Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

GIZI PADA MASA KELUARGA BERENCANA

Dibuat oleh:
Kelompok 9
1. Arista 11194862111128

2. Endah Puspita Dewi 11194862111136

3. Sri Muliani 11194862111162

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MULIA

BANJARMASIN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Makalah Gizi pada Keluarga Berencana”.
Dalam penulisan ini penulis banyak mendapatkan bantuan bimbingan baik
secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini dapat selesai pada
waktunya. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih
kepada:
1. Aizar Soedarto BSC, MBA selaku Ketua Yayasan Indah Banjarmasin
2. DR. RR. Dwi Sogi Redjeki, S.KG., M.Pd selaku Rektor Universitas Sari
Mulia.
3. Anggrita Sari, M.Pd, M.Kes selaku Wakil Rektor I Universitas Sari Mulia.
4. Hariadi Widodo, S.Ked., M.PH selaku Wakil Rektor II Universitas Sari Mulia.
5. Wakil Rektor III Bidang Sumber Daya Manusia Kemitraan
6. H. Ali Rakhman Hakim, M. Farm., Apt selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia.
7. Ika Mardiatul Ulfa, SST., M.Kes selaku Ketua Prodi Diploma Tiga Kebidanan
Universitas Sari Mulia.
8. Sismeri Dona, M. Keb selaku Sekretaris Jurusan Sarjana Kebidanan
Universitas Sari Mulia.
Penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis
memohon saran dan kritiknya dari pembaca sekalian. Semoga penulisan makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Banjarmasin, Februari 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................

KATA PENGANTAR.......................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..................................................................4
A. LATAR BELAKANG...........................................................4
B. TUJUAN................................................................................5
C. MANFAAT............................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI .............................................................6
A. KAJIAN TEORITIS..............................................................6
B. GAGASAN ILMIAH ............................................................20
BAB III KESIMPULAN...................................................................28
DAFTAR PUSTAKA........................................................................29

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan
kesehatan preventif yang utama bagi wanita. Keluarga Berencana menurut
WHO (World Health Organization) adalah tindakan yang membantu
pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mengatur jarak kelahiran, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Tujuan program KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan
kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012).
Tujuan dari program keluarga berencana adalah untuk membangun
manusia Indonesia sebagai obyek dan subyek pembangunan melalui
peningkatan kesejahteraan ibu, anak, dan keluarga.Selain itu program KB
juga ditujukan untuk menurunkan angka kelahiran dengan menggunakan
salah satu jenis kontrasepsi secara sukarela yang didasari keinginan dan
tanggung jawab seluruh masyarakat (BKKBN, 2014).
Program keluarga berencana memberikan kesempatan untuk
mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan
menggunakan metode kontrasepsi hormonal atau non hormonal. Upaya ini
dapat bersifat sementara ataupun permanen, meskipun masing-masing
jenis kontrasepsi memiliki tingkat efektifitas yang berbeda dan hampir
sama (Gustikawati, 2014).
Profil kesehatan Indonesia tahun 2013 jumlah PUS sebanyak
45.972.185, peserta KB di Indonesia adalah sebanyak 8.500.247 (18,49%)
dengan jumlah KB IUD sebanyak 658.632 (7,75%),Metode Operasi
Wanita(MOW) sebanyak 128.793 (1,52%), Metode Operasi Pria (MOP)
sebanyak 21.374 (1,52%), Implan sebanyak 784.215 (9,23%), kondom
sebanyak 517.638 (6,09%), KB suntik sebanyak 4.127.720 (46,56%), dan
KB pil sebanyak 2.261.066 (26,60%) (Kemenkes, R.I, 2013).Profil

4
kesehatan Indonesia tahun 2014 jumlah PUS sebanyak 47.019.002, peserta
KB di Indonesia adalah sebanyak 7.761.961 (16,51%) dengan jumlah KB
IUD sebanyak 555,241 (7,15%),Metode Operasi Wanita(MOW) sebanyak
116.384 (1,50%), Metode Operasi Pria (MOP) sebanyak 16.062 (0,21%),
Implan sebanyak 826.627 (10,65%), kondom sebanyak 441.141 (5,68%),
KB suntik sebanyak 3.855.254 (49,67%), dan KB pil sebanyak 1.951.252
(25,14%) (Kemenkes, R.I, 2014).
Masalah gizi adalah masalah yang ada pada setiap negara baik
negara berkembang maupun negara maju. Negara berkembang cenderung
untuk memiliki masalah gizi kurang yang terkadang berkaitan dengan
penyakit infeksi, sedangkan negara maju memiliki masalah gizi lebih yang
berkaitan dengan masalah penyakit degeneratif. Sementara Indonesia
adalah negara berkembang yang memiliki masalah gizi ganda, yaitu
perpaduan antara masalah gizi lebih dan gizi kurang (Depkes RI, 2014).

B. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui tentang gizi pada masa keluarga berencana dan
melaksanakan asuhan kebidanan

C. Manfaat Penulisan
Dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan ilmu kebidanan serta
asuhan kebidanan selanjutnya

5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Kajian Teoritis
1. Pengertian Keluarga Berencana

World Health Organization (2018) mendefinisikan keluarga

berencana sebagai usaha individu atau pasangan suami istri untuk

mengatur jumlah anak dan jarak kehamilan.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009

tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga

mendefinisikan Keluarga Berencana sebagai upaya mengatur kelahiran

anak, jarak kehamilan, dan usia kehamilan yang ideal untuk

mewujudkan keluarga yang berkualitas. Berdasarkan penjabaran dari

beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa keluarga berencana

merupakan upaya perencanaan terkait kehamilan yang bertujuan

meningkatkan kesejahteraan keluarga. Perencanaan kehamilan yang

dimaksud adalah pengaturan jarak kehamilan, usia kehamilan, dan

jumlah anak (BKKBN, 2017).

2. Tujuan Program Keluarga Berencana

Tujuan program keluarga berencana dibagi menjadi 2

yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Berdasarkan Undang-

undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,

tujuan umum program keluarga berencana yaitu program

6
pemerintah yang bertujuan mewujudkan keluarga yang

berkualitas. Keluarga berkualitas merupakan keluarga yang

dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah. Ciri-ciri keluarga

berkualitas yaitu sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki

jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung

jawab, harmonis, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Tujuan khusus program keluarga berencana yaitu

meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi dan kesehatan

keluarga berencana dengan cara pengaturan kehamilan.

Pengaturan kehamilan merupakan upaya untuk membantu

pasangan suami istri untuk melahirkan pada usia yang ideal,

mengatur jumlah anak dalam keluarga, dan mengtur jarak

kelahiran. Kehamilan paling ideal yaitu pada rentang usia 20-

35 tahun (Purwoastuti & Walyani, 2015).

3. Sasaran Program Keluarga Berencana

Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran

langsung dan sasaran tidak langsung. Sasaran langsung dalam

program KB yaitu Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan

untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan penggunaan

kontrasepsi secara berkelanjutan. Sasaran tidak langsung

dalam program KB antara lain pelaksana dan pengelola KB

yang berperan dalam memberikan pelayanan KB di

Masyarakat (Kemenkes RI, 2014).

7
4. Pelayanan KB

Pelayanan KB termasuk dalam pelayanan kesehatan

yang dijamin dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Pemberi layanan KB antara lain rumah Sakit, puskesmas,

dokter praktek swasta, bidan praktek swasta dan bidan desa

(BKKBN, 2017).

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 71 Tahun 2013

tentang JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) menyatakan

(Kemenkes RI, 2014):

1. Penyelenggara pelayanan Kesehatan meliputi semua

fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS

Kesehatan berupa fasilitas kesehatan tingkat pertama dan

fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan.

2. Fasilitas kesehatan tingkat pertama: puskesma atau yang

setara; praktik dokter; praktik dokter gigi; klinik pratama

atau setara; Rumah Sakit kelas D atau yang setara.

3. Fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan: Klinik utama

atau yang setara; rumah sakit umum; dan rumah sakit

khusus.

4. Semua fasilitas kesehatan wajib memberikan pelayanan KB

dan harus segera diregistrasi oleh BKKBN/ SKPD-KB

8
Kabupaten/Kota untuk pendistribusian alat kontrasepsi.

5. Konsep Dukungan Suami

a. Pengertian dukungan suami

Dukungan sosial merupakan suatu bentuk hubungan antar

pribadi yang berupa kehadiran dalam hal-hal yang dapat

memberikan keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah

laku penerimannya (Perry et al., 2016; Scherr, Brenchley & Gorin,

2013). Dukungan suami merupakan dukungan sosial yang sangat

diperlukan oleh istri terutama dalam pengambilan keputusan ber-KB

dan partisipasi dalam menyelesaikan masalah terkait penggunaan

kontrasepsi khususnya status gizi (Hasmiatin, 2016).

b. Aspek dukungan suami

Aspek-aspek dukungan suami antara lain:

1. Dukungan emosional merupakan bentuk dukungan yang

diberikan berupa perhatian, kasih sayang, dan empati.

Dukungan emosional akan memberikan perasaan

nyaman, berarti dan dikasihi (Piotrowski, 2010).

Dukungan emosional berpengaruh dalam meningkatkan

motivasi khususnya menjaga status gizi, menurunkan

rasa cemas, depresi, dan khawatir khususnya selama

penggunaan KB. Peran suami yang dapat diberikan

dalam dukungan emosional antara lain: mendukung

keputusan istri, memberikan motivasi atas perilaku istri

9
yang baik khususnya dalam menjaga status gizi,

perhatian, dan peduli terhadap perasaan istri (Melati,

2012).

2. Dukungan instrumental/physical merupakan bantuan

langsung yang diberikan kepada seseorang (Theiss,

Carpenter & Leustek, 2015). Bantuan langsung yang

dapat diberikan antara lain: bantuan tenaga, dana dan

waktu luang. Semakin baik dukungan instrumental yang

diberikan suami maka akan meningkatkan kemampuan

istri dalam mencapai status gizi normal (Theiss,

Carpenter & Leustek, 2015).

3. Dukungan penghargaan merupakan bentuk dukungan

yang diberikan untuk membimbing dan menengahi

pemecahan masalah. Dukungan penghargaan yang dapat

diberikan antara lain: memberikan respon terhadap

perilaku seseorang, penghargaan, bimbingan dan

persetujuan terhadap gagasan, ide, dan perasaan

seseorang (Friedman, Bowden & Jones, 2010). Peran

suami yang diberikan dalam dukungan penghargaan

antara lain keikutsertaan pengambilan keputusan

khususnya dalam penggunaan KB dan memberikan

bimbingan kepada istri seperti menganjurkan menjaga

kesehatan (Sulastri & Nirmasari, 2014).

10
4. Dukungan informasi merupakan bentuk dukungan yang

diberikan dengan tujuan dapat membantu seseorang

untuk mengetahui segala informasi yang dibutuhkan.

Peran suami dalam memberikan dukungan informasi

dapat berupa saran, pemahaman informasi khusunya

informasi seputar KB dan status gizi, dan pemberian

informasi yang bertujuan sebagai pengingat seperti

mengingatkan penggunaan KB dan istirahat yang cukup

(Friedman, Bowden & Jones, 2010).

6. Konsep Gaya Hidup


a. Definisi Gaya Hidup
Gaya hidup merupakan pola hidup seseorang yang
diekspresikan dalam tingkah laku dan membentuk kebiasaan
(Suryabrata, 2014). Teori Lawrence W. Green mendefinisikan gaya
hidup sebagai pola kebiasaan yang disebabkan seseorang mengikuti
trend yang berlaku dalam lingkungan sosial atau meniru dari tokoh
yang diidolakan. (Nursalam, 2016).
b. Klasifikasi Gaya Hidup
Gaya hidup dapat dikategorikan menjadi 2 macam
yaitu(Suharjana, 2012):
1. Gaya Hidup Sehat
Gaya hidup sehat merupakan segala bentuk pola perilaku
yang bertujuan dalam menjaga kesehatan. Sehat dapat
didefinisikan sebagai Semakin sehat pola hidup seseorang maka
akan meningkatkan derajat kesehatan. Salah satu indikator derajat
kesehatan adalah keseimbangan status gizi. Keseimbangan status
gizi menunjukkan keadaan keseimbangan nutrisi didalam tubuh
(Supariasa, Bakri & Fajar, 2016).

11
2. Gaya Hidup Tidak Sehat
Gaya hidup tidak sehat merupakan segala pola perilaku

yang dapat merugikan kondisi kesehatan. Semakin sering

seseorang melakukan gaya hidup tidak sehat maka akan

menurunkan derajat kesehatan. Derajat kesehatan yang buruk

ditandai dengan status gizi yang buruk (Supariasa, Bakri & Fajar,

2016).

c. Aspek-aspek gaya hidup


Aspek-aspek gaya hidup terkait status gizi antara lain:

1. Perilaku Konsumsi

Perilaku konsumsi dapat didefinisikan sebagai perilaku

seseorang dalam mengkonsumsi makanan dan minuman. Perilaku

konsumsi yang sehat bertujuan mempertahankan kesehatan, status

nutrisi, mencegah dan membantu penyembuhan penyakit (Pratiwi,

2017). Perilaku konsumsi yang memberikan memberikan pengaruh

terhadap perubahan IMT adalah konsumsi makanan yang berlemak

tinggi kalori, konsumsi makanan/minuman yang manis, dan jarang

konsumsi sayur dan buah (Humayrah, 2009).

Konsumsi makanan berlemak tinggi merupakan makanan

yang identik dengan kandungan lemak yang tinggi. Makanan

berlemak tinggi antara lain jeroan seperti usus, hati, dan ampela,

makanan yang diolah dengan digoreng seperti pisang goreng, ayam

goreng, dan lain-lain, makanan yang bersantan, dan makanan cepat

12
saji. Jeroan mengandung kolesterol 4-15 kali lebih tinggi

dibandingkan daging. Konsumsi makanan cepat saji antara lain:

hamburger, mie instan, kebab, dan lain-lain. Kalori masuk yang

besar dan tidak seimbang dengan kalori yang dikeluarkan akan

meningkatkan penyimpanan lemak di dalam tubuh (Humayrah,

2009).

Konsumsi makanan manis merupakan makanan yang identik

dengan kandungan gula tinggi. Gula merupakan karbohidrat

sederhana yang mengandung indeks glikemik tinggi., Makanan

dengan indeks glikemik tinggi mudah memacu peningkatan gula

darah sehingga menimbulkan rasa lapar dengan waktu cepat.

Minuman yang mengandung kadar manis yang tinggi antara lain:

teh, kopi, minuman bersoda dan lain-lain. Konsumsi makanan yang

mengandung kadar manis yang tinggi antara lain: kue, arum manis,

cokelat, dan lain-lain (Humayrah, 2009).

Konsumsi makanan berserat tinggi seperti sayur dan buah

akan meningkatkan rasa kenyang sehingga dapat menurunkan

nafsu makan dan dapat mengontrol konsumsi makan yang

berlebihan (Humayrah, 2009). Sayur-sayuran yang dapat

dikonsumsi antara lain sayur bayam, kangkung, brokoli, sawi, dan

lain-lain. Buah-buahan yang dapat dikonsumsi antara lain jeruk,

apel, semangka, melon, jambu, buah naga, dan lain-lain

(Proverawati & Asfuah, 2009).

13
2. Aktifitas Fisik

Aktivitas fisik merupakan setiap gerakan tubuh yang

dihasilkan oleh otot rangka yang meningkatkan pengeluaran energi

dan pembakaran energi. Semakin sering seseorang beaktivitas

maka akan mengurangi lemak yang tertimbun didalam tubuh

(Wiklund, 2016). Namun, aktivitas fisik yang tidak diimbangi

dengan asupan makanan yang seimbang tidak akan menimbulkan

efek yang efektif terhadap IMT (Indeks Massa Tubuh) (Damayanti,

2016). Kebiasaan aktifitas fisik yang dapat meningkatkan berat

badan, antara lain: menonton TV sambil makan camilan (Fuglestad,

Jeffery & Sherwood, 2012), dan tidak teratur berolahraga

(Humayrah, 2009). Selain itu, aktivitas fisik yang dapa dilakukan

sehari hari antara lain: berjalan kaki, berkebun, menyapu, mencuci,

mengepel, naik turun tangga, dan lain-lain.

Olahraga merupakan salah satu aktifitas fisik yang dapat

mengatur keseimbangan nutrisi didalam tubuh. Ketika berolahraga

akan ada pembakaran energi sehingga penimbunan lemak berlebih

didalam tubuh akan dapat dihindari. Olahraga yang tepat, yaitu

dilakukan kurang lebih 3 kali dalam seminggu dan 30 menit setiap

sesi latihan. Berdasarkan intensitas, olahraga diklasifikasikan

menjadi 3 jenis antara lain olahraga ringan (Jalan kaki), olahraga

sedang (volley, senam), dan olahraga berat (tennis, bersepeda dan

lari) (Nurkhopipah, 2017).

14
3. Istirahat Tidur
Istirahat merupakan keadaan yang memberikan tubuh untuk
melakukan proses pemulihan dari segala aktifitas yang dilakukan
dan memberikan efek relaks pada seseorang. durasi tidur kurang
dari 7 jam (Damayanti, 2016). Durasi waktu tidur yang pendek
menyebabkan penurunan leptin dan meningkatkan ghrelin.
Perubahan hormon tersebut dapat meningkatkan rasa lapar
sehingga akan memicu perilaku makan yang tidak seimbang.
Perilaku konsumsi yang buruk akan meningkatkan IMT (Indeks
Massa Tubuh). Durasi tidur yang danjurkan pada kelompok usia
dewasa yaitu 7-9 jam per hari. Kualitas tidur yang baik menurut
National Sleep Foundation yaitu tidak melakukan kegiatan lain
sebelum tidur, dalam kurun waktu 30 menit sudah terlelap, tidak
terbangun lebih dari 1 kali saat tidur, dan membutuhlan waktu
kurang dari 20 menit untuk melanjutkan tidur jikalau terbangun
(NSF, 2017).
4. Koping Stres
Koping stress adalah suatu usaha dalam manajemen stres.
Ada tiga tipe mekanisme koping antara lain: problem focus,
cognitively focus, dan emotion focus. Mekanisme koping dapat
bersifat kontruktif dan destruktif. Mekanisme koping destruktif
dapat menganggu status gizi seseorang (Yusuf, Fitryasari &
Nihayati, 2015). Salah satu yang dapat mengganggu status gizi
yaitu mekanisme pertahanan sublimasi. Seseorang cenderung
mencari pemuasan melalui kegiatan lain. Mayoritas pemuasan
kegiatan yang mempengaruhi status gizi yaitu kebiasaan makan dan
merokok. Kebiasaan makan yang berlebihan saat stres akan
meningkatkan IMT (Indeks Massa Tubuh) (Shimance et al., 2015).
Kebiasaan merokok dapat meningkatkan resistensi insulin dan
meningkatkan akumulasi lemak di dalam tubuh ((Humayrah,
2009).

15
7. Konsep Status Nutrisi

a. Definisi Status Nutrisi

Keadaan gizi adalah keadaan fisiologis akibat dari asupan zat

gizi yang seimbang dalam seluler tubuh. Status gizi merupakan

perwujudan dari keadaan keseimbangan zat gizi dalam bertuk

variabel tertentu (Supariasa, Bakri & Fajar, 2016). Gizi salah atau

malnutrisi merupakan keadaan tidak seimbang antara konsumsi dan

penyerapan zat gizi yang menyebabkan kekurangan atau kelebihan

(Supariasa, Bakri & Fajar, 2016).

b. Klasifikasi Status Gizi

Klasifikasi status gizi dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu

(Supariasa, Bakri & Fajar, 2016):

1. Gizi Baik

Status gizi seseorang dapat dikatakan baik jikalau IMT pada

kisaran 18,5 hingga 25,00 kg/m2 pada dewasa. Status gizi baik

menunjukkan bahwa keseimbangan nutrisi didalam tubuh baik

dan tidak ada timbunan lemak yang berlebihan.

2. Gizi Kurang

Status gizi seseorang dapat dikatakan kurang jikalau IMT

IMT di bawah 18,5 kg/m2 pada dewasa. Status gizi kurang

menunjukkan bahwa adanya ketidakeseimbangan nutrisi didalam

tubuh. Gizi kurang dapat diakibatkan oleh asupan yang kurang,

16
gangguan pada sistem gastrointestinal atau penyakit endokrin

seperti diabetes melitus.

3. Gizi Lebih

Seseorang dewasa dikatakan bergizi lebih jika memiliki

IMT melebihi 25,00 kg/m2 pada dewasa. Status gizi lebih

menunjukkan bahwa adanya nutrisi yang berlebih didalam tubuh

sehingga meningkatkan penimbunan lemak

c. Permasalahan Status Gizi/ Malnutrisi

Malnutrisi diklasifikasikan menjadi 4 bentuk yaitu (Supariasa,

Bakri & Fajar, 2016):

 Undernutrition: Kekurangan konsumsi pangan pada

periode tertentu.

 Spesific deficiency : Kekurangan zat gizi tertentu seperti

kekurangan vitamin A, iodium, Fe, dll.

 Overnutrition: Kelebihan konsumsi pangan untuk periode

tertentu, seperti obesitas.

 Imbalance: Terjadi akibat ketidakseimbangan zat

gisi,misalnya penyakit dyslipidemia, ketidakseimbangan

LDL(Low Density Lipoprotein), HDL( High Density

Lipoprotein), dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein).

d. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui pengukuran

antropometri.Antropometri didefinisikan sebagai ukuran tubuh

17
manusia. Salah satu indeks antropometri yaitu dengan metode

perhitungan IMT (Indeks Massa Tubuh). Penggunaan IMT hanya

berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun (Supariasa,

Bakri & Fajar, 2016)

Gambar Rumus Perhitungan IMT

Hasil perhitungan IMT dapat dikategorikan

sebagai berikut

1. Kurang : IMT <18,5

2. Normal : IMT 18,5-25,0

3. Overweight : IMT 25,0 -27,0

4. Obesitas: IMT > 27,0

8. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi Wanita Usia Subur

(WUS)

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi wanita usia subur

dibedakan menjadi 2 yaitu faktor langsung dan faktor tidak langsung.

(1) Faktor Individu

Faktor individu yang dapat mempengaruhi status gizi wanita usia

subur yaitu pola makan dan gaya hidup. Semakin baik pola makan

dan gaya hidup maka akan memberikan dampak yang baik bagi

18
status gizi (Pratiwi, 2017),

(2) Faktor sosial ekonomi

Penghasilan seesorang dapat mempengaruhi status gizi. Semakin

baik penghasilan seseorang maka akan semakin mudah

mendapatkan asupan nutrisi yang sehat (Pratiwi, 2017)

(3) Lingkungan

Kelompok sosial dapat mempengaruhi status gizi wanita usia subur

karena segala gaya hidup yang berkembang dalam kelompok akan

memberikan pengaruh dalam pembentukan kepribadian seseorang

(Pratiwi, 2017).

9. Konsep Hubungan Dukungan Suami dengan Status Gizi

Suami merupakan seseorang yang berarti khusus bagi istri

sehingga memberikan pengaruh terhadap pembentukan perilaku

(Sammantha & Sulistiyaningsih, 2016). Perubahan perilaku tersebut

dipengaruhi oleh peningkatan motivasi istri karena adanya dukungan

suami yang mendukung khususnya dalam menjaga status gizi dan

penggunaan KB (Theiss, Carpenter and Leustek, 2015). Namun,

pengaruh suami ini dapat berpengaruh baik dan buruk. Pengaruh yang

buruk seperti penerimaan terhadap berat badan berlebih dan membiarkan

istri berjuang sendiri dalam mencapai status gizi normal akan

menyebabkan istri tidak termotivasi untuk mencapai berat badan normal

(Scherr, Brenchley & Gorin, 2013). Kondisi tersebut akan meningkatkan

perilaku beresiko seperti kurang olahraga, makan yang berlebihan, dan

19
aktivitas fisik yang kurang sehingga menyebabkan penumpukan lemak

berlebih di dalam tubuh.Penumpukan lemak berlebih akan

menyebabkan masalah overweight atau obesitas (Zahroh & Isfandiari,

2015).

10. Konsep Hubungan Gaya Hidup dengan Status Gizi

Gaya hidup merupakan pola kebiasan. Kebiasaan seseorang yang

dapat mempengaruhi status gizi adalah perilaku konsumsi makanan,

perilaku dalam beraktivitas, istirahat tidur, dan managemen diri saat

stres. Kebiasaan yang buruk seperti kurang olahraga, makan yang

berlebihan, dan aktivitas fisik yang kurang sehingga menyebabkan

penumpukan lemak berlebih di dalam tubuh. Penumpukan lemak

berlebih akan menyebabkan masalah overweight atau obesitas (Zahroh

& Isfandiari, 2015

B. Gagasan Ilmiah
Kasus I
Seorang wanita berusia 38 tahun datang ke Puskesmas untuk berkonsultasi
tentang metode kontrasepsi. Pada minggu sebelumnya, dia mengalami
keguguran pada usia kehamilan 18 minggu, karena infeksi. Dia memiliki 3
anak, anak terakhir berusia 2 tahun. Bidan dalam menjelaskan tentang
berbagai metode kontrasepsi dan membimbingnya untuk memilih metode
kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi medisnya. Pasien beragama Islam
dan lebih memilih metode kontrasepsi yang sesuai syariah.Setelah di
lakukan konsultasi akhirnya wanita tersebut memilih untuk menggunakan
KB suntik 3 bulan, dengan pertimbangan tidak akan di ketahui oleh

20
pasangan karena kebetulan suami tidak mengijinkan menggunakan KB.
Singkat cerita, wanita tersebut selalu diam-diam untuk melakukan suntik
KB 3 bulan, setelah 2 tahun menggunakan KB ibu mengalami kenaikan
berat badan yang sangat signifikan yaitu 15 kg dan TD mengalami
peningkatan yaitu 150/100 sehingga ibu merasa khawatir dengan kondisi
dirinya. Ibu mengatakan sudah melakukan diet, olahraga rutin tetapi belum
juga mengurangi BB dan TD.

1. Kebutuhan Gizi KB
Diet energi rendah = diet yang kandungan energinya dibawah
kebutuhan normal, dalam hal ini asupan energi dikurangi 500 kkal dari
kebutuhan normal, dengan komposisi yang berbeda, Pada kelompok
diet rendah lemak, dianjurkan untuk mengurangi pangan sumber lemak
seperti makanan yang digoreng, bersantan, mentega, kelapa, keju dan
dianjurkan pengolahan pangan dengan cara dipanggang, ditim atau
dikukus.
Berolahraga dapat memberikan kehidupan yang sehat dan
nyaman bila diikuti dan dilakukan dengan teratur, karena dengan
berolahraga menyebabkan otot- otot menjadi kuat, jantung menjadi
sehat, tekanan darah menjadi normal, kadar gula dapat terkontrol dan
berat badan menjadi seimbang yang kesemuanya ini akan membuat
tubuh sehat dan nyaman. Puasa dapat mencegah penyakit yang timbul
karena pola makan yang berlebihan. Makanan yang berlebihan gizi
belum tentu baik untuk kesehatan, karena over nutrisi dapat
mengakibatkan kegemukan yang dapat menimbulkan penyakit
degeneratif, seperti: kolesterol dan trigliserida tinggi, dan jantung.
2. Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui pengukuran
antropometri. Salah satu indeks antropometri yaitu dengan metode
perhitungan IMT (Indeks Massa Tubuh). Penggunaan IMT hanya

21
berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun (Supariasa, Bakri
& Fajar, 2016)

Gambar Rumus Perhitungan IMT (Sumber: Supariasa , Bakri & Fajar, 2016 )
Hasil perhitungan IMT dapat dikategorikan sebagai berikut
• Kurang : IMT <18,5
• Normal : IMT 18,5-25,0
• Overweight : IMT 25,0 -27,0
• Obesitas : IMT > 27,0
3. Masalah gizi pada masa kb
Perubahan berat badan bersifat individual dan multifaktor selain
kaitannya dengan efek samping penggunaan kontrasepsi hormonal juga
ada faktor penguat lain seperti dukungan suami. Dukungan suami
berperan penting dalam meningkatkan perilaku yang sehat dan
membuat istri mampu melakukan tindakan yang sehat, seperti
mendukung program keluarga berencana akan meningkatkan derajat
kesehatan pada wanita usia subur (Nguyen et al., 2018).
Akseptor KB Suntik tidak mendapatkan dukungan dari suami
(pasangan) dalam pemilihan kontrasepsi dan menjaga status gizi
normal. Suami lebih memberikan dukungan emosional daripada bentuk
yang lainnya. Akseptor KB suntik yang tidak mendapatkan dukungan
positif dari suami maka status gizinya akan meningkat hingga
overweight bahkan obesitas.
4. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada masa KB
Dukungan suami berkontribusi cukup besar sebagai pendukung
sekaligus pembimbing istri dalam menjaga rentang status gizi normal.
Suami yang memberikan dukungan baik akan mempengaruhi istri
dalam mencapai status gizi yang normal. Faktor dukungan suami dapat

22
dikatakan sebagai salah satu faktor pemungkin, yang memungkinkan
suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Perpaduan antara dukungan
suami dengan kemauan yang kuat akan membuahkan tingkat status
gizi normal, sebaliknya bila dukungan suami kurang dengan kemauan
responden yang kurang pula akan mengakibatkan status gizi responden
berada pada status gizi lebih.
5. Peran zat gizi ibu pada masa KB
a. Zat gizi sebagai sumber energi
b. Zat gizi untuk pertumbuhan dan mempertahankan jaringan tubuh
c. Zat gizi sebagai pengatur/ regulasi proses di dalam tubuh
6. Prinsip Gizi seimbang pada masa KB
a. Variasi Makanan
Kriteria makanan yang bervariasi terdiri atas jenis makanan
pokok, lauk-pauk,sayuran, dan buah
b. Kebutuhan Air
Kebutuhan cairan 2—3 liter/hari (10-15 gelas per hari),
bergantung pada aktivitas fisik, kondisi fisiologis, jenis kelamin,
dan suhu lingkungan.
c. Pengaturan Makanan
Batasi makanan berlemak dan manis, serta tepung-tepungan.
Perbanyak asupan makanan yang mengandung serat seperti buah,
sayuran, dan kacang-kacangan
d. Batasi Gula dan Garam (untuk pencegahan)
Asupan garam maksimal yang disarankan adalah 5 gr/hari atau
setara dengan 1 sendok teh. Sementara asupan gula maksimal 30
gr/hari atau setara dengan 3 sendok makan
7. Menu yang sehat untuk KB
Menu sehari diet rendah lemak terdiri dari sarapan (roti bakar
selai nenas, jus tomat wortel) snack pagi (puding buah naga); makan
siang (nasi, gurami nyatnyat, sate tempe, plecing kangkung tauge,

23
pepaya); snack sore dan makan malam (nasi, sate lilit ikan, pepes tahu
jamur, sop sayuran, jeruk). (Dewantari & Ambartana, 2017).

Kasus 2

Seorang wanita berusia 19 tahun datang ke PMB ingin berkonsultasi tentang


metode kontrasepsi. Remaja tersebut mengatakan ingin menikah bulan depan,
dan ingin berencana menunda kehsamilan. Dari hasil pengkajian, pernah operasi
kista 1 tahun yang lalu serta pada pemeriksaan fisik di dapatkan jika wanita
tersebut mengalami KEK (lila < 23cm).Bagaimana kebutuhan gizi yang di
perlukan oleh wanita tersebut dengan kondisi sekarang

1. Kebutuhan Gizi KB
Wanita prakonsepsi adalah wanita yang sudah memasuki usia
dewasa, atau dapat dikatakan wanita usia subur (WUS). Kementerian
Kesehatan RI (2010) mengklasifikasikan rentang usia WUS adalah 15-
49 tahun. Kebutuhan gizi pada WUS tentunya mengalami peningkatan
jika dibandingkan dengan kebutuhan semasa bayi dan anak-anak
(Arisman dalam Patimah 2017). Gizi yang mempengaruhi pada masa
prakonsepsi adalah karbohidrat, lemak, protein, asam folat, beberapa
kelompok vitamin seperti vitamin A, E, dan B12, serta mineral seperti
zinc, besi, kalsium, dan omega-3. Asupan gizi yang cukup dan status
gizi yang baik dari ibu penting untuk perkembangan optimal janin
a. Anjurkan ibu untuk menambah asupan nutrisi dengan cara sering
ngemil dan meningkatkan porsi makannya, sedikit tapi sering.
b. Ajarkan ibu cara menyusun menu seimbang yaitu makanan yang
mengandung 4 sehat 5 sempurna (protein, karbohidrat, vitamin,
lemak dan 1 gelas susu) setiap hari.
c. Berikan suplemen / vitamin
d. Berikan ibu makanan tambahan / PMT
e. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan mengurangi beban
kerja
2. Penilaian Status Gizi

24
Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui pengukuran
antropometri. Salah satu indeks antropometri yaitu dengan metode
perhitungan IMT (Indeks Massa Tubuh). Penggunaan IMT hanya
berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun (Supariasa, Bakri
& Fajar, 2016)

Gambar Rumus Perhitungan IMT (Sumber: Supariasa , Bakri & Fajar, 2016 )
Hasil perhitungan IMT dapat dikategorikan sebagai berikut
• Kurang : IMT <18,5
• Normal : IMT 18,5-25,0
• Overweight : IMT 25,0 -27,0
• Obesitas : IMT > 27,0
3. Masalah gizi pada masa kb
Masalah gizi dibagi menjadi dua yaitu masalah gizi makro dan
masalah gizi mikro. Masalah gizi makro meliputi Kurang Energi
Kronik (KEK) dan overweight atau obesitas. Sedangkan masalah gizi
mikro yaitu anemia gizi besi. Penyebab anemia tidak hanya karena
defisiensi zat besi, tetapi juga terkait dengan rendahnya zat gizi makro
lainnya seperti asam folat, vitamin A, vitamin C, vitamin B12
(Zulaikha, 2012).
Nutrisi yang tidak adekuat pada WUS akan mengakibatkan
manifestasi penyakit seperti kurang energi protein (KEK) yang akan
mengakibatkan anemia dan defisiensi zat mikronutrien, sehingga akan
berdampak buruk bagi calon ibu, janin, maupun bayi yang akan
dilahirkan. Dampak selanjutnya adalah tingginya risiko terjadinya
pendarahan, osteomalasia, dan kelelahan yang berlebihan serta mudah
terkena infeksi selama kehamilan ( Badriah dalam Fauziyah, 2012).
4. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada masa KB

25
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi status gizi yaitu faktor
langsung dan tidak langsung. Faktor langsung terdiri dari faktor
individu, asupan makanan dan kondisi kesehatan sekarang, sedangkan
faktor tidak langsung terdiri dari faktor social ekonomi dan lingkungan
(Irianto, 2014).
Adapun faktor lain yang dapat mempengaruhi status gizi
seseorang yaitu tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, besar anggota
rumah tangga, jenis pekerjaan, kebiasaan merokok, penyakit infeksi
(Zulaikha, 2012).

5. Peran zat gizi ibu pada masa KB


Gizi yang baik akan menunjang fungsi optimal alat-alat
reproduksi, seperti lancarnya proses pematangan sel telur, produksi sel
telur dengan kualitas baik, dan proses pembuahannya yang sempurna.
Gizi yang baik berperan penting dalam mempersiapkan cadangan
nutrisi bagi tumbuh kembang janin. Bagi calon ibu, gizi yang cukup
dan seimbang memengaruhi kondisi kesehatan secara menyeluruh pada
masa pembuahan (konsepsi) dan kehamilan.
Pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya mengonsumsi
sumber makanan yang bergizi selama masa prakonsepsi adalah satu
penyebab kekurangan gizi pada calon ibu. Kurangnnya pengetahuan
dan kesadaran seimbang, pola makan yang tidak teratur, konsumsi
berlebihan terhadap satu atau beberapa jenis makanan, konsumsi
junkfood dan diet berlebihan pada masa prakonsepsi harus dihindari
sebelum terlambat (Susilowati dkk. 2016).
6. Prinsip Gizi seimbang pada masa KB
Gizi Seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang
mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai
dengan kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan prinsip
a. keanekaragaman atau variasi makanan,

26
b. kebersihan,
c. aktivitas fisik
Penerapan prinsip gizi seimbang diharapkan dapat
meningkatkan status gizi dan mencapai status gizi optimal.
7. Menu yang sehat untuk KB
Untuk mengoptimalkan nutrisi dalam tubuh, pola makan yang
sehat biasanya mencakup makanan padat nutrisi dari semua kelompok
makanan utama, termasuk protein tanpa lemak, biji-bijian, lemak sehat,
dan buah-buahan serta sayuran dengan berbagai warna.
Makanan yang sehat juga berarti mengganti makanan yang
mengandung lemak trans, garam, tambahan, dan gula dengan pilihan
yang lebih bergizi. Jadi jelas, mengikuti pola makan yang sehat
memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, termasuk membangun tulang
yang kuat, melindungi jantung, mencegah penyakit, dan
meningkatkan mood.
Keuntungan Mengonsumsi Makanan Sehat
a. Pilihan Makanan Sehat Bagus Bagi Kesehatan
1. Sayur-sayuran
2. Buah-buahan
3. Kacang-kacangan
4. Daging dan Telur
5. Ikan Segar
b. Hindari Konsumsi Makanan Tidak Sehat
1. Junk Food
2. Fast Food
3. Gorengan
4. Makanan Penuh Lemak
c. Rekomendasi Menu Makanan Sehat Rumah Mudah dan Murah
1. Salad Sayur
2. Pecel
3. Gado-gado

27
4. Sayur Sop
5. Sayur Bayam
6. Capcay
7. Plecing Kangkung
8. Tumis Labu Siam
9. Opor Ayam
10. Pepes Ikan

BAB III
Kesimpulan
A. Kesimpulan
Status gizi merupakan perwujudan dari keadaan keseimbangan zat gizi
dalam bertuk variabel tertentu (Supariasa, Bakri & Fajar, 2016). Nutrisi yang
tidak adekuat pada WUS akan mengakibatkan manifestasi penyakit seperti
kurang energi protein (KEK) yang akan mengakibatkan anemia dan defisiensi
zat mikronutrien, sehingga akan berdampak buruk bagi calon ibu, janin,
maupun bayi yang akan dilahirkan.

28
DAFTAR PUSTAKA

Badriah dalam Fauziyah, 2012. Pengaruh Konseling Gizi Prakonsepsi Terhadap


Pengetahuan Dan Sikap Wanita Pranikah Di Kecamatan Batang
Kuis .Abdul Malik Simatupang 2018. Tersedia Pada:
Http://Repo.Poltekkesmedan.Ac.Id/Jspui/Bitstream/123456789/1043/1/
Skripsi.Pdf.

Irianto, 2014. Hubungan Dukungan Suami, Gaya Hidup, Dengan Status Gizi
Akseptor Kb Iud Di Puskesmas Mojo Surabaya 2018. Tersedia pada:
Https://Repository.Unair.Ac.Id/85285/4/Full%20text.Pdf

Susilowati dkk, 2016. Hubungan Penerapan Prinsip Pedoman Gizi Seimbang


Dengan Status Gizi Mahasiswa S1 Departemen Ilmu Gizi Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro Semarang. Tessanika
Juniar Pratami, Laksmi Widajanti, Ronny Aruben. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (E-Journal) Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (Issn: 2356-
3346). Tersedia pada:
Https://Ejournal3.Undip.Ac.Id/Index.Php/Jkm/Article/View/14287/13819.

Supariasa, Bakri & Fajar, 2016. Hubungan Dukungan Suami, Gaya Hidup,
Dengan Status Gizi Akseptor Kb Iud Di Puskesmas Mojo Surabaya 2018.
Tersedia pada: Https://Repository.Unair.Ac.Id/85285/4/Full%20text.Pdf

29
Zulaikha, 2012. Pengaruh Konseling Gizi Prakonsepsi Terhadap Pengetahuan Dan
Sikap Wanita Pranikah Di Kecamatan Batang Kuis .Abdul Malik
Simatupang 2018. Tersedia Pada:
Http://Repo.Poltekkesmedan.Ac.Id/Jspui/Bitstream/123456789/1043/1/
Skripsi.Pdf.

30
31

Anda mungkin juga menyukai