Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PELAYANAN KEBIDANAN


DI PUSKESMAS PULAU KUPANG

Disusun Oleh :
1.Hema Malinie (11194862111137)
2. Islahul Annisa (11194862111138)
3. Muliana (11194862111139)
4. Norhaliza (11194862111141)
5. Nur Malinda Putri (11194862111142)
6. Rabiatul Aulia (11194862111145)
7. Ratnawiyah (11194862111146)
8. Rias Mustika (11194862111147)
9. Rida Ayu Rezeki (11194862111148)
10. Rizqina Amalia F (11194862111149)
11. Salma Mariesa (11194862111150)

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MULIA

TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
DI PUSKESMAS PULAU KUPANG

Tanggal:
01 Desember 2022

Mengetahui,
Ketua Jurusan Kebidanan Dosen Pembimbing

( ) (Susanti Suhartati, S.S.T.,M.Kes)


NIK. NIK.

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya kepada kami semua, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Makalah Kebijakan Publik
Dalam Pelayanan Kebidanan Di Puskesmas Pulau Kupang ini disusun dalam
rangka untuk memenuhi tugas.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut
serta membantu dan mendukung tersusunnya tugas ini. Oleh karena itu kami
mempersembahkan ucapan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:
1. Susanti Suhartati, S.S.T.,M.Kes selaku Dosen Pembimbing
2. Teman teman satu kelompok
Karena keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, kami menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah Kebijakan Publik
Dalam Pelayanan Kebidanan Di Puskesmas Pulau Kupang ini. Kami mohon maaf
atas segala kekurangan yang ada, baik isi maupun penulisan. Oleh karena itu,
kami mohon kritik dan saran yang membangun agar kami lebih baik lagi dalam
menyusun makalah untuk menyempurnakan dimasa yang selanjutnya.

Kalimantan, 01 Desember 2022


Penyusun

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ i


KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI….................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... iv
DAFTAR TABEL................................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... vi
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Tujuan .............................................................................................. 2
1.3 Manfaat............................................................................................. 2
BAB 2 ISI............................................................................................................ 3
2.1 Kebijakan publik di wilayah Puskesmas Pulau Kupang.................. 3
2.2 Upaya perbaikan dalam mengatasi KIA di Puskesmas Kupang….. 6
BAB 3 PEMBAHASAN…................................................................................ 10
BAB 4 PENUTUP.............................................................................................. 12
3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 12
3.2 Saran................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 13
LAMPIRAN…..................................................................................................... 14

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Komponen kebijakan publik..................................................................5

iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 kerangka konsep peran Kampung KB terhadap pencapaian keluarga
berkualitas..............................................................................................7

v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Wawancara............................................................................................13

vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perbaikan kesehatan ibu telah menjadi prioritas utama dari
pemerintah, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam
meningkatkan kesehatan ibu. Kemajuan suatu negara, pada hakikatnya tidak
terlepas dari kualitas kesehatan ibu dan anak, karena dari kesehatan seorang
ibu yang baik maka akan terlahir generasi penerus bangsa yang bertanggung
jawab. Upaya penurunan AKI telah dirintis dan diintensifkan sejak tiga
puluh tahun lalu, namun penurunan AKI masih belum memuaskan, sehingga
diperlukan pengkajian masalah yang lebih mendalam dan program kerja
dalam pencapaian penurunan angka kematian ibu. Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator
utama derajat kesehatan suatu negara. Sejalan dengan hal tersebut,
kesehatan reproduksi yang menempatkan perempuan sebagai subjek yang
menentukan hak perempuan dalam memperoleh layanan kesehatan.
(Chasanah,2017)
Program kesehatan ibu dan anak (KIA) untuk mengurangi AKI dan
AKB telah banyak dilakukan. Program tersebut antara lain Safe
Motherhood. Program ini di Indonesia dituangkan dalam bentuk program
Keluarga Berencana (KB), pelayanan pemeriksaan dan perawatan
kehamilan, persalinan sehat dan aman, serta pelayanan obstetri esensial di
pusat layanan kesehatan masyarakat. Masih tingginya AKI dan AKB di
Indonesia termasuk Kalimantan disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain
dari faktor predisposing, faktor pemungkin (enabling) serta faktor
pendorong atau penguat (reinforcing). Faktor-faktor tersebut berupa
berbagai hambatan, antara lain dari aspek geografis, ekonomi, sosiokultural,
yang diperberat oleh kelemahan dalam mendeteksi, memutuskan tindakan,
merujuk dan keterlambatan dalam menangani keluarga sakit/bermasalah
setelah sampai di tempat pelayanan kesehatan komperehensif.
Kenyataannya, belum banyak informasi yang menggambarkan bagaimana

vii
situasi faktor-faktor tersebut, terutama aspek perilaku masyarakat.
Kebijakan publik memiliki peranan penting dalam mengatasi persoalan ini.
Paradigma kebijakan publik yang responsif dan memberikan ruang
bagi berkembangnya masyarakat secara mandiri dalam proses formulasi,
implementasi maupun evaluasi kebijakan akan memberikan dampak pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. Dengan
demikian dibutuhkan interaksi,proses dan aktivitas antara masyarakat dan
pemerintah secara simbiosis mutalisme sehingga diharapkan akan mampu
menjawab dinamika,tuntutan dan kepentingan publik. (Sururi,2016)
Kebijakan publik disisi lain adalah produk yang memperjuangkan
kepentingan publik yang filosofinya adalah mensyaratkan pelibatan publik
sejak awal hingga akhir.Publik sebagai aktor utama kebijakan adalah sub
stake holder yang secara persis mengetahui apa dan bagaimana kebutuhan
dan kepentingannya. Hal tersebut mensyaratkan pergeseran peran
pemerintah bukan lagi sebagai provider akan tetapi sebagai fasilitator dan
regulator suatu kebijakan.Peran pemerintah tersebut akan berjalan efektif
apabila output kebijakan publik mampu beradaptasi dan berinovasi terhadap
berbagai perubahan guna mendorong sinergitas antara berbagai
kepentingan. (Sururi,2016)
1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana kebijakan publik mengenai keluarga berencana
dalam pelayanan kebidanan di puskesmas pulau kupang
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui aspek kebijakan publik mempengaruhi pelayanan
kesehatan ibu dan anak di wilayah puskesmas pulau kupang
b. Mengetahui aspek upaya perbaikan dalam mengatasi masalah dalam
pelayanan kesehatan diwilayah Puskesmas Pulau Kupang
1.3. Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber referensi
mahasiswa yang ingin memahami lebih lanjut mengenai kebijakan

viii
publik mengenai kebijakan publik pelayanan keluarga berencana
dipuskesmas Pulau Kupang
1.3.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi diharapkan makalah ini dapat dijadikan sebagai salah
satu sumber kepustakaan dan menambah wawasan kebijakan publik
pelayanan keluarga berencana di Puskesmas Pulau Kupang
b. Bagi Pemberi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan makalah ini dapat dijadikan pertimbangan bagi tenaga
kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai kebijakan
publik pelayanan keluarga berencana di Puskesmas Pulau Kupang
c. Bagi Penulis
Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan dan pengalaman
dalam melakukan pelayanan terkait kebijakan publik pelayanan
keluarga berencana di Puskesmas Pulau Kupang
d. Bagi Masyarakat
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat
khususnya bagi masyarat untuk lebih memahami kebijakan publik
pelayanan keluarga berencana di Puskesmas Pulau Kupang

ix
BAB II
ISI
Hasil identifikasi Kebijakan Publik mengenai Keluarga Berencana dalam
Pelayanan Kebidanan di Puskesmas Pulau Kupang
A. Kebijakan publik mempengaruhi pelayanan kesehatan Ibu dan Anak di wilayah
Puskesmas Pulau Kupang
Kebijakan publik adalah segala sesuatu yang dikerjakan dan tidak
dikerjakan oleh pemerintah. Kebijakan publik dapat diartikan suatu hukum,
tidak hanya sekedar hukum, tetapi harus memahaminya secara utuh dan benar.
Ketika suatu isu yang menyangkut kepentingan bersama dipandang perlu untuk
diatur maka formulasi isu tersebut menjadi kebijakan publik yang harus
dilakukan dan disusun serta disepakati oleh para pejabat yang berwenang.
Kebijakan publik sangat berkait dengan administrasi negara ketika publik aktor
mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan tugas dalam
rangka memenuhi kebutuhan masyarakat melalui berbagai kebijakan
publik/umum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan negara. (Sore dan
Sobirin,2014)
Kebijakan adalah hasil dari berbagai kepentingan dan harus dibuat satu
keputusan. Kebijakan adalah produk dari sistem politik. Sistem kesehatan
termasuk sebagai sistem politik. Komponen sistem kebijakan terdiri dari pelaku
(actors), tindakan (actions), dan orientasi nilai (value orientation). Ketiga
komponen tersebut saling berinteraksi, yang membentuk pola spesifik : input –
proses – output dan umpan balik. (Trisnantoro 2010)
Proses kebijakan merupakan hasil interaksi antara pembuat kebijakan
dengan lingkungannya, meskipun model kebijakan terlihat sangat sederhana
karena hanya menunjukkan bahwa ada interaksi antara pelaku kebijakan
dengan lingkungannya, namun dalam kenyataannya interaksi ini sangtalah
rumit. Kebijakan dihasilkan dari sebuah proses interaksi dan setiap komponen
dalam proses kebijakan memiliki pengaruh yang berbeda pada proses secara
keseluruhan. (Trisnantoro,2010)

x
Gambar 1. Komponen kebijakan publik (Trisnantoro,2010)
Karakteristik khusus dari sebuah kebijakan publik adalah bahwa
kebijakan diformulasikan, diimplementasikan, dan dievaluasi oleh berbagai
pelaku kebijakan. Karena kebijakan publik menyangkut banyak kepentingan
maka ada banyak pelaku kebijakan yang terlibat dalam kebijakan publik.
Setiap pelaku kebijakan memiliki peran yang berbeda dalam proses kebijakan.
Untuk menentukan perlu tidaknya melakukan kebijakan, harus menyadari
adanya masalah soaial yang membutuhkan adanya intervensi, termasuk dalam
masalah kesehatan ibu khusunya dalam bidang keluarga berencana, dalam hal
ini pemerintah berupaya untuk menurunkan jumlah kematian ibu dan bayi serta
meningkatkan indeks pembangunan manusia.
Keluarga berencana sebagai salah satu aspek pelayanan kesehatan
memiliki peranan penting yang mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi.
Keluarga berencana adalah tindakan membantu individu atau pasangan suami
istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran. KB
merupakan proses yang disadari oleh pasangan untuk memutuskan jumlah dan
jarak anak serta waktu kelahiran. Tujuannya yaitu meningkatkan kesejahteraan
ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera
melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk
indonesia. KB diharapkan dapat menghasilkan penduduk yang berkualitas,
sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
(Dina Dewi Anggraini et al. 2021)

xi
Pemerintah Indonesia menetapkan kebijakan keluarga berencana untuk
mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas melalui
penyelenggaraan porgram KB. Target Total Fertility Rate (TFR), Unmeet need,
dan Drop Out KB di beberapa wilayah Indonesia belum tercapai sehingga
diperlukan pengoptimalisasian upaya – upaya advokasi guna meningkatkan
komitmen stake holders atau pemangku kepentingan, meningkatkan peran serta
mitra kerja, serta promosi dan KIE KB.
Permasalahan keluarga berencana diwilayah kabupaten kapuas khusunya
puskesmas pulau kupang didapatkan dari jumlah PUS 5.068 didapatkan
58,78% merupakan akseptor KB aktif, dan dari jumlah PUS 4T sebanyak 1.281
didapatkan sebanyak 663 menggunakan KB. Pada permasalahan keluarga
berencana ini diperlukan adanya kebijakan publik yang ditetapkan oleh
pemerintah dan digunakan sebagai acuan puskesmas dalam menjalankan
program untuk meningkatkan capaian dari pelayanan keluarga berencana.
Kebijakan publik yang telah diterapkan yaitu dengan diadakannya Kampung
Keluarga Berkualitas (Kampung KB) dan Sosialisasi resiko 4T.
Kebijakan publik mengenai pelayanan KB sebagai salah satu prioritas
nasional peningkatan pelayanan KB dan Reproduksi dituangkan dalam lima
kegiatan prioritas yang difokuskan dalam :
1. Pelayanan KB
2. Advokasi dan KIE KKBPK (Kependudukan KB, dan pembangunan
keluarga)
3. Pembinaan remaja
4. Pembangunan keluarga
5. Regulasi, kelembagaan serta data dan informasi
B. Upaya perbaikan dalam mengatasi masalah dalam pelayanan kesehatan
diwilayah Puskesmas Pulau Kupang
Salah satu program untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
menekan angka pertumbuhan penduduk yaitu dengan program Keluarga
Berencana (KB) yang menjadi program andalan pemerintah Republik
Indonesia (RI). Berkaitan dengan target Sustainable Development Goals
(SDGs) tahun 2030, AKI harus diturunkan di bawah 70 per 100.000 KH.

xii
Program KB di Indonesia telah berkembang menjadi gerakan Keluarga
Berencana Nasional (Banik, 2017). Pelayanan KB di Puskesma Pulau Kupang
dilaksanakan sesuai dengan panduan KB yang telah disosialisasikan
pemerintah, mulai pelayanan kontrasepsi hormonal-nonhormonal serta
kontasepsi jangka panjang maupun jangka pendek. Berikut adalah upaya
perbaikan dalam mengatasi masalah dalam pelayanan keluarga berencana di
wilayah Puskesmas Pulau Kupang
1. Kampung KB (Keluarga Berkualitas)
Pemerintah Kota Kapuas telah membentuk kampung KB sebagai
upaya untuk mengatasi permasalah KB. Kampung Keluarga Berkualitas
(Kampung KB) sendiri merupakan satuan wilayah setingkat desa dimana
terdapat integrasi dan konvergensi penyelenggaraan pemberdayaan dan
penguatan institusi keluarga dalam seluruh dimensinya guna meningkatkan
kualitas sumber daya manusia, keluarga dan masyarakat. Adanya kampung
KB ini ditujukan sebagai sebuah pendekatan pembangunan yang bersifat
universal, dan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia
serta mengoptimalkan penyelenggaraan pemberdayaan penguatan institusi
keluarga di setiap desa/kelurahan (BKKBN, 2022).
Tabel 2.1 kerangka konsep peran Kampung KB terhadap pencapaian
keluarga berkualitas

xiii
Dalam menjalankan program ini pemerintah wilayah setempat
berpegang pada kerangka konsep dasar yang telah ditetapkan sebagai
kebijakan pemerintah oleh BKKBN (2022). Dimana dalam kerangka konsep
tersebut menjelaskan bahwa data merupakan sumber utama untuk
memetakan kondisi wilayah. Berdasarkan pemetaan dilakukan pra kondisi
masyarakat serta tenaga penggerak di Kampung KB untuk terlibat aktif
dalam pelaksanaan delapan pendekatan program yang bertujuan untuk
mencapai keluarga berkualitas. Program Kampung Keluarga Berencana
cdikatakan berhasil apabila terdapat keselarasan antara kegiatan yang
direncanakan dengan kegiatan yang sudah terlaksana.
2. Sosialisasi Resiko 4T
Setiap kehamilan mempunyai faktor yang saling berpengaruh karena
mereka saling berkait satu sama lain dan merupakan suatu hubungan sebab
akibat. Dalam kehamilan faktor Empat 4-T tersebut yang menjadi faktor
resiko bahaya pada kehamilan sehingga kehamilan tidak berhasil/gagal.
Pengertian 4 Terlalu adalah Faktor yang dapat mengakibatkan persalinan
berisiko tinggi. Diantaranya terlalu muda (usia di bawah 16 tahun), terlalu
tua (usia diatas 35 tahun), terlalu sering (perbedaan usia antar anak sangat
dekat) dan terlalu banyak (memiliki lebih dari empat orang anak) (Nufra,
2021)
Pelaksanaan sosialisasi resiko 4T pada PUS di puskesmas pulau
kupang dilaksankan dengan tujuan membantu meningkatkan derajat
kesehatan warag terutama bagi PUS. Sosialisasi disampaiakn dengan bentuk
media cetak seperti leaflet maupun poster, radio, serta bentuk video yang
ditayangkan di ruang tunggu pasien puskesmas pulau kupang setiap jam
pelayanan berlangsung. Sasaran yang dituju dari sosialisasi resiko 4T ini
bukan hanya PUS saja, melainkan kader posyandu dan tokoh organisasi
masyarakat seperti para remaja di setiap desa/ kelurahan juga turu
diikutsertakan.

xiv
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan tinjauan hasil pengkajian data sekunder berupa data cakupan
pelayanan keluarga berecana pada bulan November 2022 di Puskesmas Kupang,
di temukan fokus masalah berupa cakupan pelayanan KB yang masih kurang
dengan data yang didapatkan yaitu jumlah akseptor KB Aktif sebanyak 58% dari
jumlah keseluruhan PUS (5.068 pasangan). Diantara PUS tersebut masih
ditemukannya status PUS dengan resiko 4T sebanyak 25%.
Hasil wawancara Kepala Puskesmas Pulau Kupang, disampaikan bahwa
penetapan program di Puskesmas Pulau Kupang diciptakan berdasarkan analisis
masalah dan kebutuhan di lingkungan masyarakat, sebagai bentuk kebijakan
publik pelayanan keluarga berencana diwilayah tersebut. Program yang telah
terlaksana di wilayah kerja Puskesmas Pulau Kupang yaitu Kampung Keluarga
Berkualitas (Kampung KB) dan Sosialisasi resiko 4T. Hal ini sejalan dengan teori
Trisnantoro (2010) bahwa proses kebijakan merupakan hasil interaksi antara
pembuat kebijakan dengan lingkungannya. Kebijakan dihasilkan dari sebuah
proses interaksi dan setiap komponen dalam proses kebijakan memiliki pengaruh
yang berbeda pada proses secara keseluruhan.
Kebijakan publik mengenai pelayanan KB sebagai salah satu prioritas
nasional peningkatan pelayanan KB dan Reproduksi dituangkan dalam lima
kegiatan prioritas yang difokuskan dalam pelayanan KB, advokasi dan KIE
KKBPK (Kependudukan KB, dan pembangunan keluarga), pembinaan remaja,
pembangunan keluarga, regulasi, kelembagaan serta data dan informasi.
Penerapan kampung keluarga berkualitas dan sosialisasi resiko 4T merupakan
salah satu pewujudan kebijakan publik dalam prioritas kegiatan pelayanan kb,
advokasi dan KIE KKBPK serta pembangunan keluarga.
Penerapan pada poin yang lain seperti pembinaan remaja dapat diterapkan
pada pemberian edukasi pada organisasi masyarakat seperti karang taruna atau
melalui kerjasama dengan pihak sekolah mengenai informasi keluarga berencana
dan sosialisasi 4T. Pemberian informasi secara dini dapat memberikan dampak
pencegahan lebih awal atau pada tahap preventif pada promosi kesehatan.
Prioritas yang lain seperti regulasi, kelembagaan serta data dan informasi dapat

15
diperoleh melalui kerjasama dengan pihak pemimpin wilayah, tokoh agama dan
tokoh masyarakat mengenai kejelasan dari program keluarga berencana serta data
dan informasi dapat digali melalui masyarakat langsung dengan melibatkan kader.
Penerimaan informasi yang tepat dapat memudahkan dalam merumuskan
kebijakan publik baru yang sesuai tepat denagn sasaran dan tujuan.

16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pemerintah Indonesia menetapkan kebijakan keluarga berencana
untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas
melalui penyelenggaraan porgram KB. Permasalahan keluarga berencana
diwilayah kabupaten kapuas khusunya puskesmas pulau kupang didapatkan
dari jumlah PUS 5.068 didapatkan 58,78% merupakan akseptor KB aktif,
dan dari jumlah PUS 4T sebanyak 1.281 didapatkan sebanyak 663
menggunakan KB. Pada permasalahan keluarga berencana ini diperlukan
adanya kebijakan publik yang ditetapkan oleh pemerintah dan digunakan
sebagai acuan puskesmas dalam menjalankan program untuk meningkatkan
capaian dari pelayanan keluarga berencana. Kebijakan publik yang telah
diterapkan yaitu dengan diadakannya Kampung Keluarga Berkualitas
(Kampung KB) dan Sosialisasi resiko 4T.
Upaya perbaikan dalam mengatasi masalah dalam pelayanan
kesehatan diwilayah Puskesmas Pulau Kupang berupa pengadaan Kampung
Keluarga Berkualitas dan Sosialisan resiko 4T dilakukan dengan tujuan
penerapan kebijakan publik pada prioritas poin kegiatan pelayanan kb,
advokasi dan KIE KKBPK serta pembangunan keluarga.
4.2 Saran
a. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat memiliki kepedulian dengan mematuhi
kebijakan publik sebagai tonggak utama dalam pelayanan kesehatan
b. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan dapat menerapkan kebijakan publik
dengan sebaik – baiknya dalam memberikan asuhan kebidanan yang
berpusat pada klien

17
DAFTAR PUSTAKA
Bkkbn.com, “Tentang Kampung KB. Kampung Keluarga Berkualitas”, 2022.
<https://kampungkb.bkkbn.go.id/tentang> [Diakses, 30 November 2022)
Banik F. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Minat Penggunaaan Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang di Wilayah Kerja Puskesmas Bakunase.
Skripsi. Kupang: Universitas Nusa Cendana; 2017.
Chasanah, Siti Uswatun. 2017. “PERAN PETUGAS KESEHATAN
MASYARAKAT DALAM UPAYA PENURUNAN ANGKA KEMATIAN
IBU PASCA MDGs 2015.” Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas 9(2):73.
Dina Dewi Anggtaini, Wanodya Hapsari, Julietta Hutabarat, Evita Aurilia
Nardina, Lia Rosa Veronika Sinaga, Samsider Sitorus, Ninik Azizah, Niken
Bayu Argaheni, Wahyuni Dora Samaria, and Cahyaning Setyo Hutomo.
2021. Pelayanan Kontrasepsi. edited by Abdul Karim, Janner Simarmata,
and S. K. Dewy Dian Pratama. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Nufra, dkk. 2021. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Dengan
Kehamilan Risiko Tinggi (4t) Di Bpm Desita, S.Sit Desa Pulo Ara
Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen Tahun 2021. Journal of
Healthcare Technology and Medicine. 7(1) : 427-438
Sore, Udin B. and Sobirin. 2014. Kebijakan Publik. edited by Dahlan. Makasar:
CV Sah Media.
Sururi, Ahmad. 2016. “INOVASI KEBIJAKAN PUBLIK (TINJAUAN
KONSEPTUAL DAN EMPIRIS).” Jurnal Sawala 4(3):1–13.
Trisnantoro, Laksono. 2010. Kebijakan Dan Manajemen Kesehatan. Yogyakarta:
Penerbit Andi.

18
LAMPIRAN WAWANCARA
Pada 28 November 2022, telah dilakukan wawancara di Puskesmas Kupang
seputar permasalah pelayanan keluarga berencana serta kebijakan public yang
selama ini diterapkan dalam upaya penanganan masalah tersebut. Hasil
wawancara dengan Kepala Puskesma Kupang, disampaikan bahwa setiap program
yang ada di Puskesmas Kupang tersebut ada penanggung jawabnya masing-
masing, dimana penanggung jawab tersebut sudah mengikuti pelatihan. Sektor
yang terlibat dalam pelayanan KB antara lain Praktek Mandiri Bidan dan Klinik
Umum/Swasta. Puskesmas memandang program KB sebagai prioritas utama
karena terdapat dalam SDGs. Beberapa masyarakat menganggap KB adalah hal
yang penting dan sebagian tidak. Berdasarkan data rekapan pelayanan keluarga
berencana pada bulan November 2022, data akseptor KB Aktif 58% dari jumlah
keseluruhan PUS sebanyak 5.068 pasangan. Diantara PUS tersebut masih
ditemukannya status PUS dengan resiko 4T sebanyak 25%.
Kepala Puskesmas Pulau Kupang memaparkan bagaimana situasi pelayanan
keluarga berencana di wilayah kerja setempat selama ini, dikatakannya pelayanan
KB di Puskesma Pulau Kupang telah dilaksanakan sesuai dengan panduan KB
yang telah disosialisasikan pemerintah. Seperti pelayanan kontrasepsi hormonal-
nonhormonal serta kontasepsi jangka panjang maupun jangka pendek dengan
dilakukan skrining berdasarkan keadaan WUS.
Beberapa program yang telah digalangkan, sebagai upaya penanggulangan
masalah seputar keluarga berencana selama ini, salah satunya dengan
diselenggarakannya Kampung Keluarga Berkualitas atau Kampung KB.
Pemerintah Kota Kapuas telah membentuk kampung KB sebagai upaya untuk
mengatasi permasalah KB, kata Kepala Puskesmas Pulau Kupang, di Kapuas. Ia
menjelaskan tujuan dibentuknya Kampung KB tersebut untuk meningkatkan
kualitas hidup masyarakat di tingkat kampung. "Dalam satu kelurahan, kita ambil
beberapa Rukun Tetangga (RT) yang kemudian dibentuk menjadi satu Kampung
KB," katanya. Menurut beliau, kriteria Kampung KB yaitu peserta KB yang aktif
di kampung tersebut tergolong rendah dan penggunaan kontrasepsi jangka
panjang lebih rendah. Sasaran Kampung KB adalah keluarga karena keluarga
merupakan bagian terkecil dari masyarakat, serta remaja, anak-anak dan pasangan

19
usia subur (PUS). "Kami juga melakukan pembinaan terhadap para lansia untuk
meningkatkan kualitas hidup mereka," katanya.. Dijelaskannya, kata beliau,
seperti melakukan sosialisasi kepada masyarakat dalam Kampung KB tentang
kenakalan remaja dan narkoba dan pelatihan bagi ibu-ibu dalam Kampung KB
agar dapat meningkatkan ekonomi. Ia berharap, kelurahan-kelurahan yang belum
terbentuk Kampung KB dapat segera di bentuk dan berfokus pada pasangan usia
subur terutama para remaja agar menjadi keluarga yang berkualitas dan mampu
mempunyai anak–anak yang memiliki sumber daya manusia (SDM) yang unggul
dan berkualitas.
Program lain yang juga digalangkan yaitu sosialisasi resiko 4T (Terlalu
Muda, Terlalu Tua, Terlalu Dekat, Terlalu Banyak). Dikatakannya tak sedikit
manyarakat yang menilai lemahnya pemberian edukasi dan sosialisasi terhadap
program KKBPK (Kependudukan KB dan Pembangunan Keluarga). “Masyarakat
hanya mengetahui KB membatasi kehamilan, dan kurang memahami pengetahuan
tentang kependudukan serta resiko dari kehamilan, dan kesehatan”, kata Kepala
Puskesmas Kupang. Oleh karena itu, sebagai upaya promotif dan preventif di
Puskesmas Kupang digalangkan kegiatan sosialisasi PUS dengan resiko 4T
tersebut. Dikatakannya, untuk meningkatkan kembali gaung program KKBP,
pihaknya terus bersosialisasi baik melalui media massa, penyuluhan lapangan KB,
bahkan telah menggunakan media sosial lainnya yang dapat diakses masyarakat.
“Kita gunakan media massa berupa cetak seperti poster dan leaflet, radio, media
sosial dan video yang kami tayangkan setiap jam pelayanan puskesmas di ruang
tunggu puskesmas”, katanya. Beliau menyampaikan sasaran dari penyampaian
materi sosialisasi resiko 4T bukan hanya PUS saja, pihak puskesmas Kupang turut
menggandeng kader posyandu serta tokoh masyarakat seperti organisasi remaja di
setiap desa/kelurahan. “Secara garis besar materi yang disampaikan ya seputar isu
kesehatan reproduksi, pengenalan risiko 4T yaitu terlalu muda usia melahirkan;
terlalu banyak kehamilan, terlalu tua usia, dan terlalu dekat jarak melahirkan”.
Kepala Puskesmas Pulau Kupang menyampaikan bahwa selain melihat dari
kebutuhan masalah yang ada pelaksaan berbagai program KB tersebut dibuat,
berdasarkan buku panduan/acuan/prosedur/juklah yang sudah sesuai dengan
standard operasional. “Sudah saya sampaikan di awal wawancara ini, setiap

20
program sudah ada penanggung jawabnya masing-masing, pedoman program itu
sendiri juga sudah tercantum dalam buku panduan yang ada berdasarkan pelatihan
yang telah dilakukan”.

21

Anda mungkin juga menyukai