Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN

KELUARGA BERENCANA (KB)

DOSEN PEMBIMBING: MISROH MULIANINGSIH, Ners, M.P.H

DI SUSUN OLEH:

ANGGI HAPSARI PUTRI 001STYC18

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1
2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas laporan pendahuluan ini tepat
pada waktunya.
Salawat serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan alam
nabi besar muhammad SAW, seorang nabi yang telah membawa kita dari jaman
kegelapan menuju jaman yang terang benerang seperti yang kita rasakan seperti
saat sekarang ini.
Ucapan terimakasih juga kami haturkan kepada Ibu dosen yang telah ikut
serta dalam memberikan tugas laporan pendahuluan. Laporan pendahuluan ini
saya susun berdasarkan beberapa sumber internet yang telah saya peroleh. Saya
berusaha menyajikan laporan pendahuluan ini dengan bahasa yang sederhana dan
mudah dimengerti.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah
memberikan sumbang dan sarannya untuk menyelesaikan laporan pendahulua ini.
Saya menyadari dalam pembuatan laporan pendahuluan ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan, hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan
pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki. Semoga laporan pendahuluan ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Aamiin.

Lombok Barat, 29 Juni 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan Masalah 1

BAB II PEMBAHASAN 3

2.1 KONSEP DASAR 3

2.1.1 Definisi KB 3

2.1.2 Tujuan KB 4

2.1.3 Sasaran Program KB 4

2.1.4 Akseptor KB Menurut Sasarannya 5

2.1.5 Strategi Pelaksanaan KB 7

2.1.6 Jenis – Jenis KB 7

2.1.7 Pathway 21

2.2 ASUHAN KEPERAWATAN 23

2.2.1 Pengkajian 23

2.2.2 Diagnosa Keperawatan 29

2.2.3 Intervensi Keperawatan 32

2.2.4 Implementasi Keperawatan 35

2.2.5 Evaluasi Keperawatan35

BAB III PENUTUP 37

3.1 Kesimpulan 37

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga berencana adalah cara merencanakan keluarga: kapan
ingin mendapatkan anak dan berapa jumlah anak. (Rahmah, 2015).
Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee
1997: keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan
suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur
interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam
hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam
keluarga (Suratun, 2008).
Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992
(tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga
sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Arum, 2008).
Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan
jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 2010).
(Rahmah, 2015)
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa Definisi KB ?
1.2.2 Apa Saja Tujuan KB ?
1.2.3 Siapa Saja Sasaran Program KB ?
1.2.4 Apa Saja Akseptor KB Menurut Sasarannya ?
1.2.5 Bagaimana Strategi Pelaksanaan KB ?
1.2.6 Apa Saja Jenis – Jenis KB ?
1.2.7 Bagaimana Pathway KB ?
1.2.8 Bagaimana Asuhan Keperawatan KB ?
1.3 Tujuan Masalah

1
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk Mengetahui Definisi KB
2. Untuk Mengetahui Tujuan KB
3. Untuk Mengetahui Sasaran Program KB
4. Untuk Mengetahui Akseptor KB Menurut Sasarannya
5. Untuk Mengetahui Strategi Pelaksanaan KB
6. Untuk Mengetahui Jenis – Jenis KB
7. Untuk Mengetahui Pathway KB
8. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan KB

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DASAR


2.1.1. Definisi
Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee
1997: keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan
suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur
interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam
hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak
dalam keluarga (Suratun, 2008).
Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992
(tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga
sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP),
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Arum, 2008).
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan,
alat yang digunakan untuk menunda kehamilan dan menjarangkan
jarak kelahiran.
Menurut WHO (dalam Imbarwati, 2009), keluarga berencana
adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri
untuk:
1. Mendapatkan objektif2 tertentu
2. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
3. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
4. Mengatur interval diantara kelahiran
5. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur
suami istri
6. Menentukan jumlah anak dalam keluarga

3
Dalam Imbarwati (2009) juga dijelaskan bahwa kontrasepsi
berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan. Sedangkan
konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang
dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Jadi
kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat pertemuan sel telur yang matang dengan sel sperma
tersebut. (Imbarwati, 2009)
2.1.2. Tujuan
Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan
kekutan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan
kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera
yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Tujuan lain meliputi
pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan
ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
Tujuan menggunakan kontrasepsi adalah untuk menjarangkan
kelahiran, mengendalikan jumlah anak, dan untuk kesehatan
reproduksi wanita. Serta mencapai keluarga yang sejahtera.
Menurut Imbarwati (2009) kebijakan Keluarga Berencana (KB)
bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui
usaha penurunan tingkat kelahiran. Kebijakan KB ini bersama-sama
dengan usaha pembangunan yang lain selanjutnya akan
meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Tujuan KB berdasar RENSTRA 2005-2009 meliputi:
1. Keluarga dengan anak ideal
2. Keluarga sehat
3. Keluarga berpendidikan
4. Keluarga sejahtera
5. Keluarga berketahanan
6. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
7. Penduduk tumbuh seimbang (PTS). (Cahasanah, 2012)
2.1.3. Sasaran Program KB
Sasaran KB menurut (Mohctar, 2010) :

4
1. Sasaran Langsung
Yaitu pasangan usia subur (PUS) agar mereka menjadi peserta
keluarga berencana lestari sehingga memberikan efek langsung
pada penurunan fertilitas.
2. Sasaran Tidak Langsung
Yaitu organisasi-organisasi kemasyarakatan, instansi
pemerintahan maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat (Wanita
dan Pemuda) yang diharapkan dapat memberikan dukungan
terhadap proses pembentukan sistem keluarga kecil bahagia
sejahtera (Mochtar, 1998).
Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009 yang
meliputi:
1. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi
sekitar 1,14 persen per tahun.
2. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per
perempuan.
3. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin
menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai
alat/cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6 persen.
4. Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5persen.
5. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional,
efektif, dan efisien.
6. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan
menjadi 21 tahun.
7. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh
kembang anak.
8. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga
sejahtera-1 yang aktif dalam usaha ekonomi produktif.
9. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan Program KB Nasional. (Cahasanah,
2012)
2.1.4. Akseptor KB Menurut Sasarannya

5
Akseptor KB menurut sasarannya terbagi menjadi tiga fase yaitu :
1. Fase menunda kehamilan
Masa menunda kehamilan pertama, sebaiknya dilakukan oleh
pasangan yang istrinya belum mencapai usia 20 tahun. Karena
umur dibawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak
mempunyai anak dulu karena berbagai alasan. Kriteria
kontrasepsi yang diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya
kesuburan yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat
terjamin 100%. Hal ini penting karena pada masa ini pasangan
belum mempunyai anak, serta efektifitas yang tinggi.
Kontrasepsi yang cocok dan yang disarankan adalah pil KB,
AKDR dan cara sederhana.
2. Fase mengatur/menjarangkan kehamilan
Periode usia istri antara 20-30 tahun merupakan periode usia
paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan
jarak antara kelahiran adalah 2–4 tahun. Umur terbaik bagi ibu
untuk melahirkan adalah usia antara 20-30 tahun. Kriteria
kontrasepsi yang perlukan yaitu : efektifitas tinggi, reversibilitas
tinggi karena pasangan masih mengharapkan punya anak lagi,
dapat dipakai 3–4 tahun sesuai jarak kelahiran yang
direncanakan, serta tidak menghambat produksi air susu ibu
(ASI). Kontrasepsi yang cocok dan disarankan menurut kondisi
ibu yaitu : AKDR, suntik KB, Pil KB atau Implan
3. Fase mengakhiri kesuburan/tidak hamil lagi
Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri
lebih dari 30 tahun tidak hamil lagi. Kondisi keluarga seperti ini
dapat menggunakan kontrasepsi yang mempunyai efektifitas
tinggi, karena jika terjadi kegagalan hal ini dapat menyebabkan
terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak.
Disamping itu jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk
mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang cocok dan disarankan

6
adalah metode kontap, AKDR, Implan, Suntik KB dan Pil KB.
(Suratun, 2008). (Chasanah, 2012)
2.1.5. Strategi Pelaksanaan KB
Terbagi dalam 2 strategi, yaitu :
1. Strategi dasar
a. Meneguhkan kembali program di daerah
b. Menjamin kesinambungan program
2. Strategi operasional
a. Peningkatan kapasitas sistem pelayanan Program KB
Nasional
b. Peningkatan kualitas dan prioritas program
c. Penggalangan dan pemantapan komitmen
d. Dukungan regulasi dan kebijakan
e. Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan.
(Chasanah, 2012)
2.1.6. Jenis – Jenis KB
Menurut Kusumaningrum (2009), terdapat beberapa jenis
kontrasepsi, diantaranya :
1. Kontrasepsi Alami
a. Metode Suhu Basal Tubuh
Suhu basal adalah suhu tubuh sebelum ada aktifitas apapun,
biasanya diambil pada saat bangun tidur dan belum
meninggalkan tempat tidur. Suhu basal tubuh akan meningkat
setelah ovulasi. Pencatatan suhu dilakukan setiap hari pada
sebuah tabel/kertas grafik
Contohnya grafiknya seperti ini :

7
b. Metode Lendir Serviks
Metode berdasarkan lendir serviks yang muncul dalam siklus
wanita. Lendir ini dicek di vagina. Sesudah haid vagina
biasanya kering. Setelah itu muncul lendir yang lengket
(sticky). Sesaat sebelum ovulasi, lendir berubah menjadi
basah dan licin (wet and slippery). Hari terakhir basah karena
lendir ini biasanya bersamaan dengan ovulasi.
c. Metode Sympthotermal
Metode ini menggabungkan kedua metode diatas.
Selanjutnya wanita disuruh mencari tanda tanda ovulasi
lainnya yaitu: nyeri perut (cramps), spotting dan perubahan
posisi serta konsistensi serviks. Metode ini sedikit lebih
unggul karena mengkombinasi berbagai variabel. Tetapi tetap
juga memiliki keterbatasan.
d. Metode Kalender
Bila haid teratur (28 hari), Hari pertama dalam siklus haid
dihitung sebagai hari ke-1 dan masa subur adalah hari ke-12
hingga hari ke- 16 dalam siklus haid. Sedangkan, bila siklus
haid tidak teratur, harus dicatat siklus haid selama 6 bulan.
Yang paling normal haid adalah 28 hari, tetapi masih
dianggap normal jika antara 21-35 hari. Masa subur awal
didapatkan dengan siklus terpendek dikurangi 18 dan akhir
masa subur adalah siklus terpanjang dikurangi 11. Misalnya
siklus terpendek 25 hari dan terpanjang 35 hari, maka waktu
subur adalah antara hari ke 7 s/d 24.

8
e. Metode Amenorea Laktasi
Pada periode menyususi sering wanita menjadi tidak haid
akibat hormon laktasi. Ternyata disamping haid, ovulasi juga
ikut terhambat. Supaya methode ini bekerja dengan baik,
ibu2 harus memberikan ASI saja (eksklusif). Interval
menyusui pada malam hari t idak melebihi 6 jam dan interval
siang tidak lebih 4 jam. Semakin sering dan lama bayi
menyusui maka semakin kecil ovulasi akan timbul. Dalam 6
bulan pertama jika diterapkan dengan benar angka
kehamilannya hanya 2 %. Jika perdarahan (haid) muncul
maka kemungkinan hamil semakin muncul.
f. Coitus Interruptus (senggama terputus)
Ejakulasi dilakukan di luar vagina. Efektivitasnya 75-80%.
Faktor kegagalan biasanya terjadi karena ada sperma yang
sudah keluar sebelum ejakulasi, orgasme berulang atau
terlambat menarik penis keluar.
2. Kontrasepsi Mekanik
a. Kondom Pria
Adalah sarung karet tipis yang dipakai oleh pria pada waktu
bersenggama
1) Cara Kerja
Sarung karet ini mencegah sperma bertemu dengan ovum
2) Efektivitas
Dalam teori: 98%. Dalam praktek: 85%. Efektif jika
digunakan benar tiap kali berhubungan.Namun
efektivitasnya kurang jika dibandingkan metode pil,
AKDR, suntikan KB.
3) Keuntungan
a) Dapat dipaki sendiri
b) Dapat mencegah penularan penyakit kelamin
c) Tidak mempengaruhi kegiatan menyusui
d) Dapat digunakan sebagai pendukung metode lain

9
e) Tidak mengganggu kesehatan
f) Tidak ada efek samping sistemik
g) Tersedia secara luas
h) Tidak perlu resep atau penilaian medis
i) Tidak mahal (jangka pendek)
4) Baik untuk pasangan yang:
a) Ingin menunda kehamilan atau ingin menjarangkan
anak
b) Jarang bersenggama
c) Pasangan yang takut menularkan & tertular penyakit
kelamin
d) Wanita yang kemungkinan sudah hamil
5) Kontraindikasi
Alergi.
b. Spermatisida
Bahan kimia aktif untuk 'membunuh' sperma, berbentuk
cairan, krim atau tisu vagina yang harus dimasukkan ke
dalam vagina 5 menit sebelum senggama. Efektivitasnya
70%. Sayangnya bisa menyebabkan reaksi alergi. Kegagalan
sering terjadi karena waktu larut yang belum cukup, jumlah
spermatisida yang digunakan terlalu sedikit atau vagina sudah
dibilas dalam waktu < 6 jam setelah senggama.
c. Vaginal diafragma
Lingkaran cincin dilapisi karet fleksibel ini akan menutup
mulut rahim bila dipasang dalam liang vagina 6 jam sebelum
senggama. Efektivitasnya sangat kecil, karena itu harus
digunakan bersama spermatisida untuk mencapai efektivitas
80%. Cara ini bisa gagal bila ukuran diafragma tidak pas,
tergeser saat senggama, atau terlalu cepat dilepas (< 8 jam )
setelah senggama.
d. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

10
AKDR atau spiral, atau Intra-Uterine Devices (IUD) adalah
alat yang dibuat dari polietilen dengan atau tanpa
metal/steroid yg ditempatkan di dalam rahim.Pemasangan ini
dapat untuk 3-5 tahun dan dapat dilepaskan bila berkeinginan
untuk mempunyai anak.
1) Cara Kerja
AKDR ini bekerja dengan mencegah pertemuan sperma
dengan sel telur. Imbarwati (2009), menjelaskan cara
kerja IUD sebagai berikut:
a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke
tuba falopi
b) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai
cavum uteri
c) Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan
membuat sperma masuk ke dalam alat reproduksi
perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi
d) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur
dalam uterus
2) Efektivitas
Sangat efektif (0,5-1 kehamilan per 100 wanita setelah
pemakaian selama 1 tahun)
3) Keuntungan
a) Tidak terganggu faktor lupa
b) Metode jangka panjang (perlindungan sampai 10
tahun dengan menggunakan tembaga T 380 A)
c) Mengurangi kunjungan ke klinik
d) Lebih murah dari pil dalam jangka panjang
4) Baik untuk Wanita yang:
a) Menginginkan kontrasepsi dengan tingkat efektivitas
yg tinggi, & jangka panjang
b) Tidak ingin punya anak lagi atau ingin
menjarangkan anak

11
c) Memberikan ASI
d) Berada dalam masa postpartum dan tidak
memberikan ASI
e) Berada dalam masa pasca aborsi
f) Mempunyai resiko rendah terhadap PMS
g) Tidak dapat mengingat untuk minum sebutir pil
setiap hari
h) Lebih menyukai untuk tidak menggunakan metode
hormonal atau yang memang tidak boleh
menggunakannya
i) Yang benar-benar membutuhkan alat kontrasepsi
darurat
5) Kontraindikasi
a) Hamil atau diduga hamil
b) Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk
penderita penyakit kelamin
c) Pernah menderita radang rongga panggul
d) Penderita perdarahan pervaginam yg abnormal
e) Riwayat kehamilan ektopik
f) Penderita kanker alat kelamin
6) Efek samping
a) Perdarahan dan ram selama minggu2 pertama
setelah pemasangan. Kadang2 ditemukan keputihan
yg bertambah banyak. Disamping itu pada saat
berhubungan (senggama0 terjadi expulsi (IUD
bergeser dari posisi) sebagian atau seluruhnya
b) Pemasangan IUD mungkin meninmbulkan rasa tidak
nyaman dan dihubungkan dengan resiko infeksi
rahim.
7) Waktu Penggunaan IUD
Dalam Imbarwati (2009) dijelaskan penggunaan IUD
sebaiknya dilakukan pada saat :

12
a) Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat
dipastikan klien tidak hamil
b) Hari pertama sampai ke-7 siklus haid
c) Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama
atau setelah 4 minggu pascapersalinan, setelah 6
bulan apabila menggunakan metode amenorea
laktasi (MAL)
d) Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam
waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi
e) Selama 1-5 hari setelah senggama yg tidak
dilindungi
8) Waktu Kontrol IUD
Menurut Imbarwati (2009), waktu kontrol IUd yang
harus diperhatikan adalah:
a) 1 bulan pasca pemasangan
b) 3 bulan kemudian
c) Setiap 6 bulan berikutnya
d) Bila terlambat haid 1 minggu
e) Perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya
3. Kontrasepsi Hormonal
Dengan fungsi utama untuk mencegah kehamilan (karena
menghambat ovulasi), kontrasepsi ini juga biasa digunakan
untuk mengatasi ketidakseimbangan hormon estrogen dan
progesteron dalam tubuh.
Harus diperhatikan beberapa faktor dalam pemakaian semua
jenis obat yang bersifat hormonal, yaitu:
a. Kontraindikasi mutlak: (sama sekali tidak boleh
diberikan):kehamilan, gejala thromboemboli, kelainan
pembuluh darah otak, gangguan fungsi hati atau tumor
dalam rahim.
b. Kontraindikasi relatif (boleh diberikan dengan pengawasan
intensif oleh dokter): penyakit kencing manis (DM),

13
hipertensi, pendarahan vagina berat, penyakit ginjal dan
jantung.
Berikut jenis-jenis kontrasepsi Hormonal :
a. Kontrasepsi PIL
Tablet yang mengandung hormone estrogen dan progesterone
sintetik disebut pil kombinasi dan hanya mengandung
progesterone sintetik saja disebut Mini Pil atau Pil Progestrin.
1) Cara Kerja
a) Menekan ovulasi
Jika seorang wanita minum pil KB setiap hari maka
tidak akan terjadi ovulasi (tidak ada sel telur). Tanpa
ovulasi tidak akan terjadi kehamilan.
b) Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi
sperma terganggu
c) Mengganggu pertumbuhan endometrium, sehingga
menyulitkan proses implantasi
d) Memperkental lender serviks (mencegah penetrasi
sperma)
2) Efektivitas
Efektivitas teoritis untuk pil sebesar 99,7% sedangkan
efektivitas praktisnya sebesar 90-96%. Artinya pil cukup
efektif jika tidak lupa meminum pil secara teratur.
3) Keuntungan
a) Mudah penggunaannya dan mudah didapat
b) Mengurangi kehilangan darah (akibat haid) dan
nyeri haid
c) Mengurangi resiko terjadinya KET (Kehamilan
Ektopik Terganggu) dan Kista Ovarium
d) Mengurangi resiko terjadinya kanker ovarium dan
Rahim
e) Pemulihan kesuburan hampir 100%
4) Baik untuk wanita yang:

14
a) Masih ingin punya anak
b) Punya jadwal harian yang rutin
5) Kontraindikasi
a) Menyusui (khsusu pil kombinasi)
b) Pernah sakit jantung
c) Tumor/keganasan
d) Kelainan jantung, varices, dan darah tinggi
e) Perdarahan pervaginam yang belum diketahui
sebabnya
f) Penyakit gondok
g) Gangguan fungsi hati & ginjal
h) Diabetes, epilepsy, dan depresi mental
i) Tidak dianjurkan bagi wanita mur >40 tahun
6) Efek Samping
Penggunaan pil KB pada sebagian wanita dapat
menimbulkan efek samping, antara lain mual, berat
badan bertambah, sakit kepala (berkunang-kunang)
perubahan warna kulit dan efek samping ini dapat timbul
berbulan-bulan.
b. Suntik
Kontrasepsi suntikan adalah hormone yang diberikan secara
suntikan/injeksi untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Adapun jenis suntikan hormone ini ada yg terdiri atas 1
hormon, & ada pula yg terdiri atas dua hormone sebagai
contoh jenis suntikan yg terdiri 1 hormon adalah Depo
Provera, Depo Progestin, Depo Geston & Noristerat.
Sedangkan yg terdiri dari atas dua hormone adalah Cyclofem
dan Mesygna.
KB suntik sesuai untuk wanita pada semua usia reproduksi
yang menginginkan kontrasepsi yang efektif, reversible, dan
belum bersedia untuk sterilisasi.
1) Cara Kerja

15
Depo provera disuntikkan setiap 3 bulan sedangkan
Noristerat setiap 2 bulan.Wanita yang mendapat suntikan
KB tidak mengalami ovulasi.
2) Efektivitas
Dalam teori: 99,75%. Dalam praktek: 95-97%.
3) Keuntungan
a) Merupakan metode yang telah dikenal oleh
masyarakat
b) Dapat dipakai dalam waktu yang lama
c) Tidak mempengaruhi produksi air susu ibu
4) Baik untuk Wanita yang:
a) Calon akseptor yg tinggal di daerah terpencil
b) Lebih suka disuntik daripada makan pil
c) Menginginkan metode yang efektif dan bisa
dikembalikan lagi
d) Mungkin tidak ingin punya anak lagi
e) Tidak khawatir kalau tidak mendapat haid
5) Kontraindikasi
a) Hamil atau disangka hamil
b) Perdarahan pervaginam yg tidak diketahui sebabnya
c) Tumor/keganasan
d) Penyakit jantung, hati, darah tinggi, kencing manis,
penyakit paru berat, varices
6) Efek Samping
Efek samping dari suntikan Cyclofem yg sering
ditemukan adalah mual, BB bertambah, sakit kepala,
pusing2 dan kadang2 gejala tersebut hilang setelah
beberapa bulan atau setelah suntikan dihentikan. Sedang
efek samping dari suntikan Depo Provera, Depo
Progestin, Depo Geston, dan Noristeat yg sering
dijumpai adalah menstruasi tidak teratur, masa

16
menstruasi akan lebih lama, terjadi bercak perdarahan
bukan mungkin menjadi anemia pada beberapa klien.
c. AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)
Adalah 2 kapsul kecil yang terbuat dari silicon berisi 75 gram
hormone levonorgestrel yang ditanam di bawah kulit.
1) Cara Kerja
AKBK atau sering disebut dengan implant secara tetap
melepaskan hormone tersebut dalam dosis kecil ke dalam
darah.
Bekerja dengan cara:
a) Lendir serviks menjadi kental
b) Mengganggu proses pembentukan endometrium
sehingga sulit terjadi implantasi
c) Menekan ovulasi
2) Efektivitas
Dalam teori: 99,7%. Dalam praktek: 97-99%
3) Keuntungan
a) Sekali pasang untuk 3 tahun
b) Tidak mempengaruhi produksi ASI
c) Tidak mempengaruhi tekanan darah
d) Pemeriksaan panggul tidak diperlukan sebelum
pemakaian
e) Baik untuk wanita yang tidak ingin punya anak lagi
tetapi belum mantap untuk di tubektomi
4) Baik untuk wanita yang:
a) Ingin metode yang praktis
b) Mungkin tidak ingin punya anak lagi
c) Tinggal di daerah terpencil
d) Tak khawatir jika tak dapat haid
5) Kontraindikasi
a) Hamil atau disangka hamil

17
b) Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui
sebabnya
c) Tumor/keganasan
d) Penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis
6) Efek samping
Kadang2 pada saat pemasangan akan terasa nyeri. Selain
itu ditemukan haid yang tidak teratur, sakit kepala,
kadang2 terjadi spotting atau anemia karena perdarahan
yg kronis.
7) Waktu Mulai Menggunakan Implant
a) Implant dapat dipasang selama siklus haid ke-2
sampai hari ke-7
b) Bila tidak hamil dapat dilakukan setiap saat
c) Saat menyusui 6 minggu sampai 6 bulan pasca
persalinan
d) Pasca keguguran implant dapat segera diinsersikan
e) Bila setelah beberapa minggu melahirkan dan telah
terjadi haid kembali, insersi dilakukan setiap saat
jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari
d. Koyo KB (Patch)
Ditempelkan di kulit setiap minggu, sayangnya bagi yang
berkulit sensitif sering menimbulkan reaksi alergi.
Efektivitas suatu metode kontrasepsi biasanya dinyatakan
dengan angka z (PI). Angka ini menunjukkan jumlah
kehamilan yang terjadi pada 100 wanita bila menggunakan
metode kontrasepsi tersebut selama 1 tahun. Angka PI yang
semakin kecil menandakan semakin efektifnya metode
kontrasepsi tersebut.
4. Kontrasepsi Sterilisasi
Adalah pemotongan/pegikatan kedua saluran telur wanita
(tubektomi) atau kedua saluran sperma laki-laki (vasektomi).
Operasi tubektomi ada beberapa macam cara antara lain adalah

18
Kuldoskopik, Kolpotomi, Posterior, Laparoskopi, dan
Minilaparotomi. Cara yang sering diapaki di Indonesia adalah
Laparoskopi dan Mini laparotomi.
a. Kontap Pada Wanita ( Tubektomi )
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur
yang menyebabkan wanita bersangkutan tidak hamila lagi.
Merupakan alat kontrasepsi paling efektif dengan angka
kegagalankurang dari 1%
1) Keuntungan Tubektomi :
a) Sangat efektif
b) Permanen
c) Tidak mempengaruhi proses menyusui
d) Tidak bergantung pada faktor senggama
e) Baik bagi klien apabila kehanilan akan menjadi
resiko kesehatan yang serius
f) Pembedahan sederhana dan dapat dilakukan dengan
anastesi local
g) Tidak ada efek samping dalam jangka waktu
panjang
h) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual
i) Berkurangnya resiko kanker ovarium
2) Yang Dapat Menjalani Tubektomi
a) Usia > 26 tahun
b) Peritas > 2
c) Yakin telah mempunyai besar keluarga ayng sesui
dngan kehendak
d) Pada kehamilannya akan menimbulakn resiko
kesehatan yang serius
e) Pasca persalinan
f) Pasca keguguran
g) Apham dan secara sukareka setuju dengan prosedur
ini

19
3) Yang sebaiknya tidak menjalani tubektomi
a) Hamil
b) Perdarahan vaginal yang belum terjelasajn
c) Infeksi sistemik atau pelvic yang akut
d) Tidak boleh menjalani proses pembedahan
e) Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas
dimasa depan
f) Belum memberikan persetujuan tertulis
4) Kapan dilakukan
a) Setiap waktu selama siklus menstrusi apabila
diyakini secara rasional klien tsb tidak hamil
b) Hari ke 6 – 13 siklus menstruasi ( fase proliferasi )
c) Pasca persalinan
b. Kontap Pada Pria ( Vasektomi )
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghenrtikan
kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa
deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan
proses fertilisasi tidak terjadi.
1) Indikasi
Upaya untuk menghentikan fertilitas dimana fungsi
reproduksi mengancam atau gangguan terhadap
kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan
ketahanan dan kualitas keluaga.
2) Kondisi Yang Memerlukan Perhatian Khusus Bagi
Tindakan Vasektomi
a) Infeksi kulit pada daerah operasi
b) Infeksi sistemik yang sangat mengganggu kondisi
kesehatan klien
c) Hidrokel atau varikokel yang besar
d) Hernia inguinalis
e) Filariasis / elephantiasis
f) Undesensus testikularis

20
g) Massa intraskrotalis
h) Anemia berat, gangguan pembekuan darah atau
sedang menggunakan antikoagulansia. (Yunita,
2013)
2.1.7. Pathway
1. Pil Kombinasi

PIL

Progesterone Estrogen

Faktor
pembekuan
darah
meningkat

Trombosis

Sirkulasi GIT Reproduksi

Retensi cairan & Merangsang Stimulasi Pengentalan


Na pusat nafsu hipotalamus lender serviks
makan
Peningkatan TD LH,FSH Menghambat
Nafsu makan menurun penetrasi
Menghambat meningkat sperma
sikluas Ovulasi
oksigenasi BB meningkat terhambat Sperma &
ovum tidak
Nyeri kepala Menghambat Perubahan Perubahan bertemu
produksi body image maturasi
Nyeri prostaglandin endometrium Lender
meningkat
Peningkatan Atropi
Asam lambung proteksi Konsepsi tidak
meningkat terhadap Dinding rahim terjadi
mukosa sulit lepas
Merangsang lambung
muntah Amenorrhea
Iritasi mukosa
Devisit lambung Ansietas
vol.cairan

Sumber : (Yunita, 2013)

21
Mual

2. Suntik

Sumber : (Yunita, 2013)

22
3. IUD

IUD

Benda asing dalam uterus

Reaksi radang Perubahan Terjadi efek mekanik Kurang


di cavum uteri reaksi kimia pengetahuan
tentang prosedur
Fagosit Perubahan Erosi Kontraksi uterus pemasangan dan
meningkat reaksi endometrium efek yg terjadi
enzimatik Iskemia otot
Perubahan uterus Spotting uterus Ansietas
endometrium
Perubahan Infeksi Pelepasan
Keputihan endometrium mediator
meningkat Makrofag inflamasi
Nidasi tidak meningkat
Infeksi pelvis terjadi Stimulasi saraf
Menekan simpatis &
Hipertermi sperma parasimpatis

Perubahan Sperma dan Persepsi nyeri


suhu tubuh ovum tidak
bertemu Nyeri

Sumber : (Yunita, 2013)

2.2 ASUHAN KEPERAWATAN


2.2.1 Pengkajian
1. Data Subyektif
a. Identitas
Yang dikaji meliputi biodata dan suami mulai dari nama, umur, suku,
agama, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat, no. telp.
b. Keluhan Utama
Dikaji keluhan klien yang berhubungan dengan penggunaan KB suntik
kombinasi tersebut antara lain amenorea/ perdarahan tidak terjadi,
perdarahan bercak, meningkatnya/ menurunnya BB.

23
c. Riwayat KB
Dikaji apakah klien pernah menjadi akseptor KB lain sebelum
menggunakan KB kombinasi dan sudah berapa lama menjadi akseptor KB
tersebut.
d. Riwayat Obstetri Lalu
Dikaji riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
e. Riwayat Menstruasi Lalu
Dikaji menarche pada umur berapa, siklus haid, lamanya haid, sifat darah
haid, dysmenorhea atau tidak, flour albus atau tidak.
f. Riwayat Kesehatan Klien
Dikaji apakah klien menderita penyakit jantung, hipertensi, kanker
payudara, DM, dan TBC.
g. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dikaji apakah keluarga klien ada yang menderita penyakit jantung, DM,
TBC, hipertensi dan kanker payudara.
2. Pengkajian Bio Psiko Sosial Menurut Gordon :
a. Persepsi dan Penanganan Kesehatan
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan.
Persepsi terhadap arti kesehatan, dan penatalaksanaan kesehatan,
kemampuan menyusun tujuan, pengetahuan tentang praktek kesehatan.
b. Nutrisi
Penggunaan pil KB pada sebagian wanita dapat menimbulkan efek
samping, antara lain mual, berat badan bertambah, sakit kepala
(berkunang-kunang) perubahan warna kulit dan efek samping ini dapat
timbul berbulan-bulan. Pada suntikan Cyclofem yg sering ditemukan
adalah mual, BB bertambah, sakit kepala, pusing2 dan kadang2 gejala
tersebut hilang setelah beberapa bulan atau setelah suntikan dihentikan.
c. Eliminasi
Pada pengguna KB pola fungsi eksresi masih tetap normal, kandung kemih
berfungsi normal dan kulit berkeringat jika beraktifitas banyak
d. Aktivitas/Latihan

24
Menggambarkan pola aktivitas dan latihan, fungsi pernafasan dan
sirkulasi. Pada pengguna KB AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)
terkadang pada saat pemasangan akan terasa nyeri. Selain itu ditemukan
haid yang tidak teratur, kemudian pada pemasangan IUD mungkin
meninmbulkan rasa tidak nyaman
e. Istirahat/Tidur
Menggambarkan pola tidur-istirahat dan persepsi pada level energy klien.
Biasanya pada pengguna KB tidak ditemukan kesulitan tidur
f. Kognitif-Persepsi
Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, taktil,
penciuman, persepsi nyeri, bahasa, memori dan pengambilan keputusan.
Dan biasanya pada pengguna KB pendengaran, pengelihatan, dan
pengecap masih normal
g. Persepsi Diri – Konsep Diri
Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap
kemampuan,harga diri,gambaran diri dan perasaan terhadap diri sendiri.
h. Peran – Hubungan
Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga-
lainnya.
i. Seksualitas – Reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah dalam seksualitas-reproduksi.
Pengguna KB masih bisa melakukan hubungan suami istri tanpa adanya
gangguan
j. Koping – Toleransi Stres
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stres dan menggunakan
sistem pendukung. Biasanya sedikit cemas pada pengguna IUD/Implant
dilakukan pemasangan KB
k. Nilai – Kepercayaan
Menggambarkan spiritualitas, nilai, sistem kepercayaan dan tujuan dalam
hidup. Biasanya klien dengan pengguna KB masih bisa melaksanakan
kegiatan spiritual/keagamaannya dengan baik. (Kusumaningrum, 2009)

25
3. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
Meliputi pemeriksaan pada tekanan darah, nadi, pernafasan, BB, TB, suhu
badan, kesadaran.
b. Pemeriksaan Khusus
1) Wajah : dilihat adanya bercak hitam (chloasma) adanya oedem,
conjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus.
2) Leher : diraba adanya pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe,
adanya bendungan vena jugularis.
3) Dada : dilihat bentuk mammae, diraba adanya massa pada payudara.
4) Genetalia : dilihat dari condiloma aquminata, dilihat dan diraba
adanya infeksi kelenjar bartholini dan kelenjar skene.
5) Ekstremitas : dilihat adanya eodem pada ekstrimitas bawah dan
ekstrimitas atas, adanya varices pada ekstremitas bawah.
4. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 Gejala Dan Tanda Mayor : Ancaman Terhadap Ansietas
DS : Konsep Diri
1. Merasa bingung
2. Merasa khawatir dengan
akibat dari kondisi yang
dihadapi
3. Sulit berkonsentrasi

DO :

1. Tampak gelisah
2. Tampak tegang
3. Sulit tidur

Gejala Dan Tanda Minor :

DS :

26
1. Mengeluh pusing
2. Anoreksia
3. Palpitasi
4. Merasa tidak berdaya

DO :

1. Frekuensi nafas meningkat


2. Frekuensi nadi meningkat
3. Tekanan darah meningkat
4. Diaforesis
5. Tremor
6. Muka tampak pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih
10. Berorientasi pada masa lalu
2 Gejala Dan Tanda Mayor : Agen Pencedera Nyeri Akut
DS : Fisik
Mengeluh Nyeri
DO :
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis,
waspada, posisi
menghindari nyeri
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur

Gejala Dan Tanda Minor :

DS : -

DO :

27
1. Tekanan darah meningkat
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


DX 1 : Ansietas Berhubungan Dengan Ancaman Terhadap Konsep Diri
DX 2 : Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Pencedera Fisik
2.2.3 Intervensi Keperawatan

Hari DX Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


/Tgl/ (SIKI)
Jam
1 Setelah dilakukan tindakan Reduksi Ansietas :
keperawatan, pasien mampu
Observasi :
menunjukkan pengendalian diri
terhadap ansietas dengan kriteria 1. Identifikasi saat tingkat

hasil : ansietas berubah

1. Ansietas dapat berkurang 2. Identifikasi kemampuan

dibuktikan oleh tingkat ansietas mengambil keputusan

hanya ringan sampai sedang, dan 3. Monitor tanda-tanda

selalu menunjukkan pengendalian ansietas (verbal dan

diri terhadap ansietas, konsentrasi nonverbal)

dan koping Terapeutik :


2. Menunjukkan pengendalian diri
1. Ciptakan suasana
terhadap ansietas yang dibuktikan
terapeutik untuk
oleh indikator sebagai berikut :
menumbuhkan
a. Merencanakan strategi koping

28
untuk situasi penuh tekanan kepercayaan
b. Menggunakan teknik relaksasi 2. Temani pasien untuk
untuk meredakan ansietas mengurangi kecemasan
jika memungkinkan
3. Pahami situasi yang
membuat ansietas
4. Dengarkan dengan
penuh perhatian
5. Tempatkan barang
pribadi yang
memberikan
kenyamanan
6. Motivasi
mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
7. Diskusikan perencanaan
realistis tentang
peristiwa yang akan
datang

Edukasi :

1. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
2. Informasikan secara
factual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien,
jika perlu

29
4. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
5. Latih penggunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat
6. Latih teknik relaksasi

Kolaborasi :

1. Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika
perlu
2 Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri :
keperawatan, diharapkan nyeri Observasi :
pasien dapat berkurang/hilang
1. Identifikasi lokasi,
dengan kriteria hasil :
karakteristik, durasi,
1. Pasien menunjukkan ekspresi
frekuensi, kualitas,
wajah rileks
intensitas nyeri
2. Pasien dapat tidur atau
2. Identifikasi skala nyeri
beristirahat secara adekuat
3. Identifikasi respons nyeri
3. Pasien menyatakan nyeri
non verbal
berkurang dari skala 5-3
4. Identifikasi faktor yang
4. Pasien tidak mengeluh kesakitan
memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifkasi pengetahuan
dan keyakinan tentang
nyeri
6. Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
7. Identifikasi pengaruh

30
nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik :
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitas istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memnitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

31
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetik jika peru

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Merupakan tindakan pelaksanaan dari apa yang direncanakan semula pada
intervensi. (Elang Mohamad Atoilah.Engkus Kusnadi.2013;62)
DX 1 : Ansietas Berhubungan Dengan Ancaman Terhadap Konsep Diri
1. Mengidentifikasi saat tingkat ansietas berubah
2. Mengidentifikasi kemampuan mengambil keputusan
3. Memonitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
4. Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
5. Menemani pasien untuk mengurangi kecemasan jika memungkinkan
6. Memahami situasi yang membuat ansietas
7. mendengarkan dengan penuh perhatian
8. Menempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
9. Memotivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
10. Mendiskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
11. Menjelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
12. Menginformasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
13. Menganjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
14. Menganjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
15. Melatih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
16. Melatih teknik relaksasi
17. Melakukan kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
DX 2 : Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Pencedera Fisik
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
2. Mengidentifikasi skala nyeri
3. Mengidentifikasi respons nyeri non verbal

32
4. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Mengidentifkasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Mengidentifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Mengidentifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Memonitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9. Memonitor efek samping penggunaan analgetik
10. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
11. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
12. Memfasilitas istirahat dan tidur
13. Mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
14. Menjelaskan penyebab periode, dan pemicu nyeri
15. Menjelaskan strategi meredakan nyeri
16. Menganjurkan memnitor nyeri secara mandiri
17. Menganjurkan menggunakan analgetik secara tepat
18. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
19. Melakukan kolaborasi pemberian analgetik jika peru
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap penilaian pencapaian tujuan yang ditetapkan dalam
criteria tindakan.Pada kenyataannya evaluasi melihat hasil dari tindakan yang telah
dilakukan terhadap klien.Evaluasi juga dilakukan bukan hanya sekali, melainkan
beberapa kali sesuai target waktu yang ditetapkan.(Elang Mohamad Atoilah.Engkus
Kusnadi.2013;65)

33
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu untuk mendapatkan
objek-objek tertentu, menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan
kehamilan yang diinginkan, mengatur interval kehamilan, menentukan jumlah anak dalam
keluarga, mengontrol saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri.
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, alat yang digunakan
untuk menunda kehamilan dan menjarangkan jarak kelahiran.
Menurut WHO (dalam Imbarwati, 2009), keluarga berencana adalah tindakan yang
membantu individu atau pasangan suami isteri untuk:
a. Mendapatkan objektif2 tertentu
b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
d. Mengatur interval diantara kelahiran
e. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri
f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga (Imbarwati, 2009)

34
DAFTAR PUSTAKA
Cahasanah, U. (2012). Laporan Pendahuluan, Askep Dan Resume Keluarga Berencana.
Dapartemen Maternitas, 2-10.

Rahmah, A. A. (2015). Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan "Keluarga Berencana


(KB)". Program Studi Ilmu Keperawatan, 2-5.

Yunita, R. (2013). Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Penggunaan Alat


Kontrasepsi. Program Studi Ilmu Keperawatan, 2-7.

Imbarwati. 2009. Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Penggunaan KB IUD pada Peserta
KB non IUD di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.
http://eprints.undip.ac.id/17781/1/IMBARWATI.pdf.

Kusumaningrum, Radita. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis


Kontrasepsi yang Digunakan Pada Pasangan Usia Subur.
http://eprints.undip.ac.id/19194/1/Radita_Kusumaningrum.pdf.

35

Anda mungkin juga menyukai