 1033 ]
Setiadi menuliskan bahwa pembagian tipe keluarga bergantung kepada
konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan. Pembagian tipe keluarga
menurut Setiadi sedikit berbeda dengan yang ditulis Sussman (1974) dan
Maclin (1988), yakni sebagai berikut:
a. Secara tradisional:
1. Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari
ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau
keduanya.
2. Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga inti di tambah
anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek,
nenek, paman bibi).
b. Secara Modern
Dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa
individualisme maka pengelompokan tipe keluarga selain di atas adalah:
1. Tradisional Nuclear
Keluarga inti (ayah, ibu, anak) tinggal dalam satu rumah ditetapkan
oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau
keduanya dapat bekerja di luar rumah.
2. Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali
suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-

4
anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan yang lama maupun hasil
dari perkawinan baru, satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.
3. Niddle Age/Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/kedua-duanya bekerja di
rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena
sekolah/perkawinan/karier.
4. Dyadic Nuclear
Suami istri sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya
atau salah satu bekerja di luar rumah.
5. Single Parent
Satu oang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya
dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
6. Dual Carrier
Suami atau istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
7. Commuter Married
Suami atau istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada
jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu tertentu.
8. Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya
keinginan untuk kawin.
9. Three Generation
Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
10. Institusional
Yatu anak-anak atau orang-orang dewasa yang tinggal dalam suatu
panti
11. Comunall
Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogamy
denga anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas
12. Group Marriage

5
Yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di dalam
satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang
lain dan semua adalah orang tua dari anak
13. Unmariage Parent and Child
Yaitu ibu dan anak di mana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya
diadopsi.
14. Cohibing Couple
Dua orang atau satu pasangan yang hidup bersama tanpa ikatan
perkawinan
15. Gay and Lesbian Family
Keluarga atau pasangan yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis
kelamin sama.
2.1.3. Fungsi Keluarga
Terdapat beberapa fungsi keluarga (friedam, 1998) sebagai berikut:
a. Fungsi efektif
Merupakan basis sentral bagi pembentukan dan keberlangsungan unit
keluarga yang dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikologis
anggota keluarga. Komponen yang diperlukan dalam melaksanakan fungsi
efektif adalah adanya saling asuh, menerima, menghormati dan mendukung
antar anggota keluarga, menaruh perhatian, cinta kasih dan kehangatan
membina pendewasaan keperibadian anggota keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
Merupakan fungsi yang megembangkan dan tempat melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain. Aggota keluarga belajar disisplin, norma, norma budaya
dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam lingkup keluarganya
sendiri.
c. Fungsi ekonomi
Kebutuhan yang harus dipenuhi dalam keluarga mencakup kebutuhan
makan, pakaian, tempat berlindung yang aman dan nyaman (rumah). Yang

6
dilakukan keluarga dalam menjalani fungisnya adalah mencari sumber
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, mengatur penggunaan
penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, menabung
untuk memenuhi kelurga di masa yang akan datang seperti pendidikan anak
dan jaminan hari tua.
d. Fungsi reproduksi
Kelurga memiliki fungsi untuk menjaga kelangsungan generasi dan juga
untuk keberlangsungan masyarakat. Komponen yang dilaksanakan
keluarga dalam melaksanakan fungsinya adalah meneruskan keturunan
memelihara dan membesarkan anak, memenuhi gizi keluarga, memelihata
dan merawat anggota keluarga.
e. Fungsi perawatan keluarga
Merupakan fungsi untuk memepertahankan keadaan kesehatan keluarga
agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi.

Menurut Effendy (1998: 36) terdapat tiga fungsi fungsi pokok keluarga
terhadap anggota keluarganya, adalah:

a. ASIH
Yaitu memberikan kasi sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan kepada
anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan
berkembang sesuai dengan usia dan kebutuhanya.
b. ASUH
Yaitu menuju kebutuhan pemeliharaan dan keperawatan anak agar
kesehatanya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan mereka
anak-anak baik fisik, mental sosial dan spiritual.
c. ASAH
Yaitu memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi
manusia dewasa yang mandiri siap menjadi manusia dewasa yang manidiri
dalam mempersiapkan masa depanya. [ CITATION Muh12 \l 1033 ].
2.1.4. Tugas Perkembangan Keluarga

7
Dalam siklus kehidupan keluarga terdapat tahap-tahap yang dapat
diprediksi seperti halnya individu-individu yang mengalami tahap
pertumbuhan dan perkembangan secara terus menerus. Keluarga sebagai
sebuah unit juga mengalamai tahap perkembangan yang terus menerus.
Berikut diuraikan 8 siklus kehidupan keluarga berikut tugas
perkembangannya, (Duval, 1977 dalam friedman, 1998).
1. Tahap keluarga pemula (beginning family)
Keluarga baru/pasanagan yang belum memiliki anak. Tugas
perkembangan keluarga:
a. Membengun perkawinan yang saling memuaskan
b. Membangun jaringan persaudaraan secara harmonis
c. Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua)
d. Menetapkan tujuan bersama
e. Persiapan menjadi orang tua nn
f. Memahami prenataal care (pengertian kehamilan , persalinan dan
menjadi orang tua.
2. Tahap keluarga sedang mengasuh anak (chils bearing).
Keluarga denga anak pertama berusia kurang dari 30 bulan. Tugas
perkembangan keluarga tahap ini adalah:
a. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
(integrasi bayi dalam keluarga)
b. Rekonsiliasi tugas- tugas perkembangan yang bertentangan dan
kebutuhan anggota keluarga
c. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan .
d. Memperluas persahabatan keluarga besar dengan menambah peran
orang tua, kake dan nenek.
e. Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak
f. Konseling KB post partum 6 minggu
g. Menata ruang untuk anak
h. Menyiapkan biaya child bearing

8
i. Memfasilitasi role learning anggota keluarga
j. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin
3. Tahap keluarga dengan anak usia prasekolah
Keluarga dengan anak pertama berusia 30 bulan tahap tugas
perkembangan keluarga:
a. Pemenuhan kebutuhan anggota,keluarga seperti rumah, ruang bermain,
privasi dan keamanan
b. Mensosialisasikan anak
c. Mengintegrasikan anak yang baru dan memenuhi kebutuhan anak
yang lain
d. Mempertahankan hubungan huungan yang sehat (hubungan
perkawinan dan hubungan orang tua-anak). Serta hubungan diluar
keluarga (keluarga besar dan komunitas)
e. Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak
f. Pembagian tanggung jawab
g. Merencanakan kegiatan dan waktu timulasi tumbuh kembang anak.
4. Tahap keluarga dengan anak usia sekolah
Keluarga dengan anak pertama berusia 6-13 tahun tugas
perkembangan keluarga:
a. Mensosialisakan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah
dan mengmbangkan huungan dengan teman sebaya yang sehat
b. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
c. Memnuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga
d. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual
e. Menyediakan aktivitas utuk anak
5. Tahap keluarga dengan anak remaja
Keluarga dengan anak pertama berusia 13-20 tahun tugas
perkembangan keluarga:
a. Memberikan keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab
ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri

9
b. Memfokuskan kembali hubungan intim perkawinan
c. Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak
d. Mempersiapkan perubahan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh dan
kembang anggota keluarga.
6. Tahap keluarga dengan anak dewasa
Keluarga dengan anak pertama meninggalkan rumah tugas
perkembangan keluarga:
a. Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga
baru dari perkawinan anak-anaknya.
b. Melanjutkan dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan.
c. Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau istri.
d. Membantu anak untuk Mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
e. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anaknya.
f. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-
anaknya.
7. Tahap keluarga usia pertengahan (middle age family)
Tugas perkembangan keluarga:
a. Menyediakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan.
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan
para orang tua (lansia) dan anak-anak.
c. Memperkokoh hubungan perkawinan.
d. Persiapan masa tua atau pensiun.
8. Tahap keluarga lanjut usia
Tugas perkembangan keluarga:
a. Penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup.
b. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.
c. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun.
d. Mempertahankan hubungan perkawinan.
e. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan.

10
f. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi.
g. Melakukan Life review masa lalu.
2.2. Konsep Penyakit Hipertensi
2.2.1. Definisi Hipertensi
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan
sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic
sama atau lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90
mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmhg dan tekanan diastolic 90 mmHg. (Suzanne C. Smeltzer,
2001).
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara
terus menerus lebih dari suatu periode, dengan tekanan sistolik diatas 140
mmHg dan tekanan diastolik diatas 90mmHg. (Aspiani, 2014)
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
hipertensi merupakan keadaan tekanan darah yang sama atau melebihi 140
mmHg sistolik dan sama atau melebihi 90 mmHg diastolik.
2.2.2. Klasifikasi
Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7 (2003) dapat dilihat pada tabel
berikut:

Klasifikasi Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik


(mmHg) (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi 140-150 90-99
stage I
Hipertensi >150 >100
stage II
Sumber: (Arif Muttaqin, 2009).    

11
Klasifikasi Hipertensi menurut WHO:
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Tingkat I (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub group: Perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (Hipertensi Berat) >180 >110
Hipertensi Sistol terisolasi >140 <90
Sumber: (Andy Sofyan, 2012)

2.2.3. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan menurut
(Aspiani, 2014) :
1. Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi idiopatik
karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang memengaruhi yaitu :
(Aspiani, 2014)
a. Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini
tidak dapat dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga yang memliki
tekanan darah tinggi.
b. Jenis kelamin dan usia
Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggi
untuk mengalami hipertensi. Laki-laki dengan usia 50 tahun apabila
obesitas memilki resiko yang lebih tinggi untuk terkena hipertensi
dibandingkan dengan wanita dengan berat badan yang sama.

c. Diet

12
Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh penderita
dengan mengurangi konsumsinya, jika garam yang dikonsumsi
berlebihan, ginjal yang bertugas untuk mengolah garam akan menahan
cairan lebih banyak dari pada yang seharusnya didalam tubuh.
Banyaknya cairan yang tertahan menyebabkan peningkatan pada
volume darah. Beban ekstra yang dibawa oleh pembuluh darah inilah
yang menyebabkan pembuluh darah bekerja ekstra yakni adanya
peningkatan tekanan darah didalam dinding pembuluh darah dan
menyebabkan tekanan darah meningkat.
d. Berat badan
Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan dalam
keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan
dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah atau hipertensi.
e. Gaya hidup
Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola hidup
sehat dengan menghindari faktor pemicu hipertensi yaitu merokok,
dengan merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap dalam
waktu sehari dan dapat menghabiskan berapa putung rokok dan lama
merokok berpengaruh dengan tekanan darah pasien. Konsumsi alkohol
yang sering, atau berlebihan dan terus menerus dapat meningkatkan
tekanan darah pasien sebaiknya jika memiliki tekanan darah tinggi
pasien diminta untuk 12 menghindari alkohol agar tekanan darah
pasien dalam batas stabil dan pelihara gaya hidup sehat penting agar
terhindar dari komplikasi yang bisa terjadi.

2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadiakibat penyebab yang jelas. hipertensi sekunder
disebabkan akibat adanya suatu penyakit atau kelainan yang mendasari,

13
seperti kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid
(hipertiroid), stenosis arteri renalis, penyakit parenkim ginjal,
feokromositoma, hiperaldosteronism, dan sebagainya.
2.2.4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala utama hipertensi adalah (Aspiani, 2014) menyebutkan
gejala umum yang ditimbulkan akibat hipertensi atau tekanan darah tinggi
tidak sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa tanda gejala.
Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai
berikut:
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual muntah
4. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
5. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
6. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
7. Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera
8. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak, mata, jantung dan ginjal.

Menurut (Smeltzer, 2001) manifestasi klinis hipertensi pada lansia secara


umum adalah: sakit kepala, perdarahan hidung, vertigo, mual muntah,
perubahan pengelihatan, kesemutan pada kaki dan tangan, sesak nafas, kejang
atau koma, nyeri dada.

2.2.5. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstraksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula dari saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,

14
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional
pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan
daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang
dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang
jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2002).
2.2.6. Patway

15
16
2.2.7. Pemeriksaan penunjang
1. Hemoglobin/hematocrit: mengkaji hubungan dari sel-sel tehadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faltor risiko seperti
hipokoagulabilitas, anemia.
2. BUN/ Kreatinin: memberiksn informasi tentang perfusi/ fungsi ginjal.
3. Glukosa: hiperglikemia (Diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi
dapat di akibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan
hipertensi).
4. Kalium serum: hypokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5. Kalsium serum: peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan
hipertensi.
6. Kolestrol dan trigliserida serum: peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa
(efek kardiovaskuler).
7. Pemeriksan tiroid: hipertiroidisme dapat mengakibatkan vasokontriksi dan
hipertensi.
8. Kadar aldosterone urin dan serum: untuk menguji aldosteronisme primer
(penyebab).
9. Urinalisa: darah, protein, dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan
atau adanya diabetes.
10. VMA urin (metabolit katekolamin): kenaikan dapat mengindikasikan
adanya feokomositoma bila hipertensi hilang timbul.
11. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko
terjadinya hipertensi.
12. Strerois urin: kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,
feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom cushing’s kadar parenkim
ginjal, batu ginjal meningkat.
13. IVP dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal, dan ureter.

17
14. Foto dada: dapat dapat menunjukkan obstruksi klasifikasi pada area tubuh
deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; pembesaran jantung.
15. CT scan: menkaji tumor serebral, CSV, esofalopati atau feokromositoma.
16. EKG: dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan gangguan
konduksi. Catatan: luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda
dini penyakit jantung hipertensi.
2.2.8. Penatalaksanaan Medis
1. Penatalaksanaan nonfarmakologis
Yakni dengan modifikasi gaya hidup sangat penting dalam mencegah
tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
mengobati tekanan darah tinggi , berbagai macam cara memodifikasi gaya
hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu : (Aspiani, 2014)
a. Diet rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan
darah pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam
dapat mengurangi stimulasi sistem renin- angiostensin sehingga
sangata berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan natrium
yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per
hari.
b. Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat
menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh oksidanitat
pada dinding vaskular.
c. Diet kaya buah sayur.
d. Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
e. Penurunan berat badan Mengatasi obesitas, pada sebagian orang
dengan cara menurunkan berat badan mengurangi tekanan darah,
kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung dan voume
sekuncup. Pada beberapa studi menunjukan bahwa obesitas
berhubungan dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri.
Jadi, penurunan berat badan adalah hal yangs angat efektif untuk 18

18
menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan (1 kg/minggu)
sangat dianjurkan. Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-
obatan perlu menjadi perhatian khusus karenan umumnya obat
penurunan penurunan berat badan yang terjual bebas mengandung
simpasimpatomimetik, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah,
memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjadinya
eksaserbasi aritmia.
f. Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki kedaan jantung..
olahraga isotonik dapat juga meningkatkan fungsi endotel,
vasoldilatasin perifer, dan mengurangi katekolamin plasma. Olahraga
teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat
dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah. Olahraga meningkatkan
kadar HDL, yang dapat mengurangi terbentuknya arterosklerosis
akibat hipertensi.
g. Memeperbaiki gaya hidup yang kurang sehat dengan cara berhenti
merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol, penting untuk mengurangi
efek jangka oanjang hipertensi karena asap rokok diketahui
menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan
kerja jantung.
2. Penatalaksanaan Farmakologi
a. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretic bekerja dengan mengeluarkan cairan tubuh
(lewat kencing), sehingga volume cairan tubuh berkurang
mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan dan berefek
pada turunnya tekanan darah. Contoh obat-obatan ini adalah:
Bendroflumethiazide, chlorthizlidone, hydrochlorothiazide, dan
indapamide.
b. ACE-Inhibitor

19
Kerja obat golongan ini menghambat pembentukan zat angiotensin II
(zat yang dapat meningkatkan tekanan darah). Efek samping yang
sering timbul adalah 10 batuk kering, pusing sakit kepala dan lemas.
Contoh obat yang tergolong jenis ini adalah Catopril, enalapril, dan
lisinopril.
c. Calsium channel blocker
Golongan obat ini berkerja menurunkan menurunkan daya pompa
jantung dengan menghambat kontraksi otot jantung (kontraktilitas).
Contoh obat yang tergolong jenis obat ini adalah amlodipine, diltiazem
dan nitrendipine.
d. ARB
Kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat angiotensin
II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa
jantung. Obat-obatan yang termasuk golongan ini adalah eprosartan,
candesartan, dan losartan.
e. Beta blocker
Mekanisme obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan daya
pompa jantung. Jenis obat ini tidak dianjurkan pada penderita yang
telah diketahui mengidap gangguan pernafasan seperti asma bronchial.
Contoh obat yang tergolong ke dalam beta blocker adalah atenolol,
bisoprolol, dan beta metoprolol.

20
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. A
3.1. Pengkajian
A. Data umum
1. Nama Kepala Keluarga (KK) : Tn. A
2. Umur : 77 tahun
3. Alamat : Desa Langko Lauq
4. Telpon/Hp : -
5. Pekerjaan : Penjual Burung Merpati
6. Pendidikan : -
7. Komposisi Keluarga

No Nama Jenis Hubunga Umur Pekerjaan Pendidikan


Keluarga kelamin n
1. Tn. A Laki-laki Suami 73 thn Penjual -
Burung
Merpati
2. Ny. N Perempua Istri 70 thn Ibu -
n Rumah
tangga
8. Tipe keluarga
Tipe keluarga Tn. A masuk kedalam Niddle Age/ Aging Couple yaitu
suami sebagai pencari uang, istri berada di rumah, dan anak-anak sudah
meninggalkan rumah karena perkawinan.
9. Suku bangsa atau latar belakang (etnik)
Keluarga Tn. A berasal dari suku sasak, Ny. N sampai saat ini masih
menggunakan pakaian-pakaian tradisonal jaman dulu, bahasa sehari-hari

21
yang digunakan yaitu bahasa sasak. Keluarga Tn. A mempercayai
pengobatan ke belian.

10. Agama
Tn. A dan Ny. N beragama Islam. Tn. A maseh sering pergi shalat ke
Mushola yang ada di dekat rumah mereka.
11. Status sosial ekonomi
Sumber pendapatan keluarga diperoleh dari hasil bekerja menjual burung
merpati dan kadang di berikan oleh anak-anak mereka.
12. Riwayat keluarga
a. Riwayat penyakit keturunan : Hipertensi
b. Riwayat penyakit lalu
1) Tn. A: -
2) Ny. N : Sering merasa sakit pada bagian kepala dan mengalami
katarak pada mata sebelah kiri.
13. Aktifitas rekreasi
Rekreasi digunakan untuk mengisi kekosongan waktu yaitu dengan
berjalan-jalan disekitar tempat tinggal, rekreasi seperti ketempat wisata
tidak pernah dilakukan.
B. Riwayat dan Tahap perkembangan keluarga
a. Tahap perkembanagan saat ini
Tahap perkembangan keluarga Tn. A merupakan tahap VIII keluarga
lanjut usia.
b. Riwayat keluarga inti
1) Tn. A sebagai kepala keluarga jarang sekali sakit, tidak memiliki
masalah dengan istirahat, makan maupun kebutuhan dasar lainnya.
TD: 120/80 N: 80x/menit RR: 20x/menit
2) Ny. N sering sekali mengeluh sakit pada bagian kepalanya, terdapat
gangguan pengelihatan pada mata sebelah kiri, mempunyai riwayat

22
hipertensi, tidak pernah pergi control ke puskesmas dan tidak pernah
mengambil obat rutin, tidak mempunyai masalah dengan istirahat.
TD: 140/80 N: 84x/menit RR: 20x/menit

c. Riwayat keluarga sebelumnya


Ny. N menderita penyakit hipertensi, dari pihak keluarga Ny, N dari pihak
Bapak/ibunya ada yang menderita hipertensi.
C. Pengkajian Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Rumah sebagai tempat tinggal keluarga Tn. A merupakan milik sendiri,
terdiri dari 2 kamar tidur 1 dapur dan 1 kamar mandi. Penerangan pada
rumah Tn. A bisa dikatakan kurang karena tidak terdapat jendela untuk
sinar matahari masuk kedalam rumahnya serta penerangan yang
digunakan oleh keluarga Tn. A adalah lampu kecopok/ atau lampu
templek. Ventilasi pada rumah Tn. A juga kurang karena tidak terdapatnya
jendela. Lantai rumah Tn. A beralaskan semen, dan atap rumah
menggunakan seng, tembok rumah Tn. A tidak menggunakan batu bata
melainkan hannya menggunakan pagar bamboo. Dapur berada di samping
rumah Tn. A alat memasak yang digunakan jangkih atau memasak
menggunakan kayu bakar dengan peralatan yang sederhana. Kamar mandi
Tn. A berada di samping dapurnya menggunakan bong yang hanya
ditutupi oleh kain, tipe kloset yang digunakan adalah kloset jongkok.
Sanitasi yang ada di rumah Tn. A cukup baik. Tak jauh dari rumah Tn. A
tepatnya di depan rumah terdapat kandang sapi yang merupakan milik
anaknya yang dititipkan untuk dijaga oleh Tn.A.
2. Karakteristik lingkungan dan komunnitas tempat tinggal.
Tipe lingkungan tempat tinggal Tn. A termasuk kedalam desa. Tipe
tempat tinggal yang ada di sana termasuk kedalam tipe tempat tinggal
hunian. Kedaan tempat tinggal di sekitar rumah Tn. A dapat dikatakan
terpelihara rata-rata tempat tinggal yang ada di sekitar rumah Tn. A sudah

23
menggunakan batu bata. Keadaan jalan yang ada di lingkungan tempat
tinggal Tn. A rusak, jalan tersebut penuh dengan lubang dan batu-batuan.
Kebersihan yang ada di sekitar tempat tinggal Tn. A bisa dikatakan cukup
bersih hanya saja karena adanya kandang sapi di dekat tempat tinggal
Tn.A menyebabkan adanya bau yang kurang mengenakan. Cara
penanganan sampah di lingkungan tempat tinggal Tn. A ada beberapa
orang yang menggunakan cara membakar namun ada juga beberapa orang
yang membayar tukang sampah untuk datang mengambil sampah ke
masing-masing rumah mereka. Di lingkungan tempat tinggal Tn. A tidak
terdapat usaha industri disekitarnya. Tidak jauh dari tempat tinggal Tn. A
yang jaraknya kira-kira sekitar 1 kilometer terdapat tempat pelayanan
kesehatan berupa pustu. Ada beberapa sekolah yang terdapat di sekitar
tempat tinggal Tn. A baik berupa pondok pesantren ataupun sekolah
negeri dengan kondisi baik, juga terdapat beberapa tempat-tempat rekreasi
seperti adanya air terjun dan kolam renang yang banyak sekali dikunjungi
oleh masyarakat sekitar. Terdapat beberapa warung maupun pasar di
sekitar lingkungan tempat tinggal Tn. A yang dapat memenuhi beberapa
keperluan masyarakat sekitar. Alat transportasi umum yang masih di
gunakan berupa cidomo dan juga ojek. Keamanan di lingkungan tempat
tinggal kelurga Tn. A dapat dikatakan kurang aman karena sering terjadi
pencurian sehingga Tn. A lebih sering tidur di luar untuk menjaga hewan
ternak yang di titipkan anaknya kepadanya untuk di pelihara.
3. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn. A sebagai penduduk lingsar kabupaten Lombok barat. Tidak
pernah transmigrasi maupun migrasi.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
Anak-anak Tn. A sering datang berkunjung untuk mengantarakan mereka
makanan. Tn. A bekerja mulai sekitar pukul 06.00-17.00 WITA
5. Sistem pendukung keluarga

24
Jumlah anggota keluarga yang tinggal serumah hanya 2 orang. Namun
anak-anaknya sering datang berkunjung sesekali.
6. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Anggota keluarga menggunakan bahasa sasak dalam berkomunikasi
sehari-harinya.
b. Struktur kekuatan keluarga
Pengambilan keputusan dalam keluarga dibuat oleh Tn. A sebagai
kepala keluarga.
c. Struktur peran
Peran formal : Tn. A sebagai kepala keluarga dan Ny. N sebagai istri.
Peran informal : Tn. A sebagai pencari nafkah dan Ny. N sebagai ibu
rumah tangga yang mengurus segala sesuatu mengenai rumah.
d. Struktur nilai atau norma keluarga
Keluarga percaya bahwa hidup sudah ada yang mengatur, demikian
pula dengan sehat dan sakit. Keluarga juga percaya bahwa tiap sakit
ada obatnya, bila ada keluarga yang sakit pertama akan di bawa ke
rumah sakit atau puskesmas.
e. Fungsi keluarga
1) Keluarga efektif
Hubungan antar anggota keluarga baik, keluarga saling
menghormati satu sama lain. Bila ada keluarga yang sakit pertama
akan di bawa ke rumah sakit atau puskesmas.
2) Fungsi sosial
Anak-anak dari Tn. A dan Ny. N sering datang berkunjung dan
mengantarkan makanan. Hubungan dalam keluarga baik dan saling
menghormai satu sama lain. Di lingkungan tempat tinggal keluarga
kurang memadai untuk cucu-cucunya bermain karena halaman
yang kurang luas dan tempat tinggal yang sempit.
3) Fungsi perawatan kesehatan

25
a) Diet keluarga
Cara keluarga menyiapkan makanan selalu di masak, jenis
makanan yang dikonsumsi setiap harinya terdiri dari nasi, lauk
pauk dan sayur dengan frekunsi 2 kali atau 3 kali setiap
harinya.
b) Latihan dan rekreasi
Keluarga mengatakan bahwa mereka tidak pernah pergi
rekreasi ataupun berolahraga.
c) Kebiasaan penggunaan obat-obatan dalam keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menggunakan alcohol
ataupun yang merokok. Hanya saja Tn. A dan juga Ny. N
hampir tiap hari minuum kopi, sekiar 2 kali dalam sehari.
d) Peran keluarga dalam praktik perawatan diri
Keluarga mengatakan belum mengetahui bagaimana cara
mencegah agar tekanan darah tidak meningkat, serta apa saja
yang bisa di konsumsi untuk dapat membantu menurunkan
tekanan darah yang dimiliki oleh Ny. N. Keluarga juga
mengatakan mereka pergi ke pelayanan kesehatan hanya saat
mereka sakit saja, dan tidak pernah melakukan pemeriksaan
rutin.
e) Pelayanan kesehatan darurat
Keluarga mengetahui terkait tempat-tempat pelayanan
kesehatan yang beraada di sekitar tempat tinggal mereka.
Keuarga mengatakan mereka tidak mengetahui bagaimana cara
memanggil ambulance dan mereka tidak memilik handphone
untuk menghubunginya jika terjadi keadaaan darurat.
f) Fasilitas transportasi keluarga untuk perawatan kesehatan
Jarak dari rumah tempat tinggal keluarga Tn. A sekitar 1
kilometer dan transportasi yang bisa di gunakan berupa ojek
ataupun cidomo ataupun memanggil anak-anak mereka untuk

26
mengantar ke pelayanan kesehatan karena Tn. A tidak memilki
transportasi sendiri.

4) Fungsi reproduksi
Tn. A dan Ny. N memiliki 2 orang anak, dan tidak memiliki
rencana menambah jumlah anak mereka karena usia mereka yang
sudah lanjut usia.
5) Fungsi ekonomi
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan yang cukup.
f. Stress dan koping
a. Stressor jangka pendek : Ny. N sering mengeluh sakit pada bagian
kepala.
b. Stressor jangka panjang : Ny. N khawatir karena kepala sering
sakit dan tekanan darahnya tinggi. Tn. A juga merasa khawatirr
karena dengan kondisi Ny. N jika sedang sakit dan harus di tinggal
bekerja.
c. Kemampuan keluarga dalam berespon terhadap situasi atau
stressor: keluarga selalu memeriksakan anggota keluarga yang
sakit ke pelayanan kesehatan terdekat.
d. Strategi koping yang digunakan
Biasanya Tn. A sebelum mengambil keputusan selalu
bermusyawarah terlebih dulu dengan istri dan anaknya.
e. Strategi adaptasi disfungsional
Jika sakit kepala yang di rasakan oleh Ny. N sedang kambuh maka
dialihkan untuk mengurangi sakitnya dengan istirahat dan kadang
di belikan obat sakit kepala di warung terdekat.
f. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan TTV

27
Tekanan darah :
Nadi
Respirasi
2) Pemeriksaan Head to toe
Kepala : simetris, rambut berwarna putih.
Mata : konjungtiva pucat, sklera putih, pada mata sebelah kiri
sudah tidak berfungsi lagi.
Hidung : lubang hidung normal simetris, tidak ada secret.
Mulut : bibir tidak kering, tidak ada stomatitis.
Telinga : pendengaran masih normal tidak ada keluar cairan
dari teliga.
Leher : tidak ada edema, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
Dada : simetris, tidak ada edema.
Perut : simetris, tidak tampak adanya benjolan, tidak ada nyeri
tekan.
Extermitas: tidak ada odem, masih dapat bergerak dengan
aktif.
g. Harapan keluarga
Keluarga berharap pada petugas kesehatan agar meningkatkan
mutu pelayanan yang di berikan kepada masayarakat.
3.2. Diagnosa keperawatan

No Pengelompokan Data Etiologi Problem


1. Ds : Keluarga mengatakan Ketidakmampuan Menejemen
belum mengetahui bagaimana keluarga merawat kesehatan
cara mencegah agar tekanan anggota keluarga keluarga tidak
darah tidak meningkat, keluarga dengan hipertensi. efektif
juga belum mengetahui apa saja
yang bisa di konsumsi untuk
dapat membantu menurunkan
tekanan darah yang dimiliki

28
oleh Ny. N. Keluarga juga
mengatakan Ny. N tidak pernah
pergi control ke puskesmas dan
tidak pernah mengambil obat
rutin.
DO :
Pada saat dilakukan pengkajian
didapatkan hasil TTV Ny. N
adalah :
TD: 140/80
N: 84x/menit
RR: 20x/menit

3.3. Intervensi

No Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan
1. Menejemen Setelah dilakukan 1. Jelaskan kepada
kesehatan keluarga kunjungan rumah 2x keluarga mengenai diet
tidak efektif diharapkann keluarga untuk pasien hipertensi
berhubungan dengan mampu memberikan seperti diet rendah
ketidakmampuan perawatan pada Ny. N garam, rendah lemak
keluarga merawat dengan kriteria hasil : dan kolestrol.
anggota keluarga 1. Keluarga sudah 2. Anjurkan pada keluarga
dengan hipertensi. mengetahui diet apa untuk memberikan
yang di butuhkan2 makanan sesuai dengan
oleh Ny. N diet hipertensi.
2. Keluarga 3. Berikan asupan gizi
mengetahui apa saja seimbang.
yang dapat 4. Anjurkan kepada
membantu keluarga untuk

29
menurunkan memeriksakan rutin Ny.
tekanan darah. N ke fasilitas kesehatan
3. Keluarga mau 5. Anjurkan kepada
memeriksakan keluarga untuk
kesehatan secara menciptakan suasana
rutin untuk kontrol. rumah yang sehat

3.4. Implemetasi

Hari, Diagnosa
Tanggal,
Jam Keperawatan Implementasi Respon hasil
(WITA)
Minggu, 6 Menejemen 1. Menjelaskan kepada 1. Pasien dan keluarga
Juni 2021 kesehatan keluarga mengenai diet mengatakan
keluarga tidak untuk pasien hipertensi mengerti bahwa
efektif seperti diet rendah harus mengurangi
berhubungan garam, rendah lemak garam, mengurangi
dengan dan kolestrol. makanan yang
ketidakmampuan 2. Menganjurkan pada mengandung banyak
keluarga keluarga untuk lemak dan lebih
merawat anggota memberikan makanan sering memakan
keluarga dengan sesuai dengan diet sayur-sayuran.
hipertensi. hipertensi. 2. Pasien dan keluarga
3. Memberikan asupan mengatakan
gizi seimbang, seperti mengerti dan akan
buah-buahan, beras, melakukannya.
telur, dan minyak 3. Pasien dan
goreng. keluarganya
4. Menganjurkan kepada bersyukur dan
keluarga untuk berterimakasih.
memeriksakan rutin 4. Pasien dan keluarga

30
Ny. N ke fasilitas mengatakan
kesehatan mengerti dan akan
5. Menganjurkan kepada mencoba
keluarga untuk memeriksaan
menciptakan suasana kesehatan ke
rumah yang sehat puskesmas lebih
sering.
5. Pasien dan keluarga
mengatakan selalu
membuat suasana di
rumah tenang.

5.4. Evaluasi

Tanggal, Diagnosa Implementasi Evaluasi


Jam (WITA) Keperawatan
Menejemen 1. Menjelaskan S: Keluarga mengatakan
kesehatan keluarga kepada keluarga sudah memahami tentang
tidak efektif mengenai diet cara merawat keluarga
berhubungan untuk pasien dengan hipertensi dengan
dengan hipertensi seperti memperhatikan diet, pola
ketidakmampuan diet rendah garam, tidur dan control secara
keluarga merawat rendah lemak dan teratur.
anggota keluarga kolestrol. O: keluarga dapat
dengan hipertensi. 2. Menganjurkan mengungkapkan kembali
pada keluarga cara merawat keluarga
untuk memberikan hipertensi dengan
makanan sesuai memperhatikan diet, pola
dengan diet tidur dan control dengan
hipertensi. teratur.
3. Memberikan

31
asupan gizi A: Tujuan tercapai
seimbang, seperti P: Intervensi dihentikan
buah-buahan,
beras, telur, dan
minyak goreng.
4. Menganjurkan
kepada keluarga
untuk
memeriksakan
rutin Ny. N ke
fasilitas kesehatan
5. Menganjurkan
kepada keluarga
untuk menciptakan
suasana rumah
yang sehat

32
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Pada kasus keluarga Tn. A telah dilakukan asuhan keperawatan keluarga yang
mulai dilakukan dari pengkajian sampai tahap evaluai. Keluarga Tn.A sangat
kooperatif saat dilakukan pengkajian. Salah satu penghambat yang kami
dapatkan saat akan melakukan pengkajian adalah kesulitan dalam bertemu
dengan Tn.A dikarenakan Tn. A sedang bekerja.

Pada tahap evaluasi didapatkan kesimbulan bawaha keluarga Tn. A sudah


mengetahui dan memahami bagaimana cara merawat anggota keluarga dengan
hipertensi salah satunya dengan memperhatikan diet, istirahat yang cukup dan
control secara teratur.

33
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, R.Y. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskuler: Aplikasi Nic & Noc. Jakarta: EGC.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2. Jakarta:
EGC.
Dion, Y. (2013). Asuahan Keperawatan Keluarga Konsep Dan Praktik. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran, EGC.
Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Muhlisin, A. (2012). Keperawatan Kluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

34
DOKUMENTASI
KUNJUNGAN PERTAMA

KONDISI RUMAH KELUARGA TN. A

KUNJUNGAN KEDUA

PEMBERIAN SEMBAKO DAN EDUKASI

35
36

Anda mungkin juga menyukai