Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI DUSUN GUBUK

BARU DESA PENIMBUNG WILAYAH KERJA PUSKESMAS PENIMBUNG


KECAMATAN GUNUNG SARI KABUPATEN LOMBOK BARAT

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

1. Eirma Isnaini (005SYE19)


2. Jumratun Aulia (010SYE19)
3. Masytatul Munawarah (013SYE19)
4. M. Imamal Mujahidin (014SYE19)
5. M. Nurbayan (019SYE19)
6. Nurdiana (020SYE19)
7. Qudwatul Hasanah (022SYE19)
8. Risa Sustika (024SYE19)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU ESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI D.3 ILMU KEPERWATAN
TAHUN 2022

i
DAFTAR ISI
COVER.........................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................
A. Latar belakang....................................................................................
B. Tujuan................................................................................................
1. Tujuan Umum..............................................................................
2. Tujuan Khusus.............................................................................
BAB 2 TINJAUAN TEORI.........................................................................
A. Konsep komunitas..............................................................................
1. Definisi.........................................................................................
2. Nilai dan Etika.............................................................................
3. Tujuan Keperawatan Komunitas..................................................
4. Sasaran Keperawatan Komunitas................................................
5. Tingkat Pencegahan Keperawatan Komunitas............................
B. Konsep PIS-PK..................................................................................
1. Program Indonesia Sehat.............................................................
2. Pendekatan Keluarga...................................................................
C. Konsep Askep Komunitas..................................................................
1. Pengkajian....................................................................................
2. Analisa Data.................................................................................
3. Diagnosa Keperawatan................................................................
4. Intervensi......................................................................................
5. Implementasi................................................................................
6. Evaluasi........................................................................................
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN.........................................................
A. Pengkajian (Hasil tabulasi)................................................................
B. Analisa Data.......................................................................................
C. Diagnosa keperawatan.......................................................................
D. Intervensi keperawatan......................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK)
merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam menangani
masalah kesehatan di Indonesia. Pada program ini ditekankan kepada petugas
kesehatan di Puskesmas untuk mendatangi rumah-rumah penduduk di wilayah
kerjanya guna melakukan pendekatan.
Program Indonesia Sehat adalah salah satu program agenda ke-5 Nawa
Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program
Indonesia Sehat ini selanjutnya menjadi program utama dalam Pembangunan
Kesehatan. Untuk memenuhi program tersebut maka direncanakan
pencapaiannya melalui Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan
Tahun 2015-2019, yang didukung dengan ditetapkannya Keputusan Menteri
Kesehatan R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015 (Kemenkes RI, 2016).
Sasaran dari Program Indonesia Sehat yaitu meningkatnya derajat
kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan
pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran tersebut sesuai dengan sasaran pokok
dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMN) tahun 2015-
2019, yang terdiri dari enam aspek, yaitu; meningkatnya status kesehatan dan
gizi ibu dan anak, meningkatnya pengendalian penyakit, meningkatnya akses
dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil,
tertinggal dan perbatasan, meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal
melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) Kesehatan, terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan
vaksin, dan meningkatnya responsivitas sistem kesehatan (Kemenkes RI, 2016).
Upaya pencapaian prioritas pembangunan kesehatan tahun 2015-2019
dalam Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan mendayagunakan segenap
potensi yang ada, baik dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun

1
masyarakat. Pembangunan kesehatan dimulai dari unit terkecil dari masyarakat,
yaitu keluarga (Kemenkes RI, 2016).
Bentuk dari pendayagunaan tersebut dapat berupa regulasi dalam
pelaksanaan program. Salah satunya adalah Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia (Permenkes RI) nomor 39 tahun 2016 tentang pedoman
penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga
(PISPK).
Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk
meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses
pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga. Sehingga
terjalinnya komunikasi yang baik antara petugas kesehatan dengan masyarakat.
Hal ini diharapakan akan menciptakan suasana yang baik dan harmonis,
sehingga masyarakat mau menggunakan pelayanan kesehatan dan mampu
melakukan perintah dari petugas kesehatan. Dengan itu diharapkan dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Kemenkes RI, 2016).
Capaian implementasi program indonesia sehat dengan pendekatan
keluaga dengan pendekatan keluarga (PIS-PK) mengalami peningkatan pada
setiap tahun. PIS-PK pada tahun 2017 sebanyak 2.926 puskesmas Lokus dari 34
provinsi dan 514 kabupaten atau kota dengan target pencapaian 19.676.520 KK,
namun impleentasinya hanya sebesar 4.840.623 KK atau setara dengan 24,6%
yang telah di kunjungi dan di intervensi awal. Setelah dilakukan penguatan
(pelatihan menejemen puskesmas terintegrasi dengan program indonesia sehat
dengan pendekatan keluarga) terjadi penaikan pada tahun 2018 menjadi 6.205
puskesmas lokus dari 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan target 39.353.040
KK, namun implementasinya hanya sebesar 25.204.662 KK atau sebesar
62,05% yang telah dikunjungi dan di intervensi awal. Dan taun 2019
implementasi PIS-PK in akan di alaksanakan oleh seluruh puskesmas di indoesia
yaitu 9.993 puskesmas dengan target 65.58.400 KK (Kmenkes RI, 2019).

B. TUJUAN

2
1. Tujuan Umum
Mampu mengaplikasikan konsep dan teori keperawatan komunitas yang
yang telah diperoleh pada tahap akademik secara nyata dalam memberikan
Asuhan Keperawatan Komunitas di desa penimbung
2. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui secara mendalam masukan (input) dalam pelaksanaan
program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga yang meliputi
pedoman, tenaga, dana, sarana dan prasarana.
2) Untuk mengetahui secara mendalam proses (process) dalam pelaksanaan
program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga yang meliputi
pelatihan, sosialisasi, kunjungan awal, pengentrian dan analisa indeks
keluarga sehat awal, intervensi lanjut, monitoring dan evaluasi (monev).
3) Untuk mengetahui secara mendalam keluaran (output) dari pelaksanaan
program indonesia sehat dengan pendekatan keluarga di puskesmas
penimbung.
4) Melakukan pengumpulan data hasil pengkajian pada masyarakat di desa
penimbung
5) Melakukan analisa data hasil pengkajian pada masyarakat di dusun
penimbung
6) Menentukan diagnose keperawatan hasil pengkajian pada masyarakat di
dusun penimbung.
7) Menginformasikan tentang prioritas masalah yang ada di dusun
penimbung.
8) Menginformasihkan perencanaan pelaksanaan Asuhan keperawatan
komunitas di dusun penimbung.
9) Menginformasihkan pelaksanaan Asuhan keperawatan komunitas di
dusun penimbung

BAB 2

3
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS


1. Definisi
Nies and McEwen (2019) menjelaskan bahwa keperawatan kesehatan
komunitas/masyarakat adalah perpaduan antara praktik keperawatan dan
praktik kesehatan masyarakat. American Nurses Association (ANA)
mendefinisikan keperawatan kesehatan komunitas atau keperawatan
kesehatan masyarakat sebagai sintesis praktik keperawatan klinis dan
kesehatan masyarakat yang bersifat komprehensif, holistis dan berlangsung
secara terus menerus, dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan populasi dengan fokus praktik pada upaya promotif dan preventif
tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif serta ditujukan pada masyarakat
secara keseluruhan baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
(Pakpahan Martina dkk, 2020).
Perkembangan keperawatan komunitas, dapat dibagi menjadi empat tahap.
yaitu:
a. tahap awal home care (sebelum pertengahan 1800-an) menekankan
perawatan bagi orang miskin yang sakit dirumah oleh berbagai ordo
awam dan. agama,
b. tahap keperawatan distrik (pertengahan 1800-an) termasuk perawatan
sukarela dirumah untuk orang miskin oleh spesialis atau "perawat
kesehatan" yang merawat orang sakit dan mengajarkan hidup sehat
kepada pasien.
c. tahap keperawatan kesehatan masyarakat atau Public Health Nursing
ditandai dengan meningkatnya kepedulian terhadap kesehatan
masyarakat umum,
d. tahap keperawatan kesehatan komunitas atau Community Health Nursing
mencakup peningkatan pengakuan keperawatan kesehatan komunitas
sebagai bidang khusus, dengan fokus pada komunitas

2. Nilai dan Etika

4
Praktik keperawatan komunitas yang mencerminkan caring, menjadikan
komunitas sebagai partner. Hal ini menjamin bahwa perawat memegang nilai
dan etika dalam melakukan praktik di komunitas. Beralihnya fokus klien dari
individu menjadi fokus kepada komunitas yang komprehensif menantang
konsep etika dan moral tradisional pada praktek keperawatan komunitas
untuk memenuhi beneficience, autonomy, advocacy dan social justice
(Pakpahan Martina dkk, 2020).
(Rich, 2019) merumuskan penekanan terkait kode etik perawat dalam
praktik keperawatan kesehatan komunitas/masyarakat yaitu:
a. Individu merupakan anggota komunitas yang saling bergantung
b. Perawat mengakui bahwa ada situasi di mana hak untuk menentukan
nasib sendiri individu mungkin lebih besar daripada atau dibatasi oleh
hak, kesehatan dan kesejahteraan orang lain, terutama dalam kaitannya
dengan pertimbangan kesehatan masyarakat.
c. Komitmen utama perawat adalah kepada penerima layanan kesehatan,
apakah penerima adalah individu, keluarga, kelompok, atau komunitas.
d. Perawat, secara individu dan kolektif, memiliki tanggung jawab untuk
memiliki pengetahuan tentang status kesehatan komunitas dan ancaman
yang ada terhadap kesehatan dan keselamatan.
Perawat dapat bekerja secara individu sebagai warga secara kolektif
melalui tindakan politik untuk membawa perubahan. (Pakpahan Martina
dkk, 2020).
3. Tujuan Keperawatan Komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan
dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut.
Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu,
keluarga, dan kelompok dalam konteks komunitas (M. Agung Akbar 2019).
Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health
general community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu
kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu, dan
kelompok. Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk:

5
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami;
b. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut
c. Otonomi Klien
Otonomi klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau
melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah
kesehatan yang ada (M. Agung Akbar 2019).
4. Sasaran Keperawatan Komunitas
Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga,
kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang
mempunyai masalah kesehatan atau perawatan, sasaran ini terdiri dari:
a. Individu Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan
utuh dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual.
b. Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara
terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan
maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau
masyarakat secara keseluruhan.
c. Kelompok Khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai
kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang
terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Termasuk
diantaranya adalah:
1) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhannya, seperti:
- Ibu hamil
- Bayi baru lahir
- Balita
- Anak usia sekolah
- Usia lanjut
2) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan
dan bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:
a) Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS dan
penyakit kelamin lainnya.
b) Penderita dengan penyakit tak menular, seperti: penyakit diabetes

6
mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain
sebagainya (M. Agung Akbar 2019).
3) Kelompok yang mempunyai risiko terserang penyakit, diantaranya:
a) Wanita tuna susila
b) Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
c) Kelompok-kelompok pekerja tertentu, dan lain-lain
4) Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
a) Panti werdha
b) Panti asuhan
c) Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial) (M.
Agung Akbar 2019).
5. Tingkat Pencegahan Keperawatan Komunitas
Menurut M. Agung Akbar (2019) Pelayanan yang diberikan oleh
keperawatan komunitas mencakup kesehatan komunitas yang luas dan
berfokus pada pencegahan yang terdiri dari tiga tingkat yaitu :
1) Pencegahan primer
Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada penghentian penyakit
sebelum terjadi karena itu Pencegahan primer mencakup peningkatan
derajat kesehatan secara umum dan perlindungan spesifik. Promosi
kesehatan secara umum mencakup pendidikan kesehatan baik pada
individu maupun kelompok. Pencegahan primer juga mencakup tindakan
spesifik yang melindungi individu melawan agen-agen spesifik misalnya
tindakan perlindungan yang paling umum yaitu memberikan imunisasi
pada bayi, anak balita dan ibu hamil, penyuluhan gizi bayi dan balita
2) Pencegahan sekunder
Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk mendeteksi penyakit lebih
awal dengan mengobati secara tepat. Kegiatan-kegiatan yang
mengurangi faktor risiko diklasifikasikan sebagai pencegahan sekunder
misalnya memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan
secara berkala melalui posyandu dan puskesmas.
3) Pencegahan tersier
Pelayanan yang mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada

7
seseorang dengan stadium dini dan rehabilitasi pada orang yang
mengalami kecacatan agar dapat secara optimal berfungsi sesuai dengan
kemampuannya, misalnya mengajarkan latihan fisik pada penderita patah
tulang.
B. KONSEP PIS-PK
1. Program Indonesia Sehat
1) Definisi
Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda ke-5
Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia.
Program ini didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program
Indonesia Pintar, Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia
Sejahtera. Program Indonesia Sehat selanjutnya menjadi program utama
Pembangunan Kesehatan yang kemudian direncanakan pencapaiannya
melalui Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019,
yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor
HK.02.02/Menkes/52/2015 (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
2016).
2) Sasaran Program Indonesia Sehat
Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat
kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial
dan pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran ini sesuai dengan sasaran
pokok RPJMN 2015-2019, yaitu: (1) meningkatnya status kesehatan dan
gizi ibu dan anak; (2) meningkatnya pengendalian penyakit; (3)
meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; (4) meningkatnya
cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat
dan kualitas pengelolaan SJSN kesehatan; (5) terpenuhinya kebutuhan
tenaga kesehatan, obat dan vaksin; (6) meningkatnya responsivitas sistem
kesehatan (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).

3) Pilar Program Indonesia Sehat

8
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar
utama, yaitu:
a. Penerapan paradigma sehat
Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi
pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan upaya
promotif dan preventif, serta pemberdayaan masyarakat (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2016).
b. Penguatan pelayanan kesehatan
Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi
peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan,
dan peningkatan mutu menggunakan pendekatan continuum of care
dan intervensi berbasis risiko kesehatan (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2016).
c. Pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN)
Pelaksanaan JKN dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan
manfaat (benefit), serta kendali mutu dan biaya (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2016).
5) Visi Dan Misi Pis-Pk
VISI PIS-PK disebut dengan TRISAKTI, yaitu:
a. Berdaulat dibidang politik
b. Mandiri dibidang ekonomi
c. Kepribadian dalam budaya
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).
MISI PIS-PK disebut dengan Nawacita (agenda 5 : meningkatkan
kualitas hidup manusia Indonesia), yaitu:
a. Program Indonesia sejahtera
b. Program Indonesia sehat
c. Program Indonesia kerja
d. Program Indonesia pintar
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).

6) Upaya Pendekatan Program Indonesia Sehat

9
Untuk mengatasi permasalahan kesehatan telah dilakukan berbagai upaya
pendekatan program, antara lain :
a. Upaya Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB)
Menurut (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016). Dalam
menurunkan (AKI) dan (AKB), kegiatan intervensi dilakukan
mengikuti siklus hidup manusia sebagai berikut :
a) Untuk Ibu Hamil dan Bersalin:
- Mengupayakan jaminan mutu Ante Natal Care (ANC)
terpadu
- Meningkatkan jumlah Rumah Tunggu Kelahiran (RTK)
- Meningkatkan persalinan di fasilitas kesehatan
- Menyelenggarakan konseling Ini siasi Menyusui Dini dan KB
paska persalinan
- Meningkatan penyediaan dan pemanfaatan buku KIA
b) Untuk Bayi dan Ibu Menyusui:
- Mengupayakan jaminan mutu kunjungan neonatal lengkap.
- Menyelenggarakan konseling ASI eksklusif
- Menyelenggarakan pelayanan KB paska persalinan
- Menyelenggarakan kegiatan pem berian Makanan
Pendamping ASI (MPASI)
c) Untuk Balita:
- Melakukan revitalisasi Posyandu
- Menguatkan kelembagaan Pokja-nal Posyandu
- Meningkatkan transformasi KMS ke dalam Buku KIA
- Menguatkan kader Posyandu
- Menyelenggarakan Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Balita
d) Untuk Anak Usia Sekolah:
- Melakukan revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
- Menguatkan kelembagaan Tim Pembina UKS
- Menyelenggarakan Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS)

10
- Mengembangkan penggunaan rapor kesehatan
- Menguatkan SDM Puskesmas
e) Untuk Remaja:
- Menyelenggarakan pemberian Tablet Tambah Darah (TTD)
- Menyelenggarakan pendidikan kesehatan reproduksi di
sekolah menengah
- Menambah jumlah Puskesmas yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR)
- Mengupayakan penundaan usia perkawinan
f) Untuk Dewasa Muda:
- Menyelenggarakan konseling pranikah
- Menyelenggarakan gerakan pekerja perempuan sehat
produktif (GP2SP) untuk wanita bekerja
- Menyelenggarakan pemberian imunisasi dan TTD
- Menyelenggarakan konseling KB pranikah
- Menyelenggarakan konseling gizi seimbang
b. Upaya Penurunan Prevalensi Balita Pendek (Stunting)
Menurut (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016). Dalam
menurunkan prevalensi balita pendek (stunting), dilakukan kegia tan
sebagai berikut:
a) Untuk Ibu Hamil dan Bersalin:
- Intervensi pada 1000 hari pertama kehidupan anak
- Mengupayakan jaminan mutu Ante Natal Care (ANC)
terpadu
- Meningkatkan persalinan di fasilitas kesehatan
- Menyelenggarakan program pemberian makanan tinggi
kalori, protein, dan mikronutrien (TKPM)
- Deteksi dini penyakit menular dan tidak menular
- Pemberantasan kecacingan
- Meningkatkan transformasi Kartu Menuju Sehat (KMS) ke
dalam Buku KIA

11
- Menyelenggarakan konseling Ini siasi Menyusui Dini (IMD)
dan ASI eksklusif
- Penyuluhan dan pelayanan KB
b) Untuk Balita
- Pemantauan pertumbuhan balita
- Menyelanggarakan kegiatan pemberian makanan tambahan
(PMT) untuk balita
- Menyelenggarakan simulasi dini perkembangan anak
- Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal
c) Untuk anak usia sekolah :
- Melakukan revitalisasi usaha kesehatan sekolah (UKS)
- Menguatkan kelembagaan tim Pembina UKS
- Menyelenggarakan program gizi anak sekolah (PROGAS)
- Memberlakukan sekolah sebagai kawasan bebas rokok dan
narkoba
d) Untuk remaja
- Meningkatkan penyuluhan untuk perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS), pola gizi seimbang, tidak merokok dan
mengkonsumsi narkoba
- Pendidikan kesehatan reproduksi
e) Untuk dewasa muda:
- Penyuluhan dan pelayanan keluarga berencana (KB)
- Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular)
- Meningkatkan penuluhan untuk PHBS, pola gizi seimbang,
tidak merokok atau mengkonsumsi narkoba
c. Upaya Pengendalian Penyakit Menular (PM)
Menurut (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016). Untuk
mengendalikan penyait menular, khususnya HIV-AIDS, Tuberkulosis,
dan Malaria, dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1) HIV-AIDS
- Peningkatan konseling dan tes pada ibu hamil
- Diagnosis dini pada bayi dan balita

12
- Konseling dan tes pada populasi kunci, pasien infeksi
menular seksual (IMS), dan pasien tuberculosis (TB) anak
usia sekolah, usia kerja, dan usia lanjut
- Terapi anti-retro viral (ARV) pada anak dan orang dengan
HIV AIDS (ODHA) dewasa
- Intervensi pada kelompok beresiko
- Pemberian profilaksis kotrimokasasol pada anak dan ODHA
dewasa
2) Tuberculosis
- Identifikasi terduga TB di antara anggota keluarga, termasuk
anak dan ibu hamil
- Memfasilitasi terduga TB atau pasien TB untuk mengakses
pelayanan TB yang sesuai standart
- Pemberian informasi terkait pengendalian infeksi TB kepada
anggota keluarga, untuk mencegah peularan TB di dalam
keluarga dan masyarakat
- Pengawasan kepatuhan pengobatan TB melalui pengawas
menelan obat (PMO)
3) Malaria
- Skrining ibu hamil pada daerah beresiko
- Pembagian kelambu untuk ibu hamil dan balita
- Pemeriksaan balita sakit di wilayah timur Indonesia
d. Upaya pengendalian penyakit tidak menular (PTM)
Menurut (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016) Untuk
mengendalikan penyakit tidak menular, khususnya hipertensi, diabetes
mellitus, obesitas dan kanker, dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai
berikut :
1) Peningkatan deteksi dini factor PTM melalui posbindu
2) Peningkatan akses pelayanan terpadu PTM di fasilitas kesehatan
tingkat pertama (FKTP)
3) Penyuluhan tentang dampak buruk merokok
4) Menyelenggarakan layanan upaya berhenti merokok

13
5) Indikator Pendekatan Program Indonesia Sehat
Pendekatan program Indonesia sehat terdapat 12 indikator antara lain :
1) Keluarga mengikuti program keluarga berencana (KB)
2) Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
3) Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4) Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
5) Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
6) Penderita tuberculosis paru mendapatkan pengobatan sesuai
standar
7) Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
8) Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak
ditelantarkan
9) Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10) Keluarga sudah menjadi anggota jaminan kesehatan nasional
(JKN)
11) Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
12) Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016)
7) Persiapan pelaksanaan PIS-PK
Pelaksanaan Program Indonesia Sehat menurut (Kementrian Kesehatan
RI, 2016) dengan pendapatan keluarga oleh puskesmas akan berjalan
dengan baik, bila dilakukan langkah-langkah persiapan yang meliputi :
a. Sosialisasi
Keberhasilan pelaksanaan pendekatan kelaurga oleh puskesmas dalam
rangka program indonesia sehat memerlukan pemahaman dan
komitmen yang kuat dari seluruh tenaga kesehatan di puskesmas.
Selain itu, diperlukan dukungan yang kuat dari para pengambil
keputusan dan kerjasama dari berbagai sektor di luar kesehata di
tingkat kecamatan. Puskesmas perlu melakukan sosialisasi tentang
program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga secara terencana
dan tepat sasaran. Sosialisasi penguatan puskesmas dengan

14
pendekatan keluarga dilaksanakan pada dua bagian yaitu sosialisasi
internal dan sosialisasi eksternal.
b. Pengaturan tugas terintregasi
Pengaturan tugas terintegrasi dalam pelaksanaan program Indonesia
sehat dengan pendekatan keluarga diharapkan akan terbentuk di
tingkat kecamatan dengan kedua jenis sosialisasi tersebut. Pengaturan
tugas tidak harus terbentuk secara formal, melainkan dapat berupa
jejaring koordinasi dan kerjasama antara internal puskesmas dengan
pihak-pihak eksternal yang diharapkan mendukungnya.
c. Persiapan pendataan
Persiapan pendataan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
Melakukan inventarisasi data jumlah keluarga di wilayah kerja
puskesmas berkoordinasi dengan kelurahan, kecamatan, serta data
kependudukan dan catatan sipil (berpedoman pada definisi keluarga
menurut petunjuk teknis ini). Menyiapkan instrument pendataan
instrument yang perlu disiapkan dalam proses pengumpulan data
kesehatan keluarga.
Paket informasi kesehatan keluarga yang berupa flyer untuk diberikan
kepada keluarga yang dikunjungi sebagai media komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE). Flyer tentang keluarga berencana,
pemeriksaan kehamilan, imunisasi, ASI eksklusif, penimbangan
balita, tuberkolosis, hipertensi, kesehatan jiwa, bahaya merokok,
sarana air bersih, jamban sehat, dan jaminan kesehatan nasional.
Perekrutan petugas pendataan dilaksanakan oleh pihak puskesmas
berdasarkan pada analisis kebutuhan tenaga pendataan dengan
mempertimbangkan aspek ketersediaan tenaga di puskesmas, jumlah
keluarga di wilayah kerja dan pendanaan. Perekrutan petugas
pendataan dapat dilaksanakan apabila hasil dari analisis kebutuhan
tenaga menyatakan bahwa membutuhkan tenaga tambahan. Petugas
pendataan yang di rekrut adalah tenaga kesehatan maupun tenaga non
kesehatan.

15
8) Pengolahan Data Keluarga
Data umum dan khusus diolah dengan mengikuti kaidah-kaidah
pengolahan data, yaitu dengan menghitung rerata, mode, cakupan, dan
lain-lain. Data keluarga diolah untuk menghitung IKS masing-masing
keluarga, IKS tingkat RT/RW/kelurahan/desa dan cakupan tiap indikator
dalam lingkup RT/RW/Kelurahan/desa, serta IKS tingkat kecemasan dan
cakupan tiap indikator dalam lingkup kecamatan :
a. Menghitung indeks keluarga sehat (IKS)
Penilaian terhadap hasil rekapitulasi anggota keluarga pada satu
indicator, mengikuti persyaratan dibawah ini :
- Jika dalam satu indikator seluruh anggota keluarga dengan status
Y, maka indikator tersebut dalam satu keluarga bernilai 1
- Jika dalam satu indikator seluruh anggota keluarga degan status
T, maka indikator tersebut dalam satu keluarga bernilai 0
- Jika dalam satu indikator seluruh anggota keluarga dengan
berstatus N, maka indikator tersebut dalam satu keluarga tetap
dengan status N (Tidak dihitung)
- Jika dalam satu indikator ada salah satu anggota keluarga dengan
status T, maka indikator tersebut dalam satu kelurga akan bernilai
0 meskipun didalamnya terdapat status Y ataupun N.
IKS masing-masing keluarga dihitung dengan rumus:
IKS = Jumlah indikator keluarga sehat yang bernilai 1
12−Jumlah indikator yang tidak ada di keluarga
Hasil perhitungan IKS tersebut, selanjutnya dapat ditentukan kategori
kesehatan masing-masing keluarga dengan mengacu pada ketentuan
berikut :
1) Nilai indeks > 0,800 : Keluarga sehat
2) Nilai indkes 0,500 – 0,800 : Pra sehat
3) Nilai indeks <0,500 : Tidak sehat Pada contoh diatas, karena IKS
keluarga A bernilai 0,636, maka keluarga A termasuk kategori
keluarga pra sehat (IKS = 0,500 – 0,800)

16
2. Pendekatan Keluarga
1) Definisi
Pendekatan keluarga adalah salah satu cara puskesmas untuk
meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan atau meningkatkan
akses pelayanan kesehatan dengan mendatangi keluarga. Pendekatan
pelayanan yang mengintegrasikan UKP dan UKM secara
berkesinambungan, dengan target keluarga, didasari data dan informasi
dari profil kesehatan keluarga (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2016).
2) Tujuan Pendekatan Keluarga
Terdapat beberapa tujuan pendekatan keluarga, antara lain :
a. Meningkatkan akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan
komprehensif, meliputi pelayanan promotif dan preventif serta
pelayanan kuratif dan rehabilitatif dasar
b. Mendukung pencapaian standar pelayanan minimum (SPM)
Kabupaten atau Kota dan SPM Provinsi, melalui peningkatan akses
dan skrining kesehatan
c. Mendukung pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN) dengan
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjadi peserta JKN
d. Mendukung tercapainya tujuan program Indonesia sehat dalam
rencana strategis kementrian kesehatan tahun 2015-2019
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016)
3) Fungsi Pendekatan Keluarga
Keluarga sebagai fokus dalam pendekatan pelaksanaan program Indonesia
Sehat karena menurut Friedman (1998) dalam (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2016) terdapat Lima fungsi keluarga, yaitu:
a. Fungsi afektif (The Affective Function) adalah fungsi keluarga yang
utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan
anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini
dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota
keluarga

17
b. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar
berperan dalam lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir.
Fungsi ini berguna untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk
norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak
dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
c. Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga
d. Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu keluarga berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat
untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care
Function) adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini
dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan. Sedangan
tugas-tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan adalah:
- Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota
keluarganya
- Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat
- Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit
- Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya
- Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan
fasilitas kesehatan
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).
4) Pelaksanaan Pendekatan Keluarga
Dalam pelaksanaan pendekatan keluarga terdapat tiga hal berikut harus
diadakan atau dikembangkan yaitu :
a. Instrument yang digunakan di tingkat keluarga
Instrument yang diperlukan di tingkat keluarga adalah sebagai berikut:

18
1) Profil kesehatan keluarga yang disebut Prokesga, berupa family
folder, yang merupakan sarana untuk merekam (menyimpan) data
keluarga dan data individu anggota keluarga. Data keluarga
meliputi komponen rumah sehat (akses atau ketersediaan air
bersih dan akses atau penggunaan jamban sehat). Data individu
anggota keluarga mencamtumkan karateristik individu seperti
umur, jenis kelamin, pendidikan dan lain-lain serta kondisi
individu yang bersangkutan, mengidap penyakit hipertensi,
tuberculosis dan gangguan jiwa, serta perilakunya seperti
merokok, penggunaan KB, memantau pertumbuhan dan
perkembangan balita, pemberian ASI eksklusif dan lain-lain.
2) Paket informasi keluarga selanjutnya disebut pinkesda, berupa
flyer, leaflet, buku saku atau bentuk lainnya, yang diberikan
kepada keluarga sesuai masalah kesehatan yang dihadapinya.
Misalnya flyer tentang kehamilan dan persalinan untuk keluarga
yang ibunya sedang hamil, flyer tentang pertumbuhan balita untuk
keluarga yang mempunyai balita, flyer tentang hipertensi untuk
mereka yang menderita hipertensi dan lain-lain
3) Forum komunikasi yang dikembangkan untuk kontak dengan
keluarga
- Kunjungan ke keluarga-keluarga di wilayah kerja puskesmas
- Diskusi kelompok terarah (DKT) atau biasa dikenal dengan
focus group discussion (FGD) melalui desa wisma dari PKK
- Kesempatan konseling di UKBM (Posyandu, Posbindu, Pos
UKK, dan lain-lain)
- Forum-forum yang sudah ada dimasyarakat seperti majelis
taklim, dan rembug desa
4) Keterlibatan tenaga masyarakat sebagai mitra puskesmas
- Kader-kader kesehatan, seperti kader posyandu, kader
posbindu, kader poskestren, PKK, dan lain-lain
- Pengurus organisasi kemasyarakatan setempat, seperti
pengurus PKK, pengurus karang taruna, pengelola pengajian,

19
dan lain-lain. (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
2016).
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan di analisis sehingga masalah
kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, masyarakat,
keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis,
psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual. Dalam ahap pengkajian ini
terapat 5 kegiatan yaitu : pengumpulan data, analisis data, perumusan atau
penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas masalah.
Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi
1) Data inti
a. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Dapat dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan informal di
komunitas dan studi dokumentasi sejarah komunitas tersebut.uraikan
terasu data umum mengenai lokasi daerah binaan ( yang dijadikan
praktik keperawatan komunitas), luas wilayah, iklim tipe komunitas (
masyarakat rural atau urban), keadaan demografi, struktur politik,
distribusi kekuatan komunitas dan pola perubahan komunitas.
b. Data demografi
Dapat dikaji jumlah komunitas berdasarkan usia, jenis kelamin,
status perkawinan, ras satau suku, bahasa, tingkat pendapatan,
pendidikan, pekerjaan, agama dan komposisi keluarga.
c. Vital statistik
Dapa dijabarkan atau di uraikan data tentang : agka kematian kasar
atau CDR, penyebab kematian, angka pertambahan anggota, angka
kelahiran
2) Status kesehatan komunitas
Selanjutnya status kesehatan komunitas kelompokkan berdasarkan
kelompok umur, bayi, balita, usia sekolah, remaja dan lansia. Pada
kelompok khusus di masyarakat : ibu hamil, pekerja industry kelompok

20
penyakit kronis, penyakit menular,. Adapun pengkajian selanjtnya
dijabarkan sebagaimana di bawah ini :
a. Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komuintas
b. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 110/90 – 120/90 mmHg
Nadi : 60-100x/menit
Respirasi : 20-22x/ menit
suhu tubuh : 36-37°C
c. Kejadian penyakit (dalam satu tahun terakhir)
1) ISPA
2) Penyakit ASMA
3) TBC paru
4) Penyakit kulit
5) Penyakit mata
6) Penyakit rheumatic
7) Penyakit jantung
8) Penyakit gangguan jiwa
9) Kelumpuhan
10) Penyakit menahun lainnya
d. Riwayat penyakit keluarga
e. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1) Pola pemenuhan nutrisi
2) Pola pemenuhan cairan elektrolit
3) Pola istirahat tidur
4) Pola eliminasi
5) Pola aktivitas gerak
6) Pola pemenuhan kebersihan diri
f. Status fungsional
g. Status pertumbuhan dan perkembangan
h. Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan

21
i. Pola prilaku tidak sehat seperti : kebiasaan merokok, minum kopi
yang berlebihan, mengkonsumsi alkohol, penggunaan obat tanpa
resp, pola konsumsi tinggi garam, lemak dan purin.
3) Data lingkungan fisik
a. Pemukiman
1) Luas bangunan
2) Bentuk bangunan : rumah, petak, asrama, pravilion
3) Jenis bangunan : permanen, semi permanen, non permanen.
4) Atap rumah : genteng, seng, kayu, asbes
5) Dinding : tembok, kayu, bambu.
6) Lantai : semen, kramik, tanah
7) Ventialasi : ±15-20% dari luas lantai
8) Penahayaan : kurang, baik
9) Penerangan : kurang, baik
10) Kebersihan : kurang, baik
11) Pengaturan ruangan atau perabot : kurang, baik
12) Kelengkapan alat rumah tangga : kurang, baik
b. Sanitasi
1) Penyediaan air bersih (MCK)
2) Penyediaan air minum
3) Pengelolaan jamban : bagaimana jenisnya, berapa jumlahnya dan
bagaimana jarak dengan sumber air
4) Sarana pembuangan air limbah (SPAL)
5) Pengelolaan sampah : apakah ada sarana pembuangan sampah,
bagaimana cara pengelolaanya : dibakar, ditimbun, atau cara
lainnya
6) Polusi udara, air , tanah atau suara/kebisingan
7) Sumber polusi : pabrik, rumah tangga, idustry
c. Fasilitas
1) Peternakan, pertanian, perikanan, dan lain-lain
2) Perkarangan
3) Sarana olahraga

22
4) Taman, lapangan
5) Ruang pertemuan
6) Sarana hiburan
7) Sarana ibadah
d. Batas-batas wilayah
Sebelah utara, barat, timur, dan selatan
e. Kondisi geografis
f. Pelayanan kesehatan dan sosial
1) Pelayanan kesehatan
a) Sumber daya yang dimiliki
b) Jumlah kunjungan
c) Sistem rujukan
2) Fasilitas sosial (pasar, toko, swalayan)
a) Lokasi
b) Kepemilikan
c) Kecakupan
3) Ekonomi
a) Jenis pekerjaan
b) Jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan
c) Jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan
d) Jumlah pekerjaan dibawah umur, ibu rumah tangga, dan
lanjut usia
4) Keamanaan dan tranfortasi
5) Politik dan pemerintahan
6) Sistem komunikasi
7) Pendidikan
8) Rekreasi

23
2. Analisa Data
No Symptom Etiologi Problem
1. DS : Kesiapan
- Perencanaan aktif oleh Peningkatan
komunitas mengenai Koping
prediksi stresor Komunitas
- Pemecahan masalah aktif
oleh komunitas saat
mengadapi masalah
- Bersepakat bahwa
komunitas bertanggung
jawab terhadap
penatalaksanaan stress
- Berkomunikasi positif
diantara anggota komunitas
DO :
- Terdapat sumber-sumber
daya yang adekuat untuk
mengatasi stressor
- Tersedia program untuk
relaksasi / bersantai
2. DS : Ketidakadekuatan Koping
- Mengungkapkan Sumber Daya Komunitas Tidak
ketidakberdayaan komunitas Untuk Pemecahan Efektif
- Mengungkapkan kerentanan Masalah
komunitas
DO :
- Komunitas tidak memenuhi
harapan anggotanya
- Konflik masyarakat
meningkat
- Insiden masalah masyarakat
tinggi (pembunuhan,
pengerusakan, terorisme,
perampokan, pelecehan,
pengangguran, kemiskinan,
penyakit mental).
3. DS : - Pemilihan Gaya Perilaku
DO : Hidup Tidak Sehat Kesehatan
- Menunjukkan penolakan Cenderung
terhadap perubahan status Beresiko
kesehatan
- Gagal melakukan tindakan
pencegahan masalah
kesehatan
- Menunjukkan upaya
peningkatan status kesehatan
yang minimal

24
No Symptom Etiologi Problem

4. DS : - Program Tidak Defisit Kesehatan


DO : Mengatasi Seluruh Komunitas
- Terjadi masalah kesehatan Masalah Kesehatan
yang dialami komunitas Komunitas
- Terdapat faktor resiko
fisiologis dan psikologis
yang menyebabkan anggota
komunitas menjalani
perawatan
5. DS : Kurang Terpapar Defisit
- Menanyakan masalah yang Informasi Pengetahuan
dihadapi
DO :
- Menunjukkan perilaku tidak
sesuai anjuran
- Menunjukkan persepsi yang
keliru terhadap masalah
- Menjalani pemeriksaan yang
tidak tepat
6. DS : Komplesitas Manajemen
- Mengungkapkan kesulitan Program Kesehatan Tidak
dalam menjalani program Perawatan/Pengoba Efektif
perawatan/pengobatan tan
DO :
- Gagal melakukan tindakan
untuk mengurangi faktor
resiko
- Gagal menerapkan program
perawatan /pengobatan
dalam kehidupan sehari-hari
- Aktifitas hidup sehari-hari
tidak efektif untuk
memenuhi tujuan keshatan

3. Diagnosa keperawatan
No Diagnosa Intervensi

1. Kesiapan peningkatan Dukungan Kelompok (I.09258)


koping komunitas (D.0091) Observasí
Gejala dan tanda manor 1. Ldentifkas imasalah yang sebenamya
Subjektif dialami kelompok
1. Perencanaan aktif oleh 2. Identifikasi kelompok memiliki masalah
komunitas mengenai yang sama
prediksi stressor 3. Identifikasi hambatan menghadiri sesi
2. Pemecahan masalah aktif kelompok (mis. stigma, cemas, tidakaman)
oleh komunitas saat 4. Identiflkasi aturan dannoma yang perlu
menghadapi masalah dimodifikasi pada sesi selajutnya, jika

25
No Diagnosa Intervensi

Objektif perlu
1. Terdapat sumber-sumber Terapeutik
daya yang adekuat untuk 1. Siapkan lingkungan terapeutik dan rileks
mengatasi stressor 2. Bentuk kalompok dengan pengalaman dan
Gejala dan tanda minor masalah yang sama
Subjektif 3. Mulai sesi kelompok dengan mengenalkan
1. Bersepakatan bahwa semua anggota kelompok dan terapis
komunitas bertanggung 4. Mulai dengan percakapan ringan, berbagi
jawab terhadap informasi tentang diri masing-masing dan
penatalaksanaan stress alas anter libat dalam kelompok
2. Berkomunikasi positif 5. Buat aturan dan norma dalam kelompok
diantara anggota dalam kelompok, terutama kerahasiaan
komunitas dalam kelompok
Objektif 6. Sepakati jumlah sesi yang diperlukan
1. Tersedia program untuk dalam kelompok
rekreasi 7. Bangun rasa tanggung jawab dalam
2. Tersedia program untuk kelompok
relaksasi/bersantai 8. Diskusikan penyelesaian masalah dalam
3. Kondisi klinik Penurunan kelompok
tingkat penyakit 9. Berikan kesempatan individu untuk
kecelakaan berhenti sejenak saat merasa distress akibat
topic tertentu sampai mampu berpartisipasi
kembali
10.Berikan kesempatan istirahat di setiap sesl
untuk memfasilitasi percakapan individual
dalam kelompok
11.Berikan kesempatan saling mendukung
dalam kelompok terkait masalah dan
penyelesaian masalah
12.Berikan kesempatan kelompok
menyimpulkan masalah, penyelesaian
masalah dan
13.Dukungan yang diperlukan untuk setiap
anggota kelompok
Edukasi
1. Anjurkan anggota kelompok
mendengarkan dan member dukungan saat
mendiskusikan masalah dan perasaan
2. Anjurkan bersikap jujur dalam
menceritakan perasaan dan masalah
3. Anjurkan setiap anggota kelompok
mengemukakan ketidakpuasan, keluhan,
kritik dalam kelompok dengan cara santun
4. anjukan kelompok untuk menuntaskan
ketidakpuasan, keluhan dan kritilk
5. Ajarkan relaksasi pada setiap sesi, jika
perlu

26
No Diagnosa Intervensi

2. Koping komunitas tidak Edukasi Kesehatan


efektif Tindakan
Gejala dan Tanda Mayor Observasi
Subjektif 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
1. Mengungkapkan menerima informasi
ketidakberdayaan 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
komunitas meningkatkan dan menurunkan motivasi
Objektif perilaku hidup bersih dan sehat
1. Komunitas tidak Terapeutlk
memenuhiharapan 1. Sediakan materi dan media pendidikan
anggotanya kesehatan
2. Konflik masyarakat 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
meningkat kesepakatan
3. Insiden masalah 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
masyarakattinggi (mis. Edukasi
pembunuhan, 1. Jekaskan factor risiko yang dapat
pengerusakan, terorisme mempengaruhi kesehatan
perampokan, pelecehan, 2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
pengangguran, 3. Ajarkan strategi yang dapat diqunakan
kemiskinan, penyakit untuk meningkatkan perilaku hidup bersih
mental) dan sehat
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Mengungkapkan
kerentanan komunitas
Objektif
1. Partisipasi masyarakat
kurang
2. Tingkat penyakit
masyarakat meningkat
3. Stres meningkat

3 Perilaku kesehatan Tindakan


cenderung beresiko Observasi
Gejala dan tanda mayor 1. Identifikasi penyebab kurangnya
Subjektif keterampilan sosial
Objektif 2. Identifikasi fokus pelatihan keterampilan
1. Menunjukan terhadap sòsial
perubahan status Terapeutik
kesehatan 1. Motivasi untuk berlatih keterampilan sosial
2. Gagal melakukan 2. Beri umpen balik positif (mis. pujian atau
pencegahan masalah penghargaan) terhadap kemampuan
kesehatan sosialisasi
3. Menunjukan upaya 3. Libatkan keluarga selama latihan
peningkatan status keterampilan sosial, jika perlu
kesehatan yang terminal Edukasi

27
No Diagnosa Intervensi

Gejala dan tanda minor 1. Jelaskan tujuan melatih keterampilan sosial


Subjetif 2. Jelaskan respons dan konsekuensi
Objektif køterampilan social
1. Gagal mencapai 3. Anjurkan mengungkapkan perasaan akibat
pengendalian yang masalah yang dialami
optimal 4. Aniurkan mengevaluasi pencapaian setiap
interaksi
5. Eduikasi keluarga untuk dukungan
ketrampilan soslal
6. Latih keterampian social secara bertahap
4 Definisi kesehatan Tindakan
komunikasi Observasi
Gejala dan Tanda Mayor 1. identifikasi masalah atau isu kesehatan dan
Subjektif prioritasnya
Objektif 2. identifikasi potensi atau aset dalam
1. Terjadi masalan masyarakat terkait isu yang di hadapi
kesehatan yang dialami 3. identifikasi kekuatan dan patner dalam
komunitas pengembangan kesehatan
2. Terdapat faktor risiko 4. identifikasi pemimpin/tokoh dalam
fisiologis dan/atau masyarakat
psikologis yang Terapeutik
menyebabkan anggota 1. Berikan kesempatan kepada setiap anggota
komunitasmenjalani masyarakat untuk berpartisipasi sesuai aset
perawatan yang dimiliki
Gejala dan Tanda Minor 2. Libatkan anggota masyarakat untuk
Subjektif meningkatkan kesadaran terhadap isu dan
Objektif masalah kesehatan yang dihadapi
1. Tidak tersedia program 3. Libatkan masyarakat mengembangkan
untuk meningkatkan rencana kerja
kesejahteraan bagi 4. Libatkan masyarakat dalam proses
komunitas tIdak tersedia perencanaan dan implementasi serta
program untuk mencegah revisinya
masalah kesehatan 5. Libatkan anggota masyarakat dalam
komunitas mengembangkan jaringan kesehatan
2. Tidak tersedia program 6. Pertahankan komunikasi yang terbuka
untuk mengurangi dengan anggota masarakat dan pihak-pihak
masalah kesehatan yang terlibat
komunita 7. Perkuat komunikasi antara individu dan
3. tidak tersedia program kelompok untuk bermusyawarah terkait
untuk mengatasi masalah daya tarik yang sama
kesehatan komunitas 8. Fasilitasi struktur organisasi untuk
meningkatkan kemampuan berkomunikasi
dan bernegosiasi
9. Kembangkan strategi dalam manajemen
konfiik
10. Persatukan anggota masyarakat
dengancita-cita komunitas yang sama
11. Bangun komitmen antara nggota

28
No Diagnosa Intervensi

masyarakat

5 Defisit pengetahuan Tindakan


Gejala dan Tanda Mayor Observasi
Subjektif 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
1. Menanyakan masalah menerima informasi
yang dihadapi 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
Objektif meningkatkan dan menurunkan motivasi
1. Menunjukkan perilaku perilaku hidup bersih dan sehat
tidak sesuai anjuran Terapeutik
2. Menunjukkan persepsi 1. Sediakan materi dan media pendidikan
yang keliru terhadap kesehatan
masalah 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
Gejala dan Tanda Minor kesepakatan
Subjektif 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
Objektif Edukasi
1. Menjalani pemeriksaan 1. Jelaskan factor risiko yang dapat
yang tidak tepat mempengaruhi kesehatan
2. Menunjukkan perilaku 2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
berlebihan (mis. Apatis, 3. Ajakan Strategi yang dapat digunakan
bermusuhan, agitasi untuk meningkatkan perilaku hidup bersih
histeria) dan sehat
6 Manajemen kesehatan tidak Pelibatan keluarga (I.14525)
efektif Observasi
Gejala dan Tanda Mayor 1. Identifikasi kesiapan keluarga untuk
Subjekti terlibat dalam perawatan
1. Mengungkapkan tidak Terapeutik
memahami masalah 2. Ciptakan hubungan terapeutik pasien
kesehatan dengan keluarga dalam perawat
2. Mengungkapkan 3. Diskusikan cara perawatan dirumah (mis,
kesulitan menalankan kelompok, perawatan dirumah, atau rumah
perawatan yang di singgah)
tetapkan 4. Motivasi keluarga mengembangkan aspek
Objektif positif rencana keperawatan
1. Gejala penyakit anggota 5. Fasilitasi keluarga membuat keputusan
keluarga semakin keperawatan
memberat Edukasi
2. Aktivitas keluarga 1. Jelaskan kondisi pasien kepada keluarga
untukmengatasi masalah 2. Informasi tingkat ketergantungan pasien
kesehatantidak tepat kepada keluarga
Gejala dan Tanda Minor 3. Informasi harapan pasien kepada keluarga
Subjektif 4. Anjurkan keluarga bersikap asertif dalam
Objektif perawatan
1. Gagal melakukan 5. Anjurkan keluarga terlibat dalam
tindakan untuk perawatan
mengurangi faktor risiko

29
4. Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan perawat
kesehatan masyarakat harus bekerja sama dengan anggota tim kesehatan
lainnya. Dala hal ini melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota
masyarakat. (Mubarok, 2011).
5. Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan
keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat
kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat
kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah di
tetapkan atau dirumuskan sebelumnya. (Mubarok, 2011)

30
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian (hasil tabulasi )


Gambar Umum Wilayah
1. Keadaan Geografis
a. luas wilayah dusun/desa :
b. batas-batas wilayah :
 Sebelah Utara :
 Sebelah Timur :
 Sebelah Barat :
 Sebelan Selatan :
2. Keadaan Demografi
Keadaan penduduk Dusun Gubuk Baru 1 tahun terakhir terdiri atas :
Jumlah penduduk : 776
Laki – laki : 358
Perempuan : 418
Jumlah KK : 268
3. Data Demografi/Kependudukan
1) Table 3.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Di
Desa Penimbung Dusun Gubuk Baru
KELOMPOK JENIS KELAMIN
NO JUMLAH %
UMUR L P
1. 0-1 Tahun 6 5 11 4%
2. 2-10 Tahun 21 27 48 16%
3. 11-19 Tahun 17 27 44 15%
4. 20-60 Tahun 83 92 175 60%
5. Di atas 60 Tahun 8 6 14 5%
JUMLAH 135 157 292 100%

31
Berdasarkan tabel 3.1 dengan 95 KK didapatkan kelompok umur terbanyak
pada usia 20-60 tahun yaitu 175 jiwa (60%) sedangkan kelompok umur
terendah pada usia 0-1 yaitu 11 jiwa (4%)
2) Tabel 3.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan Di Desa Penimbung
Dusun Gubuk Baru
N
o TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH %
1. Belum sekolah 43 15%
2. Tidak sekolah 21 7%
3. Belum tamat SD 24 8%
4. Tidak tamat SD 14 5%
5. Tamat SD 84 29%
6. Tamat SLTP 55 19%
7. Tamat SLTA 50 17%
8. Perguruan Tinggi 1 0%
JUMLAH 292 100%
Berdasarkan tabel 3.2 dengan 95 KK didapatkan tingkat pendidikan tamat
SD terbanyak 84 jiwa (29%) sedangkan tingkat pendidikan terendah di
perguruan tinggi yaitu 1 jiwa (0%)
3) Tabel 3.3 Distribusi Kepala Keluarga Bedasarkan Jenis Mata Pencaharian
Di Desa Penimbung Dusun Gubuk Baru
N
o Jenis Mata Pencaharian JUMLAH %
1. Petani 11 12%
2. Pedagang 13 14%
3. Buruh 71 75%
4. PNS 0 0%
5. ABRI 0 0%
6. Polri 0 0%
7. Pensiunan 0 0%
8 Lain-lain 0 0%
JUMLAH 95 100%

32
Berdasarkan tabel 3.3 dengan 95 KK didapatkan jenis mata pencaharian
terbanyak 71 KK (75%) sedangkan jenis mata pencaharian terendah yaitu
11 KK (12%)

4) Tabel 3.4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama Di Desa Penimbung


Dusun Gubuk Baru
No Agama JUMLAH %
1. Islam 292 100%
2. Kristen Katolik 0 0%
3. Kristen Protestan 0 0%
4. Hindu 0 0%
5. Budha 0 0%
JUMLAH 292 100%
Berdasarkan tabel 3.4 dengan 95 KK didapatkan penduduk yang beragama
islam yaitu 95 KK (100%)

A. Indikator PIS-PK
1. Keluarga mengikuti Program KB
a. Tabel 3.5 Distribusi Pasangan Usia Subur (PUS)
No PUS JUMLAH %
1 Ya 66 69%
2 Tidak 29 31%
TOTAL 95 100%
Berdasarkan tabel 3.5 dengan 95 KK didapatkan pasangan usia subur
(PUS) sebanyak 66 KK (69%) sedangkan yang tidak sebanyak 29 KK
(31%)
b. Tabel 3.6 Distribusi PUS menjadi akseptor KB
No Akseptor KB Jumlah %
1 Ya, menggunakan 51 77%
2 Tidak, menggunakan KB 15 23%
TOTAL 66 100%

33
Berdasarkan tabel 3.6 dengan 66 KK yang menjadi pasangan usia subur di
dapatkan pasangan yang menggunakan akseptor KB sebanyak 51 KK
(77%) dan yang tidak menggunakan sebanyak 15 KK (23%)

c. Tabel 3.7 Distribusi kontrasepsi yang digunakan


No Jenis KB Jumlah %
1 IUD (Spiral) 5 10%
2 Suntik 32 63%
3 Pil KB 7 14%
4 Susuk/Implan 7 14%
5 Tubektomi/Steril 0 0%
6 Kalernder/Alamiah 0 0%
TOTAL 51 100%

Berdasarkan tabel 3.7 dengan 51 pasangan yang menggunakan akseptor KB


didapatkan pasangan yang menggunakan akseptor KB jenis suntik paling
banyak yaitu sebesar 37 pasangan (63%) sedangkan yang menggunakan
kontrasepsi jenis spiral paling sedikit yaitu sebanyak 5 pasangan (10%)

2. Kehamilan dan persalinan


a. Tabel 3.8 Distribusi ibu hamil
No Jumlah PUS Hamil Jumlah %
1 Ya (hamil) 1 2%
2 Tidak (tidak hamil) 65 98%
TOTAL 66 100%

Berdasarkan tabel 3.8 dengan 66 PUS di dapatkan pasangan yang tidak


hamil terbanyak yaitu 65 PUS (98%) sedangkan PUS yang hamil hanya !
PUS (2%)

b. Table 3.9 Distribusi usia kehamilan

34
No Usia Kehamilan Jumlah %
1 Trimester I 0 0%
2 Trimester II 1 100%
3 Trimester III 0 0%
TOTAL 1 100%

Berdasarkan tabel 3.9 dengan 1 PUS didapatkan usia kehamilan di trimester


II (100%)

c. Tabel 3.10 Distribusi tempat periksa kehamilan


No Tempat Periksa Jumlah %
1 Bidan 0 0%
2 Puskesmas 1 100%
3 Rumah sakit 0 0%
4 Lainnya 0 0%
TOTAL 1 100%

Berdasarkan tabel 3.10 dengan 1 PUS didapatkan tempat pemeriksaan


kehamilan di puskesmas (100%)

d. Table 3.11 Distribusi penyakit yang diderita ibu hamil


Penyakit yang
No diderita Jumlah %
1 Hipotensi 0 0%
2 Anemia 0 0%
3 Bengkak 0 0%
4 Mual/muntah 1 100%
5 Varises 0 0%
6 Tidakada keluhan 0 0%
TOTAL 1 100%

Berdasarkan tabel 3.11 dengan 1 PUS didapatkan penyakit yang diderita


selama hamil hanya mual muntah (100%)
e. Table 3.12 Distribusi persalinan di pelayanan kesehatan

35
Persalinan di
No Pelayanan Jumlah %
1 Ya 11 100%
2 Tidak 0 0%
TOTAL 11 100%
Berdasarkan tabel 3.12 dengan 11 PUS didapatkan persalinan dipelayanan
kesehatan hampir seluruhnya (100)
.
3. ASI Eksklusif
a. Table 3.13 Ditribusi bayi yang mendapatkan ASI Ekskusif
No ASI Eksklusif Jumlah %
1 Ya 10 91%
2 Tidak 1 9%
TOTAL 11 100%

Berdasarkan tabel 3.13 dengan 11 ibu yang menyusui didapatkan 10 ibu yang
memberikan ASI eksklusif (91%) dan yang tidak hanya 1 ibu (9%)

4. Imunisasai Dasar Lengkap


a. Table 3.14 Ditribusi bayi mendapatkan imunisasai dasar lengkap
No Bayi Mendapat Imunisasi Jumlah %
1 Lengkap 9 82%
2 Belum lengkap 1 9%
3 Tidak lengkap 1 9%
TOTAL 11 100%

Berdasarkan tabel 3.14 dengan 11 bayi yang mendapatkan imunisasi


didapatkan 9 bayi yang mendapatkan imunisasi lengkap (82%) sedangkan
yang belum lengkap dan tidak lengkap masing-masing 1 bayi (9%)

5. Balita Mendapat Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan


a. Table 2.15 Distribusi kepemilikan KMS
No Kepemilikan KMS Jumlah %

36
1 Ya, memiliki 11 100%
2 Tidak, memiliki 0 0%
TOTAL 11 100%

Berdasarkan tabel 3.15 dengan 11 bayi yang memiliki KMS didapatkan


seluruhnya memiliki KMS (100%)

b. Table 3.16 Distribusi pemantauan KMS


Pemantauan
No KMS Jumlah %
1 Ya 11 100%
2 Tidak 0 0%
TOTAL 11 100%

Berdasarkan tabel 3.16 dengan 11 bayi yang mendapatkan pemantauan KMS


didapatkan seluruhnya mendapatkan pemantauan KMS (100%)

6. Distribusi Penderita TBC


a. Table 3.17 Distribusi anggota keluarga menderita TBC
No Penderita TBC Jumlah %
1 Ya 2 1%
2 Tidak 290 99%
TOTAL 292 100%
Berdasarkan tabel 3.17 dengan 292 jiwa didapatkan penderita TBC hanya 2
jiwa (1%) sedangkan yang tidak 290 jiwa (99%)

b. Table 3.18 Distribusi jumlah Penderita TBC


No menderita TBC Jumlah %
1 Ya 2 2%
2 Tidak 93 98%
TOTAL 2 100%

37
Berdasarkan tabel 3.18 dengan 95 KK didapatkan penderita TBC hanya 2
KK (2%) sedangkan yang tidak 93 KK (98%)

c. Table 3.19 Distribusi anggota keluarga yang melakukan pengobatan teratur


No menderita TBC Jumlah 1%
1 Ya 1 50%
2 Tidak 1 50%
TOTAL 2 100%

Berdasarkan tabel 3.19 dengan 2 KK yang menderita TBC didapatkan 1 KK


yang melakukan pengobatan teratur (50%) dan yang tidak menlakukan
pengobatan 1 KK (50%)

7. Distribusi Anggota Keluarga Menderita Hipertensi


a. Table 7.1 Distribusi anggota keluarga menderita hipertensi (jiwa)
No Menderita HT Jumlah %
1 Ya 20 7%
2 Tidak 272 93%
TOTAL 292 100%

Berdasarkan table 7.1 dengan 95 KK didapatkan yang menderita Hipertensi


sebanyak 20 (7%) jiwa dan yang tidak sebanyak 272 (93%)
distribusi jumlah penderita hipertensi (KK)
No Menderita HT Jumlah %
1 Ya 19 20%
2 Tidak 76 80%
TOTAL 95 100%

Setelah dihitung nilai setiap item pada table distribusi jumlah penderita
hipertensi di desa Penimbung dusun Gubuk Baru dari 95 KK didapatkan

38
jumlah penderita hipertensi sebanyak 19 KK (20%) dan tidak sebanyak 76
KK (80%).

b. distribusi anggota yang melakukan pengobatan teratur


No Pengobatan teratur Jumlah %
1 Ya 13 65%
2 Tidak 7 35%
TOTAL 20 100%

Setelah dihitung nilai setiap item pada table distribusi anggota keluarga
yang melakukan pengobatan teratur didesa Penimbung dusun Gubuk Baru
dari 95 KK didapatkan anggota keluarga yang melakukan pengobatan
terarut sebanyak 13 jiwa (65%) dan tidak sebanyak 7 jiwa (35%)
8. penderita gangguan jiwa mendapat pengobatan secara teratur
a. distribusi anggota keluarga yang mengalai gangguan jiwa
No Gangguan Jiwa Jumlah %
1 ya 0 0%
2 Tidak 292 100%
TOTAL 292 100%

Setelah dihitung nilai setiap item pada table distribusi anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa di desa Penimbung dusun Gubuk Baru dari
95 KK didapatkan anggota keluarga yang tidak mengalami gangguan jiwa
sebanyak 292 jiwa (100%).
b. distribusi penderita gangguan jiwa
No Menderita gangguan jiwa Jumlah %
1 Ya 0 0%
2 Tidak 95 100%
TOTAL 95 100%

Setelah dihitung nilai setiap item pada table distribusi penderita gangguan
jiwa di desa Penimbung dusun Gubuk Baru dari 95 KK didapatkan yang
tidak menderita gangguan jiwa sebanyak 95 KK (100%).

39
c. distribusi anggota yang melakukan pengobatan teratur
Pengobatan
No Teratur Jumlah %
1 Ya 0 0%
2 Tidak 0 0%
TOTAL 0 0%

9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok


a. distribusi anggota keluarga yang merokok
Anggota Kel.
No Merokok Jumlah %
1 Ya 84 29%
2 Tidak 208 71%
TOTAL 292 100%

Setelah dihitung setiap item pada table distribusi anggota keluarga yang
merokok di desa Penimbung dusun Gubuk Baru dari 95 KK didapatkan
anggota keluarga yang merokok sebanyak 84 jiwa (29%) dan tidak
sebanyak 208 jiwa (71%).
b. distribusi siapa saja anggota keluarga yang merokok
No Yang Merokok Jumlah %
1 Ayah 69 82%
2 Ibu 0 0%
3 Anak Laki 15 18%
4 Anak Perempuan 0 0%
TOTAL 84 100%

setelah dihitung nilai setiap item pada table distribusi siapa saja anggota
keluarga yang merokok di desa Penimbung dusun Gubuk Baru dari 95 KK

40
didapatkan ayah yang merokok sebanyak 69 jiwa (82%) dan anak laki-laki
sebanyak 15 jiwa (18%).

10. Distribusi keluarga atas kepemilikan JKN


No Kepemilikan BPJS/JKN Jumlah %
1 Ya 61 64%
2 Tidak 34 36%
TOTAL 95 100%

setelah dihitung nilai setiap item pada table distribusi keluarga atas
kepemilikan JKN di desa penimbung dusun Gubuk Baru dari 95 KK
didapatkan yang memiliki JKN sebanyak 61 KK (64%) dan tidak sebanyak
34 KK (34%).
11. Distribusi akses air bersih
No Sumber air minum Jumlah %
1 PAM 5 5%
2 Sumur 90 95%
3 Air mineral/gallon 0 0%
TOTAL 95 100%

Setelah dihitung nilai setiap item pada table distribusi akses air bersih di
desa Penimbung dusun Gubuk Baru dari 95 KK didapatkan penggunaan
sumur sebanyak 90 KK (95%) dan PAM sebanyak 5 KK (5%).
12. Menggunakan / mempunyai akses jamban keluarga
a. distribusi kepemilikan kamar mandi/wc
No Kepemilikan Jumlah %
1 Ya 84 88%
2 Tidak 11 12%
TOTAL 95 100%

Setelah dihitung nilai setiap item pada table distribusi


menggunakan/mempunyai akses jamban keluarga didesa Penimbung dusun

41
Gubuk Baru dari 95 KK didapatkan yang menggunakan/mempunyai akses
jamban sebanyak 84 KK (88%) dan tidak sebanyak 11 KK (12%).
b. Distribusi akses alternatif jamban keluarga yang tidak memiliki kamar
mandi/WC

No Kepemilikan Jumlah %
1 Umum 7 64%
2 Sungai 4 36%
TOTAL 11 100%

Setelah dihitung nilai setiap item pada table distribusi akses alternative
jamban keluarga yang tidak memiliki kamar mandi/WC didesa Penimbung
dusun Gubuk Baru dari 95 KK didapatkan yang menggunakan akses umum
sebanyak 84 KK (88%) dan sungai sebanyak 11 KK (12%).
13. Penderita DM melakukan pengobatan secara teratur
a. Distribusi anggota keluarga menderita DM (jiwa)
No Penderita DM Jumlah %
1 Ya 5 2%
2 Tidak 287 98%
TOTAL 292 100%

Setelah dihitung nilai setiap item pada table distribusi anggota keluarga
menderita DM di desa Penimbung dusun Gubuk Baru dari 95 KK didapatkan
yang menderita DM sebanyak 5 jiwa (2%) dan tidak sebanyak 287 jiwa
(98%).
b. Distribusi jumlah penderita DM (KK)
No Pengobatan teratur Jumlah %
1 Ya 5 5%
2 Tidak 90 95%
TOTAL 95 100%

Setelah dihitung nilai setiap item pada table distribusi jumlah penderita DM
di desa Penimbung dusun Gubuk baru dari 95 KK didapatkan yang
menderita DM sebanyak 5 KK (5%) dan tidak sebanyak 90 KK (95%)
c. Distribusi anggota yang melakukan pengobatan teratur

42
No Pengobatan Teratur Jumlah %
1 Ya 4 80%
2 Tidak 1 20%
TOTAL 5 100%

Setelah dihitung nilai setiap item pada table distribusi anggota yang
melakukan pengobatan teratur di desa Penimbung dusun Gubuk Baru dari
95 KK didapatkan yang melakukan pengobatan teratur sebanyak 4 jiwa
(80%) dan tidak sebanyak 1 jiwa (20%).
B. Analisa data
No Symptom Etiologi Probelm
1. DS : Kurang terpapar Defisit nutrisi
- Masyarakat penderita informasi
hipertensi sebagian besar (kurang pengetahuan)
tidak tau tentang penyakit
hipertensi
- Sarana informasi
masyarakat penderita
hipertensi sebagian besar
tidak memiliki media
informasi
DO :
- Setelah dihitung nilai setiap
item pada table distribusi
anggota keluarga menderita
hipertensi di desa
Penimbung dusun Gubuk
Baru dari 95 KK didapatkan
anggota keluarga menderita
hipertensi sebanyak 20 jiwa
(7%) dan tidak sebanyak
272 jiwa (93%).
2. DS : Kesulitan ekonomi Manajemen
- Masyarakat penderita kesehatan
hipertensi takut berobat ke tidak efektif
fasilitas kesehatan karna
keadaan ekonomi yang
kurang.
- Masyarakat penderita
hipertensi mengatakan tidak
memiliki fasilitas kesehatan
BPJS untuk berobat.
DO :
- setelah dihitung nilai setiap
item pada table distribusi
keluarga atas kepemilikan
JKN di desa penimbung

43
No Symptom Etiologi Probelm
dusun Gubuk Baru dari 95
KK didapatkan yang
memiliki JKN sebanyak 61
KK (64%) dan tidak
sebanyak 34 KK (34%).

C. Diagnosa keperawatan
Adapaun diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
a. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai
dengan Masyarakat penderita hipertensi sebagian besar tidak tau tentang
penyakit hipertensi , dan Sarana informasi masyarakat penderita hipertensi
sebagian besar tidak memiliki media informasi, dan Berdasarkan tabel
jumlah penderita hipertensi berdasarkan jumlah jiwa sebanyak 20 jiwa (7%)
dari 292 jiwa. Berdasarkan jumlah kk sebesar 19 kk dari 95 kk.
b. Manajemen kesehatan tidak efektif berhubungan dengan kesulitan ekonomi
ditandai dengan Masyarakat penderita hipertensi takut berobat ke fasilitas
kesehatan karna keadaan ekonomi yang kurang., Masyarakat penderita
hipertensi mengatakan tidak memiliki fasilitas kesehatan BPJS untuk berobat
dan Berdasarkan tabel distribusi kepemilikan JKN terdapat 61 kk (64%)
atas kepemilikan JKN dar1 95 kk.
D. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1. Defisit Setelah dilakukan asuhan Edukasi Kesehatan (12383)
pengetahuan keperawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan kecukupan informasi 1. Identifikasi kesiapan dan
kognitif yang berkaitan dengan kemampuan menerima
topik tertentu meningkat dengan informasi
kriteria hasil : 2. Identifikasi faktor-faktor
1. Perilaku sesuai anjuran yang dapat meningkatkan
meningkat dan menurunkan motivasi
2. Verbalisasi minta dalam perilaku hidup bersih
belajar meningkat dans ehat
3. Kemampuan menjelaskan Terapeutik
pengetahuan tentang suatu 1. Sediakan materi dan
topik meningkat media pendidikan
4. Perilaku sesuai dengan kesehatan
pengetahuan meningkat 2. Jadwalkan pendidikan
5. Pertanyaan tentang kesehatan sesuai
masalah yang dihadapi

44
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
menurun kesepakatan
6. Persepsi yang keliru 3. Berikan kesempatan
terhadap masalah menurun untuk bertanya
7. Perilaku membaik Edukasi
1. Jelaskan factor risiko
yang dapat
mempengaruhi kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
3. Ajakan Strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat

2. Manajemen Setelah dilakukan asuhan Pelibatan keluarga (I.14525)


kesehatan keperawatan selama 3x24 jam Observasi
tidak efektif diharapkan kemampuan mengatur 1. Identifikasi kesiapan
dan mengintegrasikan penanganan keluarga untuk terlibat
masalah kesehatan dalam kehidupan dalam perawatan
sehari-hari untuk mencapai status Terapeutik
kesehatan optimal dengan kriteria 1. Ciptakan hubungan
hasil meningkat : terapeutik pasien dengan
1. Melakukan untuk keluarga dalam perawat
mengurangi faktor resiko 2. Diskusikan cara
meningkat perawatan dirumah (mis,
2. Menerapkan program kelompok, perawatan
perawatan meningkat dirumah, atau rumah
3. Aktivitas hidup sehari-hari singgah)
efektif mememnuhi tujuan 3. Motivasi keluarga
kesehatan meningkat mengembangkan aspek
4. Verbalisasi kesulitan positif rencana
dalam menjalani program keperawatan
perawatan atau pengobatan 4. Fasilitasi keluarga
menurun membuat keputusan
keperawatan
Edukasi
1. Jelaskan kondisi pasien
kepada keluarga
2. Informasi tingkat
ketergantungan pasien
kepada keluarga
3. Informasi harapan pasien
kepada keluarga
4. Anjurkan keluarga
bersikap asertif dalam
perawatan
5. Anjurkan keluarga
terlibat dalam perawatan

45
DAFTAR PUSTAKA

Agung M Akbar. (2019). Buku Ajar Konsep-Konsep Dasar Dalam


Keperawatan Komunitas. Yogyakarta : DEEPUBLISH (grub Penerbit CV BUDI
UTAMA)
Kementrian Kesehatan RI. (2016). Pedoman Penyelenggaraan Program
Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga. Kemenkes RI, Jakarta.
Kementrian Keehatan RI. (2019). Kementrian Kesehatan. Direktur Jendral
Pelayanan Kesehatan. Progres Implementasi program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga Tahun 2019.
Kementrian Kesehatan RI. (2017). Pedoman monitoring dan evaluasi PIS-PK.
Kementrian Kesehatan RI.(2006). Petunjuk Tehnik Penguatan Manajemen
dengan Pendekatan Keluarga.
Menteri Kesehaan RI. (2016). Pemantauan Peraturan Kesehatan RI Nomor 39
tahun 2016 pedoman penyelenggaraan program indonesia sehat dengan pendekatan
keluarga.
Mubarok dkk. (2011). Ilmu keperawatan Komunitas 2 Teori. Jakarta : Sagung
Seto.
Pakpahan Martina, dkk. (2020). Keperawatan Komunitas. Jakarta : yayasan
Kita Menulis
Tim Pokja Sdki Dpp Ppni. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia,Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta
Selatan.
Tim Pokja Siki Dpp Ppni.(2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia,
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta Selatan

46
Tim Pokja Siki Dpp Ppni. (2019). Standar Luaran Keperawatan
Indonesia, Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia :
Jakarta Selatan

47

Anda mungkin juga menyukai