BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem Kesehatan Nasional adalah suatu tatanan yang mencerminkan upaya bangsa Indonesia untuk meningkatkan
kemampuannya mencapai derajat kesehatan yang optimal sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti yang dimaksud
Undang-Undang Dasar 1945.
Arah kebijakan pembangunan di Indonesia telah mengalami pergeseran menuju paradigma sehat. Paradigma sehat
merupakan upaya kesehatan yang lebih mengutamakan tindakan promotif, preventif dan tidak mengesampingkan upaya kuratif
dan rehabilitatif. Paradigma sehat adalah suatu kebijakan pembangunan kesehatan dalam ranngka mencapai visi Indonesia
sehat 2011, dimana diproyeksikan tentang keadaan masyarakat mayoritas hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku
sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata serta berada pada derajat
kesehatan yang optimal.
Keperawatan adalah salah satu bagian integral dari pelayanan kesehatan di Indonesia, memiliki konstribusi yang nyata
dalam pembangunan kesehatan terutama dalam mendukung kebijakan pemerintah melalui paradigma sehat menuju visi
Indonesia sehat 2011. Perawatan kesehatan masyarakat/komunitas merupakan perpaduan antara praktek keperawatan dan
praktek kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk menunjang dan memulihkan kesehatan populasi. Kegiatan praktek ini
dilakukan secara menyeluruh dan tidak terbatas pada sekelompok umur dan diagnosa tertentu serta dilaksankan secara
berkelanjutan.
Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat, berbagai upaya kesehatan telah diselengarakan. Salah satu
bentuk upaya kesehatan tersebut adalah pelayanan kesehatan melalui Puskesmas dan Rumah sakit sebagai tempat rujukan.
Peningkatan peran serta masyarakat bertujuan untuk meningkatkan dukungan masyarakat secara aktif dan dinamis dalam
berbagai upaya kesehatan mayarakat dan mendorong kearah kemaandirian dalam memecahkan kesehatan dengan penuh
tanggung jawab.
Dalam rangka turut serta mendukung kebijakan pemerintah tentang kesehatan tersebut maka Program Profesi Ners
Universitas Islam Makassar sebagai salah satu institusi pendidikan kesehatan memiliki tanggung jawab dalam rangka
mempersiapkan tenaga kesehatan/keperawatan yang berkualitas dimasa depan melalui praktik keperawatan komunitas.
Kegiatan merupakan Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu bidang pengabdian masyarakat.
Praktik keperawatan komunitas juga merupakan suatu bentuk pengembangan dari praktik klinik keperawatan bagi mahaiswa
yang diarahkan pada pengalaman nyata penerapan Primary Health Care.
Dipilihnya daerah dusun bonto kadatto sebagai tempat keperawatan komunitas karena merupakan salah satu bentuk
aplikatif mata ajaran Asuhan Keperawatan Komunitas pada Program Profesi Ners Universitas Islam Makassar disamping itu pula
untuk melihat secara nyata pola perilaku kebiasaan hidup sehat pada msyarakat, dengan tujuan untuk merubah perilaku dan
meningkatkan pengetahuan tentang pola hidup sehat dari tidak tahu menjadi tahu, dan juga memberikan pengetahuan kepada
masyarakat dalam bentuk penyuluhan-penyuluhan atau mempraktikkan secara langsung bagaimana cara mengatasi penyakit
yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan yang tidak sehat, penyakit infeksi yang dapat membahayakan kesehatan
masyarakat sendiri.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dalam program Profesi Ners Departemen Komunitas di harapkan mahasiswa mampu memberikan asuhan keperwatan
komunitas dan keluarga sesuai konsep dan teori keperawatan komunitas.
2. Tujuan Khusus
Dalam program Profesi Ners Departemen komunitas di harapkan mahasiswa mampu :
1. Mengidentifikasi data yang diperlukan
2. Mengumpulkan data dengan menggunkan metode/ strategi yang sesuai
3. Menganalisa data yang diperlukan
4. Menentukan masalah kesehatan dan masalah keperawatan
5. Menetapkan prioritas kebutuhan kesehatan dan masalah keperawatan berdasarkan kriteria tertentu
6. Melaksanakn rencana keperawatan
7. Melakukan evaluasi keperawatan.
C. Manfaat Praktik
1. Dapat menerapkan ilmu pengetahuan keperawatan, khususnya keperawatan komunitas
2. Dapat bekerja sama dengan masyarakat menemukan masalah kesehatan serta pemecahan masalah kesehatan
3. Dapat membina hubungan yang baik antara institusi pendidikan keperawatan, instistusi pelayanan kesehatan serta
masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan
4. Dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya kesehatan secara individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
D. Waktu pelaksanaan Praktik
Pelaksanaan praktik dimulai 15 Februari 2015-15 Maret 2015
E. Tempat pelaksanaan Praktik
Praktik Perawatan komunitas di tempatkan di Dusun Bonto Kadatto, Desa Bontolangkasa selatan Kec. Bontonompo, Kab.
Gowa.
BAB II
HASIL PENDATAAN
A. Data Demografi
Pendataan dilakukan di Dusun Panaikang selama 3 hari dari tanggal 22 s/d 24 Februari 2016 yang dilakukan oleh
Mahasiswa program Profesi Ners Universitas Islam Makassar (UIM) sebanyak 11 orang. Dusun Bonto Kadatto termasuk dalam
wilayah Desa Bontolangkasa selatan yang terdiri dari 4 dusun, dusun Bonto Kadatto, dusun Borong Kanan, dan dusun
Alerang, dusun Tamalangape.
Dusun Panaikang terdiri dari 204 KK, dan jumlah jiwa secara keseluhan di dusun Bonto kadatto adalah sekitar 700 jiwa
dan pada saat pendataan kelompok mendata 191 KK dengan 581 jiwa yang terdiri dari 45 anak usia bayi-balita, 125 orang usia
6-12 tahun, 112 orang usia 13-21 tahun, 237 orang usia 22-55 tahun, dan 33 orang usia lansia (> 55). Hal ini terjadi karena
pada saat pendataan ada keluarga yang tidak berada ditempat
B. Persiapan Dan Pelaksanaan
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara optimal, maka melalui Praktek Keperawatan
Komunitas Mahasiswa Program Profesi Ners UIM di dusun Bonto Kadatto, akan menerapkan konsep-konsep keperawatan
komunitas yang didalamnya dilakukan pendekatan keperawatan keluarga sebagai dasar dalam pemberian pelayanan kesehatan
utama pada masyarakat.
Kegiatan praktek keperawatan komunitas yang dilaksanakan Dusun Bonta Kadatto didesa Bontolangkasa selatan terdiri
dari beberapa tahap kegiatan meliputi survey wilayah binaan, pengkajian awal (pengumpulan dan pengolahan data), pembinaan
Kelompok Kerja Kesehatan (POKJAKES) yang anggotanya terdiri dari kader kesehatan, tokoh masyarakat, tokoh agama,
pemuda, dan kalangan pelajar, yang nantinya akan bersama sama dengan mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan meliputi
baksos yaitu membersihkan mesjid, kantor desa, dan TPU.
Kegiatan keperawatan komunitas yang akan dilaporkan adalah tahap persiapan dan pelaksanaan. Persiapan meliputi
persiapan kemasyarakatan dan persiapan tekhnis sedangkan tahap pelaksanaan terdiri dari pengkajian, perencanaan,
implementasi, evaluasi.
1. Persiapan
a. Persiapan Kemasyarakatan
Pada tahap awal, kelompok mahasiswa melakukan pertemuan dengan kepala Dusun Bonto Kadatto dan Desa
Bontolangkasa selatan, serta identifikasi tokoh masyarakat, tokoh agama, kader kesehatan, yang dilaksanakan pada tanggal
19 Februari 2016. Setelah mengidentifikasi tokoh masyarakat, kelompok mahasiswa melakukan pendekatan dan membina
hubungan saling percaya dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan tentang tujuan Praktek Keperawatan Komunitas
Mahasiswa Program Profesi Ners FIK-UIM di Dusun Bonto Kadatto, Desa Bontolangkasa Selatan, Kec. Bontonompo, Kab.
Gowa.
Tanggal 19 Februari 2016, pihak mahasiswa mengadakan pertemuan dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, kader
kesehatan guna membahas rencana pertemuan awal dan mengidentifikasi tokoh masyarakat yang akan diundang pada
pertemuan awal.
Tanggal 13 Februari 2016, dilakukan penyebaran undangan kepada tokoh masyarakat, tokoh agama pemuda serta
kader kesehatan untuk menghadiri pertemuan MMD II
b. Persiapan Teknis
Persiapan tehnis yang dilakukan kelompok mahasiswa meliputi mengorganisir anggota kelompok dalam melakukan
pendataan dan pembagian tugas, mempersiapkan format pengkajian, serta mengidentifikasi wilayah Lingkungan dusun
Bonto Kadatto, Desa Bontolangkasa selatan.
2. Pelaksanaan
Tahap perlaksanaan terdiri atas pengkajian, perencanaan, implementasi, & evaluasi.
a. Pengkajian
1. Pengumpulan data
Tahap pengumpulan data yang dilakukan meliputi :
a) Melakukan pengumpulan data dengan cara mengunjungi masing-masing rumah penduduk, wawancara langsung
kepada pihak keluarga, pemeriksaan fisik bagi anggota keluarga yang sedang sakit, serta observasi kondisi rumah dan
lingkungan sekitarnya. Kegiatan pengumpulan data ini dilakukan tanggal, 22 – 24 Februari 2016 (pagi dan sore).
b) Melakukan tabulasi data dari hasil pengumpulan data yang telah dilakukan, yaitu tanggal 25 Februari- 28 Februari
2016.
2. Hasil Tabulasi Data
Setelah pengumpulan data dilakukan, maka data tersebut akan ditabulasi dalam bentuk tabel.
Adapun hasil tabulasi disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Data Demografi
Tabel 1
Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur
Dusun Bonto Kadatto 2016
Diagram 1
Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur
Di RW 05 kelurahan Tamparan Keke, Kota Makassar 2009
Tabel 2
Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Di dusun pamanjengan 2011
Diagram 2
Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Di RW 05 Kelurahan Tamparan Keke,Kota Makassar 2009
Berdasarkan table di atas, penduduk terbanyak adalah laki-laki sebanyak 602 jiwa Sedangkan untuk perempuan sebanyak 557 jiwa,
Hal ini menunjukkan bahwa penduduk di wilayah dusun pamanjengan begitu padat dimana yang terbanyak adalah laki-laki.
Tabel 3
Distribusi KK Berdasarkan Agama
Di Dusun pamanjengan 2011
Diagram 3
Distribusi KK Berdasarkan Agama
Di RW 05 Kelurahan Tamparang Keke, Kota Makassar 2009
Berdasarkan tabel diatas dari 295 KK sebagian besar KK di desa pamanjengan beragama islam Sebanyak 289( 97,9%) KK dan
selebihnya adalah beragama kristen sebanyak 6 (2,1%) KK.
Tabel 4
Distribusi KK Berdasarkan Suku
Di Dusun pamanjengan 2011
Diagram 4
Distribusi KK Berdasarkan Suku
Di RW 05 Kelurahan Tamparang Keke, Kota Makassar,2009
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar KK desa pamanjengan yang terbanyak adalah suku makassar Sebanyak 199 (67,46%)KK
dan selebihnya adalah adalah suku bugis sebanyak30 (110,17%) KK, bugis – Makassar 51 (17,28%) dan lain-lain( toraja,bima,
mandar) sebanyak 15 (5,09%) KK.
Tabel 5
Distribusi KK Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga
Di Dusun pamanjengan 2011
Diagram 5
Distribusi KK Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga
Di RW 05 Kelurahan Tamparang Keke, Kota Makassar,2009
Berdasarkan table di atas, dari 295 KK sebagian besar kepala keluarga berpendidikan SD yaitu 105 KK ( 35,6 % ), sedangkan
penduduk yang memiliki pendidikan tinggi menempati jumlah yang terkecil yaitu 16 KK ( 5,42 % ). Hal ini dapat mempengaruhi
kemampuan penduduk dalam menerima informasi yang akan mempegaruhi perubahan perilaku yang berkaitan dengan kesehatan.
Tabel 6
Distribusi KK Berdasarkan Tingkat pekerjaan kepala keluarga
Di Dusun pamanjengan 2011
Diagram 6
Distribusi KK Berdasarkan Tingkat pekerjaan kepala keluarga
Di RW 05 Kelurahan Tamparang Keke, Kota Makassar,2009
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar penduduk bekerja petani sebanyak 97 orang ( 32,88 % ), tetapi masih ada penduduk yang
tidak bekerja sebesar 15 orang ( 5,06 % ) jadi kemungkinan untuk pemeliharaan kesehatan dapat meningkat.
Berdasarkan tabel diatas, berdasarkan kepemilikan rumah, sebagian besar penduduk dusun pamanjengan memiliki rumah sendiri
sebanyak 210 ( 71,19 % ) sedangkan yang lainnya numpang sebanyak 75 (25,42%) KK dan kontrak rumah sebanyak 10 (3,39%).
Hal ini menunjukkan bahwa dari 295 KK hanya 252 KK yang memiliki rumah baik itu rumah milik sendiri, numpang maupun kontrak,
sedangkan 43 KK ada yang tidak memiliki rumah dan tinggal serumah KK yang lain.
Tabel 8
Distribusi KK Berdasarkan Jenis Rumah
Di Dusun pamanjengan 2011
Diagram 8
Distribusi KK Berdasarkan Jenis Rumah
Di RW V Kelurahan Tamparang Keke makassar, Kota Makassar,2009
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar Kepala Keluarga di dusun pamanjengan memiliki Rumah permanen 135 ( 52,57 % ) KK
dan selebihnya panggung sebanyak 84 (33,34%) KK dan rumah semi permanen sebanyak 33 (13,09%) KK.
Tabel 9
Distribusi KK Berdasarkan Keberadaan Ventilasi Rumah
Di desa pamanjengan 2011
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar Rumah Kepala Keluarga di dusun pamanjengan memiliki Ventilasi sebanyak 229( 90,87%
) KK dan selebihnya tidak memiliki ventilasi sebanyak 23 (9,13%) KK. Hal ini menunjukkan bahwa ada resiko terjadinya penyakit
saluran pernapasan (asma, TBC, ISPA, dll) dikarenakan sirkulasi udara yang tidak terjadi di dalam rumah akibat adanya rumah yang
tidak memiliki ventilasi.
Tabel 9
Distribusi KK Berdasarkan Cahaya Matahari yang masuk dalam rumah
Di dusun pamanjengan 2011
Diagram 10
Distribusi KK Berdasarkan Cahaya Matahari yang masuk dalam rumah
Di RW 05 Kelurahan Tamparang Keke, Kota Makassar,2009
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar Kepala Keluarga di dusun pamanjengan cahaya matahari masuk dalam rumah sebanyak
222( 88,09 % ) dan sebagian rumah KK cahaya matahari tidak masuk ke dalam rumah karena tidak memilki ventilasi dan letak
ventilasi yang salah serta pepohonan yang menutupinya, sehingga mengakibatkan timbulnya penyakit-penyakit yang beresiko
seperti penyakit saluran pernapasan (asma, TBC dll) akibat lingkungan rumah dan sekitarnya yang kurang bersih.
Tabel 10
Distribusi KK Berdasarkan Kebersihan Rumah
Di dusun pamanjengan 2011
Diagram 11
Distribusi KK Berdasarkan Kebersihan Rumah
Di RW 05 Kelurahan Tamparang Keke, Kota Makassar,2009
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar Kepala keluarga di dusun pamanjengan Yang lingkungan rumahnya tdk bersih sebanyak
140 ( 55,56 % ) sehingga beresiko timbulnya berbangai penyakit yang berhubungan dengan lingkungan yang kotor seperti DBD,
Diare, gatal-gatal, dsb.
Tabel 11
Distribusi KK Berdasarkan Pemanfaatan halaman
Di dusun pamanjengan 2011
Diagram 11
Distribusi KK Berdasarkan Pemanfaatan halaman
Di RW 05 Kelurahan Tamparang Keke, Kota Makassar,2009
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar Kepala Keluarga di dusun pamanjengan k tidak memanfaatkan lingkungan rumahnya
sebanyak 165( 65,48 % ) karena malas dan kurang mengetahui untuk memanfaatkannya.
Tabel 12
Distribusi KK Berdasarkan Jenis Pemanfaatan halaman
Di dusun pamanjengan 2011
Jenis pemanfaatan
No Frequency Percent
halaman
1 Berkebun 26 29,89
2 Taman 61 70,11
Total 87 100.0
Diagram 12
Distribusi KK Berdasarkan Jenis Pemanfaatan halaman
Di RW 05 Kelurahan Tamparang Keke, Kota Makassar,2009
Berdasarkan tabel diatas Dari 87 KK di dusun pamanjengan yang memiliki halaman sebagian besar dimanfaatkan menjadi taman
61( 70,11% ), hal ini terjadi karena situasi dan kondisi lingkungan tempat tinggal yang memungkinkan untuk pemanfaatan halaman.
Tabel 13
Distribusi KK Berdasarkan Sumber air Minum
Di RW 05 Kelurahan Tamparang Keke, Kota Makassar,2009
Diagram 14
Distribusi KK Berdasarkan Sumber air Minum
Di RW 05 Kelurahan Tamparang Keke, Kota Makassar, 2009
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar keluarga di dusun pamanjengan menggunakan air galon untuk keperluan minum yaitu
sebanyak 153( 60,7 % ) dan yang sebagian kecil menggunakan air hujan sebanyak 15 (6%), hal ini dikarenakan karena kondisi air di
sumur gali dan sumur pompa mengandung zat kapur yang mengeluarkan bau yang kurang layak untuk dikomsumsi.
Tabel 14
Distribusi KK Berdasarkan Pengelolaan Air Minum
Di dusun pamanjengan 2011
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 295 KK di dusun pamanjengan masih banyak yang mengelola air minum dengan cara
tidak dimasak sebanyak 193 (65,42%), Hal ini terjadi karena banyaknya masyarakat yang mengkonsumsi air galon yang lebih
praktis.
Tabel 15
Distribusi KK Berdasarkan Kondisi Air
Di dusun pamanjengan 2011
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa kondisi air dari 252 rumah KK di dusun pamanjengan ada yang keruh sebanyak 21 (8,33%)
dan kondisi air yang bau,berasa dan jernih sebanyak 177 (70,24%), hal ini terjadi akibat pergantian musim dari kemarau ke hujan.
Tabel 16
Distribusi KK Berdasarkan Kondisi Tempat Penampungan Air
Di dusun pamanjengan 2011
Diagram 16
Distribusi KK Berdasarkan Kondisi Air
Di RW 05 Kelurahan Tamparang Keke, Kota Makassar, 2009
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 252 rumah KK terdapat 89 tempat penampungan air yang memiliki jentik, ini disebabkan karena
lingkungan rumah dan sekitar yang tidak terpelihara sehingga memicu timbulnya resiko penyakit lingkungan seperti DBD.
Tabel 17
Distribusi KK Berdasarkan Tempat penampungan sampah
Di dusun pamanjengan
Dari tabel diatas sebagian besar KK melakukan pembuangan sampah dengan dikumpul dan di bakar sebanyak 161 ( 63,89% ) tapi
masih banyak juga KK Yang membuang sampah di sembarang tempat (tanah kosong) sebanyak 72(28,57%), hal ini terjadi karena
kebiasaan masyarakat yang kurang tepat sehingga menimbulkan pencemaran yang beresiko terjadinya ISPA dan Diare.
Tabel 18
Distribusi KK Berdasarkan Keberadaan jamban
Di dusun pamanjengan 2011
Diagram 18
Distribusi KK Berdasarkan Keberadaan jamban
Di RW 05 Kelurahan Tamparang Keke, Kota Makassar, 2009
Dari tabel diatas menunjukkan ada sekitar 15 (5,95%) rumah KK yang tidak memiliki jamban sendiri hanya numpang sama Kepala
Keluarga yang serumah dengan KK tersebut.
Tabel 19
Distribusi KK Berdasarkan Jenis Jamban
Di dusun pamanjengan 2011
Diagram 19
Distribusi KK Berdasarkan Jenis Jamban
Di RW 05 Kelurahan Tamparang Keke, Kota Makassar, 2009
Dari tabel diatas terdapat 235 (93,25%) rumah KK di dusun pamanjengan yang menggunakan jenis jamban yang leher angsa
sedangkan rumah KK memiliki jenis jamban duduk sebanyak 17 (6,75%).
Tabel 20
Distribusi KK Berdasarkan Kepemilikan Jamban
Di dusun pamanjengan 2011
Diagram 20
Distribusi KK Berdasarkan Kepemilikan Jamban
Di RW 05 Kelurahan Tamparang Keke, Kota Makassar, 2009
Dari tabel diatas menunjukkan masih ada rumah KK yang tidak memiliki jamban sendiri sebanyak 15(5,95%).
Tabel 21
Distribusi KK Berdasarkan Tempat pembuangan limbah
Di dusun pamanjengan 2011
Diagram 21
Distribusi KK Berdasarkan Tempat pembuangan limbah
Di RW 05 Kelurahan Tamparang Keke, Kota Makassar, 2009
Dari tabel diatas sebagian besar rumah KK telah membuang limbahnya ke selokan sebanyak 247 (98,02%), namun masih ada rumah KK sebanyak
5 ( 1,98 % ) yang membuang air limbahnya secara sembarangan tanpa dibuang ke saluran khusus untuk pembuangan air limbahnya, hal ini dapat
menyebabkan lingkungan kurang bersih dan berbau.
Tabel 22
Distribusi KK Berdasarkan Penghasilan KK
Di dusun pamanjengan 2011
Diagram 22
Distribusi KK Berdasarkan Penghasilan KK
Di RW 05 Kelurahan Tamparang Keke, Kota Makassar, 2009
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa penghasilan per bulan KK di dusun pamanjengan adalah kurang dari Rp 500.000 sebanyak 91 (30,85%), hal
ini terjadi karena pekerjaan KK yang tidak menentu sehingga mempengaruhi terhadap kemampuan keluarga untuk penyediaan dana kesehatan dan
pemeliharaan kesehatan menjadi rendah, keadaan ini juga berdampak pada penyediaan gizi keluarga.
Tabel 23
Distribusi KK Berdasarkan Tempat mendapatkan informasi
Di dusun pamanjengan 2011
Tempat mendapatkan
No Frequency Percent
informasi
1 Penyuluhan di PKM `119 40,34
2 TV Radio 176 59,66
Tabel 23
Distribusi KK Berdasarkan Tempat mendapatkan informasi
Di RW 05 Kelurahan Tamparang Keke, Kota Makassar,2009
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar KK di dusun pamanjengan memperoleh informasi kesehatan dari TV/radio
sebanyak 176 (59,66 % ) dan sebanyak 119 (40,43%) KK yang memperoleh informasi kesehatan melalui penyuluhan di PKM, maka
dari data tersebut perlu lebih ditingkatkan penyuluhan pada masyarakat terkhusus warga dusun pamanjengan berkaitan dengan
lingkungan rumah dan sekitarnya serta dampak dari lingkungan yang tidak terpelihara.
Tabel 23
Distribusi KK Berdasarkan Tempat periksa kesehatan
Di dusun pamanjengan 2011
Diagram 23
Distribusi KK Berdasarkan Tempat periksa kesehatan
Di RW 05 Kelurahan Tamparang Keke, Kota Makassar,2009
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar KK di dusun pamanjengan sebanyak 230 ( 77,95 % ) mengatakan sarana
kesehatan yang paling sering dikunjungi adalah puskesmas karena letaknya yang tidak terlalu jauh dan gratis, hal ini menunjukkan
bahwa masih kurangnya pengetahuan masyarakat terkhusus dusun pamanjengan dalam hal prosedur pengobatan kesehatan
dimana masyarakat menganggap bahwa hanya pengobatan di Puskesmas yang gratis di RS tidak.
Tabel 24
Distribusi KK Berdasarkan Kepemilikan KMS Bagi bayi dan balita
Di RW 05 Kelurahan Tamparang Keke, Kota Makassar,2009
1 Ya 125 91,9
2 Tidak 11 8,1
Total 136 100.0
Sumber data ; Primer dan sekunder 2009
Diagram 25
Distribusi KK Berdasarkan Kepemilikan KMS Bagi bayi dan balita
Di RW 05 Kelurahan Tamparang Keke, Kota Makassar, 2009
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa ada 136 bayi balita di dusun pamanjengan dimana yang tidak memiliki KMS sebanyak 11 (8,1%), hal ini
terjadi karena kurangnya motivasi dan perhatian ibu terhadap pertumbuhan dan perkembangan kesehatan bayi balitanya.
Diagram 25
Distribusi Ibu Hamil yang Mendapat imunisasi TT
Di RW 05 Kelurahan Tamparang Keke, Kota Makassar, 2009
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 21 ibu hamil di desa pamanjengan terdapat 2 (9,52%) ibu hamil yang belum mendapat imunisasi TT
Tabel 26
Distribusi Ibu hamil Berdasarkan Penyakit yang diderita
Di dusun pamanjengan 2011
Diagram 26
Distribusi Ibu hamil Berdasarkan Penyakit yang diderita
Di RW 05 Kelurahan Tamparang Keke, Kota Makassar, 2009
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 21 ibu hamil di dusun pamanjengan terdapat 8 ( 38,09 % ) ibu hamil mempunyai keluhan
yang berhubungan dengan kehamilannya yaitu hipertensi, hal ini terjadi karena faktor usia kehamilan serta faktor ekonomi, faktor
psikologis ibu hamil dalam menunggu kelahiran anaknya.
Tabel 27
Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Tempat periksa kesehatan
Di dusun pamanjengan 2011
Tempat memeriksa
No Frequency Percent
kesehatan
1 Bidan 9 42,86
2 Puskesmas 12 57,14
Total 21 100.0
Diagram 27
Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Tempat periksa kesehatan
Di RW 05 Kelurahan Tamparang Keke, Kota Makassar, 2009
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 21 ibu hamil di dusun pamanjengan terdapat sebanyak 12 ( 57,14% ) ibu hamil yang
memeriksakan kehamilannya di puskesmas.
Tabel 30
Distribusi KK Berdasarkan PUS Yang KB
Di dusun pamanjengan 2011
Dari data diatas menunjukkan bahwa dari 295 KK di dusun pamanjengan terdapat sebanyak 260 PUS sedangkan
selebihnya sebanyak 35 KK tidak bisa dikategorikan sebangai PUS karena ada KK yang janda, Duda serta belum menikah.
Sehingga dari 260 PUS terdapat sebanyak 128 (49,24%) PUS yang menjadi akseptor KB, sedangkan terdapat 105 (40,38%) PUS
yang tidak mengikuti program KB. Hal ini terjadi karena kurangnya informasi dan pengetahuan tentang KB.
Tabel 30
Distribusi PUS yang KB Berdasarkan Jenis Kontrasepsi
Di dusun amanjengan 2011
Diagram 30
Distribusi KK Berdasarkan PUS Yang KB
Di RW 05 Kelurahan Tamparang Keke, Kota Makassar, 2009
Dari table di atas menunjukkan bahwa dari 128 PUS di dusun pamanjengan terdapat sebanyak 94 (73,43 %) PUS yang menggunakan alat
kontrasepsi jenis suntik (3 bulan) sedangakan jenis kontrasepsi jenis lainnya sebanyak 6 (4,69%) PUS yang menggunakan. Hal ini terjadi karena
kurangnya informasi dan pengetahuan masyarakat terkhusus PUS di dusun pamanjengan tentang jenis KB.
Tabel 31
Distribusi PUS Berdasarkan Alasan Tidak Menggunakan Kontrasepsi
Di dusun pamanjengan 2011
Diagram 31
Distribusi PUS Berdasarkan Alasan Tidak Menggunakan Kontrasepsi
Di RW 05 Kelurahan Tamparang Keke, Kota Makassar, 2009
Dari table di atas menunjukkan bahwa dari 105 PUS yang tidak menggunakan Kontrasepsi di dusun pamanjengan sebagian besar
karena ingin anak sebanyak 57(54,28%) dan selebihnya karena tidak tahu tentang manfaat kontrasepsi sebanyak 19 (18,09%). Hal
ini terjadi karena kurangnya informasi dan pengetahuan masyarakat terkhusus PUS di dusun pamanjengan tentang penggunaan
kontrasepsi.
Dari table di atas menunjukkan bahwa dari 1159 jiwa di dusun pamanjengan terdapat 157 jiwa yang memiliki masalah kesehatan pada saat
pendataan seperti sakit kepala ,Hipertensi,dan rematik 6 (3,8%), lain-lain 15 (9,55%), TBC 1 (0,63%), maag 7 (4,46%), sesak 7 (4,46%), demam
73 (46,5%),gatal 4 (2,55) . Hal ini terjadi karena factor lingkungan sendiri dan sekitar yang tidak terpelihara sehingga terjadi berbagai macam
Tabel 33
Distribusi Bayi Balita Berdasarkan Pemberian Asi 0-2 thn
Di dusun pamanjengan 2011
1 Ya 76 76,77
2 Tidak 23 23,23
Total 99 100.0
Sumber data ; Primer 2009
Diagram 33
Distribusi Bayi Balita Berdasarkan Pemberian Asi 0-2 thn
Di RW 05 Kelurahan Tamparang Keke, Kota Makassar, 2009
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat 99 bayi balita di dusun pamanjengan dimana dari 99 bayi balita tersebut terdapat
bayi balita yang tidak di beri ASI oleh ibunya pada umur 0-2 tahun sebanyak 23 (23,23%), hal ini terjadi karena kurangnya perhatian
akibat banyaknya aktifitas ibu, kurangnya motivasi ibu dalam hal menyusui anaknya serta kurangnya pengetahuan dan informasi
tentang manfaat pemberian ASI.
Tabel 34
Distribusi Bayi Balita Berdasarkan PMT
Di dusun pamanjengan 2011
No PMT Frequency Valid Percent
1 Ya 86 86,87
2 Tidak 13 13,13
Total 99 100.0
Diagram 34
Distribusi Bayi Balita Berdasarkan Pemberian makanan tambahan
Di RW 05 Kelurahan Tamparang Keke, Kota Makassar, 2009
Dari table di atas menunjukkan bahwa dari 99 bayi balita di dusun pamanjengan terdapat sebanyak 86 (86,87 %) yang telah mendapatkan PMT
berupa bubur kacang ijo, telur, dan buah - buahan sedangkan terdapat 13 (13,13%) bayi balita yang tidak mendapatkan PMT, hal ini diakibatkan
karena kurang motivasi dan perhatian pada ibu terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balitanya.
Tabel 35
Distribusi Bayi Balita Berdasarkan Pemberian vitaminA setiap 6 bulan
Di dusun pamanjengan 2011
Diagram 35
Distribusi Bayi Balita Berdasarkan Pemberian vitaminA setiap 6 bulan
Di RW 05 Kelurahan Tamparang Keke, Kota Makassar, 2009
Dari table di atas menunjukkan bahwa dari 99 bayi balita di dusun pamanjengan terdapat sebanyak 63 (63,63 %) yang telah
mendapatkan vitamin A di Posyandu, sedangkan terdapat 36 (36,37%) bayi balita yang tidak mendapatkan vitamin A, hal ini
diakibatkan karena kurang motivasi dan perhatian pada ibu terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balitanya.
Tabel 37
Distribusi Bayi Balita Berdasarkan Pemberian Imunisasi
Di dusun pamanjengan 2011
Imunisasi
No Frequency Percent
1 Lengkap 69 69,7
2 Tidak lengkap 30 30,3
Total 99 100.0
Diagram 37
Distribusi Bayi Balita Berdasarkan Pemberian Imunisasi
Di RW 05 Kelurahan Tamparang Keke, Kota Makassar, 2009
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dari 99 Bayi Balita di dusun pamanjengan terdapat sebanyak 30 (30,3%) bayi balita yang
tidak mendapat imunisasi secara lengkap, hal ini terjadi karena ada bayi balita yang belum memenuhi kriteria pemberian jenis
imunisasi (umur) serta kurangnya motivasi dan perhatian ibu terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi balitanya.
Tabel 38
Distribusi lansia Berdasarkan Tempat pemeriksaan kesehatan
Di RW 05 Kelurahan Tamparang Keke, Kota Makassar, 2009
Tempat pemeriksaan
No kesehatan Frequency Percent
1 Puskesmas 73 66,97
2 Dr Praktek 17 15,6
3 Tidak berobat 19 17,43
Total 109 100.0
Diagram 38
Distribusi lansia Berdasarkan Tempat pemeriksaan kesehatan
Di RW 05 Kelurahan Tamparang Keke, Kota Makassar, 2009
Dari data tersebut diatas menunjukkan bahwa dari 109 jiwa lansia terdapat sebanyak 19
(17,43%) yang tidak berobat jika ada masalah kesehatan, hal ini terjadi karena kurangnya
motivasi dan pemahaman keluarga dalam menangani masalah kesehatan lansia.
Data Masalah lansia
Tabel 39
Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia Lansia
Di RW 05 Kelurahan Tamparang Keke, Kota Makassar, 2009
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dari 1159 jiwa di dusun pamanjengan terdapat lansia sebanyak 109 jiwa, dimana
berdasarkan klasifikasi umur lansia yang terbanyak pada umur 55-59 tahun sebanyak 52 (47,7 %) jiwa lansia sedangkan lansia
yang berumur >70 tahun sebanyak 13 (11,93%) jiwa.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan
klien / keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Carpenito, 1995).
Konsep keperawatan komunitas yang profesional mangacu pada ilmu dan kiat keperawatan yang di tujukan pada masyarakat
terumatama kelompok-kelompok yang berisiko tinggi terhadap terserangnya penyakit atau akibat proses penuaan.Peran serta aktif
masyarakat sangat mempengaruhi proses penerapana asuhan keperawatan di masyarakat itu sendiri. Pengkajian yang dilakukan
sangat tergantung pada respon masyarakat, terutama dalam memberikan informasi yang valid dan akurat.
Melalui pengkaderan serta melibatkan pihak terkait baik pemerintah setempat, tokoh masyarakat, tokoh agama dapat diperoleh
data yang sangat mendukung proses pemberian asuhan langsung pada masyarakat.
Tahapan proses keperawatan komunitas pada dasarnya sama dengan tahapan pada proses keperawatan yang meliputi:
Pengkajian, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Pembahasan inipun mengacu pada analisis SWOT (Strength/kekuatan,
Weakness/kelemahan, Opportunity/kesempatan dan Threat/ancaman).
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan komunitas melalui pendekatan proses keperawatan didapatkan beberapa hasil yang
meliputi :
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama dari proses keperawatan, berguna untuk menentukan aktivitas keperawatan dan
sumber data bagi profesi lain.
Pada tahap pengkajian, yang perlu dikaji pada kelompok atau komunitas menurut teori Anderson adalah data inti yang terdiri
atas data demografi : umur , pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai keyakinan serta riwayat timbulnya komunitas
dan mengkaji sub sistem yang mempengaruhi komunitas, seperti lingkungan fisik perumahan, pendidikan kesehatan, keamanan
dan keselamatan politik, kebijakan pemerintah terkait kesehatan, pelayanan kesehatan yang tersedia, sistem komunikasi ,
ekonomi dan realisasi.
Pengkajian dilaksanakan dengan menggunakan metode wawancara dan observasi langsung berdasarkan format
pengkajian/kuesioner yang disusun berdasarkan prioritas masalah yang telah disepakati dalam pertemuan dengan pemerintah
setempat, masyarakat, dan tokoh agama. Pengkajian dilakukan pada seluruh kepala keluarga yang ada di Dusun Pamanjengan.
Berikut gambaran Analisis SWOT untuk melihat secara nyata faktor pendukung dan penghambat pengkajian.
1. Strenght / Kekuatan :
a. Adanya dukungan positif dari Masyarakt/ keluarga yang dimintakan data ( Masyarakat cukup kooperatif ).
b. Adanya Kader yang berperan aktif dalam pengumpulan data, terutama berperan dalam pemahaman bahasa daerah.
c. Dukungan dari Pemerintah, Kecamatan, Kelurahan dan dari PKM dusun pamanjengan
d. Adanya dukungan dari kepala desa,tokoh masyarakat,tokoh agama, dan para remaja mesjid di dusun amanjengan
2. Weekness / Kelemahan :
a. Tingkat pekerjaan Penduduk yang rata-rata buruh bangunan serta wiraswasta sehingga memungkinkan pada saat
pendataan tidak berada di tempat.
b. Bahasa : Masih ditemukan masyarakat setempat tidak menguasai bahasa indonesia.
c. Pendidikan yang rendah yang menghambat pemahaman masyarakat terhadap pertanyaan yang diberikan.
3. Opportunity / Kesempatan
a. Kebutuhan masyarakat akan petugas kesehatan
b. Kebutuhan masyarakat tentang pendidikan kesehatan.
c. Keinginan masyarakat untuk hidup sehat atau berperilaku hidup sehat
4. Threat / Ancaman
a. Keakuratan pengkajian dari pengumpul data secara mendalam.
b. Jawaban hasil pendataan yang memungkinkan, tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
C. Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa, maka intervensi dan aktivitas keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi atau
menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan yang terdiri dari :
1) Menentukan prioritas masalah
2) Menetapkan tujuan umum dan tujuan khusus
3) Menetapkan Kriteria evaluasi dan Standar
4) Merumuskan intervensi dan aktivitas keperawatan
Jadi rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai tiap tujuan khusus. Perencanaan
memberi alasan ilmiah berdasarkan literature, hasil penelitian dan pengalaman praktik.
Berikut gambaran Analisis SWOT untuk melihat secara nyata faktor pendukung dan penghambat Perencanaan
keperawatan komunitas.
A. Strength / Kekuatan
a. Dukungan dari Pemerintah, kelurahan, Kecamatan, dan dari PKM dusun pamanjengan
b. Adanya Kader posyandu yang berperan aktif dalam perencanaan kegiatan.
c. Adanya dukungan dari Tokoh - tokoh masyarakat / Agama.
B. Weekness / Kelemahan
a. Kurangnya sponsor dana yang dapat bertanggung jawab untuk beberapa kegiatan yang membutuhkan pembiayaan besar
sehingga beberapa metode tepat guna disiapkan untuk mengahdapi kendala dana tersebut
b. Kurang disiplinnya masyarakat, mahasiswa dan pihak yang terkait sehingga waktu pelaksanaan kegiatan pernah tidak sesuai
C. Opertunity / Kesempatan
a. Banyaknya waktu luang dari masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan yang direncanakan.
b. Bantuan dari Puskesmas dan pihak terkait yang diwujudkan dalam kerja dalam beberapa kegiatan yang telah direncanakan.
D. Threat / Ancaman
a. Kemungkinan peran serta aktif masyarakat dalam pelaksanaan nantinya akan berkurang berhubungan dengan kesibukan
D. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan rencana tindakan dan sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, dalam
melaksanakan tindakan harus benar-benar melakukan kontrak waktu dengan masyarakat agar seluruh rangkaian kegiatan dapat
berjalan dengan baik.
Berikut gambaran Analisis SWOT untuk melihat secara nyata faktor pendukung dan penghambat implementasi.
1. Masalah kesehatan I : Resiko timbulnya penyakit menular (diare,) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
masyarakat dalam memelihara lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan
a. Strenght / Kekuatan :
1) Adanya dukungan dari Pemerintah setempat dan tokoh masyarakat /Agama, Kader, dalam memotivasi masyarakat
untuk berperan aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan
2) Bantuan dari puskesmas dusun amanjengan
3) Kemauan / motivasi dari masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan.
b. Weekness / Kelemahan
1) Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan penyakit yang diderita kepelayanan kesehatan (Puskesmas)
setempat.
2) Terhambatnya beberapa kegiatan - kegiatan karena pendanaan yang kurang, dan keinginan partisipasi masyarakat
dalam hal ini tidak ada dengan alasan ekonomi
3) Kurangnya partisipasi dan kesadaran masyarakat dalam kegiatan minggu bersih juga menjadi hambatan
c. Opportunity / Kesempatan
1) Sejalan dengan beberapa kegiatan program pemerintah dan Puseksmas, misalnya imunisasi)
d. Threat / Ancaman
1) Tidak adanya tindak lanjut terutama dari masyarakat karena beberapa perencanaan membutuhkan dana swadaya
masyarakat
2) Tidak adanya tindak lanjut dengan Pemerintah setempat dan pihak Puskesmas setempat.
2. Masalah kesehatan II : Resiko terjadinya peningkatan angka kesakitan pada lansia di dusun pamanjengan berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memelihara kesehatan lansia
a. Strenght / Kekuatan
1) Adanya program pemerintah dan puskesmas untuk memberikan bantuan dalam perawatan lansia.
b. Weekness / Kelemahan
2) Adanya persepsi masyarakat tentang penyakit yang diderita lansia adalah hal yang biasa dan tidak perlu ditangani.
c. Opportunity / Kesempatan
1) Sejalan dengan beberapa kegiatan dari program pemerintah dan puskesmas, misalnya, program pemeriksaan kesehatan
lansia.
d. Threat / Ancaman
1) Tingkat kesadaran dan pengetahuan masyarakat yang masih kurang untuk selalu mengontrol kondisi kesehatan lansia
3. Masalah kesehatan III : Risiko terjadinya penyakit pada bayi/balita di dusun amanjengan berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan ibu tentang pentingnya gizi pada bayi/balita
a. Strenght / Kekuatan
1) Adanya posyandu setiap sekali sebulan
2) Adanya keinginan dan kesadaran masyarakat untuk mengikuti anjuran yang telah diberikan pada saat penyuluhan,
setelah memotivasi ibu-ibu membawa anaknya ke Posyandu untuk menimbang dan mendapatkan imunisasi pada
bayi/balitanya
3) Adanya dukungan Puskesmas untuk terus melaksanakan kegiatan posyandu dan imunisasi
sakit.
c. Opportunity / Kesempatan
1) kurangnya kesempatan ibu dalam mengurus anakanya disebabkan oleh adanya kesibukan ibu
E. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan kepada masyarakat.. Evaluasi dilakukan
baik dari respon verbal, non verbal maupun psikomotornya.
1. Rencana kegiatan mahasiswa selalu mendapat respon positif dari masyarakat.
2. Pada pelaksanaan kegiatan (implementasi) biasanya masyarakat kurang berespon berhubungan dengan kurangnya
kesadaran.
3. Rata-rata penduduk sudah mulai merasakan arti pentingnya kesehatan terbukti dari terjadi perubahan terhadap meningkatnya
kesadaran masyarkat dan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang prilaku sehat. Di tunjang pula dengan lingkungan
yang sudah mulai bersih , pemanfaatan air bersih, dll.
4. Kegiatan yang berhasil dilaksanakan umumnya karena dukungan dari kader setempat, tokoh masyarakat, pemerintah terkait,
puskesmas dan swadana mahasiswa sendiri.
5.
F. Tindak Lanjut
1. Kepada instansi yang terkait agar lebih memperhatikan kebutuhan masyarakat terhadap upaya pelayanan kesehatan dan
dapat memenuhi fasilitas sarana pelayanan kesehatan
2. Kepada masyarakat agar lebih memanfaatkan sarana kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatannya
3. Kepada kader kesehatan sekiranya dapat lebih meningkatkan peran serta aktifnya dalam turut serta meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
4. Untuk Puskesmas sebagai garis Depan Pelayanan kesehatan masyarakat untuk lebih meningkatkan pelayanan terutama
terhadap kelompok-kelompok yang berisiko, dalam hal ini yang mungkin belum terjamah adalah kesehatan lansia.
Analisa Data
No Data Subyektif Data obyektif Masalah kesehatan
1 LINGKUNGAN FISIK 1. Yang tidak memiliki ventilasi 28,1 %. Resiko timbulnya penyakit
Lingkungan fisik yang kurang sehat di RW 2. Rumah yang pencahayaan matahari menular (diare, DHF, ISPA)
05 Tamparang Keke. yang tidak masuk 31,3%. berhubungan dengan kurangnya
3. Lingkungan rumah yang kurang bersih pengetahuan masyarakat dalam
55,6%. memelihara lingkungan yang
4. Pengelolaan air minum yang tidak di memenuhi syarat kesehatan
masak 1%.
5. Kondisi air yang keruh 6,9%.
6. Tempat penampungan air yang
berentik 10%.
7. Yang membuang sampah di
semarang tempat 1,3%.
8. Yang tidak mempunyai jamban 6,3%.
9. Kepemilikan jamban milik bersama
15,6%.
10. Yang membuang limbah
sembarangan 9,4%.
Diagnosa Sesuai Jumlah Besarnya Kemungkinan Minat Kemungkinan Sesuai Sumber Sumber
keperawatan Dengan Yang Resiko Untuk masyarakat Untuk diatasi Dengan Daya Daya
komunitas Peran Beresiko Pendidikan Program Tempat Waktu
Perawat Kesehatan pemerintah
Komunitas
Resiko
timbulnya 5 4 4 4 4 5 5 5 4
penyakit
Resiko
terjadi
penigkatan
5 3 5 3 4 4 5 4 3
angka
kesakitan
pada lansia
Risiko
terjadinya
penyakit 5 4 2 4 4 4 4 5 3
pada
bayi/balita
KETERANGAN POINT.1 : Sangat sesuai (5), Sesuai (4 ), Cukup sesuai (3), Kurang sesuai(2), Sangat Kurang sesuai (1)
POINT 2 : Sangat Banyak ( 5), Banyak (4), Cukup Banyak (3), sedikit (2), sedikit sekali (1)
POINT 3 : Sangat serius( 5),Serius ( 4), cukup Serius (3), Kurang serius ( 2), Sangat tidak serius (1)
POINT 4 : Sangat Memungkin ( 5), Memungkinkan ( 4),Cukup memungkinkan ( 3), Kurang memungkinkan ( 2), tidak
memungkinkan (1)
POINT 5 : Sangat berminat ( 5), berminat ( 4), cukup berminat ( 3),kurang berminat ( 2), tidak berminat ( 1)
POINT 6 : Sangat Mudah ( 5), Mudah ( 4), Cukup Mudah ( 3), Agak sulit ( 2),Sulit sekali ( 1)
POINT 7 : Sangat sesuai ( 5), Sesuai ( 4),Cukup sesuai ( 3), Kurang sesuai ( 2), Tidak Sesuai ( 1)
POINT 8 : Sangat Tersedia ( 5), Tersedia ( 4), Cukup Tersedia ( 3), Kurang Tersedia ( 2), Tidak tersedia ( 1)
Prioritas Masalah
1. Resiko timbulnya penyakit menular (diare, DHF, ISPA) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat dalam
memilihara lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan di tandai dengan :
3 Resiko Setelah di lakukan Lansia dan K.I.E 1. Berikan Rabu , RT B Verbal 1.Proses
terjadinya tindakan kader penyuluhan 4 Maret terjadinya
peningkatan keperawatan posyandu tentang 2009 manua.
angka sebanyak 1 kali lansia terjadinya 2. Hipertensi
kesakitan kegiatan di proses manua Rabu, 4 RT B Psiko 3. Aktif posyandu
pada lansia harapkan dan hipertensi. Maret motor lansia.
di RW 05 masyarakat mampu 2. Aktifkan 2009 4. Kader
Tamparang memberikan posyandu posyandu
Keke perawatan pada lansia lansia aktif.
berhubungan lansia. 3. Lakukan
dengan pelatihan kader
kurangnya posyandu
pengetahuan lansia.
masyarakat 4 Berikan
dalam kenang-
memilihara kenangan alat
kesehatan posyandu
lansia lansia.
5 Berikan
reinforment
kepada lansia
dan kader
posyandu
lansia.
s
Evaluasi struktur:
a. Kegiatan telah direncanakan 2
minggu sebelum kegiatan
dilaksanakan
b. Kegiatan kerja bakti dikoordinir oleh
ketua RW 05 dan ketua RT A dan RT
B
Evaluasi proses
a. Kegiatan berlangsung kurang
lancar
b. Kegiatan dihadiri oleh 8 orang
c. Kegiatan kerja bakti difokuskan
pada parit dan sekitar
pembuangan sampah RT A dan
B
Evaluasi hasil
Lingkungan tampak bersih dan parit
menjadi lancar
2 Risiko terjadinya penyakit 23/02/09 Penyuluhan tentang gizi bayi dan Evaluasi struktur
pada bayi/balita di RW 05 balita dan posyandu RT C, RW
a. Kegiaatan direncanakan bersama – sama
Tamparang Keke 05 Tamparan keke
dengan kader posyandu 1 minggu
berhubungan dengan sebelum acara.
kurangnya pengetahuan b. Materi penyuluhan sertanleaflet telah di
ibu tentang pentingnya persiapkan 1 hari sebelum pelaksanaan.
gizi pada bayi/balita. c. Tempat dipersiapan sebelum acara
dimulai.
d. Masyarakat diinformasikan jauh hari
sebelum acara di mulai.
Evaluasi proses
Evaluasi Hasil
Evaluasi Proses
Evaluasi struktur:
Evaluasi Proses :
Evaluasi Hasil
Unknown di 10.11
Berbagi
Posting Komentar
‹ Beranda
about me :)
Unknown
Lihat profil lengkapku