Anda di halaman 1dari 49

PROPOSAL PENELITIAN

IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA SEHAT

(Studi Pada Puskesmas Wali Kecamatan Binongko Kabupaten Wakatobi)

EWI
S1A118020

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pembimbing untuk


dipresentasikan dalam Seminar Proposal Penelitian pada Jurusan Ilmu
Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo
Kendari 2021.

Judul : Implementasi Program Keluarga Sehat (Studi Pada Puskesmas


Wali Kecamatan Binongko Kabupaten Wakatobi)

Nama : Ewi
Nim : S1A11820
Jurusan : Imu Administrasi Publik
Kendari, Desember 2021

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Suriyani BB, M. Si La Manguntara,S.Sos.,M.AP

NIP. 19661017 199303 2002 NIP. 19731231 200112 1 003

Mengetahui,

Sekretaris Jurusan Ketua Jurusan

Ilmu Administrasi Publik IlmuAdministrasi Publik

Liwaul, S. Sos, M. Si Dr. Muh.Yusuf, S.Sos.M. Si


NIP. 1977123120005011 005 NIP. 19830507 200812 004

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7

A. Konsep Kebijakan Publik ................................................................................ 7

1. Pengertian Kebijakan Publik .................................................................... 7

2. Kebijakan Kesehatan................................................................................ 8

3. Unsur-Unsur Kebijakan ........................................................................... 10

4. Ciri-Ciri Kebijakan .................................................................................. 13

5. Proses Kebijakan ...................................................................................... 15

B. Konsep Implementasi Kebijakan PubliK ........................................................ 17

1. Pengertian Implementasi Kebijakan Publik .............................................. 17

2. Unsur-Unsur Implementasi Kebijakan ...................................................... 19

ii
3. Proses Implementasi Kebijakan ............................................................... 22

C. Hamba tan Implementasi Kebijakan Publik .................................................... 23

D. Konsep Keluarga Sehat ................................................................................... 25

1. Pengertian Keluarga Sehat ........................................................................ 25

2. Indikator Keluarga Sehat .......................................................................... 28

E. Hambatan Implementasi Program Keluarga Sehat ........................................ 29

F. Peran Puskesmas Dalam Implementasi Program Keluarga Sehat ................. 32

G. Penelitian Terdahulu ....................................................................................... 34

H. Kerangka Pikir................................................................................................. 36

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 37

A. Lokasi Penelitian ............................................................................................ 37

B. Jenis Penelitian ............................................................................................... 38

C. Jenis dan Sumber Data .................................................................................. 38

D. Informasi Penelitian ....................................................................................... 39

E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 39

F. Teknik Analisi data ........................................................................................ 40

G. Defenisi Konsep ............................................................................................. 41

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 43

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah memfokuskan kebijakan pembangunan kesehatan tahun 2015-

2019 pada penguatan upaya kesehatan dasar (primary health care) berkualitas.

Program keluarga sehat merupakan salah satu program dari agenda ke-5 Nawa

Cita yang selanjutnya menjadi program utama pembangunan kesehatan yang

direncanakan pencapaiannya melalui Rencana Strategis (Renstra) Kementrian

Kesehatan tahun 2015-2019. Tujuan yang ingin dicapai adalah meningkatkan

derajat kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan

perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan (Kemenkes, 2016).

Menurut Permenkes RI No. 32 Tahun 2016, pendekatan keluarga adalah

salah satu cara puskesmas untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan akses

pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga.

Pelaksanaan Program Keluarga Sehat ditekankan pada integrasi pendekatan

akses pelayanan kesehatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pembiayaan serta

sarana prasarana (Kemenkes, 2017). Dalam rangka pelaksanaan Program

Keluarga Sehat telah disepakati 12 indiktor utama untuk penanda status

kesehatan sebuah keluarga. (Kemenkes, 2016).

1
Berdarsarkan 12 indikator keluarga sehat yang di putuskan oleh

kementerian kesehatan tahun pada tahun 2016. Program Keluarga Sehat pada

Puskesmas Wali Kecamatan Binongko sebelumnya sudah cukup berjalan dengan

baik namun, ada beberapa indikator yang belum terlaksana dengan baik

dikarenakan beberapa kendala baik dari segi kurangnya pengetahuan masyarakat

mengenai program tersebut, segi kurang tersedianya peralatan kesehatan dan

lain-lain. Salah satu indikator yang belum terlaksana dengan baik adalah Ibu

Hamil Memeriksa Kehamilan Sesuai Standar. Faktor penghambat dalam

perawatan kesehatan di desa tersebut adalah masih kurangnya pengetahuan

masyarakat terkait perawatan kehamilan, persalinan dan pasca persalinan.

Pengetahuan masyarakat menurut informan tenaga kesehatan tentang masalah

kesehatan ketika sudah terjadi masalah, kesadaran masyarakat terhadap

kesehatan relatif kurang. Masyarakat di Binongko tidak terlalu mementingkan

kesehatannya, di mana ketika ibu sudah hamil besar tidak ada perlakuan khusus

terhadap ibu tersebut, dan tetap saja pergi ke kebun untuk menjalankan

aktifitasnya. Masyarakat beranggapan pekerjaan tersebut sudah hal yang biasa.

Dalam hal memeriksa kehamilan dapat dikatakan bahwa pemeriksaan kehamilan

dengan menggunakan bantuan dukun beranak dianggap merupakan suatu

kepercayaan dan kebiasaan masyarakat di kampung. Presepsi masyarakat

terhadap tenaga bidan bahwa bidan masih relatif muda, dan masyarakat

cenderung merasa kurang percaya dengan bidan tersebut.

2
Walaupun sebagian besar persoalan kehamilan dan persalinan diserahkan

kepada dukun, tetapi bukan berarti keberadaan bidan sebagai tenaga kesehatan di

tolak oleh masyarakat. Kebiasaan yang sudah lama mereka terima cenderung

sulit untuk ditinggalkan, sehinggah meminta bantuan dukun tetap dilakukan

walaupun ibu hamil juga meminta bantuan kepada tenaga kesehatan (bidan).

Selain dari pada itu masyarakat juga berpikir mengenai persoalan biaya

persalinan, mereka menganggap biaya persalinan pada dukun beranak lebih

murah dan bisa diselesaikan dengan kekeluargaan, dibandingkan biaya persalinan

di puskesmas yang lebih mahal.

Dengan terkait dari dari maraknya isu penggunan vaksin palsu pada masa

pandemi ini Puskesmas Wali Kecamatan Binongko ada beberapa ibu-ibu yang

menjadi anti imunisasi. Adapun fakktor lain yaitu pengetahuan penduduk tentang

imunisasi diperoleh dari penyeluhan pamong desa, anggota masyarakat dan kader

sehat. Sikap segan sebagian besar warga masyarakarakat desa ini terhadap

program imunisasi ditunjukan dengan jarangnya mereka mengimunisasikan

anaknya karena kesibukan mereka bekerja di kebun. Kecuali, itu dalam

prakteknya mereka yang sudah mengimunisasikan anak-anaknya karena

diperingatkan atau diperintahkan oleh Kepala Desa dan Petugas Kesehatan

Setempat. Sementara itu, perilaku pengobatan penyakit pada anak-anak balita di

desa ini masih kuat dipengaruhi oleh cara-cara pengobatan sendiri menurut

sistem kepercayaan orang-orang tua terdahulu, kemudian apabila belum sembuh

3
dibawa ke seorang dukun ahli penyakit , dan akhirnya baru diperiksa ke dokter di

pusat Kesehatan Masyarakat di tempat tersebut. Disini anak dikatakan sehat atau

tidak sakit dilihat dari tanda-tanda merengek-rengek (rewel), nafsu makan besar,

giat bermain dan sebaliknya. Demikian dalam program pembangunan kesehatan

modern anak balita di Binongko ini masih di hambat oleh kebudayaan

masyarakat yaitu, sikap, pengetahuan, dan perilaku, di samping faktor sosial dan

ekonomi.

Selanjutnya indikator Keluarga Mengikuti Program Keluarga Berencana

(KB) salah satu penghambat dalam menjalankan program KB di Binongko salah

satunya karena faktor keyakinan yang menganggap dapat menghentikan

kelahiran dan masih menganggap bahwa banyak anak banyak rejeki. Masih

banyak warga yang tak terjangkau layanan KB, antara lain dipicu terbatasnya

akses fasilitas kesehatan, keterbatasan biaya, kendala ketidak tahuan soal KB

dan tidak terjangkau oleh program pemerintah. Masih terbatasnya anggaran yang

diberikan oleh pemerintah terhadap pihak pelaksana program KB mengakibatkan

kurangnya pengadaan alat-alat kontrasepsi yang disediakan untuk masyarakat

pengguna KB.

Di Kecamatan Binongko terdapat 30% termaksud pada kategori tidak

mendukung program dalam menggunakan alat kontarsepsi yang menyatakan

bahwa ada efek samping sebagai akibat berKB sehinggah responden tidak

menggunakan alat kontarsepsi. Tingginya frekuensi tidak mendukung pada faktor

4
efek samping disebabkan oleh ketersediaan alat kontarsepsi tidak sesuai dengan

yang dibutuhkan oleh pasangan usia subur sehinggah menimbulkan efek samping

dari alat kontarsepsi tersebut.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka peneliti

mengidentifikasi beberapa permasalahan yang terjadi dalam Implementasi

Keluarga Sehat, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi Program Keluarga Sehat pada Puskesmas Wali

Kecamatan Binongko Kabupaten Wakatobi?

2. Faktor-faktor apa saja yang menghambat implementasi Program Keluarga

Sehat pada Puskesmas Wali Kecamatan Binongko Kabupaten Wakatobi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui implementasi Program Keluarga Sehat pada

Puskesmas Wali Kecamatan Binongko Kabupaten Wakatobi.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat implementasi

Program Keluarga Sehat pada Puskesmas Wali Kecamatan Binongko

Kabupaten Wakatobi

5
D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini yaitu:

1. Secara teoritis, peneliti ini diharapkan menjadi bahan studi dan menjadi

salah satu sumbangsih pemikiran ilmiah dalam melengkapi kajian yang

mengarah pada perkembangan kebijakan kesehatan, khususnya

implementasi keluarga sehat.

2. Secara praktis, hasil ini diharapkan bahan masukan bagi semua pihak

yang terkait khususnya Dinas Kesehatan dan Puskesmas berdasarkaan

fenomena terhadap kebijakan PIS-PK.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kebijakan Publik

1. Pengertian Kebijakan Publik

Kebijakan adalah suatu rangkaian atau garis besar dari suatu alternatif yang

telah dipertimbangkan. Selain itu kebijakan juga kajian mendalam yang

berfungsi sebagai alat dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

Kebijakan menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu

rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar/dasar rencana/garis haluan

dalam pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak dalam

pemerintahan, organisasi dan lainnya dalam usaha mencapai suatu tujuan dan

sasaran.

Kebijakan merupakan sebuah ketetapan yang berlaku yang bercirikan oleh

perilaku dan konsisten dan berulang, baik dari yang membuat maupun yang yang

menaatinya. Kebijakan merupakan serangkaian tindakan yang menjadi sebuah

keputusan pemerintah dal;am melakukan atau tidaknya sesuatu hal yang

bertujuan uuntuk memecahkan masalah demi kepentingan masyarakat (Ealau dan

Pewitt 1973 dalam Ayuningtyas, 2018). Kebijakan juga merupakan suatu

rangkaian alternatif yang siap dipilih berdasarkan suatu prinsip-prinsip tertentu.

7
Kebijakan juga sebagai hasil analisis yang mendalam terhadap berbagai alternatif

yang bermuaran kepada keputusan tentang yang terbaik (Gurning, 2018).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat simpulkan bahwa kebijakan publik

merupakan bentuk berwujudan dari sebuah tindakan pemerintah dalam

menanggapi sesuatu, bukan semata-mata merupakan pernyataan keinginan

pemerintah atau pejabat publik.

2. Kebijakan Kesehatan

Kebijakan kesehatan pada dasarnya sama dengan kebijakan lainnya. Hanya

saja dalam kebijakan ini lebih memfokuskan pada bidang kesehatan dengan

tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.

Kebijakan kesehatan sebagai upaya dan tindakan dalam pengambilan

keputusan yang meliputi aspek teknis medis dan pelayanan kesehatan, serta

keterlibatan pelaku atau aktor baik pada skala individu maupun organisasi baik

dari pemerintah, swasta, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan representasi

masyarakat yang membawa perubahan pada kesehatan (Walt 1994 dalam

Ayuningtyas, 2018).

Sektor kesehatan begitu strategis dan penting, maka dari itu World Health

Organization (WHO) menetapkan delapan (8) elemen yang harus tercakup dalam

menentukan kualitas dari sebuah kebijakan kesehatan, yaitu :

8
a. Pendekatan holistik, kesehatan sebagai suatu yang dinamis dan lengkap

dari dimensi fisik, mental sosial dan spiritual yang berarti kebijakan

kebijakan kesehatan tidak semata-mata dalam upaya kuratif, tetapi harus

mempertimbangkan uoaya preventif, promotif dan rehabilitatif.

b. Partisipator, partisipasi dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas

kebijakan yang dapat membangun collective action (aksi bersama) yang

menjadi kekuatan pendorong pengimplementasian kebijakan.

c. Kebijakan public yang sehat, yaitu kebijakan yang mendukung

terciptanya pembangunan kesehatan yang kondusif dan beriorentasi

kepada masyarakat.

d. Ekuitas, berarti harus terjadinya distribusi yang merata dari layanan

kesehatan.

e. Efisiensi, berarti layanan kesehatan beriorentasi proaktif dengan

optimalisasi biaya dan teknologi.

f. Kualitas, berarti pemerintah harus menyediakan pelayanan kesehatan

yang berkualitas.

g. Pemberdayaan masyarakat, hal ini dapat mengoptimalkan kapasitas

sumber daya yang dimiliki.

h. Self-reliant, dapat memenuhi keyakinan dan kepercayaan masyarakat

akan kapasitas kesehatan di wilayah sendiri (Ayuningtyas, 2014).

9
Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa kebijakan

kesehatan merupakan tindakan pemerintah dalam pengambilan keputusan dengan

mengutamakan bidang kesehatan dengan tujuan meningkatkan kesehatan

masyarakat.

3. Unsur -Unsur Kebijakan Publik

Sebagai sebuah sistem yang terdiri atas subsistem atau elemen, komposisi

dari kebijakan dapat diikuti dari dua prespektif, yaitu dari proses kebijakan dan

sturuktur kebijakan. Melalui proses kebijakan, terdapat tahap-tahap identifikasi

masalah dan tujuan, formulasi kebijakan, implementasi, dan evaluasi kebijakan.

Dilihat dari segi struktur, terdapat lima unsur kebijakan:

Unsur pertama, tujuan kebijakan dibuat karena ada tujuan yang ingin

dicapai. Tanpa ada tujuan, tidak perlu ada kebijakan. Dengan demikian, tujuan

menjadi unsur petama dari suatu kebijakan. Namun tidak semua kebijakan

mempunyai uraian yang sama tentang tujuan itu. Perbedaanya tidak hanya

sekadar pada jangka waktu pencapaian tujuan yang dimaksud, tetapi juag pada

posisi, gambaran, orientasi, dan dukungannya.

Kebijakan yang baik mempunyai tujuan yang baik. Tujuannya yang baik

itu sekurang-kuranggnya memenuhi empat kriteria, yaitu diinginkan untuk

dicapai, rasioanal atau realistis, dan beriorentasi ke depan. Pertama, tujuan yang

diinginkan dapat diterima oleh banyak pihak karena kandungan isinya tidak

10
bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut oleh banyak pihak. Kedua , mewakili

kepentingan mayoritas atau didukung oleh golongan yang kuat dalam masyrakat.

Tujuan yang rasioanal merupakan pilihan yang terbaik dari beberapa alternatif

yang diperhitungkan atas dasar kriteria-kriterianya yang relevan dan masuk akal.

Sisi lain yang berkaitan dengan kriteria rasional adalah realistis.

Tujuan itu biasanya ditetapkan setelah memperhitungkan keberadaan

organisasi, peraturan yang berlaku, dan sumber daya yang berlaku, dan sumber

daya yang dimiliki atau yang dapat dikuasainya. Ketiga, tujuan yang baik itu

masuk akal (logis) dan mempunyai gambaran yang jelas. Pola pikirnya runut dan

mudah dipahami langkah-langkah pencapaiannya sehingga orang dapat

membedakan tercapai tidaknya tujuan yang dimaksud setelah jangka waktu

tertentu. Keempat, tujuan dari kebijakan tersebut mempunyai orientasi kedepan.

Unsur kedua dalam studi kebijakan adalah masalah. Masalah merupakan

unsur yang sangat penting dalam kebijakan. Kendala dalam menentukan masalah

yang tepat, dapat menimbulkan kegagalan total dalam seluruh proses kebijakan.

Tidak ada artinya suatu cara atau metode yang baik untuk pemecahan suatu

masalah kebijakan jika pemecahannya dilakukan terhadap masalah yang tidak

benar. Dengan cara lain dapat dikatakan jika suatu masalah telah dapat

diidentifikasi secara tepat.

11
Unsur ketiga, kebijakan adalah tuntutan. Tuntutan muncul karena salah

satu dari dua sebab. Pertama, karena terabaikannya kepentingan suatu golongan

dalam perumusan kebijakan, sehinggah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah

dirasakan tidak memenuhi atau merugikan kepentingan mereka. Kedua, karena

munculnya kebutuhan baru yang menyusul setelah suatu tujuan tercapai atau

suatu masalah terpecahkan.

Unsur keempat dari suatu kebijakan adalah dampak. Dampak merupakan

tujuan lanjutan lanjutan yang muncul sebagai pengaruh dari pencapaian suatu

tujuan.

Unsur kelima dari kebijakan adalah sarana atau alat kebijakan. Suatu

kebijakan diimplementasikan dengan menggunakan sarana yang dimaksud.

Beberapa sarana ini dapat disebutkan, antara lain kekuasaan, insentif,

pengembangan kemampuan, simbolis, dan perubahan dari kebijakan itu sendiri.

Pembuatan kebijakan secara khusus mencakup suatu pola tindakan yang

membutuhkan cukup banyak waktu dan meliputi banyak keputusan, baik yang

rutin maupun tidak.

Sedangkan pembuatan keputusan mencakup pilihan suatu alternatif dari

banyak alternatif yang berbeda. Menurut Nurcholis kebijakan berisikan

ketentuan-ketentuan yang dapat dijadikan pedoman perilaku dalam hal:

12
a. Pengambilan keputusan lebih lanjut, yang harus dilakukan baik kelompok

sasaran ataupun unit organisasi pelaksanaan kebijakan .

b. Penerapan atau pelaksanaan dari suatu kebijakan yang tela ditetapkan

baik dalam hubungan dengan (unit) organisasi pelaksana maupun dengan

kelompok sasaran yang dimaksudkan.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa

kebijakan memiliki enam unsur yaitu tujuan, studi kebijakan, tuntutan, dampak,

sarana atau alat kebijakan. Adapun kebijakan-kebijakan yang dapat dijadikan

pedoman perilaku dalam hal: pengambilan keputusan lebih lanjut, penerapan atau

pelaksanaan dari suatu kebijakan yang telah di tetapkan baik dalam hubungan

dengan (unit) organisasi pelaksana maupun dengan kelompok sasaran yang

dimaksudkan.

4. Ciri-Ciri Kebijakan publik

Kebijakan publik pada hakikatnya merupakan sebuah akvitas yang khas,

dalam artian mempunyai ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh kebijakan jenis

lain. Ciri-ciri khusus yang melekat pada kebijakan publik bersumber pada

kenyataan bahwa kebijakan itu lazimnya dipikirkan, didesain, dirumuskan, dan

diputuskan oleh mereka yang memiliki otoritas. James A Anderson dan kawan-

kawan mengemukakan beberapa ciri dari kebijakan sebagai berikut:

13
a. Setiap kebijakan harus ada tujuannya. Artinya pembuatan suatu kebijakan

tidak boleh sekedar asal buat atau karena kebetulan ada kesempatan

membuatnya. Tanpa ada tujuan tidak perlu ada kebijakan. Sehinggah

dapat dipahami orientasi pada tujuan suatu kebijakan sangat berarti.

b. Suatu kebijakan tidak berdiri sendiri, terpisah dari kebijakan yang lain.

Namun ia berkaitan dengan berbagai kebijakan dalam masyarakatnya,

dan beriorentasi pada implementasi, interpretasi, dan penegakan hukum.

Suatu kebijakan berhubungan dengan kebijakan terdahulu dan akan

diikuti oleh kebijakan lain.

c. Kebijakan adalah apa yang dilakukan pemerintah, bukan apa yang masih

ingin atau dikehendaki atau dilakukan pemerintah. Karena kebijakan pada

dasarnya adalah pedoman untuk bertindak baik atau untuk melakukan

maupun untuk tidak melakukan s esuatu guna mencapai tujuan, sehinggah

diperlukan adanya keputusan pengaturan dari pemerintah

d. Kebijakan dapat berbentuk negatif ataupun melarang dan juga dapat

berupa pengarahan untuk melaksanakan dan menganjurkan. Selain

melarang dan menganjurkan, dalam masyarakat juga terdapat kebijakan

yang tidak bersifat melakukan dan juga tidak bisa melarang. Dalam

pengambilan suatu keputusan terkadang ada pihak yang tidak dapat

menyetujui suatu keputusan, akan tetapi juga tidak menolak keputusan

tersebut

14
e. Kebijakan harus berdasarkan hukum, sehingga mempunyai kewenangan

untuk memaksa masyarakat untuk mengikutinya.

Berdasarkan pernyataan-pernyaatan di atas dapat disimpulkan bahwa

kebijakann memiliki 5 ciri yaitu tujuan, kebijakan tidak berdiri sendiri, dilakukan

oleh pemerintah, melarang atau menganjurkan, berdasarkan hukum. Kelima ciri

tersebut dapat dipahami bahwa suatu kebijakan dibuat karena ada tujuan yang

ingin dicapai.

5. Proses Kebijakan publik

Proses kebijakan adalah cara dari kebijakan itu diinisasi, dikembangkan

atau diformulasikan, dinegoisasikan, dikomunikasikan, diimplementasikan dan di

evaluasi (Sutcliffe dan Court, 2016). Ada dua langkah dalam mengformulasikan

proses kebijakan yaitu tentukan pilihan dari kebijakan dan pilihlah yang

diutamakan. Pada kedua tahap ini pembuat kebijakan idealnya harus memahami

situasi yang spesifik dan membandingkan pilihan-pilihan secara rinci, sehinggah

dapat membuat keputusan untuk dapat diimplementasi (Sutton, 1999).

Proses pengembangan kebijakan menurut Brehaut dan Juzwishin adalah

mengumpulkan, memproses, dan mendesiminasikan infomasi yang berhubungan

dengan kebijakan yang akan dikembangkan; mempromosikan pilihan-pilihan

untuk langkah yang diambil; mengimplementasi pada pengambilan keputusan;

15
memberikan sanksi bagi yang tidak mentaati; dan mengevaluasi hasil pencapaian

(Brehaut dan Juzwishin, 2005).

Pendekatan yang paling sering digunakan untuk mengerti suatu proses

kebijakan adalah yang disebut “stages heuristic” yaitu memilih proses kebijakan

tersebut kedalam suatu rangkaian tingkatan dengan menggunakan teori dan

model serta tidak mewakili apa yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Langkah-

langkahnya adalah pertama, identifikasi masalah dan pengenalan akan hal-hal

yang baru termaksud besar persoalan-persoalannya. Pada langkah ini dieksplorasi

bagaimana hal-hal yang menjadi perhatian dalam agenda. Kedua, formulasi

kebijakan yang mengexplorasi siapa-siapa saja yang terlibat dalam perumusan

kebijakan, bagaimana kebijakan itu disepkati dan bagaimana akan

dikomunikasikan. Ketiga, implementasi kebijakan. Tahap ini sering kali

diabaikan namun demikian merupakan fase yang sangat penting dalam membuat

suatu kebijakan, karena apabila kebijakan tidak diimplementasikan maka dapat

dianggap keliru. Keempat, evaluasi kebijakan di mana diidentifikasi apa saja

yang terjadi termaksud hal-hal yang muncul dan tidak diharapkan dari suatu

kebijakan (Pollard dan Court, 2005).

Agenda-agenda dari kebijakan kesehatan didominasi oleh hal-hal yang

spesifik yang berhubungan dengan kebutuhan yang dirasakan dalam konteks

sistem kesehatan untuk menjawab persoalan kesehatan masyarakat, penyebab

penyakit-penyakit atau hal-hal yang berhubungan dengan organisasi dan

16
manajemen kesehatan. Contohnya, obat-obatan, peralatan, akses terhadap

fasilitas kesehatan dan lain sebagainya (leppo, 2001).

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa

proses kebijakan adalah proses yang meliputi kegiatan perencanaan, penyusunan,

pelaksanaan dan evaluasi kebijaka. Kebijakan dalam hal ini kita khususnya

membahas kebijakan publik yaitu kebijakan yang diambil oleh pemerintah untuk

kepentingan publik.

B. Konsep Implementasi Kebijakan Publik

1. Pengertian Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi kebijakan haruslah benar-benar dipahami dan dimengerti

sebagai bentuk nyata dari sebuah turunan perundang-undangan mengenai

pelaksanaan sampai pada tahap evaluasi. Selain itu studi tentang implementasi

kebijakan yang dikeluarkan pemerintah sangatlah kompoten untuk dikaji secara

seksama, karena dapat menyangkut output dari kebijakan secara langsung dapat

dirasakan oleh masyarakat.

Implementasi kebijakan adalah sebuah kegiatan yang mendistribusikan

keluaran kebijakan (to deiliver policy output) yang dilakukan oleh para pelaksana

kepada para kelompok sasaran (target group) untuk mewujudkan tujuan dari

kebijakan (Purwanto 2012 dalam Ayuningtyas, 2018).

17
Implementasi kebijakan juga merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan

oleh individu-individu ataupun kelompok-kelompok pemerintah maupun swasta

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan

kebijakan (Meter dan Hom 1975 dalam Ayuningtyas, 2018).

Implementasi kebijakan juga sebagai apa yang terjadi antar ekspetasi

kebijakan dari hasil kebijakan. Untuk mengantisipasi jarak antara ekspetasi

kebijakan dan realitanya, pengambil kebijakan harus mengambil strategi untuk

mengambil implementasinya, dengan mengandung aspek finansial, manajerial

dan teknis kebijakan secara eksplisit dan mengantisipasi resitensi, serta dukungan

dari semua aktor yang berperan dalam subsistem, baik didalam maupun diluar

pemerintah itu sendiri (Satrianegara, 2014).

Implementasi dipandang seolah sebagai proses transaksi yang berarti untuk

melaksanakan program, pelaksana (implementator) harus menyelesaikan tugas-

tugas yang dijanjikan mengurus masalah lingkungan, klien dan hal-hal lain.

Formalitas organisasi dan administrasi menjadi penting sebagai latar belakang

dalam melakukan implementasi, namun sebagai kunci kesuksesannya adalah

menyelesaikan konteks, personalitas, aliansi dan kegiatan-kegiatan secara

berkelanjutan (Ayuningtyas, 2018).

Berdasarkan penjelasan yang di paparkan di atas maka dari itu dapat

disimpulkan bahwa implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari

18
sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi

biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap sempurna

2. Unsur- Unsur Implementasi Kebijakan

Tachjan menjelaskan tentang unsur-unsur dari implementasi kebijakan

yang mutlak harus ada yaitu:

a. Unsur pelaksana

Unsur pelaksana adalah implementor kebijakan yang diterangkan Dimock

dan Dimock Tachjan sebagai berikut: “pelaksana kebijakan merupakan

pihak-pihak yang menjalankan kebijakan yang terdiri dari penentuan

tujuan dan sasaran organisasioanal, analisis serta perumusan kebijakan \

dan strategis organisasi, pengambilan keputusan perencanaan,

penyusunan program pengorganisasian, penggerakan manusia, pelaksaan

operasioanal, pengawasan serta penilaian, (Dimock dalam Tachjan”.

(2006:28).

b. Adanya program yang dilaksanakan

Suatu kebijakan publik tidak mempunyai arti penting tanpa tindakan-

tindakan riil yang dilakukan dengan program, kegiatan atau proyek.

Menurut Terry dalam Tachjan program merupakan:”suatu program dapat

difenisikan sebagai rencana komprehensif yang mencakup pengunaan

masa depan sumber daya yang berbeda dalam pola terintegrasi dalam

19
bentuk urutan tindakan yang diperlukan dan jadwal waktu untuk setiap

dalam rangkai mencapai tujuan yang dinyatakan. Make up dari sebuah

program dapat mencakup tujuan, kebijakan, prosedur, metode, standard

an anggaran. (Terry dalam Tachjan (2006:31)”.

Program merupakan rencana yang bersifat komprehensif yang sudah

mengggambarkan sumber daya yang akan digunakan dan terpadu dalam

satu kesatuan. Program tersebut menggambarkan sasaran, kebijakan,

prosedur, metode, standard and budjet. Pikiran yang serupa dikemukakan

oleh Siagiaan, program harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Sasaran yang dikehendaki

2. Jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan

tertentu

3. Besarnya biaya yang diperlukan beserta sumbernya

4. Jenis-jenis kegiatan yang dilaksanakan dan

5. Tenaga kerja yang dibutuhkan baik ditinjau dari segi jumlahnya

maupun dilihat dari sudut kualifikasi seta keahlian dan keterampilan

yang diperlukan (Siagian, 1985:85).

Grindle menjelaskan bahwa isi program harus

mengagambarkan:”kepentingan yang dipengaruhi (interest affected),

jenis manfaat (type of benefit), derajat perubahan yang diinginkan

(extent of change envisioned), status pembuat keputusan (site of

20
decision making), pelaksana program (program implementers) serta

sumber daya yang tersedia (resouces commited)”. (Grindle 1980: 11).

Program dalam konteks implementasi kebijakan publik terdiri dari

beberapa tahap yaitu:

a) Merancang bangun (design) program beserta perincian tugas dan

perumusan tujuan yang jelas, penentuan ukuran prestasi yang jelas

serta biaya dan waktu.

b) Melaksanakan (application) program dengan mendayagunakan

struktur-struktur dan personalia, dana serta seumber-sumber

lainnya, prosedur dan metode yang tepat.

c) Membangun sistem penjadwalan, monitoring dan sarana-sarana

pengawasan yang tepat guna serta evaluasi (hasil) pelaksanaan

kebijakan (Tachjan, 2006:35)

c. Target group atau kelompok sasaran. Tacjhan mendefenisikan

bahwa:”target group yaitu sekelompok orang atau organisasi dalam

masyarakat yang akan menerima barang atau jasa yang akan dipengaruhi

perilakunya oleh kebijakan”. (Tachjan 2006:35).

Berdasarkan pernyatan-pernyataan di atas dapa simpulkan bahwa unsur-

unsur implemetasi kebijakan ada tiga yaitu unsur pelaksana, adanya program

yang dilkasanakan, target group atau kelompok sasaran.

21
3. Proses Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi mengacu pada tindakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang

telah ditetapkan dalam suatu keputusan, tindakan ini beruaha untuk mengubah

keputusan-keputusan tersebut menjadi pola-pola operasional serta berusaha

mencapai perubahan-perubahan besar atau kecil bagaimana yang telah

diputuskan sebelumnya. Implementasi pada hakikatnya juga upaya peemahaman

apa yang seharusnya terjadi setelah sebuah program dilaksanakan. Implementasi

kebijakan tidak hanya melibat instansi yang bertanggung jawab untuk

pelaksanaan kebijakan tersebut, namun juga menyangkut jaringan kekuatan

politik, ekonomi, dan sosial. Dalam tataran praktis, implementasi adalah proses

pelaksanaan keputusan dasar. Proses tersebut terdiri atas beberapa tahapan yakni:

1. Tahapan pengesahan peraturan perundang-undangan

2. Pelaksaan keputusan oleh intansi pelaksana

3. Kesediaan kelompok sasaran untuk menjalankan keputusan

4. Dampak nyata keputusan baik yang dikehendaki atau tidak

5. Dampak keputusan sebagaimana yang diharapkaan instansi pelaksana

6. Upaya perbaikan atas kebijakan atau peraturan perundangan

Proses persiapan implementasi setidaknya menyangkut beberapa hal

penting yakni:

1. Penyiapan sumber daya, unit dan metode

22
2. Penerjemahan kebijakan menjadi rencana dan arahan yang dapat diterima

dan dijalankan

3. Penyediaan layanan, pembayaran dan hal lain secara rutin

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas dapat simpulkan bahwa proses

implementasi kebijakan publik proses tersebut terdiri atas beberapa tahapan

yakni: tahapan pengesahan peraturan perundang-undangan, pelaksanaan

keputusan oleh instansi pelaksana, kesediaan kelompok sasaran untuk

menjalankan keputusan, dampak nyata keputusan baik yang dikehendaki maupun

tidak. Oleh karena itu, implikasi sebuah kebijakan merupakan tindakan sistematis

dari pengorganisasian, penerjemahan dan aplikasi.

C. Hambatan Implementasi Kebijakan Publik

Menurut Bambang Suggono dalam buku Hukun dan Kebijakan Publik,

implementasi kebijakan mempunyai beberapa faktor penghambat yaitu:

1. Isi kebijakan

Pertama, implementasi kebijkan gagal karena masih samarnya isi

kebijakan, maksudnya apa yang menjadi tujuan tidak cukup terperinci,

sarana-sarana dan penerapan prioritas, atau program-program kebijakan

terlalu umum atau sama sekali tidak ada. Kedua, karena kurangnya

ketetapan item maupun ekstern dari kebijakan yang akan dilaksanakan.

Ketiga, kebijakan yang akan diimplementasikan dapat juga menunjukan

23
adanya kekurangan-kekurangan yang sangat berarti. Keempat, penyebab

lain dari timbulnya kegagalan implementasi suatu kebijakan publik dapat

terjadi karena kekurangan-kekurangan yang menyangkut sumber daya

pembantu, misalnya yang menyangkut waktu, biaya/dana dan tenaga

manusia.

2. Informasi

Implementasi kebijakan publik mengasumsikan bahwa para pemegang

peran yang terlibat lansung mempunyai informasi yang perlu atau sangata

berakitan untuk dapat memainkan perannya dengan baik. Informasi ini

justru tidak ada, misalnya akibat adanya gangguan komunikasi.

3. Dukungan

Pelaksaanaan suatu kebijakan publik akan sangat sulit apabila pada

pengimplementasiannya tidak cukup dukungan untuk pelaksanaan

kebijakan tersebut

4. Pembagian Potensi

Sebab musabab yang berkaitan dengan gagalnya implementasi suatu

kebijakan public juga ditentukan aspek pembagian potensi diantara para

pelaku yang terlibat dalam implementasi. Dalam hal ini berkaitan dengan

diferensiasi tugas dan wewenang organisasi pelaksana. Struktur

organisasi pelaksana dapat menimbulkan masalah-masalah apabila

pembagian wewenang dan tanggung jawab kurang disesuaikan dengan

24
pembagian tugas atau ditandai oleh adanya pembatasan-pembatasan yang

kurang jelas. (Suggono, 1994: 149-153).

Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa suatu

kebijakan publik akan menjasi efektif apabila dilaksanakan dan mempunyai

manfaat postitif bagi anggota- anggota mayarakat. Dengan kata lain, tindakan

atau perbuatan manusia sebagai anggota masyarakat harus sesuai dengan apa

yang dinginka oleh pemerintah atau Negara. Sehinggah apabila perilaku atau

perbuatan mereka tidak sesuai dengan keinginan pemerintah atau Negara, maka

suatu kebijakan publik tidak efektif.

D. Konsep Keluarga Sehat

1. Pengertian keluarga sehat

Secara defenisi keluarga sehat adalah keluarga yang setiap individunya

berada dalam kondisi yang sejahtera, baik dari segi fisik maupun mental,

sehinggah dapat hidup normal secara sosial dan ekonomi ditengah masyarakat

lainnya

Pendekatan keluarga adalah salah satu cara puskesmas untuk meningkatkan

jangkauan sasaran dan mendekatkan/menigkatkan akses pelayanan kesehatan

diwilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya

menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar

gedung dengan mengunjungi keluarga di wilayah kerjanya.

25
Keluarga sebagai fokus dalam pendekatan pelaksanaan program indonsia

sehat karena menurut Friedman (1998), terdapat lima fungsi keluarga, yaitu:

1. Fungsi afektif (The Affective Function) adalah fungsi keluarga yang

utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempesiapkan anggota

keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk

perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.

2. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui

individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan sejak

lahir. Fungsi ini berguna untuk membina sosialisasi pada anak,

membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat

perkembangan anak dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.

3. Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) adalah fungsi untuk

mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

4. Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu keluarga brfungsi untuk

memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk

mengembangkan kemapuan individu meningkatkan penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga.

5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Helath Care

Function) adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota

keluarga agar tetap memiliki produktifitas yang tinggi. Fungsi ini

26
dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan. Sedangkan

tugas-tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan adalah:

a. Mengenai gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota

keluarganya

b. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat

c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit

d. Mempetahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk

kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya,

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan fasilitas

kesehatan

Pendekatan keluarga yang dimaksud dalam pedoman umum ini merupakan

pengembangan dari kunjungan rumah oleh puskesmas dan perluasan dari upaya

Perawat Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), yang meliputi kegitan berikut:

a) Kunjungan keluarga untuk pendataan/pengumpulan data profil kesehatan

keluarga dan peremajaan (updating) pangkalan datanya.

b) Kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya

promotif dan preventif.

c) Kunjungan keluarga untuk menindak lanjuti pelayanan kesehatan dalam

gedung.

d) Pemanfaatan data dan informasi dari profil kesehatan keluarga untul

pengorganisasian/pemberdayaan masyarakat dan manajemen puskesmas.

27
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa

keluarga sehat adalah keluarga yang setiap individunya berada dalam kondisi

yang sejahtera, baik dari segi fisik maupun mental, sehinggah dapat hidup normal

secara sosial dan ekonomi di tengah masyarakat lainnya.

2. Indikator Keluarga Sehat

Keluarga sehat merupakan kunci dari penerus bangsa yang cemerlang.

Itulah sebabnya kementrian Kesehatan Republik Indonesia menetapkan 12

indikator keluarga sehat. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan untuk

mencapai keluarga sehat, antara lain kesehatan ibu dan anak, kondisi penyakit

menular, lingkungan rumah dan sekitarnya, kesehatan jiwa, serta gaya hidup.

Kemenkes RI memecah aspek tersebut menjadi 12 indikator keluarga sehat.

Namun di sini hanya di jelaskan tiga indikator berdasarkan indikator yang akan di teliti

lebih lanjut yang dimana program tersebut belum sepenuhnya terlaksana dengan baik di

Puskesmas Wali Kecamatan Binongko Berikut ini penjelesannya sebagai berikut:

1. Keluarga Mengikuti Program Keluarga Berencana (KB)

Tidak semata membatasi jumlah anak dalam keluarga, program KB juga

bertujuan untuk memastikan bahwa setiap anak mendapat ASI yang

cukup dan Pola asuh yang yang optimal sehinggah bisa menjadi anak

yang sehat dan cerdas.

28
Selain itu, program KB juga dapat menurunkan risiko kematian ibu dan

bayi serta mencegah kehamilan yang itdak direncanakan, sehinggah dapat

menjaga kesejahteraan keluarga

2. Ibu Hamil Memeriksa Kehamilan Sesuai Standar

Fasilitas kesehatan yang memadai akan mendukung proses persalinan

yang aman dan minim risiko komplikasi kehamilan. Setelah melahirkan,

ibu juga akan memiliki tempat untuk memeriksa kesehatannya dan

bayinya secara berkala. Dengan begitu, keselamatan serta kesehatan ibu

dan anak jadi lebih terjamin.

Melalui siaran Persnya, WHO menganjurkn setiap ibu hamil untuk

melakukan pemeriksaan kehamilan 12 minggu. Rinciannya adalah

sebagai berikut:

a. Trimester pertama: 1 kali di usia kandungan 4-12 minggu

b. Trimester kedua: 2 kali usia kandungan 20 minggu dan 26 minggu

c. Trimester ketiga: 5 kali di usia kehamilan 30,34,36,38, dan 40

minggu.

E. Hambatan Implementasi Program Keluarga Sehat

Pelaksanaan PIS-PK ditekankan pada integrasi pendekatan akses pelayanan

kesehatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pembiayaan serta sarana dan prasarana

termasuk upaya program kesehatan masyarakat dan perseorangan yang

29
mencakup seluruh keluarga dalam wilayah kerja Puskesmas dengan

meperhatikan manajemen Puskesmas.

Adapun pemangku kepentingan pelaksanaan PIS-PK antara lain

Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi.

Peran Puskesmas dalam pelaksanaan PIS-PK dilakukan melalui kegiatan

melakukan pendataan kesehatan keluarga yang termasuk ke dalam Program

Kesehatan Keluarga (Prokesga) oleh Puskesmas, membuat dan mengelola

pangkalan data Puskesmas oleh tenaga pengelola data Puskesmas mendapatkan

dan menganalisis IKS tingkat kecamatan, merumuskan intervensi masalah

kesehatan dan menyusun rencana Puskesmas bersama dengan masyarakat,

melaksanakan pembinaan keluarga melalui kunjungan rumah oleh pembina

keluarga, melaksanakan pelayanan profesional (dalam gedung dan luar gedung)

oleh tenaga kesehatan, serta melaksanakan sistem informasi dan pelaporan

puskesmas oleh tenaga pengelola data Puskesmas. Dalam pelaksanaannya PISPK

mengalami beberapa hambatan dan masalah diantaranya :

a. Sumber Daya Manusia

Ketersediaan sumber daya manusia dirasa kurang, karena petugas medis

dan non medis di Puskesmas sudah mempunyai tugas pokok di Puskesmas,

akibatnya pendataan PISPK hanya dijadikan sebagai tugas tambahan. Sejalan

dengan hasil penelitian Markus (2018) bahwa beban tugas sehari-hari di

30
Puskesmas sudah menyita tenaga dan waktu sehingga sulit apabila ditambahkan

dengan tugas melaksanakan PISPK.

Dalam pelaksanaan program PIS PK, akan dilakukan kegiatan pendataan

kesehatan ke rumah-rumah warga pada jangkauan wilayah Puskesmas yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan serta bekerja sama dengan stakeholder terkait

yang non tenaga kesehatan. Dalam hal ini, petugas kesehatan atau staf puskesmas

yang sudah dilatih tentang PIS PK di Bapelkes jika diaplikasikan untuk terjun

pendataan dan kunjungan rumah tidak cukup. Sedangkan target KK yang

diberikan Puskesmas yang terlalu banyak tidak sesuai dengan jumlah petugas

yang tersedia, dan harus diselesaikan pada waktu yang sedikit misalnya.

b. Jaringan Internet

Dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa hambatan seperti kesulitan

menginput data karena lemahnya jaringan sehingga pada saat input data, pihak

Puskesmas harus pergi ke wilayah yang lain yang memiliki akses internet. Selain

permasalahan jaringan internet, aplikasi keluarga sehat juga sering mengalami

masalah seperti server down, hal ini terjadi ketika dilakukan pengentrian data

pada jam-jam tertentu karena banyaknya pengguna aplikasi tersebut.

c. Kurangnya Sosialiasi dan Partisipasi Keluarga

Kurangnya sosialisasi di masyarakat mengenai program pendekatan

keluarga ini, sehingga membuat banyak warga yang enggan untuk dilakukan

pendataan oleh petugas kesehatan yang datang kerumah.

31
d. Dana

Pelaksanaan PIS PK di tingkat Puskesmas masih terbentur dengan

persoalan dana. Untuk melancarkan kegiatan PIS PK diperlukan adanya kerja

sama antar lintas sektoral serta pelatihan bagi pelaksana atau petugas kesehatan,

namun hal ini membutuhkan biaya atau anggaran yang tidak sedikit. Seperti yang

dikatakan oleh Perwakilan Dinas Kesehatan menjelaskan bahwa anggaran untuk

pelatihan memang terbatas, sehingga dianjurkan agar dinas kabupaten/kota dapat

menyelenggarakan sendiri dengan anggaran perubahan.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa

dalam pelaksaan Program Keluarga mengalami beberapa hambatan hambatan-

hambatan diantaranya: sumber daya manusia, jaringan internet, kurangnya

sosialisasi dan partisipasi keluarga, perbedaan jumlah kepala keluarga dari badan

pusat statistik, dana.

F. Peran Puskesmas Dalam Program Keluarga Sehat

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama,

dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya

(Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan

Masyarakat). Puskesmas bertanggung jawab atas satu wilayah administrasi

pemerintah, yakni kecamatan atau bagian dari kecamatan. Disetiap kecamatan

harus terdapat minimal satu puskesmas.Pelaksanaan program Indonesia sehat

32
dengan pendekatan keluarga di tingkat puskesmas dilakukan kegiatan-kegiatan

sebagai berikut:

1. Melakukan pendataan kesehatan keluarga menggunakan prokesga oleh

Pembina keluarga (dapat dibantu oleh kader kesehatan).

2. Membuat dan mengelola pangkalan data puskesmas oleh tenaga

pengelola data puskesmas.

3. Menganalisi, merumuskan intervensi masalah kesehatan, dan menyusun

rencana puskesmas oleh pimpinan puskesmas.

4. Melaksanakan penyuluhan kesehatan melalui kunjungan rumah oleh

Pembina keluarga.

5. Melaksanakan pelayanan profesional (dalam gedung dan luar gedung)

oleh tenaga teknis/profesional puskesmas.

6. Melaksanakan sistem informasi dan pelaporan puskesmas oleh tenaga

pengelola data puskesmas

Berdasarkan pernyataan-pernyatan di atas dapat disimpulkan bahwa

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan setiap puskesmas harus diintegrasikan ke

dalam langkah-langkah manajemen puskesmas yang mencakup P1

(perencanaan), P2 (penggerakan-pelaksanaan), dan P3 (pengawasan-

pengendalian-penilaian).

33
G. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Alya Fikri

Ramadhani (2021) mengenai implementasi Program Keluarga Sehat di kota

Makassar jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, pengumpulan

data dalam penelitian ini dilakukan di Puskesmas Antang, menunjukan bahwa

berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, sumber daya dalam pelaksanaan

PIS-PK yang ada di Puskesmas Antang sangat sangat kurang. Hal tersebut dilihat

bahwa jumlah tim inti PIS-PK hanya berjumlah 4 orang yang akan melakukan

pendataan maupun penginputan dan juga jumlah tim yang melakukan intervensi

berjumlah 12 orang dimana tiap orang bertanggung jawab untuk 1 indikator yang

ada dalam 12 indikator PIS-PK. Hal tersebut dapat dilihat bahwa petugas

pelaksana yang melakukan tugas intervensi paru hanya berjumlah 1 orang dan

hal tersebut tidak sesuai dengan beban kerja yang diembannya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Roslie dan Bachtiar (2018)

mengenai Analisis Persiapan Implementasi Program Indonesia Sehat dengan

pendekatan keluarga ( indikator 8 : kesehatan Jiwa ) di kota Depok berdasarkan 4

indikator implementasi menurut Edward, yaitu komunikasi, sumber daya,

disposisi dan struktur birokrasi dinilai belum siap untuk dilaksanakan.

Keberhasilan implementasi akan dicapai bila melakukan perbaikan dari

kekurangan, baik dari sisi komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur

34
birokrasi. Disamping itu hambatan program yang ada bisa di atasi dengan

tersedianya pendanaan yang cukup.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Virdasari, Septo dan Eka

(2018) tentang analisis kegiatan Pendataan Keluarga Indonesia Sehat Dengan

Pendekatan Keluarga di puskesmas kota Semarang (studi kasus di puskesmas

Mijen) menunjukan bahwa pendataan belum optimal dikarenakan tidak sesuai

dengan pedoman dan perencanaan yang telah ditetapkan. Adanya keterbatasan

SDM menjadi salah satu penyebab tidak optimalnya pendataan hal ini

dikarenakan sedikitnya tenaga terlatih yang menjalankan tugasnya untuk

pendataan di lapangan. Selain itu keterbatasan dana, gangguan pada aplikasi

keluarga sehat yang digunakan untuk entri data berupa error dan jaringan yang

lambat, tidak tersampaikan kepada masyarakat tentang waktu pendataan juga

menjadi hambatan dalam pelaksanaan pendataan PIS-PK.

Sementara itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Laelasari,

Anwar, dan Soerachman (2017) sebagai tim Puslitbang Upaya Kesehatan

Masyarakat, badan Litbang Kesehatan melakukan studi tentang Evaluasi

kesiapan Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

Studi menunjukan bahwa seluruh lokasi penelitian telah mempunyai perencanaan

SDM, anggaran dan prasarana. Beberapa lokasi telah melakukan pendataan

walaupun terdapat hambatan berupa keterbatasan sumber daya.

35
H. Kerangka Pikir

Berdasarkan pernyataan-pernyatan yang ada pada latar belakang mengenai

Program Keluarga Sehat maka dapat ditarik kesimpulan mengenai program

keluarga sehat yang belum terlaksana dengan baik dan hambatan-hambatan

implementasi keluarga sehat. Adapun indikator maupun hambatan keluarga sehat

tersebut adalah sebagai berikut:

BAGAN KERANGKA PIKIR


IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA
SEHAT PADA PUSKESMAS WALI

INDIKATOR KELUARGA SEHAT


HAMBATAN IMPLEMENTASI
1. Keluarga Mengikuti Program
PROGRAM KELUARGA
Keluarga Berencana (KB) adalah
SEHAT
gerakan untuk membentuk
keluarga sehat dan sejahtera
1. Sumber daya manusia dengan membatasi kelahira.
2. Jaringan internet 2. Ibu hamil Memeriksa Kehamilan
3. Kurangnya sosialisa dan Sesuai Standar pemeriksaan
partisipasi keluarga kehamilan yang dapat membantu
4. Perbedaan jumlah kepala dokter mengetahui kondisi
kesehatan tubuh ibu dan janin.
keluaraga dari bada
3. Balita Mendapatkan Imunisasi
pusat statistic Lengkap pemeriksaan imunisasi
5. dana anak guna mencegah terjadinya
penyakit infeksi yang bisaa
(sumber: Bambang Sunggono berakibat fatal baginya, sperti
1994: 149-153) polio, campak

(sumber: Permenkse RI No 36 tahun 2016)

36
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Wali Kecamatan Binongko

Kabupaten Wakatobi. Alasan tertarik memilih lokasi penelitian tentang

Implementasi Program Keluarga Sehat dikarenakan belum pernah diteliti

sebelumnya. Selain itu, berdasarkan pemaparan permasalahan yang ada pada

latar belakang mengenai Indikator Keluarga Sehat di Kecamatan Binongko

yang belum terlaksana dengan baik seperti ibu hamil memeriksa kehamilan

sesuai standar yang di mana dalam hal memeriksa kehamilan dapat dikatakan

bahwa pemeriksaan kehamilan dengan menggunakan bantuan dukun beranak

dianggap merupakan suatu kepercayaan dan kebiasaan masyarakat di kampung.

Presepsi masyarakat terhadap tenaga bidan bahwa bidan masih relatif muda, dan

masyarakat cenderung merasa kurang percaya dengan bidan tersebut.

Dengan maraknya isu terkait vaksin palsu sejak imunisasi tahun ini ibu-ibu

semakin anti imunisasi. Selain itu, terkait Program Masih banyak warga yang

tak terjangkau layanan KB, antara lain dipicu terbatasnya akses fasilitas

kesehatan, keterbatasan biaya, kendala ketidak tahuan soal KB dan tidak

terjangkau oleh program pemerintah. Selain iti, alat kontarsepsi yang

menyatakan bahwa ada efek samping sebagai akibat ber KB.

37
Oleh kerana itu saya tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut

tentang Implementasi Program Keluarga Sehat di Puskesmas Wali Kecamatan

Binongko.

B. Jenis Penelitian

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data ini berbentuk

kalimat, kata atau gambar atau data yang tidak dapat diukur nilainya secara

langsung yang dinyatakan dalam bentuk tanggapan atau pertanyaan.

C. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini jeis dan sumber data yang digunakan adalah :

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang langsung diproses dari lapangan atau

data pokok yang harus didapatkan. Misalnya diperoleh dari hasil

lapangan atau data pokok yang harus didapatkan. Misalnya diperoleh dari

hasil wawancara langsung. Dalam pengumpulan data ini penulis akan

melakukan wawancara dengan para narasumber yang telah ditentukan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi pustaka atau data

penunjang lainnya. Data ini diperoleh dari jurnal-jurnal, buku- buku,

dokumen, atau data- data lain termaksud hasil penelitian yang pernah ada

terkait bagaimana Implementasi Keluarga Sehat.

38
D. Informan Penelitian

Informan adalah orang yang menjadi narasumber atau orang yang

memberikan informasi terkait data- data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini informan yang menjadi narasumber tidak mewakil jumlah

populasi akan tetapi lebih cenderung mewakili informasinya yang mendalam.

Pada penelitian ini penulis menggunakan 6 orang narasumber yang menjadi

informan. Adapun pemilih yang dijadikan sebagai informan tersebut yakni:

1. Kepala Puskesmas Wali

2. Dokter satu orang (dokter ahli kandungan)

3. Bidan satu orang

4. Perawat satu orang

5. Pasien dua orang (ibu hamil, ibu menyusui)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

pengumpulan data secara langsunng dilapangan guna memperoleh data yang

akurat, sebagaimana data yang dikatakan. Oleh Haris (2010) teknik pengumpulan

data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan

utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Adapun metode yang digunakan

yaitu:

1. Metode Pengamatan (Observasi )

39
Observasi yaitu peninjauan atau pengamat secara cermat terhadap wilayah

penelitian guna memperoleh gambar tentang keadaan masyarakat pada

umumnya

2. Metode Wawancara (interview)

Metode wawancara merupakan suatu dialog yang dilakukan para

pewawancara (Arikanto, 2008: 128). Pandangan lain mengatakan suatu

metode wawancara merupakan yaitu teknik pengumpulan data yang

dilakukan menggunakan tanya jawab antara penanya atau pewawancara

untuk responden/penjawab (Mardalis,2004: 109).

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan langkah yang digunakan untuk menjawab

rumusan masalah dalam penelitian, tujuannya mendapatkan kesimpulan dari hasil

penelitian. Data yang diperoleh dari penelitian dilapangan dan data dari

kepustakaan selanjutnya dianalisis secara deskriptif kualitatif yang hanya

mengambil data yang bersifat khusus dan berkaitan dengan permasalahan yang

sedang diteliti atau dibahas dan diuraikan dalam kalimat secaara logis dan

sistematis untuk menjawab rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini.

Dengan demikian menghasilkan kesimpulan dapat dipertanggung jawabkan

secara ilmiah berdasarkan data yang diperoleh.

40
G. Defenisi Konsep

Program Keluarga berencana (KB) adalah program nasional dalam rangka

mengurangi laju pertumbuhan penduduk. Oleh karena jumlah penduduk

merupakan faktor yang dipandaang penting dalam rangka kesejahteraan

masyarakat, maka program ini tidak sekedar sebagai programnya yang terkait

antar departemen.

Ibu hamil memeriksa kehamilan sesuai standar atau anternatal care adalah

pemeriksaan kehamilan yang dapat membantu dokter mengetahui kondisi

kesehatan tubuh ibu dan janin. WHO menganjurkan setiap ibu hamil untuk

melakukan pemeriksaan kehamilan setidaknya 8 kali, dimulai dari usia

kehamilan 12 minggu

Balita mendapatkaan imunisasi lengkap merupakan pemeriksaan imunisasi

anak guna mencegah terjadinya penyakit infeksi yang bisaa berakibat fatal

baginya, sperti polio, campak, dan difteri. Untuk mendapatkan imunisasi wajib,

anda bisa membawa anak ke posyandu, puskesmas, atau rumah sakit.

Sumber daya manusia merupakan sesuatu hal penting dalam pelaksanaan

Program Keluarga sehat untuk dilakukan kegiatan pendataan kesehatan ke

rumah-rumah warga pada jangkauan wilayah puskesmas yang dilakukan oleh

tenaga kesehatan serta bekerja sama dengan Stakeholder terkait yang non tenaga

kesehatan.

41
Dana merupakan faktor penting yang digunakan untuk melancarkan

kegiatan Program Keluarga Sehat diperlukan adanya kerja sama antar lintas

sektoral serta pelatihan bagi pelaksana atau petugas kesehatan sehingga

membutuhkan biaya atau anggaran biaya.

42
DAFTAR PUSTAKA

Ayuningtyas, D. ( 2014). Kebijakan Kesehatan: Prinsip dan Praktik (1st ed.).


Jakarta: Rajawali Pers.
Ayuningtyas, D. (2018). Analisis Kebijakan Kesehatan: Prinsip dan Aplikasi (1st
ed.). Depok: Rajawali Pers.
Akmal Taher, 2016. Buku Pedoman Umum Program Indonesia Sehat
DenganPendekatan Keluarga. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. , 2016.
Alya Fikri Ramadhani (2021). Identifikasi Penghambat Implementasi Program
Indonesi Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PKP) Indikator TB Paru.
Window of Public Health Journal, 1(6).
Bustami. (2011). Penjamin Mutu Pelayanan Kesehatan & Akseptabilitasnya.
Jakarta: Erlangga.
Ernawati Roeslie dan Adang Bachtiar (2018). Analisis Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga di Kota Depok. JKKI, Vol. 07 No 02, Juni
2018, 64-73.
Guming, F. P. (2018). Dasar Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Masyarakat
(M. Y. Pratama, ed.). Yogyakarta: K-Media.
Laelasari, Anwar dan Soerachman (2017). Evaluasi Kesiapan Pelaksanaan
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga. Jurnal Ekologi
Kesehatan, 16.
Pujosiswanto, K. H. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi
Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) di
Puskesmas Kabupaten Polewali Mandar. JKM, Vol. 3 No. 1, Maret 2020,
3, 123-134.
Satrianegara, M. F. (2014). Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika

Sutcliffe S and Court J, 2006. A Toolkit For Progressive policymakers in


developimg Countries. Overseas Development Institute. Research and
policy in Development Programme. London UK

Tarigan, A. A. (2019). Teologi Islam dan Ilmu Kesehatan Masyarakat (M. Iqbal,
ed.). Medan: Salemba Medika.

43
Virdasari, Septo dan Eka (2018). Analisis Kegiatan Pendataan Keluarga
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga Kota Semarang (Studi
Kasus Pada Puskesmas Mijen). Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-
journal), 6, 52-64.
Walt G, 1994. Health Policy: an introduction to process and Power. London: Zed
Books. UK.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN:
Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun 2017 Tentang
Pedoman pendanaan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan
Keluarga 2017.
Permenkse RI No 39 tahun 2016 dalam rangka pelaksanaan Program Keluarga
Sehat telah disepakati 12 indiktor.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2016 tentang Manajemen
Puskesmas.
Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga pada pasal 1 ayat 7 yaitu pembangunan keluarga.
Undang-undang No. 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga pada Pasal 1 ayat 7.
SUMBER INTERNET:
https://ww-w.alodokter.com/kenali-12-indikator-keluarga-sehat-menurut
kemenkesri
http://pispk.kemenkes.go.id/id/2017/06/17/peran-pemangku-kepentingan/
https://yoursay.suara.com/news/2020/11/18/130536/implementasi-dan-
hambatan-kebijakan-publik-di-indonesia
https://kertyawitaradya.wordpress.com/2010/0/26/tinjauan-teoritis-implementasi-
kebijakan-model-c-g-eward-iii
https://promkes.kemkes.go.id/pentingnya-pemeriksaan-kehamilan-anc-di-
fasilitas-kesehatan.

44
45

Anda mungkin juga menyukai